Anda di halaman 1dari 5

Bioetanol Molase Tebu Hasil Samping Industri Tebu yang Menguntungkan Oleh : Nur Fatimah, S.

TP PBT Pertama BBP2TP Surabaya

tersebut,

hal

lain

yang

melatarbelakangi

penggunaan bahan alternatif selain energi fosil dan batu bara adalah : alasan lingkungan untuk mengurangi polusi udara. Kadar CO2 atmosfer bumi bertambah 25 %. Sektor tansportasi menyumbang sekitar 80 % dari emisi CO2 tersebut. Pembakaran BBM menghasilkan gas berbahaya seperti CO, NOx, dan UHC (unburn Hydro Carbon). Gas buang ini menyebabkan gangguan kesehatan serta mempercepat

pemanasan global (Toharisman, A.a, 2008). Ketergantungan negara di dunia akan minyak bumi yang disebabkan oleh meningkatnya jumlah kendaraan transportasi dan semakin banyaknya pabrik sehingga mengakibatkan Oleh karena itu, Pemerintah

menggalakkan berbagai macam upaya untuk mengganti penggunaan minyak bumi tersebut dengan pemanfaatan biofuel. Salah satu upaya pemerintah adalah : terbitnya Instruksi Presiden No. 1 tahun 2006 tentang penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar (biofuel) sebagai bahan bakar. Dan disusul SK Dirjen Minyak dan Gas No. 3674/24/DJM/2006 tanggal 17 Maret 2006 yang mengizinkan pencampuran bioetanol ke dalam gasoline sehingga 10 % (Toharisman, A.a, 2008).

cadangan minyak bumi semakin menipis. Dalam acara rapat kerja dengan Komisi Energi DPR di Jakarta, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Darwin Zahedy menyampaikan bahwa kebutuhan bahan bakar minyak bersubsidi (BBM) seperti premium dan solar untuk tahun depan

diperkirakan naik antara 36,77 hingga 42,56 juta kiloliter (Hadi, M.S, 2010). Menurut International Energy Agency (IEA) memperkirakan permintaan minyak global 2010 meningkat sebesar 1,9 juta barel per hari atau 2,2 persen menjadi 86,6 juta barel per hari dibanding dengan tahun 2009. Sementara itu OPEC juga memperkirakan,

permintaan minyak mentah global untuk 2010 meningkat sebesar 1,05 juta barel per hari menjadi 85,5 juta barel per hari (Anonima, 2010). Ditambah lagi beredarnya informasi bahwa cadangan minyak bumi di Indonesia diprediksi tersisa sekitar 3,9 miliar barel. Dengan kondisi ini, cadangan minyak hanya cukup untuk 11 tahun ke depan (Irawulan, 2009). Apabila penggunaan bahan bakar minyak ini tidak dibatasi maka tidak menutup kemungkinan sebelum 11 tahun ke depan minyak tersebut akan habis. Selain alasan Pemanfaatan Tebu untuk Produksi Bioetanol Bioetanol merupakan etanol yang dibuat dari biomassa yang mengandung komponen pati atau selulosa. Berdasarkan kadar alkoholnya, etanol terbagi menjadi tiga tingkatan yaitu : Grade industri (teknikal) dengan kadar

alkohol 90 % 94 %

Netral dengan kadar alkohol 96 % 99,5 %, umumnya digunakan untuk minuman keras atau bahan baku farmasi

ribu ton, 900 ribu ton untuk bioetanol 95 %, industri minuman dan eksport. Dengan adanya penambahan areal potensial di daerah Merauke dan Sulawesi Tenggara seluas 750 ribu hektar maka areal tersebut mempunyai produksi

Grade bahan bakar dengan kadar alkohol 99,5 % - 100 %

(Yumaihana dan Aini, Q., 2009) Pemanfaatan etanol lebih ramah

potensial sebanyak 62 juta ton tebu dan akan menghasilkan 4,6 juta liter (Anonimb,2010). Dari data teknis Brazil, dengan asumsi 80 liter bioetanol dapat dihasilkan dari 1 ton tebu dan produktivitas tebu rata-rata 80 ton per hektar. Apabila etanol dari tebu dapat

lingkungan bila dibandingkan dengan pemakaian premium. Etanol memilki angka oktan 117 yang berarti lebih tinggi daripada premium yang hanya 87 88. Penggunaan etanol murni akan menghasilkan CO2 13 % lebih rendah dibanding premium dan emisi CO dan UHC pada pemakaian etanol juga lebih sedikit dari premium

mensubstitusi 10 % dari kebutuhan gasoline pada tahun 2010 (33,4 milyar liter), maka target tersebut bisa dicapai dengan pengembangan areal tebu seluas 522 ribu hektar (Cahyono, E., 2010). Presiden SBY dalam kunjungannya ke Lampung memberikan respon positif terhadap permintaan Sugar Group Company yang

(Toharisman, Aa., 2008). Di Indonesia, pemanfaatan tebu belum dilaksanakan secara maksimal. Tebu kebanyakan dimanfaatkan untuk pembuatan gula karena produksi tebu hanya dilakukan sesuai kebutuhan dan permintaan pasar. Oleh karena itu, perlu dilakukan diversifikasi produk dari tebu salah satunya adalah mengolah hasil samping tebu menjadi bioetanol. Salah satu penghasil bioetanol yang dapat digunakan adalah hasil samping dari pengolahan tebu menjadi gula yaitu molase. Molase adalah sejenis sirup yang merupakan sisa dari proses pengkristalan gula pasir. Molase tidak dapat dikristalkan karena mengandung glukosa dan fruktosa yang sulit untuk dikristalkan (Pramana, A. S. D, 2008). Ketersediaan molase di Indonesia cukup banyak. Hal ini berkorelasi dengan luas areal perkebunan tebu yang semakin meningkat. Berdasarkan data yang diperoleh dari Ditjenbun, areal tebu seluas 382.354 hektar dengan produksi gula yang dihasilkan sebanyak 2.244.417 ton, molase sebanyak 1,5 juta ton, MSG sebanyak 600

membutuhkan lahan seluas 600 ribu hektar. Dari 600 ribu hektar lahan ini akan meningkatkan produksi gula menjadi 5,8 juta ton dan akan diperoleh molase sebagai hasil samping tebu sedikitnya 1,7 juta ton atau cukup menghasilkan 500 juta liter etanol per tahun. Bila etanol yang dihasilkan kemudian dicampur dengan premium menjadi gasohol E-10 (etanol 10 %) maka itu hanya cukup untuk 5 milyar liter saja (Toharisman, Aa., 2008).

Keuntungan Tebu sebagai bahan baku Bioetanol


Jenis Tanaman Biaya per m etanol atau 1000 liter etanol $ 160 $ 250 420 $ 380 480 2,5 5,0 $ 800 900 $ 700 $ 300 - 400
b
3

Rasio output/input energi etanol 2,5 9,0 1,3

Reduksi emisi CO2

Tebu Jagung Gandum Sorgum Kentang Singkong Gula Bit

50 90 % 20 40 %

1,76

30 50 %

Sumber : Toharisman, A ., 2010

Jenis Tanaman Jagung Sorgum Kentang Ubi Jalar Ubi Kayu Sweet Sorgum Gula Bit Tebu Sagu

Produktivitas (Ton/Ha/Th) 16 3 12 10 35 10 40 10 50 20 60

Produksi Bioetanol (L/Ha/Th) 400 2.500 1.500 5.000 1.000 4.500 1.200 5.000 2.000 7.000 2.000 6.000

Luas Pertanaman n/a 113.000 n/a n/a n/a 200

diencerkan terlebih dahulu. Kadar gula yang diinginkan kurang lebih 14 %. Setelah dilakukan pengenceran, molase encer

dimasukkan ke dalam fermentor. Catatan : jika kandungan gula molase kurang dari 50 % maka penambahan air harus disesuaikan dengan kadar gula awalnya.

20 100 40 120 2

3.000 8.000 3.000 8.500 1.000

n/a 382.354 1.548.000

3.

Penambahan urea dan NPK Urea dan NPK berfungsi sebagai nutrisi ragi. Kebutuhan urea sebanyak 0,5 % dari larutan fermentasi. Kebutuhan NPK sebanyak 0,1 %

Sumber : Anonim,2010b.

Tahapan Pembuatan Bioetanol dari Molase Tebu Molase tebu mengandung kurang lebih 39 % sellulosa dan 27,5 % hemisellulosa. Kedua bahan polisakarida ini dapat dihidrolisa menjadi gula sederhana yang selanjutnya dapat 4.

dari larutan fermentasi. Urea dan NPK dihaluskan kemudian ditambahkan dalam larutan molase dan diaduk. Penambahan Ragi Ragi yang digunakan adalah ragi roti. Bahan aktif yang terkandung dalam ragi roti yaitu: Saccharomyces cerevisiae (ragi roti) yang dapat memfermentasi gula menjadi etanol. Kebutuhan ragi sebanyak 0,2 % dari kadar gula dalam larutan molase. Ragi dilarutkan dalam air hangat, diaduk hingga sedikit berbusa lalu dimasukkan ke dalam fermentor kemudian ditutup rapat. 5. Fermentasi Proses fermentasi dilakukan selama 66 jam. Selama proses fermentasi berjalan,
o

difermentasi

menjadi bioetanol (Gusmailina,

2010). Polisakarida dalam molase terdiri dari : glukosa 21,7 % dan sukrosa 34,19 %. Selain itu juga terkandung 26,46 % air dan 17,26 % abu (Tarigan, N., 2009). Ada beberapa cara proses pembuatan etanol. Dalam tulisan ini, proses pembuatan bioetanol molase tebu ini menggunakan metode dari Wahyu Sulhana. Produksi bioetanol dari molase tebu melalui beberapa tahapan proses, yaitu : 1. Persiapan bahan baku Bahan-bahan yang diperlukan untuk

diusahakan agar suhu tidak melebihi 36

dan pH dipertahankan 4,5 -5. Fermentasi diakhiri setelah tidak terlihat lagi adanya gelembung-gelembung udara. . Kadar etanol dalam larutan fermentasi kurang lebih 7 10 %. 6. Destilasi dan dehidrasi Setelah proses fermentasi selesai, masukkan cairan fermentasi ke dalam evaporator. Panaskan evaporator
o

pembuatan bioetanol antara lain : a. Molase (kadar gula 50 %) b. Urea c. NPK d. Fermipan e. Air 2. Pengenceran Molase Kadar gula dalam molase terlalu tinggi untuk proses fermentasi. Oleh karena itu, perlu

dan

suhunya

dipertahankan 79 81

C. Pada suhu ini,

etanol sudah menguap, sedangkan air tidak

menguap. Uap etanol dialirkan ke distilator. Bioetanol akan keluar dari pipa pengeluaran distilator. Distilasi pertama biasanya kadar etanol masih di bawah 95 %. Apabila kadar distilasi masih di bawah 95 % maka perlu dilakukan distilasi ulang hingga kadar

766 1.148 liter / hektar FGE. Produksi bioetanol berbahan molase tebu ini memberikan

keuntungan yang mencapai 24 % (Gusmailina, 2010) Sedangkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Nursinta Tarigan diperoleh hasil analisa ekonomi Pabrik Pembuatan Bioetanol Tebu dari molase sebagai berikut : Modal Investasi : Rp. 1.548.795.855.103,96; Biaya Produksi Hasil Penjualan Laba Bersih Profit Margin Break Even Point Return on Investment Return on Network Pay Out Time Internal rate of Return (Tarigan, N., 2009) Dari hasil analisa ekonomi tersebut di atas dan keuntungan yang diperoleh dalam pembuatan bioetanol dari molase tebu ini, maka produksi bioetanol ini layak untuk dilakukan. : Rp. 3.862.680.941.112,04; : Rp. 4.347.239.543.726,24; : Rp. 339.278.521.829,94; : 11,15 % : 29,54 % : 21,91 % : 15,63 % : 4,56 tahun : 36,012 %

etanolnya 95 %. Setelah kadar 95 % tercapai, selanjutnya dilakukan dehidrasi atau

penghilangan air. Untuk menghilangkan air bisa menggunakan kapur tohor atau zeolit sintetis. Larutan dibiarkan semalam. Setelah itu didistilasi lagi hingga kadar airnya kurang lebih 99,5 %. (Sulhana, W., 2009).

Varietas Tebu Penghasil Bioetanol Pusat penelitian Perkebunan Gula

Indonesia (P3GI) telah melakukan penelitian mengenai pembuatan bioetanol meliputi :

keragaan hasil bioetanol sesuai varietas tebu, rendemen, hasil per hektar, perbedaan hasil oleh jenis isolat yang digunakan dalam fermentasi nira tebu dan tetes untuk memperoleh bioetanol. Nira dan tetes tebu yang digunakan berasal dari tebu varietas normal NA, NB, NC, ND dan NE serta tebu genjah GX, GY dan GZ. Umur tebu yang digunakan adalah 6 dan 12 bulan. Dari hasil penelitian, hasil tertinggi

Sumber : Anonim, 2010a. Harga Minyak Mentah Indonesia US $ 77,16 per Barel. http://www.mediaindonesia.com. Diakses pada tanggal 20 Desember 2010. ____________b. Kebijakan Pengembangan Bahan Bakar Nabati di Indonesia. http://ditjenbun.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 21 Desember 2010. Anonim, 2011. Hasil Bioetanol Beberapa Varietas Tebu. http://www.sinartani.com. Diakses pada tanggal 12 Januari 2011.

diperoleh adalah dari varietas NB yaitu 112,16 liter/ton. ND menghasilkan 105,05 liter

bioetanol/ton, NC 102,75 liter/ton, NE 102,05 liter/ton dan NA 101,58 liter/ton (Anonim, 2011).

Potensi Keuntungan Produksi Bioetanol dari Molase Tebu Potensi produksi molase tebu kurang lebih 10 15 ton per hektar. Jika seluruh molase per kehtar ini diolah menjadi etanol (fuel grade ethanol), maka potensi produksinya kurang lebih

Cahyono, E. 2010. Pembuatan Bioetanol Dari Ampas Tebu. http://www.dokterkimia.com. Diakses pada tanggal 17 Desember 2010.

Gusmailina. 2010. Prospek Bioethanol Sebagai Pengganti Minyak Tanah. http://www.indobioetanol.com. Diakses pada tanggal 6 Januari 2011. Hadi, M.S. 2010. Kebutuhan Subsidi Premium Tahun Depan Melonjak. http://www.tempointeraktif.com. Diakses pada tanggal 4 Januari 2011. Irawulan. 2009. Cadangan Minyak Bumi di Indonesia Menipis. http://surabaya.detik.com. Diakses pada tanggal 4 Januari 2011. Pramana. A. S. D. 2009. Selayang Pandang Tentang Molase (Tetes Tebu). http://anggitasaputradwipramana.bolgsp ot.com. Diakses pada tanggal 4 Januari 2011. Sulhana, W. 2009. Membuat Bioetanol dari Tetes Tebu. http://bioetanol.yolasite.com. Diakses pada tanggal 17 Desember 2010. Tarigan, N. 2009. Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Bioetanol Dari Molase Kapasitas Produksi 98.000 Ton/Tahun. http://repository.usu.ac.id. Diakses pada tanggal 6 Januari 2011.

Toharisman, Aa. 2010. Sekali lagi : Etanol dari Tebu. http://sugarresearch.org. Diakses pada tanggal 6 Januari 2011. Toharisman, Ab. 2010. Keunggulan Bioetanol dari Bahan Baku Tebu. http://www.gppindonesia.com. Diakses pada tanggal 6 Januari 2011. Yumaihana dan Aini, Q. 2010 Pembinaan Petani Tebu Melalui Teknologi Pembuatan Bioetanol Dari Molases dan Tebu. http://repository.unand.ac.id. Diakses pada tanggal 18 Desember 2010.

Anda mungkin juga menyukai