Anda di halaman 1dari 33

S1 KEPERAWATAN BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang Tahun-tahun pertama kehidupan merupakan periode penting dan kritis : tumbuh kembang fisik, mental, psikososial berjalan dengan cepatnya, sehingga dapat dikatakan bahwa keberhasilan tahun pertama untuk sebagian besar menentukan masa depan anak. Kelainan atau penyimpangan apabila tidak di intervensi secara dini dengan baik apalagi jika tidak terdeteksi secara nyata akan mengakibatkan berbagai hal yang buruk dan berdampak fatal, sehingga akan mengurangi kualitas sumber daya manusianya kelak dikemudian hari.
Multiple myeloma adalah suatu kanker sel plasma dimana sebuah clone dari sel plasma yang abnormal berkembangbiak, membentuk tumor di sumsum tulang dan menghasilkan sejumlah besar antibodi yang abnormal, yang terkumpul di dalam darah atau air kemih. Multiple myeloma (myelomatosis, plasma cell myeloma, Kahler's disease) merupakan keganasan sel plasma yang ditandai dengan penggantian sumsum tulang.

Pengetahuan dan penatalaksanaan Myeloma Multiple yang baik akan mengurangi dan mencegah terjadinya penyimpangan/kelainan dalam proses tumbuh kembang yang optimal sehingga akan meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas seoptimal mungkin, akan coba kami bahas dalam penyajian materi pada makalah berikut ini. 1.2. Rumusan Masalah Bagaimana konsep dasar mengenai Myeloma Multiple Bagaimana asuhan keperawatan klien dengan Myeloma Multiple

1.3. Tujuan a. Tujuan Umum. Tujuan umum penulis dalam menyusun makalah ini adalah untuk mendukung kegiatan pembelajaran, khususnya pada mata kuliah Keperawatan Kardiovaskuler yang membahas tentang Asuhan Keperawatan pada Myeloma Multiple sehingga mahasiswa dapat memahami bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan Meyloma Multiple dapat diterapkan dalam berbagai bidang pelayanan kesehatan.

KARDIO VASKULER III

S1 KEPERAWATAN
b. Tujuan Khusus. Tujuan khusus penulis dalam menyusun makalah ini agar mahasiswa memahami konsep dasar keperawatan pada klien dengan Myeloma Multiple, dan mengetahui bagaimana proses penyakit, etiologi, serta mampu memberikan Asuhan Keperawatan Pada Klien Myeloma Multiple.

KARDIO VASKULER III

S1 KEPERAWATAN BAB II KONSEP DASAR


2.1. DEFINISI Mieloma Multipel adalah suatu kanker sel plasma dimana sebuah clonedari sel plasma yang abnormal berkembangbiak, membentuk tumor di sumsum tulang dan menghasilkan sejumlah besar antibodi yang abnormal, yang terkumpul di dalam darah atau air diatas 40 tahun. kemih. (Smeltzer. 2001) Penyakit ini menyerang pria dan wanita, dan biasanya ditemukan pada usia Tumor sel plasma ( plasmasitoma) paling banyak ditemukan di tulang panggul, tulang belakang, tulang rusuk dan tulang Tengkorak. Kadang mereka ditemukan di daerah selain tulang, terutama di paru-paru dan organ reproduksit. Sel plasma yang abnormal hampir selalu menghasilkan sejumlah besar antibodi yang abnormal dan pembentukan antobodi yang normal berkurang. Sebagai akibatnya, penderita lebih mudah terkena infeksi. Pecahan dari antibodi yang abnormal seringkali terkumpul di ginjal, menyebabkan kerusakan dan kadang menyebabkan gagal antibodi abnormal di dalam air kemih disebut protein Bence-Jones. Myeloma, seperti kanker-kanker lain, mulai pada sel-sel. Pada kanker, sel-sel baru terbentuk ketika tubuh tidak memerlukan mereka, dan sel-sel yang tua atau rusak tidak mati ketika mereka harus mati. Sel-sel ekstra ini dapat membentuk massa dari jaringan yang disebut pertumbuhan atau tumor. Myeloma mulai ketika sel plasma menjadi abnormal. Sel yang abnormal membelah untuk membuat salinan-salinan dari dirinya sendiri. Sel-sel yang baru membelah berulangulang, membuat semakin banyak sel-sel abnormal. Sel-sel plasma abnormal ini disebut sel-sel myeloma. Pada waktunya, sel-sel myeloma berkumpul dalam sumsum tulang. Mereka mungkin merusak bagian yang padat dari tulang. Ketika sel-sel myeloma berkumpul pada beberapa
3

ginjal.

Endapan

dari

pecahan antibodi di dalam ginjal atau organ lainnya bisa menyebabkan amiloidosis. Pecahan

KARDIO VASKULER III

S1 KEPERAWATAN
tulang-tulang anda, penyakitnya disebut "multiple myeloma". Penyakit ini mungkin juga membahayakan jaringan-jaringan dan organ-organ lain, seperti ginjal-ginjal. Sel-sel myeloma membuat antibodi-antibodi yang disebut protein-protein M dan protein-protein lain. Protein-protein ini dapat berkumpul dalam darah, urin, dan organ-organ. 2.2. ETIOLOGI DAN FAKTOR PENYEBAB Tidak ada satupun orang yang tahu penyebab-penyebab yang tepat dari multiple myeloma. Dokter-dokter jarang tahu mengapa seorang mengembangkan penyakit ini dan yang lainnya tidak. Bagaimanapun, kita tahu bahwa multiple myeloma tidak menular. Anda tidak dapat mendapatkannya dari orang lain. Penelitian telah menunjukan bahwa faktor-faktor risiko tertentu meningkatkan kesempatan seseorang akan mengembangkan penyakit ini. Studi-studi telah menemukan faktor-faktor risiko berikut untuk multiple myeloma:

Umur diatas 65 tahun: Tumbuh menjadi lebih tua meningkatkan kesempatan mengembangkan multiple myeloma. Kebanyakan orang-orang dengan myeloma terdiagnosa setelah umur 65 tahun. Penyakit ini adalah jarang pada orang-orang yang lebih muda dari umur 35 tahun.

Ras (Bangsa): Risiko dari multiple myeloma adalah paling tinggi diantara orang-orang Amerika keturunan Afrika dan paling rendah diantara orang-orang Amerika keturunan Asia. Sebab untuk perbedaan antara kelompok-kelompok ras tidak diketahui.

Menjadi pria: Setiap tahun di Amerika, kira-kira 11,200 pria-pria dan 8,700 wanita-wanita terdiagnosa dengan multiple myeloma. Tidak diketahui mengapa lebih banyak pria-pria terdiagnosa dengan penyakit ini.

Sejarah perorangan dari monoclonal gammopathy of undetermined significance (MGUS): MGUS adalah kondisi yang tidak membahayakan dimana sel-sel plasma abnormal membuat protein-protein M. Biasanya, tidak ada gejala-gejala, dan tingkat yang abnormal dari protein M ditemukan dengan tes darah. Adakalanya, orangorang dengan MGUS mengembangkan kanker-kanker tertentu, seperti multiple myeloma. Tidak ada perawatan, namun orang-orang dengan MGUS menperoleh tes-tes lab regular (setiap 1 atau 2 tahun) untuk memeriksa peningkatan lebih lanjut pada tingkat
4

KARDIO VASKULER III

S1 KEPERAWATAN
protein M. Mereka juga memperoleh pemeriksaan-pemeriksaan regular untuk memeriksa perkembangan dari gejala-gejala.

Sejarah multiple myeloma keluarga: Studi-studi telah menemukan bahwa risiko multiple myeloma seseorang mungkin lebih tinggi jika saudara dekatnya mempunyai penyakit ini. Banyak faktor-faktor risiko lain yang dicurigai sedang dipelajari. Peneiti-peneliti telah

mempelajari apakah terpapar pada kimia-kimia atau kuman-kuman tertentu (terutama virusvirus), yang mempunyai perubahan-perubahan pada gen-gen tertentu, memakan makananmakanan tertentu, atau menjadi kegemukan (obese) meningkatkan risiko mengembangkan multiple myeloma. Peneliti-penelit terus menerus mempelajari ini dan kemungkinan faktorfaktor risiko lain. Mempunyai satu atau lebih faktor-faktor risiko tidak berarti bahwa seorang akan mengembangkan myeloma. Kebanyakan orang-orang yang mempunyai faktor-faktor risiko tidak pernah mengembangkan kanker. 2.3. PATHOFISIOLOGI Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik (pembentukan tulang)atau proses pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal.. Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan periosteum tulang yang baru dekat tempat lesi terjadi, sehingga terjadi pertumbuhan tulang yang abortif.

2.4. GEJALA Nyeri tulang, biasanya pada punggung dan tulang-tulang rusuk
5

KARDIO VASKULER III

S1 KEPERAWATAN
Tulang-tulang yang patah, biasanya pada spine (tulang belakang) Merasa lemah dan sangat lelah Merasa sangat haus Infeksi-infeksi dan demam-demam yang seringkali Kehilangan berat badan Mual atau sembelit Buang air kecil yang seringkali.

Paling sering, gejala-gejala tidak disebabkan oleh kanker. Persoalan-persoalan kesehatan lain mungkin juga menyebabkan gejala-gejala ini. Hanya seorang dokter dapat memastikannya. Siapa saja dengan gejala-gejala ini harus memberitahu dokter sehingga persoalan-persoalan dapat didiagnosa dan dirawat sedini mungkin. Mieloma multipel seringkali menyebabkan nyeri tulang (terutama pada tulang belakang atau tulang rusuk) dan pengeroposan tulang sehingga tulang mudah patah. Nyeri tulang biasanya merupakan gejala awal, tetapi kadang penyakit ini terdiagnosis setelah penderita mengalami:

Anemia, karena sel plasma menggeser sel-sel normal yang menghasilkan sel darah merah di sumsum tulang.

Infeksi bakteri berulang, karena antibodi yang abnormal tidak efektif melawan infeksi Gagal ginjal, karena pecahan antibodi yang abnormal (protein Bence-Jones) merusak ginjal.

Kadang mieloma multipel mempengaruhi aliran darah ke kulit, jari tangan, jari kaki dan hidung karena terjadi pengentalan darah (sindroma hiperviskositas). Berkurangnya aliran

KARDIO VASKULER III

S1 KEPERAWATAN
darah ke otak bisa menyebabkan gejala neurologis berupa kebingungan, gangguan penglihatan dan sakit kepala.

2.5. TES DIAGNOSTIK Dokter-dokter adakalanya menemukan multiple myeloma setelah tes darah rutin. Lebih sering, dokter-dokter mencurigai multiple myeloma setelah x-ray untuk tulang yang patah. Umumnya meskipun demikian, pasien-pasien pergi ke dokter karena mereka mempunyai geala-gejala yang lain. Untuk mencari tahu apakah persoalan-persoalan jenis ini adalah dari multiple myeloma atau beberapa kondisi-kondisi lain, dokter anda mungkin bertanya tentang sejarah medis pribadi dan keluarga anda dan melakukan pemeriksaan fisik. Dokter anda juga mungkin meminta beberapa dari tes-tes- berikut: Tes-tes Darah: Lab melakukan beberapa tes-tes darah:

Multiple myeloma menyebabkan tingkat-tingkat yang tinggi dari protein-protein dalam darah. Lab memeriksa tingkat-tingkat dari banyak protein-protein yang berbeda, termasuk protein M dan immunoglobulin-immunoglobulin (antibodiantibodi) lain, albumin, dan beta-2-microglobulin.

Myeloma mungkin juga menyebabkan anemia dan tingkat-tingkat yang rendah dari sel-sel darah putih dan platelet-platelet. Lab melakukan complete blood count untuk memeriksa jumlah sel-sel darah putih, sel-sel darah merah, dan plateletplatelet.

Lab juga memeriksa tingkat-tingkat yang tinggi dari calcium. Untuk melihat berapa baik giinjal-ginjal bekerja, lab menguji creatinine.
7

KARDIO VASKULER III

S1 KEPERAWATAN

Tes-tes Urin: Lab melihat kemungkinan protein Bence Jones, tipe dari protein M, dalam urin. Lab mengukur jumlah dari protein Bence Jones dalam urin yang dikumpulkan melalui periode 24 jam. Jika lab menemukan tingkat yang tinggi dari protein Bence Jones dalam sample urin anda, dokter-dokter akan memonitor ginjal-ginjal anda. Protein Bence Jones dapat menyumbat ginjal-ginjal dan merusak mereka.

X-rays: Anda mungkin mempunyai x-rays untuk melihat kemungkinan tulangtulang yang patah atau menipis. X-ray dari seluruh tubuh anda dapat dilakukan untuk melihat berapa banyak tulang-tulang dapat dirusak oloeh myeloma.

Biopsi: Dokter anda mengeluarkan jaringan untuk melihat kemungkinan sel-sel kanker. Biopsi adalah satu-satunya cara yang pasti untuk mengetahui apakah selsel myeloma ada didalam sumsum tulang anda. Sebelum sample diambil, anestesi lokal digunakan untuk memati rasakan area. Ini membantu mengurangi nyeri. Dokter anda mengeluarkan beberapa sumsum tulang dari tulang pinggul anda atau tulang besar lainnya. Ahli patologi menggunaan mikroskop untuk memeriksa jaringan untuk sel-sel myeloma.

Ada dua cara-cara dokter anda dapat memperoleh sumsum tulang. Beberapa orangorang akan mempunyai kedua prosedur-prosedur selama kunjungan yang sama:

Aspirasi sumsum tulang: Dokter menggunakan jarum tebal yang berongga untuk mengeluarkan sample-sample dari sumsum tulang. Biopsi sumsum tulang: Dokter menggunakan jarum yang sangat tebal yang berongga untuk mengeluarkan sepotong kecil tulang dan sumsum tulang.

2.6. PENATALAKSANAAN 1. Penatalaksanaan medis Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat didiagnosis. Tujuan penatalaksanaan secara umum meliputi pengangkatan tumor, pencegahan amputasi jika memungkinkan dan pemeliharaan fungsi secara maksimal dari anggota tubuh atau ekstremitas yang sakit. Penatalaksanaan meliputi pembedahan, kemoterapi, radioterapi, atau terapi kombinasi.
8

KARDIO VASKULER III

S1 KEPERAWATAN
Osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahan dan / atau radiasi dan kemoterapi. Protokol kemoterapi yang digunakan biasanya meliputi adriamycin (doksorubisin) cytoksan dosis tinggi (siklofosfamid) atau metrotexate dosis tinggi (MTX) dengan leukovorin. Agen ini mungkin digunakan secara tersendiri atau dalam kombinasi. Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan pemberian cairan normal intravena, diurelika, mobilisasi dan obat-obatan seperti fosfat, mitramisin, kalsitonin atau kortikosteroid, (Gale, 1999). 2. Tindakan keperawatan a. Manajemen nyeri Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas dalam, visualisasi, dan bimbingan imajinasi ) dan farmakologi ( pemberian analgetika ). b. Mengajarkan mekanisme koping yang efektif Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka, dan berikan dukungan secara moril serta anjurkan keluarga untuk berkonsultasi ke ahli psikologi atau rohaniawan. c. Memberikan nutrisi yang adekuat Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek samping kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang adekuat. Antiemetika dan teknik relaksasi dapat mengurangi reaksi gastrointestinal. Pemberian nutrisi parenteral dapat dilakukan sesuai dengan indikasi dokter. d. Pendidikan kesehatan Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang kemungkinan terjadinya komplikasi, program terapi, dan teknik perawatan luka di rumah. (Smeltzer. 2001) \

KARDIO VASKULER III

S1 KEPERAWATAN

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN


3.1. PENGKAJIAN ANAMNESIS 1. Identitas klien Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada bayi dan neonatus), jenis kelamin pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register, asuransi kesehatan, dan diagnosa medis. 2. Riwayat penyakit : pengobatan kanker sebelumnya Riwayat keluarga : adanya gangguan hematologis, adanya faktor herediter misal kembar monozigot. Kaji adanya tanda-tanda anemia : kelemahan, kelelahan, pucat, sakit kepala, anoreksia, muntah, sesak, nafas cepat Kaji adanya tanda-tanda leukopenia : demam, stomatitis, gejala infeksi pernafasan atas, infeksi perkemihan; infeksi kulit dapat timbul kemerahan atau hiotam tanpa pus Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia : ptechiae, purpura, perdarahan membran mukosa, pembentukan hematoma, purpura; kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medula: limfadenopati, hepatomegali, splenomegali. Kaji adanya pembesaran testis, hemAturia, hipertensi, gagal ginjal, inflamasi di sekkitar rektal dan nyeri.

10

KARDIO VASKULER III

S1 KEPERAWATAN
PEMERIKSAAN FISIK Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran vena. Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas. Nyeri tekan / nyeri lokal pada sisi yang sakit. mungkin hebat atau dangkal. sering hilang dengan posisi flexi. anak berjalan pincang, keterbatasan dalam melakukan aktifitas, tidak mampu menahan objek berat. Kaji status fungsional pada area yang sakit, tanda-tanda inflamasi, nodus limfe regional.

3.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi. 2. Koping tidak efektif berhubungan dengan rasa takut tentang ketidak tahuan, persepsi tentang proses penyakit, dan sistem pendukung tidak adekuat. 3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berkenaan dengan kanker. 4. Gangguan harga diri karena hilangnya bagian tubuh atau perubahan kinerja peran. 5. Berduka berhubungan dengan kemungkinan kehilangan alat gerak.

3.3. RENCANA INTERVENSI Dx 1 : Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi. Tujuan: klien mengalami pengurangan nyeri Kriteria Hasil : Mengikuti aturan farmakologi yang ditentukan. Mendemontrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktifitas hiburan sesuai indikasi situasi individu. Intervensi :
11

KARDIO VASKULER III

S1 KEPERAWATAN
Kaji status nyeri ( lokasi, frekuensi, durasi, dan intensitas nyeri ) R/ memberikan data dasar untuk menentukan dan mengevaluasi intervensi yang diberikan. Berikan lingkungan yang nyaman, dan aktivitas hiburan ( misalnya : musik, televisi ) R/ meningkatkan relaksasi klien. Ajarkan teknik manajemen nyeri seperti teknik relaksasi napas dalam, visualisasi, dan bimbingan imajinasi. R/ meningkatkan relaksasi yang dapat menurunkan rasa nyeri klien Kolaborasi :Berikan analgesik sesuai kebutuhan untuk nyeri. R/ mengurangi nyeri dan spasme otot. Dx 2 Tujuan : Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping efektif dan partisipasi aktif dalam aturan pengobatan Kriteria Hasil : Pasien tampak rileks Melaporkan berkurangnya ansietas Mengungkapkan perasaan mengenai perubahan yang terjadi pada diri klien

Intervensi : Motivasi pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan. R/ memberikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa takut serta kesalahan konsep tentang diagnosis. Berikan lingkungan yang nyaman dimana pasien dan keluarga merasa aman untuk mendiskusikan perasaan atau menolak untuk berbicara.

12

KARDIO VASKULER III

S1 KEPERAWATAN
R/ membina hubungan saling percaya dan membantu pasien untuk merasa diterima dengan kondisi apa adanya. Pertahankan kontak sering dengan pasien dan bicara dengan menyentuh pasien. R/ memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri atau ditolak. Berikan informasi akurat, konsisten mengenai prognosis. R/ dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien membuat keputusan atau pilihan sesuai realita. Dx 3 Tujuan : mengalami peningkatan asupan nutrisi yang adekuat Kriteria Hasil : penambahan berat badan, bebas tanda malnutrisi, nilai albumin dalam batas normal ( 3,5 5,5 g% ) Intervensi : Catat asupan makanan setiap hari. R/ mengidentifikasi kekuatan atau defisiensi nutrisi. Ukur tinggi, berat badan, ketebalan kulit trisep setiap hari. R/ mengidentifikasi keadaan malnutrisi protein kalori khususnya bila berat badan dan pengukuran antropometrik kurang dari normal Berikan diet TKTP dan asupan cairan adekuat. R/ memenuhi kebutuhan metabolik jaringan. Asupan cairan adekuat untuk menghilangkan produk sisa. Kolaborasi : Pantau hasil pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi. R/ membantu mengidentifikasi derajat malnutrisi

13

KARDIO VASKULER III

S1 KEPERAWATAN
Dx 4 Tujuan : mengungkapan perubahan pemahaman dalam gaya hidup tentang tubuh, perasaan tidak berdaya, putus asa dan tidak mampu. Kriteria Hasil : Mulai mengembangkan mekanisme koping untuk menghadapi masalah secara efektif. Intervensi : Diskusikan dengan orang terdekat pengaruh diagnosis dan pengobatan terhadap kehidupan pribadi pasien dan keluarga. R/ membantu dalam memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan masalah. Motivasi pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan tentang efek kanker atau R/ membantu dalam pemecahan masalah. Pertahankan kontak mata selama interaksi dengan pasien dan keluarga dan bicara dengan menyentuh pasien R/ menunjukkan rasa empati dan menjaga hubungan saling percaya dengan pasien dan keluarga. Dx. 5 Tujuan : Keluarga dan klien siap menghadapi kemungkinan kehilangan anggota gerak. Kriteria Hasil : Pasien menyesuaikan diri terhadap kehilangan anggota gerak Mengalami peninggkatan mobilitas Intervensi : Lakukan pendekatan langsung dengan klien. R/ meningkatkan rasa percaya dengan klien. Diskusikan kurangnya alternatif pengobatan. R/ memberikan dukungan moril kepada klien untuk menerima pembedahan. pengobatan.

14

KARDIO VASKULER III

S1 KEPERAWATAN
Ajarkan penggunaan alat bantu seperti kursi roda atau kruk sesegera mungkin sesuai dengan kemampuan pasien. R/ membantu dalam melakukan mobilitas dan meningkatkan kemandirian pasien. Motivasi dan libatkan pasien dalam aktifitas bermain. R/ secara tidak langgsung memberikan latihan mobilisasi.

BAB IV LEUKEMIA
4.1. DEFINISI Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001). Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi ssel darah putih dalam sumusm tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Juga terjadi proliferasi di hati, limpa dan nodus limfatikus, dan invasi organ non hematologis, seperti meninges, traktus gastrointesinal, ginjal dan kulit. 4.2. ETIOLOGI Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia yaitu : 1. Faktor genetik : virus tertentu meyebabkan terjadinya perubahan struktur gen ( T cell leukemia-lymphoma virus/HTLV) 2. Radiasi ionisasi : lingkungan kerja, pranatal, pengobatan kanker sebelumnya 3. Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzen, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon, dan agen anti neoplastik. 4. Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol 5. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot

15

KARDIO VASKULER III

S1 KEPERAWATAN
6. Kelainan kromosom : Sindrom Blooms, trisomi 21 (Sindrom Downs), Trisomi G (Sindrom Klinefelters), Sindrom fanconis, Kromosom Philadelphia positif, Telangiektasis ataksia.

4.3. Patofisiologi Leukemia meningkat dari sel batang limfoid tunggal dengan kematangan lemah dan pengumpulan sel-sel penyebab kerusakan di dalam sumsum tulang. Biasanya dijumpai tingkat pengemabangan limfoid yang berbeda dalam sumsum tulang, mulai dari yang premature hingga hampir menjadi sel normal. Derajat kematangannya merupakan petunjuk untuk menentukan atau meramalkan kelanjutannya. Pada pemeriksaan darah tepi, ditemukan sel muda limfoblas dan biasanya terdapat leukositosis, kadang-kadang leucopenia (25%). Jumlah leukosit neutrofil seringkali rendah, demikian kadar hemoglobin dan trombosit. Hasil pemeriksaan sumsum tulang biasanya menunjukkan sel-sel blast yang dominan. Pematangan limfosit B dimulai dari stem sel pluripoten, kemudian stem sel limfoid, pre-B, early B, sel B intermedia, sel B matang, sel plasmasitoid, dan sel plasma. Limfosit T juga berasal dari stem sel pluripoten, berkembang menjadi stem sel limfoid, sel timosit imatur, cimmom thymosit, timosit matur, serta menjadi sel limfosit T helper dan limfosif T supresor. Peningkatan produksi leukosit juga melibatkan tempat-tempat ekstramedular sehingga anak-anak menderita pembesaran kelenjar limfe dan hepatosplenomegali. Sakit tulang juga sering dijumpai. Juga timbul serangan pada susunan saraf pusat, yaitu: sakit kepala, muntahmuntah, kejnag dan gangguan penglihatan.

16

KARDIO VASKULER III

S1 KEPERAWATAN

PATH WAY Penyebab yang tidak diketahui Terekspose radiasi ion toksin (seperti benzen, agent alkylating) Virus yaitu Human T-cell Leukimia Lymphoma Virus (HTLV-1) Faktor keturunan

17

KARDIO VASKULER III

S1 KEPERAWATAN
Gangguan genetik seperti syndrome down, Fanconis Anemia Kompetisi dari makanan, infiltrasi dan replacement

Sumsum tl. Belakang

Infiltrasi ekstra medular

SSP

Hypermetabolisme

Penurunan SDM

penuruna SDP

penurunan platelet

peningkatan pembesaran hati tekanan limpa & KGB

leukimia meningitis

kelaparan sel

Anemia

infeksi

perdarahan nyeri tulang pengecilan & sendi tulang

- resti infeksi

fraktur

Resti ggn.Perfusi jaringan - Intoleransi aktivitas


-

ggn. rasa nyaman resti cedera

ggn pola nafas - ggn. perfusi - defisit vol. cairan

-ggn. nutrisi

serebral

4.4. JENIS LEUKEMIA 1. Leukemia Mielogenus Akut AML mengenai sel stem hematopeotik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel Mieloid: monosit, granulosit, eritrosit, eritrosit dan trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena; insidensi meningkat sesuai bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi. 2. Leukemia Mielogenus Kronic CML juga dimasukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid. Namun lebih banyak sel normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan. CML jarang
18

KARDIO VASKULER III

S1 KEPERAWATAN
menyerang individu di bawah 20 tahun. Manifestasi mirip dengan gambaran AML tetapi tanda dan gejala lebih ringan, pasien menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun, peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang luar biasa, limpa membesar 3. Luekemia Limfositik Akut ALL dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak, laki-laki lebih banyak dibanding perempuan, puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia 15 ALL jarang terjadi. Manifestasi limfosit immatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer, sehingga mengganggu perkembangan sel normal.. 4. Leukemia Limfositik Kronis CLL merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 sampai 70 tahun. Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan gejala, baru terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit lain. 4.5. TANDA DAN GEJALA 1. Aktivitas : kelelahan, kelemahan, malaise, kelelahan otot. 2. Sirkulasi :palpitasi, takikardi, mur-mur jantung, membran mukosa pucat. 3. Eliminsi : diare, nyeri tekan perianal, darah merah terang, feses hitam, penurunan haluaran urin. 4. Integritas ego : perasaan tidak berdaya, menarik diri, takut, mudah terangsang, ansietas. 5. Makanan/cairan: anoreksia, muntah, perubahan rasa, faringitis, penurunan BB dan disfagia. 6. Neurosensori : penurunan koordinasi, disorientasi, pusing kesemutan, parestesia, aktivitas kejang, otot mudah terangsang. 7. Nyeri : nyeri abomen, sakit kepala, nyeri sendi, perilaku hati-hati gelisah. 8. Pernafasan : nafas pendek, batuk, dispneu, takipneu, ronkhi, gemericik, penurunan bunyi nafas.

19

KARDIO VASKULER III

S1 KEPERAWATAN
9. Keamanan : gangguan penglihatan, perdarahan spontan tidak terkontrol, demam, infeksi, kemerahan, purpura, pembesaran nodus limfe. 10. Seksualitas : perubahan libido, perubahan menstruasi, impotensi, menoragia

4.6. KOMPLIKASI 1. Infeksi yang lebih sering terjadi pada paru-paru, saluran cerna dan kulit 2. Hemoragi akibat trombositopenia 3. Kerusakan SSP 4. Kerusakan tulang 5. Kerusakan testikuler 6. Nepropaty uretra 7. Efek pengobatan yang lama 4.7. PEMERIKSAAN PENUNJANG Hitung darah lengkap : menunjukkan normositik, anemia normositik Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml Retikulosit : jumlah biasaya rendah Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm) SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP immatur PTT : memanjang LDH : mungkin meningkat Asam urat serum : mungkin meningkat Muramidase serum : pengikatan pada leukemia monositik akut dan mielomonositik Copper serum : meningkat Zink serum : menurun
20

KARDIO VASKULER III

S1 KEPERAWATAN
Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat keterlibatan.

4.8. PENATALAKSANAAN 1. Pelaksanaan kemoterapi 2. Irradiasi kranial 3. Terdapat tiga fase pelaksanaan keoterapi : a. Fase induksi Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan terapi kortikostreroid (prednison), vincristin dan L-asparaginase. Fase induksi dinyatakan behasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%. b. Fase Profilaksis Sistem saraf pusat Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan hydrocotison melaui intrathecal untuk mencegah invsi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf pusat.

21

KARDIO VASKULER III

S1 KEPERAWATAN BAB V ASUHAN KEPERAWATAN


5.1. PENGKAJIAN 1. Riwayat penyakit : pengobatan kanker sebelumnya. 2. Riwayat keluarga : adanya gangguan hematologis, adanya faktor herediter misal kembar monozigot). 3. Kaji adanya tanda-tanda anemia : kelemahan, kelelahan, pucat, sakit kepala, anoreksia, muntah, sesak, nafas cepat. 4. Kaji adanya tanda-tanda leukopenia : demam, stomatitis, gejala infeksi pernafasan atas, infeksi perkemihan; infeksi kulit dapat timbul kemerahan atau hiotam tanpa pus. 5. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia : ptechiae, purpura, perdarahan membran mukosa, pembentukan hematoma, purpura; kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medula: limfadenopati, hepatomegali, splenomegali. 6. Kaji adanya pembesaran testis, hemAturia, hipertensi, gagal ginjal, inflamasi di sekkitar rektal dan nyeri. 5.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENS 1. Actual/ resiko tinggi terhadap infeksi yang berhubungan dengan perubahan maturitas sel darah merah, peningkatan jumlah limfosit imatur, dan imunosupresi. 2. Aktul/ resiko terhadap penurunan volume cairan yang yang berhubungan dengan muntah, perdarahan, diare, dan penurunan intake cairan. 3. Nyeri akut yang berhubungan dengan pembesaran kelenjar limfa, efek sekunder pemberian agen antileukemia. 4. Intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan kelemahan, penurunan sumber energy, peningkatan laju metabolism akibat produksi leukosit yang berlebihan, serta ketidakseimbangan suplai oksigen dengan kebutuhan.

22

KARDIO VASKULER III

S1 KEPERAWATAN
5. Koping individu atau keluarga tidak efektif yang berhubungan dengan prognosis penyakit, gambaran diri yang salah, dan perubahan peran. 6. Kecemasan yang berhubungan dengan prognosis penyakit. 5.3. RENCANA KEPERAWATAN 1. DX 1
Actual/ resiko tinggi terhadap infeksi yang berhubungan dengan perubahan maturitas sel darah merah, peningkatan jumlah limfosit imatur, dan imunosupresi. Tujuan: dalam waktu x 24 jam tidak terjadi infeksi Kriteria: klien dan keluarga mampu mengidentifikasi factor resiko yang dapat dikurangi serta mampu menyebutkan tanda dan gejala infeksi. Intervensi Kaji dan catat factor yang Rasional Menjadi data dasar meminimalkan resiko infeksi

meningkatkan resiko infeksi Lakukan tindakan untuk mencegah pemajanan pada sumber sumber yang berisiko Pertahankan isolasi protektif sesuai kebijakan intitusional Pertahankan teknik mencuci tangan Beri higien yang baik Batasi pengunjung Perubahan TTV merupakan tanda dini terjadinya sepsis, terutama bila terjadi peningkatan suhu tubuh Jelaskan alasan kewaspadaan dan pantangan Yakinkan klien keluarga kerentatan bahwa pada Pengertian klien dapat memperbaiki kepatuhan dan mengurangi factor resiko. Granulositopenia dapat menetap 6-6-12 minggu. Pengertian tentang sifat dapat sementara medmbantu 23 granulositopenia Kewaspadaan meminimalkan pemajanan klien terhadap bakteri, virus, dan pathogen jamur, baik endogen maupun eksogen

Gunakan protocol rawat mulut Laporkan bila ada perubahan TTV

peningkatan

infeksi hanya sementara

KARDIO VASKULER III

S1 KEPERAWATAN
kecemasan klien dan keluarga Minimalkan prosedur infasif Prosedur tertentu dapat menyebabkan trauma jaringan, meningkatkan kerentatan infeksi Dapatkan kultur sputum, urin, diare, darah, dan sekresi tubuh abnormal sesuai anjuran Kultur dapat mengonfirmasikan infeksi dean

mengidentifikasi oerganisme penyebab.

2. DX II
Aktual/ resiko terhadap penurunan volume cairan yang yang berhubungan dengan muntah, perdarahan, diare, dan penurunan intake cairan. Tujuan: dalam waktu x24 jam gangguan volume dan syok hipovolemik teratasi Criteria: klien tidak mengeluh pusing, membrane mukosa lembab, turgor kulit normal, TTV normal, urine 600 ml/ hari. Laboratorium: nilai hematokrit dan protein serum meningkat, BUN/ kreatinin menurun Intervensi Pantau terus cairan tubuh ( turgor kulit, membrane mukosa, dan haluan urine) Rasional Jumlah dan tipe cairan pengganti ditentukan dari keadaan status cairan. Penurunan volume cairan mengakibatkan

menurunya produksi urin, pemantauan yang ketat pada produksi urin 600 ml/hari merupakan tanda-tanda terjadinya syok kardiogenik Kaji sumber-sumber kehilangan Kehilangan cairan bias berasal dari factor ginjal dan diluar ginjal. Penyakit yang mendasari terjadinya kekurangan volume cairan ini juga harus dibatasi. Perdarahan harus dikendalikan. Muntah dapat diatasi dengan obat-obat antiemetic dan diare dengan antidiare Auskultasi TD. Bandingkan kedua lengan, ukur dalam keadaan berbaring, duduk, atau berdiri Hipotensi dapat terjadi pada hipovolemik yang memberikan manifestasi sudah terlibatnya system kardiovaskuler untuk melekukan 24

cairan

KARDIO VASKULER III

S1 KEPERAWATAN
bila memungkinkan kompensai darah Timbang berat badan setiap hari Sebagai ukuran keadekuatan volume cairan. Intake yang lebih besar dari output diintifikasi menjadi renal obstruksi Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi perifer, dan diaphoresis secara teratur Pantau frekwensi jantung dan irama Perubahan frekuensi dan irama jantung Mengetahui adanya pengaruh adanya mempertahankan tekanan

peningkatan tahanan perifer

menunjukan komplikasi disritmia Kolaborasi: Pertahankan pemberian cairan secara interavena Jalur yang paten penting untuk pemberian cepat dan memudahkan perawat dalam melakukan control intake dan output cairan Pemberian kortikosteroit Efek kortikosteroit yang menahan cairan dapat menurunkan bertambahnya cairan yang keluar Monitor hasil pemeriksaan diagnostic: planet, Hb/Hct, dan bekan darah Bila platelet kurang dari 20.000/mm, klien cendrung perdarahan. mengalami perdarahan. Penurunan Hb/Hct berindikasi terhadap

3. DX II
Nyeri akut yang berhubungan dengan pembesaran kelenjar limfe, efek sekunder pemberian agen antileukimia, peningkatan produksi asam laktat jaringan local Tujuan: terdapat penurunan respons nyeri Criteria: secara subjektif klien menyatakan penurunan rasa nyeri, secara objektif didapatkan tanda-tanda vital dalam batas normal, wajah rileks, dan tidak terjadi penurunan perfusi perifer 25

KARDIO VASKULER III

S1 KEPERAWATAN
Intervensi Catat karakteristik nyeri, lokasi, intensitas, serta lama dan penyebarannya Lakukan manajemen nyeri Posisi fisiologis akan meningkatkan asupan O2 ke jaringan yang mengalami nyeri sekunder dari iskemia Istirahat akan menurunkan kebutuhan O2 jaringan 2. Istirahatkan klien perifer sehingga akan menurunkan demand oksigen jaringan Lingkungan yang tenang akan menurunkan stimulus 3. Manajemen lingkungan: lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung eksternal dan pembatasan membantu banyak pengunjung akan akan apabila Rasional Variasi penampilan dan prilaku klien karena nyeri sebagai temuan pengkajian

keperawatan: 1. Atur posisi fisilogis

meningkatkan kondisi O2 ruangan yang berkurang pengunjung di ruangan Meningkatkan asupan O2 sehingga akan mennurunkan nyeri sekunder dari iskemia Distraksi dapat menurunkan stimulus

4. Ajarkan tehnik relaksasi pernafasan dalam 5. Ajarkan tehnik distraksi pada saat nyeri

internal dengan mekanisme peningkatan produksi endorphin dan enkefalin yang dapat memblok reseptor nyeri untuk tidak dikirimkan kekorteks serebri sehingga menurunkan persepsi nyeri Manajemen sentuhan pasa saat nyeri berupa sentuhan dukungan psikologis dapat membantu penurunkan nyeri. Masase ringan dapat meningkatkan aliran darah dan dengan otomatis membantu suplai darah dan oksigen kearea nyeri dan menurunkan sensai nyeri

6. Lakukan manajemen sentuhan

Kolaborasi pemberian terapi 26

KARDIO VASKULER III

S1 KEPERAWATAN
Analgetik Digunakan untuk mengurangi nyeri sehubungan dengan hematoma otot yang besar dan perdarahan sendi analgetika oral non-opioid diberikan untuk menghindari ketergantungan terhadap narkotika pada nyeri kronis Bentuk terapi utama adalah kemoterapi dengan kombinasi vincristine, prednisone, daunorubicin, dan asparaginase untuk terapi awal dan dilanjutkan dengan kombinasi mercaptopurine, methoxate, vincristine, dan prednisone untuk pemeliharaan. Radiasi untuk daerah kraniospinal dan injeksi intratekal obat kemoterapi dapat membantu kekambuhan pada system saraf pusat

Kemoterapi

Radiasi

4. DX IV
Intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan kelemahan, penurunan sumber energy, peningkatan laju metabolism akibat produksi leukosit yang berlebihan, serta ketidakseimbangan suplai oksigen dengan kebutuhan. Tujuan: aktivitas sehari-hari klien terpenuhi dan mengkatnya kemampaun beraktivitas Kreteria: klien menunjukan kemampuan beraktivitas tanpa gejala-gejala yang berat, terutama mobilisai ditempat tidur. Intervensi Catat frekuensi dan irama jantung, serta perubahan tekanan darah selama dan sesudah aktivitas Tingkatkan istirahat, batasi Rasional Respon klien terhadap aktivitas dapat oksigen

mengindikasikan miokardium Menurnkan oksigen kerja

penurunan

miokardium/

konsumsi

aktivitas, dan berikan aktivitas senggang yang tidak berat Anjurkan klien untuk menghindari tekanan abdomen, misalnya

Dengan

mengejan

dapat

menyebabkan 27

bradikardi, menurunkan curah jantung,

KARDIO VASKULER III

S1 KEPERAWATAN
mengejan saat defekasi dan takikardi serta peningkatan tekanan darah Jelaskan pola peningkatan Aktifitas yg maju memberikan control

bertahap dari tingkat aktivitas, contoh bangun dari kursi bila tak ada nyeri, ambulasi, dan istirahat selama satu jam setelah makan Pertahankan klien tirah baring

jantung, meningkatkan regangan dan mencegah aktivitas berlebihan.

Untuk mengurangi beban jantung

sementara sakit akut Pertahankan rentang gerak pasif selama sakit kritis Evaluasi tanda vital saat kemajuan aktiviatas terjadi Berikan waktu istirahat di antara waktu aktivitas Meningkatkan kontraksi otot sehingga

membantu aliran vena balik Untuk mengetahui fungsi jantung, bila

dikaitkan dengan aktivitas Untuk mendapatkan cukup waktu resolusi bagi tubuh dan tidak terlalu memaksa kerja jantung

Selama

aktivitas

kaji

EKG,

Melihat dampak dari aktivitas berserta fungsi jantung

dispnea, sianosis, kerja dan frekuensi napas serta keluhan subjektif

5. DX V
Koping individu atau keluarga tidak evektif yang berhubungan dengan prognosis penyakit, gambaran diri yang salah, perubahan peran Tujuan : dalam waktu 1x 24 jam klien atau kluarga mampu mengembangkan koping yang positif Criteria hasil : klien kooperatif padda setiap intervensi keperawatan, mampu menyatakan atau mengomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang sedang terjadi, mampu menyatakan penerimaan diri terhadap situasi, nengakui dan menggabungkan perubahan dalam konsep diridengan cara yang akurat tyanpa harga diri yang negative 28

KARDIO VASKULER III

S1 KEPERAWATAN

29

KARDIO VASKULER III

Intervensi Kaji perubahan dari gangguan persepsi dan hubungan dengan derajat ketidakmampuan Identifikasi arti dari kehilangan atau disfungsi pada klien.

Rasional Menentukan bantuan individual dalam

S1 KEPERAWATAN menyusun rencana perawatan atau


pemilihan intervensi. Beberapa klien dapat menerima dan mengatur perubahan fungsi secara efektif dengan sedikit penyesuain diri, sedangkan yang mengenal laen dan mempunyai membandingkan mengatur kekurangan kesulitan

Anjurkan klie untuk mengekpresikan perasaan, termaksud permusuhan dan kemarahan

Menunjukan penerimaan, membantu klien untuk mengenal dan mulai menyusaikan tersebut dengan perasaan

Catat

ketika

klien

menyatakan

Mendukung bagian

penolakan tubuh atau

terhadap perasaan

terpengaruh seperti sekarat atau mengingkari dan menyatakan inilah kematian

negative terhadap gambaran tubuh juga kemampuan yang menunjukan kebutuhan dan intervensi serta dukungan emosional

Berikan informasi status kesehatan pada klien dan kluarga

Klien

dgn

hemophilia bantuan kondisis

sering dalam kronis,

memerlukan menghadapi

keterbatasan ruang kehidupan, dan kenyataan bahwa kondisi tersebut merupakan penyakit yang akan di turunkan kegenerasi berikutnya. Dukung mekanisme koping efektif Sejak masa kanak- kanak, klien di bantu sendiri untuk dan menerima penyakitnya dirirnya serta

m,engidentifikasi aspek positif dari kehidupan mefreka Hindari factor peningkatan stress Perawat harus mengetahui pengaruh stress tersebut secara professional dan personal serta menggali semua sumber dukungan untuk mereka sediri begitu juga untuk klien dan kluarganya Bantu dan ajarkan perawatan yang baik danVASKULER memperbaiki kebiasaan KARDIO III Membantu meningkatkan perasaan 30

emosional

harga diri dan mengontrol lebih dari satu area kehidupan

S1 KEPERAWATAN
6. DX VI
Cemas berhubungan dengan rasa takut akan kematian, ancaman atau perubahan kesehatan Tujuan : dalam waktu 1 x24 jam kecemasan klien berkurang Criteria hasil : klien menyatakan kecemasan berkurang, mengenal perasaannya, dapat mengidentifikasi penyebab atau factor yang mempengaruhinya, kooperatif terhadap tindakan wajah rileks.

Intervensi Kaji tanda verbal dan noverbal klien dan

Rasional Reaksi verbal / nonverbal dapat

kecemasan,

damping

menunjukan rasa agitasi, marah dan gelisah

lakukan tindakan bila menunjukan prilaku merusak Hindari konfrontasi

Konfrontasi dapat meningkatkan rasa marah, menurunkan kerja sama, dan mungkin penyembuhan memperlambat

Mulai

melakukan

tindakan kecemasan,

untuk beri

Mengurangi rangsangan internal yang tidak perlu

mengurangi penuh istirahat

lingkungan yang tenang dan suasana

Tingkatkan control sensasi klien

Dapat menurunkan ketakutan dengan cara memberikan informasi tentang keadaan klien

Orientasikan klien terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang di harapkan Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan ansietasnya

Orientasi dapat menurunkan kecemasan

Dapat

menghilangkan

ketegangan

terhadap kekhawatiran yang tidak di ekspresikan

Berikan privasi klien dan orang terdekat

Memberikan

waktu

untuk perasaan,

mengekspresikan

menghilangkan cemas dan prilaku 31

KARDIO VASKULER III

S1 KEPERAWATAN
adaptasi Kolaborasi : berikan anti cemas sesuai indikasi contohnya : diazepam. Meningkatkan relaksasi dan menurunkan kecemasan

BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan
32

KARDIO VASKULER III

S1 KEPERAWATAN
Mieloma Multipel adalah suatu kanker sel plasma dimana sebuah clonedari sel plasma yang abnormal berkembangbiak, membentuk tumor di sumsum tulang dan menghasilkan sejumlah besar antibodi yang abnormal, yang terkumpul di dalam darah atau air kemih. Penyakit ini menyerang pria dan wanita, dan biasanya ditemukan pada usia diatas 40 tahun. Tumor sel plasma (plasmasitoma) paling banyak ditemukan di tulang panggul, tulang belakang, tulang rusuk dan tulang Tengkorak. Kadang mereka ditemukan di daerah selain tulang, terutama di paru-paru dan organ reproduksit. Pada waktunya, sel-sel myeloma berkumpul dalam sumsum tulang. Mereka mungkin merusak bagian yang padat dari tulang. Ketika sel-sel myeloma berkumpul pada beberapa tulang-tulang anda, penyakitnya disebut "multiple myeloma". Penyakit ini mungkin juga membahayakan jaringan-jaringan dan organ-organ lain, seperti ginjal-ginjal. Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001). Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi ssel darah putih dalam sumusm tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Juga terjadi proliferasi di hati, limpa dan nodus limfatikus, dan invasi organ non hematologis, seperti meninges, traktus gastrointesinal, ginjal dan kulit. B. Saran Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi semua orang yang membacanya. Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu mata kuliah Keperawatan Kardiovaskuler III. Selain itu diperlukan lebih banyak referensi dalam penyusunan makalah ini agar lebih baik.

33

KARDIO VASKULER III

Anda mungkin juga menyukai