Anda di halaman 1dari 12

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG \Kegiatan usaha pertambangan adalah salah satu bentuk kegiatan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup bangsa Indonesia dimana sampai dengan pembangunan jangka panjang (PJP) Tahap II sektor pertambangan masih merupakan penyandagn dana terbesar dan sebagai pemasok bahan baku dan energi yang sangat dibutuhkan dalam pembangunan terpuruk oleh adanya resesi ekonomi, sektor pertambangan tetap berjalan lancar. B. DASAR HUKUM 1. Dasar Konstitusional Undang-Undang Dasar 1945,Pasal 33 ayat (3) 2. Dasar Hukum a. Undang-Undang nomor 11 tahun 1967 tentang ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan. b. Undang-undang nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. c. Peraturan Pemerintah nomor 27 tahun 1980 tentang Penggolongan Bahan Galian. d. Peraturan pemerintah nomor 37 tahun 1986 tantang Penyerahan sebagian Urusan Pemerintahan di Bidang Pertambangan kepada Pemerintah Daerah Tingkat I. e. Keputusan presiden nomor 75 tahun 1996 tentang Ketentuan pokok perjanjian karya Pengusahaan Pertambangan Batubara. f. Keputusan menteri pertambangan dan energy nomor 134.K/201/MPE/1996 tanggal 20 maret 1996 tentang penggunaan peta,penjelasan batas wilayah kuasa pertambangan,kontrak karya dan kontrak karya batubara di bidang pertambangan umum. g. Keputusan menteri pertambangan dan energi nomor 678/20/MPE/1998 tanggal 1 juni 1998 tentang pelimpahan wewenang pemberian kuasa pertambangan,pemrosesan dan pelaksanaan kontrak karya dan perjanjian karya pengusahaann pertambangan batubara. h. Keputusan direktur jenderal pertambangan umum nomor 154.K/27/DDJP/1996 tanggal 3 mei 1996 tentang tata cara pencadangan wilayah pertambangan,kontrak karya dan kontrak karya batubara. i. Keputusan direktur jenderal pertambangan umum nomor 696.K/201?DDJP/1996 tanggal 31 desember 1996 tentang tata cara perubahan permohonan status kuasa pertambangan menjadi kontrak karya.

C. PENGUSAHAAN BAHAN GALIAN Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945): Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pasal 1 Undang-Undang nomor 11 tahun 1967: Semua bahan galian yang terkandung dalam wilayah hokum pertambangan Indonesia yang merupakan endapan-endapan alam sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa adalah kekayaan nasional bangsa Indonesia dan oleh karenanya dikuasai dan dipergunakan oleh Negara untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Pasal 4 Undang-Undang nommor 11 tahun 1967,menyatakan: 1. Untuk bahan galian golongan a dan b dilakukan oleh Menteri Pertambangan dan Energi. 2. Untuk bahan galian yang tidak termasuk golongan a dan b (golongan c) dilakukan oleh Gubernur KDH Tingkat I tempat tergapatnya bahan galian. 3. Menteri pertambangan dan Energi dapat menyerahkan pengaturan usaha pertambangan bahan galian golongan b kepada Pemerintah Daerah Tingkat I tempat terdapatnya bahan galian dengan memperhatikan kepentingan pertambangan daerah khususnya,dan Negara pada umumnya. D. PENGGOLONGAN BAHAN GALIAN a. Golongan bahan galian yang stratgis adalah: - minyak bumi,bitumen cair,lilin bumi,gas alam - bitumen padat,aspal - antrasit,batubara,batubara muda - uranium,radium,thorium,dan bahan-bahan galian radioaktif lainnya - nikel,kobalt b. Golongan bahan galian yang vital adalah: - Besi,mangan,khrom - Bauksit,tembaga,timbale - Emas,platina,perak - Arsin,antimony,bismuth - Yetrium,cerium dan logam-logam langka lainnya - Korundum,zircon,kristak kwarsa - Kliorit,barit - Yodium,brom,khlor,belerang

c. Bahan galian yang tidak termasuk golongan a dan b adalah - Nitrat,pospat,garam batu - Asbes,talk,mika - Leusit,tawass,oker - Pasir kwarsa,kaolin,gips - Batu apung,tras,obsidium,perlit,tanah serap - Marmer,batu tulis - Batu kapur,dolomit,kalsit - Granit,andesit,basal,tanah liat dan pasir E. WILAYAH HUKUM PERTAMBANGAN INDONESIA 1.Meliputi - Daratan seluruh kepulauan Indonesia - Tanah di bawah laut dalam wilayah perairan Indonesia - Landas kontinen Indonesia 2. Wawasan Nusantara dalam pertambangan: Bagian-bagian kalimat pasal 1 Undang-undang nomor 11 tahun 1967 yang berbunyi: semua bahan galian yang terdapat dalam wilayah hokum pertambangan Indonesia yang merupakan endapan-endapan alam sebagai Karunia Tuhan Yang Maha Esa,adalah kekayaan nasional bangsa Indonesia dan oleh Negara untuk sebesarbesarnya kemakmuran rakyat.

BAB II KEDUDUKAN HUKUM PERTAMBANGAN

A. SEJARAH HUKUM PERTAMBANGAN di INDONESIA 1. Hukum pertambangan Indonesia secara positif terlihat dari tinjauan sejarahnya yaitu pada penerapan/pelaksanaan hokum pertambangan yang pernah berlaku dan sedang berlaku di Indonesia. 2. Undang-undang pertambangan yang pernah berlaku di Indonesia: - Indische Mijnwet stb. 1899 mulai berlaku tahun 1907 - Perubahan Indische Mijnwet tahun 1920 yang merubah pasal 5a - Undang-undang pertambangan 1960,berupa undang-undang nomor 37 Prp tahun 1960 tentang pertambangan - Undang-undang Minyak dan Gas bumi 1960 nomor 44 Prp. Tahun 1960 - Undang-undang pokok pertambangan nomor 11 tahun 1967 tentang ketentuanketentuan pokok pertambangan B. KEDUDUKAN HUKUM PERTAMBANGAN DALAM HUKUM POSITIF Bahwa hokum pertambangan,kedudukannya dalam system hukum di Indonesia berada pada kelompok Hukum Publik. Landasan pengusahaan pertambangan diberikan melalui izin pemerintah yaitu izzin pemerintah yang diberikan berdasarkan Indische Mijnwet 1899, selanjutnya setelah beberapa tahun kita merdeka izin diberikan dalam bentuk KP,SIPR,dan SIPD berdasarkan Undang-undang nomor 37 tahun 1960 yang dilanjutkan oleh Undang-undang nomor 11 tahun 1967. Lebih lanjut,dalam pengusahaan pertambangan dengan kontraktor asing,maka menurut pasal 10 ayat (1) Undang-undang nomor 11 tahun 1967: Menteri dapat menunjuk pihak lain,sebagai kontraktor untuk perusahaan Negara apabila dipelukan untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang belum atau tidak dapat dilaksanakan sendiri oleh perusahaan Negara yang bersangkutan selaku pemegang kuasa pertambangan. C. PENGGOLONGAN HUKUM PERTAMBANGAN Hukum pertambangan dapat digolongkan ke dalam hokum Administrasi Negara,misalnya: - Bagaimana aparatur departemen Pertambangan dan Energi/Direktorat Jenderal Pertambangan Umum melakukan pemberian Kuasa Pertambangan - Atau bagaimana aparatur pemerintah daerah memberikan surat izin pertambangan daerah/surat izin pertambangan rakyat -

D. HUBUNGAN HUKUM PERTAMBANGAN dengan HAK ATAS TANAH 1. Dalam Undang-Undang nomor 5 tahun 1960 Pasal 8: atas dasar hak menguasai dari Negara sebagai yang dimaksud dalam pasal 2 diatur pengambilan kekayaan alamyang terkandung dalam bumi,air dan ruang angkasa. Pasal 4 (1): Atas dasar hak menguasai dari Negara sebagai yang dimaksud dalam pasal 2 ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi yang disebut tanah,yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain serta badan-badan hokum. (2): hak-hak atas tanah yang dimaksud dalam ayat (1) satu pasal ini member wewenang untuk mempergunakan tanah yang bersngkutan demikian pula tubuh bumi dan air serta ruang yang langsung berhubungan dengan penggunaan tanah itu,dalam batas-batas menurut undang-undang ini dan peraturan-peraturan hokum lain yang lebih tinggi.

BAB III PELAKSANAAN PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN

A. KUASA PERTAMBANGAN (KP) 1. PENGERTIAN KUASA PERTAMBANGAN Kuasa pertambangan adalah suatu kuasa yang diberikan oleh pemerintah/Negara kepada suatu badan/instansi/perorangan untuk melakukan usaha pertambangan. KP berisikan izin untuk melakukan usaha pertambangan,jadi apabila seseorang/badan tidak memiliki KP melakukan usaha pertambangan menurut ketentuan pasal 31 Undang-undang pokook pertambangan,merupakan suatu kejahatan dan diancam dengan hukuman pidana 6 tahun penjara dan/atau denda setinggi-tingginya Rp 500.000,-. 2. BENTUK-BENTUK KUASA PERTAMBANGAN a. Surat keputusan penugasan pertambangan b. Surat keputusan izin pertambangan rakyat c. Surat keputusan pemberian kuasa pertambangan d. Surat izin pertambangan daerah (SIPD) Selain bentuk diatas dikenal pula bentuk usaha pertambangan yang lain,yaitu: a. Kontrak karya b. Perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara (PKP2B) 3. TAHAP-TAHAP KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN a. Penyelidikan umum b. Eksplorasi c. Eksploitasi d. Pengolahan dan pemurnian e. Pengangkutan f. Penjualan 4. YANG BERHAK MEMPEROLEH KP a. Instansi pemerintah yang ditunjuk oleh menteri b. Perusahaan Negara c. Perusahaan daerah d. Perusahaan dengan modal bersama antara Negara dan daerah e. Koperasi f. Badan atau perorangan swasta yang memenuhi syarat-syarat g. Perusahaan dengan modal bersama antara Negara dan/atau daerah dengan koperassi dan/atau badan/perorangan swasta yang memenuhi syarat-syarat

5. TATA CARA MEMPEROLEH KP a. Tata cara permohonan kuasa pertambangan 1. Permohonan kuassa pertambangan dibuat dalam rangkap 2 2. Permohonan kuasa pertambangan penyelidikan umum atau kuasa pertambangan eksplorasi 3. Kuasa pertambangan eksplorasi 4. Kuasa pertambangan eksplorasi khusus untuk koperasi/KUD 5. Perpanjangan kuasa pertambangan eksplorasi termasuk untuk koperasi/KUD 6. Kuasa pertambangan eksploitasi termasuk untuk koperasi/KUD 7. Kuasa pertambangan eksploitasi 8. Kuasa pertambangan eksploitasi khusus untuk koperasi/KUD 9. Kuasa pertambangan pengolahan dan pemurnian serta perpanjangannya termasukuntuk koperasi/KUD 10. Kuasa pertambangan pengangkutan dan kuasa penjualan serta perpanjangannya termasuk untuk koperasi/KUD 11. Perpanjangan kuasa pertambangan eksploitasi termasuk untuk koperasi/KUD 12. Pengembalian kuasa pertambangan 6. HAK DAN KEWAJIBAN PEMEGANG KP a. Hak-hak pemegang KP - untuk melakukan segala usaha dengan wewenang yang diberikan dalam KP - untuk mendapatkan prioritas pertama guna memperoleh KP berikutnya - mendapat moratorium - untuk memiliki bahan galian yang dihasilakan b. Kewajiban-kewajiban pemegang KP antara lain: - membuat batas wilayah KP eksplorasi/eksploitasi - memberi ganti kerugian atas tanah yang dipakainya atau ganti rugi tanam tumbuh kepada pemiliknya/yang berhak. - membayar iuran pertambangan - membayar PBB - memberikan laporan kegiatan 3bln sekali

7. HUBUNGAN PEMEGANG KP DENGAN HAK ATAS TANAH a. Pemegang KP wajib menggantikan kerugian akibat dari usahanya pada segala sesuatu yang berada diatas tanah kepada yang berhak atas tanah di dalam lingkungan daerah KP maupun di luarnya b. Pemegang KP wajib member ganti kerugian kepada yang berhak atas tanah untuk penggunaan permukaan tanah yang diperlukan sebagai akibat usaha pertambangan atas dasar musyawarah dan mufakat c. Mereka yang berhak atas tanah diwajibkan memperbolehkan pekerjaan pemegang KP diatas tanahnya atas dasar musyawarah dan mufakat d. Untuk penggunaan tanah secara tidak langsung bagi usaha pertambangan yang sesuai dengan pemberian KP,maka pemegang KP harus mengajukan permohonan untuk memperoleh hak atas tanah e. Apabila telah diberikan KP pada sebidang tanah yang diatasnya tidak terdapat hak atas tanah dan telah membayar iuran pertambangan,maka kepada pemegang KP: - diberikan keringanan-keringanan pembayaran beban-beban dan biaya untuk pemakaian tanah - mendapatkan prioritas untuk mendapatkan hak pakai atas tanah tersebut

8. PEMINDAHAN KP a. KP dapat dipindahkan kepada badan/orang lain dengan izin menteri b. izin menteri hanya dapat diberikan jika yang akan menerima KP tersebut memenuhi syarat yang ditentukan dalam undang-undang pokok pertambangan dan peraturan-peraturan pelaksanaannya c. apabila perorangan yang memegang KP meninggal dunia dan para ahli warisnya tidak memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan,maka dengan izin menteri KP tersebut dapat dipindahkan kepada badan atau orang lain yang telah memenuhi syarat-syarat

9. BERAKHIRNYA KP a. Dikembalikan b. Dibatalkan c. Habis masa berlakunya

B. PENANAMAN MODAL ASING (PMA DAN PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI (PMDN) I. KONTRAK KARYA 1. DASAR HUKUM KK a. Pasal 8 undang-undang nomor 1 tahun 1967 b. Pasal 10 undang-undang nomor 11 tahun 1967 2. MAKSUD DAN TUJUAN KK a.pemerintah ingin mengembangkan seluruh potensi pertambangan di dalam wilayah Republik Indonesia b. pemerintah ingin memajukan perkembangan ekonomi rakyat Indonesia c. pemerintah ingin menciptakan kesempatan kerja yang lebih banyak 3. TAHAPAN KEGIATAN KK a. periode penyelidikan umum b. periode eksplorasi c. periode studi kelayakan d. periode kostruksi e. periode operasi produksi 4. PERSYARATAN KK a. permohonan kontrak karya dibuat sesuai dengan bentuk daftar isian yang harus disampaikan dalam waktu 5 hari kerja sejak tanggal peta wilayah pencadangan diterbitkan oleh petugas unit pelayanan informasi pencadangan wilayah pertambangan (UPIPWP). b. persyaratan permohonan kontrak karya yang harus disampaikan dalam waktu satu bulan sejak diberikan persetujuan prinsip harus melampirkan : - rencana kerja dan anggaran sampai dengan tahap penyelidikan umum - akta pendirian perusahaan - perjanjian kerja sama dalam hal pemohon terdiri 2 pihak atau lebih - surat pernyataan dari pihak pemohon dalam hal wilayah kuasa pertambangan akan digabung menjadi wilayah kontrak karya - copy bbukti tanda terima permohonan kuasa pertambangan

II.

PERJANJIAN KARYA PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN BATU BARA (PKP2B) 1. ASPEK HUKUM PKP2B a. PKP2B adalah perjanjian antara pemerintah RI dengan kontraktor batubara b. Penanaman modal PKP2B dapat diwujudkan dalam bentuk perusahaan patungan 100% penanaman modal dalam negeri dan/atau penanaman modal langsung modal asing c. Kontraktor batubara diwajibkan menyerahkan rencana kerja dan anggaran kepada dirjen pertambangan umum direktorat batubara d. Lama berlakunya PKP2B adalah 30tahun sejak dimulainya produksi dan dapat diperpanjang e. Perjanjian ini mulai berlaku setelah disetujui oleh pemerintah Republik Indonesia 2. PERSYARATN PKP2B Peta wilayah yang dimohon yang diterbitkan oleh UPIPWP Lapporan tahunan perusahaan pemohon untuk periode 3 th terakhir,termasuk laporan keuangan yang telah di auditoleh akuntan public Kesepakatan bersama antar perusahaan pemohon Tanda terima SPT tahun terakhir/NPWP bagi perusahaan pemohon nasional

C. PERTAMBANGAN RAKYAT Pertambangan rakyat hanya dapat dilakukan oleh rakyat setempat yang memegang KP pertambangan rakyat yang wilayahnya telah ditetapkan oleh menteri pertambangan dan energy berdasarkan atas permohonan dari gubernur/KDH tingkat I D. SURAT IZIN PERTAMBANGAN DAERAH (SIPD) Izin pertambangan daerah sejak diterbitkannya peraturan pemerintah nomor 37 tahun 1986 tentang penyerahan sebagian urusan pemerintahan dibidang pertambangan kepada pemerintah daerah tingkat I telah dinyatakan bahwa pelaksanaan pengaturan usaha pertambangan bahan galian golongan c dilakukan oleh pemerintah daerah tingkat I terdapatnya bahan galian tersebut E. ESKIP DAN SIPP 1. Surat keterangan izin peninjauan Mengenai pedoman pemberian SKIP diatur dalam surat edaran menteri pertambangan dan energy nomor 497/M.103/SJH/1979 tanggal 14 februari 1979 dan surat nomor 6126.3081/10/SJ.H/1985 tanggal 16 nopember 1985. a. Instansi yang memberikan SKIP - Direktorat pembinaan pengusahaan pertambangan bagi calon penanam modal asing - Direktorat teknik pertambangan umum bagi pengusaha nasional - Kanwil dep. Pertambangan dan energi dalam wilayah kerjanya bagi pengusaha nasional - Gubernur/KDH tingkat I khusus untuk bahan galian golongan c

2. SURAT IZIN PENYELIDIKAN PENDAHULUAN (SIPP) Pemberian SIPP ini diatur dalam peraturan menteri pertambangan dan energi nomor 2202.K/201/M.PE/1994 tanggal 18 nopember 1994 tentang pemberian surat izin penyelidikan pendahuluan (SIPP) dalam rangka penanaman modal asing atau penanaman modal dalam negeri dibidang pertambangan umum dan keputusan direktur jenderal pertambangan umum nomor 75.K/201/DDJP/1995 tentang pelaksanaan keputusan menteri pertambangan dan energy nomor 2202.K/201/M.PE/1994 tanggal 18 nopember mengenai pemberian surat izin penyelidikan pendahuluan (SIPP) dalam rangka penanaman modal asing (PMA) atau penanaman modal dalam negeri (PMDN)

BAB IV PENGAWASAN PERTAMBANGAN Pengawasan ini meliputi : - Pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) - Pengawasan lingkungan hidup pertambangan - Pengawasan konservasi bahan galian - Pengawasan produksi

BAB V PUNGUTAN NEGARA A. IURAN PERTAMBANGAN Berdasarkan peraturan pemerintah nomor 32 tahun 1967 sebagaimana telah diubah dengan peraturan pemerintah nomor 79 tahun 1992 adalah sebagai berikut : 20% dari penerimaan hasil pungutan Negara merupakan bagian yang penerimaan untuk pemerintah pusat 80% dari hasil penerimaan hasil pungutan Negara tersebut yang merupakan bagian penerimaan pemerintah daerah

Bagian penerimaan pemerintah daerah tersebut diatas dibagi antara pemerintah daerah tingkat I dan tingkat II dengan penimbangan sebagai berikut : Pemerintah daerah tingkat I sebesar 16% Pemerintah daerah tingkat II sebesar 64% B. PAJAK BUMI DAN BANGUNAN 1. Penentuan besarnya NJOP untuk kuasa pertambangan a.bumi 1. tanah produktif 2. tanah belum produktif 3. tanah tidak produktif 4. tanah emplasemen b. bangunan bangunan termasuk jalan lingkungan yang dipergunakan oleh peseorangan dan/atau badan 2. Penentuan besarnya NJOP untuk kontrak karya 3. Penentuan besarnya NJOP untuk perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara (PKP2B)

Anda mungkin juga menyukai