Anda di halaman 1dari 11

CLINICAL SCIENCE SESSION GANGGUAN PREFERENSI SEKSUAL

Oleh: Danar Lukman Akbar Reinaldo Hutapea Debora Hendra

Preceptor: Arifah Nur Istiqomah, dr., SpKJ

BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN RUMAH SAKIT DR. HASAN SADIKIN BANDUNG 2013

PARAFILIA Definisi Parafilia atau perversion adalah penyimpangan stimuli atau kegiatan seksual yang bertujuan untuk menimbulkan gairah atau orgasme dalam mendapatkan kenyamanan seksual. Individu dengan kelainan parafilia sulit untuk merespon terhadap stimuli seksual yang normal. Orang yang hanya terkadang mengalami parafilia (co: bondage), tapi masih dapat merespon terhadap stimuli seksual yang normal, tidak dikatakan sebagai parafilia. Bentuk parafilia bervariasi, mulai dari perilaku yang hampir normal hingga perilaku destruktif baik terhadap diri sendiri, partner seksual, maupun masyarakat yang mengetahuinya. Fungsi utama perilaku seksual manusia adalah menciptakan ikatan, menciptakan kenyamanan mutualisme dengan partner seksual, serta mengekspresikan dan meningkatkan rasa cinta diantara dua individu. Parafilia dapat merusak keterikatan antara pasangan, karena pada parafilia terdapat agresivitas, pengorbanan dan kegiatan yang ekstrim. Epidemiologi Parafilia banyak terjadi pada pria. Lebih dari 50% parafilia terjadi sebelum usia 18 tahun. Pasien parafilia biasanya memiliki 3-5 parafilia, baik yang muncul bersamaan maupun pada waktu yang berbeda. Diantara semua jenis parafilia, pedofilia adalah jenis yang paling banyak kasusnya. Pedofilia dapat terjadi sejak usia 18 tahun. Pada pedofilia, anak- anak merupakan objek seksual, oleh karena itu diperlukan usaha yang besar untuk mencari pelaku pedofilia dibanding pelaku parafilia yang lain. Dari semua wanita yang ada, 20% nya telah menjadi target orang yang memiliki gangguan eksibisionisme dan voyeurisme.

Seksual masochism dan sexual sadism sulit diketahui prevalensinya, kecuali pada kasus pemerkosaan. Excretory paraphilia jarang sekali dilaporkan, karena hanya diketahui oleh orang yang melakukannya saja. Zoophilia merupakan jenis parafilia yang jarang. Etiologi Teori Biologis Faktor biologis yang berperan pada parafilia diantaranya terjadi abnormlitas dalam sistim limbik otak, epilepsi lobus temporal, tumor lobus temporal, dan kadar androgen abnormal. Teori Psikososial Timbulnya parafilia terjadi akibat meniru perilaku seksual yang digambarkan media, atau mengingat kembali peristiwa yang memberatkan secara emosional di masa lalu. Anak yang menghayalkan atau mengingat kembali parafilia sejak usia dini dan tidak pernah menceritakannya kepada orang lain, cenderung untuk terus berkhayal dan terdorong melakukan tindakan tersebut hingga usia tua. Teori Behaviour Menurut teori ini, parafilia disebabkan oleh proses conditioning. Jika objek nonseksual dipakai sering dan diulang-ulang untuk aktivitas seksual maka akan mengakibatkan objek tersebut menjadi sexually arousing. Conditioning bukanlah satu- satunya hal yang berperan pada perkembangan parafilia. Hal lain yang memengaruhi timbulnya parafilia adalah kepercayaan diri yang rendah. Teori Dawkin (Teori Transmisi Gen) Parafilia dipengaruhi oleh lingkungan dan genetik. Kebanyakan orang akan mendapatkan orgasme yang pertama pada masa prepubertas, tetapi ada beberapa orang yang mengalaminya sebelum masa prepubertas. Orang yang demikian, biasanya memiliki dorongan seksual yang tinggi saat bayi (USG menunjukan bayi memegang penis nya dalam uterus). Anak yang aktif secara seksual pada usia muda akan

cenderung aktif secara seksual pada remaja. Hal ini dipengaruhi oleh DNA yang diturunkan kepada anak- anaknya. Diagnosis dan Clinical Feature Menurut DSM-IV-TR, kriteria diagnosis parafilia didalamnya terdapat fantasy dan dorongan yang kuat untuk melakukan fantasy tersebut. Exhibitionism Adalah dorongan berulang yang kuat untuk memperlihatkan genitalnya ke orang asing. Sexual excitement didapatkan saat menunggu untuk mengeksposure genital dan orgasme didapatkan saat masturbasi (baik selama maupun setelah eksposure). Hampir 100% kasus berupa eksposure kelamin pria terhadap wanita. Dinamika pada pria dengan gangguan ini yaitu menunjukan masukulinitasnya (dengan menunjukan kelamin) dan melihat reaksi korban (berupa ketakutan, terkejut, dan jijik).

Kriteria PPDGJ-III Kecenderungan yang berulang atau menetap untuk memamerkan alat kelamin kepada orang asing (biasanya lawan jenis) atau kepada orang banyak di tempat umum, tanpa ajakan atau niat berhubungan lebih akrab. Eksibisionism hampir sama sekali terbatas pada laki- laki heteroseksual yang memamerkan pada wanita, remaja atau dewasa, biasanya menghadap mereka dalam jarak yang aman di tempat umum. Apabila yang menyaksikan itu terkejut, takut, atau terpesona, kegairahan penderita menjadi meningkat. Pada beberapa penderita, eksibisionisme merupakan satu- satunya penyaluran seksual, tetapi pada penderita lainnya kebiasaan ini dilanjutkan bersamaan dengan kehidupan seksual yang aktif dalam suatu jalinan hubungan yang berlangsung lama, walaupun demikian dorongan menjadi lebih kuat pada saat menghadapi konflik dalam hubungan tersebut. Kebanyakan penderita eksibisionisme mendapat kesulitan dalam mengendalikan dorongan tersebut dan dorongan ini bersifat ego-alien (suatu benda asing bagi dirinya). Kriteria DSM-IV

a. Sekurangnya 6 bulan, terdapat khayalan yang merangsang secara seksual, dorongan seksual, atau perilaku yang berulang dan kuat berupa memamerkan alat kelaminnya sendiri kepada orang yang tidak dikenal dan tidak menduga. b. Khayalan, dorongan seksual, atau perilaku menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya. Fetishism Fokus seksual terdapat pada objek (co: sepatu, gloves, celana dalam, stocking) yang berhubungan dengan tubuh manusia. Selama masa kecilnya, seorang fetish berkaitan erat dengan seseorang yang memiliki kaitan cinta, kebutuhan dan trauma. Kelainan ini biasanya timbul pada masa remaja dan bisa juga pada anak- anak. Sekali timbul pada seseorang, biasanya bersifat kronis. Aktivitas seksual diarahkan terhadap objek (co: masturbasi menggunakan sepatu). Hampir semua pasien fetishism adalah pria.

Kriteria PPDGJ-III Mengandalkan pada beberapa benda mati (non-living object) sebagai rangsangan untuk membangkitkan keinginan seksual dan memberikan kepuasan seksual. Kebanyakan benda tersebut adalah ekstensi dari tubuh manusia, seperti pakaian atau sepatu. Diagnosis ditegakkan apabila objek fetish benar- benar merupakan sumber yang utama dari rangsangan seksual atau penting sekali untuk respon seksual yang memuaskan. Fantasi fetishtik adalah lazim, tidak menjadi suatu gangguan kecuali apabila menjurus kepada suatu ritual yang begitu memaksa dan tidak semestinya sampai mengganggu hubungan seksual dan menyebabkan penderitaan bagi individu. Fetishisme terbatas hampir hanya pada pria saja.

Kriteria DSM-IV 1. Sekurangnya 6 bulan terdapat khayalan yang merangsang secara seksual, dorongan seksual, atau perilaku yang berulang dan kuat berupa pemakaian benda- benda mati (misalnya pakaian dalam wanita)

2. Khayalan, dorongan seksual, atau perilaku yang menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya.

Frotteurism Berupa pria yang hendak mencapai orgasme dengan cara menggosokan kemaluan pada bokong dari seorang wanita yang menggunakan pakaian secara lengkap. Biasanya terjadi di bus dan subway. Ia dapat menggunakan tangannya untuk meraba orang lain. Kriteria DSM-IV a. Sekurangnya 6 bulan, terdapat khayalan yang merangsang secara seksual, dorongan seksual atau perilaku yang berulang dan kuat berupa menyentuh atau bersenggolan dengan orang yang tidak menyetujuinya. b. Khayalan, dorongan seksual, atau perilaku yang menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.

Pedophilia Berupa keinginan seksual maupun terangsang yang rekuren terhadap anak usia <13 tahun selama paling sedikit 6 bulan. Orang dengan pedofilia minimal berusia 16 tahun dan paling sedikit lebih tua 5 tahun dari korbannya. Jika pelaku adalah seorang late

adolescent dan melibatkan hubungan seksual dengan anak usia 12 atau 13 tahun, maka diagnosis tidak dapat ditegakan. Penganiayaan terhadap anak berupa memainkan genital atau oral seks. Penetrasi vagina maupun anal jarang terjadi, kecuali pada kasus incest. Korban yang disentuh kebanyakan adalah laki- laki. Sedangkan korban yang tidak disentuh (co: diintip atau memamerkan kelamin) adalah perempuan. Orang dengan pedofilia sebelumnya juga pernah mengalami eksibisionisme, voyeurism dan pemerkosaan.

Kriteria PPDGJ-III Preferensi seksual terhadap anak- anak, biasanya pra-pubertas atau awal masa pubertas, baik laki- laki maupun perempuan Pedofilia jarang ditemukan pada perempuan Preferensi tersebut harus berulang dan menetap Termasuk: laki- laki dewasa yang mempunyai preferensi partner seksual dewasa, tetapi karena mengalami frustasi yang kronis untuk mencapai hubungan seksual yang diharapkan, maka kebiasaannya beralih pada anak- anak sebagai pengganti. Kriteria DSM-IV a. sekurangnya 6 bulan, terdapat khayalan yang merangsang secara seksual, dorongan seksual, atau perilaku yang berulang dan kuat berupa aktivitas seksual dengan anak prapubertas atau dengan anak- anak (biasanya berusia 13 tahun atau kurang). b. Khayalan, dorongan seksual, atau perilaku menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya. c. Orang sekurangnya berusia 16 tahun dan sekurangnya berusia 5 tahun lebih tua dari anak, atau anak- anak dalam kriteria A.

Sadomasokisme Orang dengan kelainan ini memiliki preokupasi rekuren terhadap keinginan seksual dan fantasi berupa disiksa, dipukul, diikat, dan hal lain yang membuatnya menderita. Perlakuan ini umumnya terjadi pada pria. Pasien dengan masochism, pada masa kecilnya memiliki anggapan bahwa rasa sakit dibutuhkan untuk kenikmatan seksual. Kriteria PPDGJ-III Preferensi terhadap aktivitas seksual yang melibatkan pengikatan atau menimbulkan rasa sakit atau penghinaan; (individu yang lebih suka untuk menjadi resipien = masokisme, yang berperan sebagai pelaku = sadism) Seringkali individu mendapatkan rangsangan seksual dari aktivitas sadistik maupun masokistik. Kategori ini hanya digunakan apabila sadomasokistik merupakan sumber rangsangan yang penting untuk pemuasan seksual Harus dibedakandari kebrutalan dalam hubungan seksual atau kemarahan yang tidak berhubungan dengan erotisme.

Voyeurism (scopophilia) Voyeurism berupa kegiatan mengintip yang menggairahkan dan bukan merupakan aktivitas seksual dengan orang yang dilihat. Terjadi preokupasi rekuren dengan khayalan dan tindakan yang berupa mengamati orang lain yang telanjang atau sedang berdandan atau melakukan aktivitas seksual. Masturbasi sampai orgasme biasanya terjadi selama atau setelah peristiwa. Sebagian besar pelaku adalah pria. Kriteria PPDGJ-III Kecenderungan yang berulang atau menetap untuk melihat orang yang sedang berhubungan seksual atau berperilaku intim seperti sedang menanggalkan pakaian. Hal ini biasanya menjurus kepada rangsangan seksual dan masturbasi, dimana orang yang diintip tidak menyadarinya Kriteria DSM-IV a. Selama waktu sekurangnya 6 bulan, terdapat khayalan yang merangsang secara seksual, dorongan seksual, atau perilaku yang berulang dan kuat berupa mengamati orang telanjang yang tidak menaruh curiga, sedang membuka pakaian atau sedang melakukan hubungan seksual b. Khayalan, dorongan seksual atau perilaku menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya.

Nekrofilia Adalah obsesi untuk mendapat kepuasan seksual dari mayat. Sebagian besar orang dengan nekrofilia mendapat mayat dari rumah mati. Beberapa ada yang menggali kuburan. Suatu waktu, orang membunuh untuk memuaskan desakan seksualnya.

Zoofilia Binatang digunakan untuk aktivitas seksual, termasuk hubungan seksual, masturbasi dan kontak oral-genital. Hubungan seksual dengan binatang merupakan suatu hasil pertumbuhan dari tersedianya kesenangan, khususnya pada situasi isolasi yang berlebihan.

Penanganan 1. Kendali eksternal Memberitahu teman sebaya atau anggota keluarga dewasa lain mengenai masalah dan menasehati untuk menghilangkan kesempatan bagi perilaku untuk melakukan dorongannya. 2. Terapi seks Adalah pelengkap yang tepat untuk pengobatan pasien yang menderita disfungsi seksual tertentu dimana mereka melakukan aktivitas seksual yang tidak menyimpang dari pasangannya 3. Terapi perilaku Digunakan untuk memutuskan pola parafilia yang diperlajari. 4. Terapi obat Termasuk medikasi antipsikotik dan antidepresan untuk parafilia dengan skizofrenia atau gangguan depresif. Referensi: Kaplan & Sadocks. Synopsis of Psychiatry. 10th edition.

Anda mungkin juga menyukai