Anda di halaman 1dari 26

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Masalah

Air merupakan bagian integral dari kehidupan manusia di muka Bumi, yang dibutuhkan dalam segala aspek kehidupan, mulai dari kebutuhan biologis, agraris, hingga industri. Hingga saat ini, air belum dapat digantikan oleh bahan lain. Sayangnya, jumlah ketersediannya sangat terbatas, apalagi untuk bisa mencukupi kebutuhan tujuh miliar penduduk bumi ini. Masalahnya, sebanyak 97,6% dari total air yang tersedia (1,403 miliar kilometer kubik) di jagat ini merupakan air asin, sehingga tidak dapat dimanfaatkan langsung sebagai sumber air bersih. Sedangkan, sebagian besar dari air tawar yang ada (33 juta kilometer kubik) berada dalam wujud es, salju, dan air dalam tanah. Secara teoretis, yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber air tawar tidak lebih dari 126,7 juta kilometer kubik. Ini hanyalah sekitar 1% dari total air yang tersedia di Bumi. Dengan kata lain, dari setiap 100 liter air, kurang dari setengah sendok teh merupakan air segar yang dapat dikonsumsi oleh manusia. Skala penggunaannya yang amat luas menjadikan air sebagai objek vital yang peruntukannya seringkali problematis dan dapat menimbulkan konflik. Menjadi cukup ironis saat terdengar berita bahwa terjadi banjir di satu daerah di Indonesia sedangkan terdapat kelangkaan air bersih yang parah di daerah lain. Hal ini dapat dipandang sebagai dualisme air dalam kehidupan manusia. Tergantung bagaimana pengelolaannya, air dapat menjadi berkah dan dapat pula menjadi musibah. Maka, pengendalian hidrologi menjadi sesuatu yang mutlak dilakukan dewasa ini. Agenda pengendalian hidrologi merupakan area kompetensi yang melibatkan multidisiplin ilmu, salah satunya adalah Teknik Sipil. Lingkup masalah dalam bidang Teknik Sipil seringkali tidak bisa ditelaah secara parsial, melainkan harus secara holistik dan terintegratif. Satu masalah kadangkala berkaitan dengan masalah lainnya, sehingga masalah tersebut bukan lagi dipandang individual, namun harus sebagai sistem.

1 Universitas Indonesia

Dalam mendekati dan memecahkan suatu permasalahan, salah satu tantangan awal yang dihadapi oleh para insinyur ialah memahami sifat dari masalah, lingkungan di mana masalah tersebut berada, dan dampaknya terhadap hal lainnya. Pengelolaan sumber daya air di masa kini menjadi sedemikian kompleksnya karena turut pula dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, semisal faktor sosial dan politik. Oleh sebab itu, tata kelola air merupakan salah satu subyek penting untuk ditelaah dalam bidang Teknik Sipil. Dalam penanganan dampak banjir dan pemenuhan ketersediaan air, diperlukan pengendalian hidrologi, yang pada dasarnya diperlukan intervensi terhadap proses alam, salah satunya berupa kebijakan yang ditujukan untuk pengelolaan hidrologi. Kebijakan yang dimaksud dapat berarti regulasi pemerintah terkait tata kelola Sumber Daya Air, infrastruktur, maupun perilaku manusia pengguna air. Dalam kaitannya dengan Teknik Sipil, agar intervensi yang dilakukan menjadi sebuah intervensi yang bertanggung jawab, diperlukan dasar-dasar perancangan yang tetap memperhatikan karakteristik hidrologi di alam, sehingga kebijakan yang diambil, terutama mengenai desain infrastruktur tetap menyesuaikan dengan alam, bukan malah mengubahnya. Dengan demikian, Perancangan Infrastruktur Keairan disusun dengan memperhatikan beragam kompetensi demi terwujudnya kearifan rancangan sederhana pengendalian hidrologi, dimulai dari dasar keairan (siklus hidrologi dan karakteristik Daerah Tangkapan Air), prakiraan banjir rencana, asesmen ketersediaan air, proyeksi kebutuhan air, konsep neraca air, komputasi hidrolika, hingga akhirnya menghasilkan rancangan infrastruktur keairan sederhana. Untuk keperluan analisis, maka dipilih DAS Cimatuk, Jawa Barat dengan Sungai Cimatuk sebagai sungai utama. Wilayah Lebak Wangi dikenal sebagai sentra penghasil beras, yang memerlukan air sebagai kebutuhan yang amat urgen, dan merupakan daerah yang diproyeksikan akan mengalami

2 Universitas Indonesia

peningkatan jumlah penduduk dan perekonomian yang, mau tidak mau, akan mempengaruhi siklus hidrologi di kawasan tersebut. Atas dasar itu, disusunlah laporan tugas besar Perancangan Infrastruktur Keairan ini untuk menganalisis setiap langkah pengendalian hidrologi dengan tujuan akhir mendapat rancangan infrastruktur keairan sederhana, berkaitan dengan peranan air dalam kehidupan manusia, khususnya di DAS Cimatuk. 1.2 Rumusan Masalah

Adapun poin-poin yang akan penulis sampaikan dalam laporan ini adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. kasus? 6. Bagaimana rancangan infrastruktur keairan sederhana hasil analisis dapat diterapkan di DAS kasus? Apakah dasar-dasar delineasi DAS dan pengaruhnya dalam perancangan Bagaimana bentuk model hujan aliran di DAS kasus menggunakan Bagaimana bentuk model hujan aliran di DAS kasus menggunakan Bagaimana mengelaborasi neraca air dalam kaitannya dengan ketersediaan Bagaimana perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan air di DAS

infrastruktur keairan? metode rasional? aplikasi RRSim09? dan kebutuhan air?

1.3

Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan laporan ini, antara lain: 1. 2. Memenuhi tugas besar mata kuliah Perancangan Infrastruktur Keairan Membuat simulator hidrograf limpasan dan menguji kevalidan simulator

semester gasal 2012/2013, Departemen Teknik Sipil, FTUI. tersebut.

3 Universitas Indonesia

3.

Menggunakan simulator yang telah teruji untuk menganalisis langkah-

langkah penanganan banjir dan pemenuhan kebutuhan air di suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) tertentu. 4. kasus. 1.4 1. Batasan Masalah Delineasi DTA yang dilakukan di daerah Lebak Wangi, Jawa Barat, Membuat rancangan infrastruktur keairan sederhana berdasarkan DAS

dengan Sungai Cimatuk sebagai aliran sungai utama hanya didasarkan pada interpretasi terhadap peta rupabumi yang dianggap dapat menggambarkan keadaan sebenarnya di lapangan. 2. Data hujan yang dipakai sebagai bahan analisis diambil dari tahun 1998 2007 dari 2 stasiun yang berbeda, yaitu Stasiun Cigudeg dan Stasiun Ranca Bungur. 3. Data kebutuhan air di DAS kasus didasarkan pada hasil survei di kelas mengenai kebutuhan air per orang per hari, yang datanya diperoleh dari kebutuhan masing- masing individu dalam keluarga peserta didik, yang kemudian dikaitkan dengan tingkat pertumbuhan penduduk dan tinggi penghasilan penduduk DAS kasus yang didapat dari referensi literatur. Regresi linear yang didapat dari hubungan tersebut dianggap dapat mewakili DAS kasus. Selain itu, dari literatur, juga didapat kebutuhan air untuk irigasi sawah, yang kemudian dikumulatifkan menjadi total kebutuhan air di DAS kasus. 4. Pemahaman karakteristik fisik DAS kasus hanya didasarkan pada interpretasi terhadap peta rupabumi yang dianggap dapat menggambarkan keadaan sebenarnya di lapangan. Karakteristik fisik menyangkut properti subDAS berupa peruntukan lahan (untuk koefisien limpasan), panjang sungai, luas area, dan data ketinggian. 5. Rancangan infrastruktur keairan yang didapat tidak dianalisis secara mendalam dari segi biaya maupun visibilitas implementasi di lapangan.

4 Universitas Indonesia

1.5

Sistematika Penulisan

BAB 1 Pendahuluan 1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5. Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penulisan Batasan Masalah Sistematika Penulisan

BAB 2 Gambaran Umum 2.1 2.2 Pengertian Daerah Aliran Sungai Gambaran umum DAS kasus

BAB 3 Model Hubungan Hujan Aliran 3.1 3.2 3.3 Metode RRSim09 Metode Rasional Perhitungan Saluran

BAB 4 Neraca Air 4.1 4.2 4.3 Ketersedian Air Kebutuhan Air Perbandingan Ketersediaan dan Kebutuhan Air

BAB 5 Kesimpulan

5 Universitas Indonesia

BAB II GAMBARAN UMUM 2.1 Daerah Aliran Sungai

Daerah Aliran Sungai (DAS) secara umum didefinisikan sebagai suatu hamparan wilayah/kawasan yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung bukit) yang menerima, mengumpulkan air hujan, sedimen dan unsur hara serta mengalirkannya melalui anak-anak sungai dan keluar pada sungai utama ke laut atau danau. Lins ley (1980) menyebut DAS sebagai A river of drainage basin in the entire area drained by a stream or system of connecting streams such that all stream flow originating in the area discharged through a single outlet . Sementara itu, IFPRI (2002) menyebutkan bahwa, A watershed is a geographic area that drains to a common point, which makes it an attractive unit for technical efforts to conserve soil and maximize the utilization of surface and subsurface water for crop production, and a watershed is also an area with administrative and property regimes, and farmers whose actions may affect each others interests . Dalam pendefinisian DAS pemahaman akan konsep daur hidrologi sangat diperlukan terutama untuk melihat masukan berupa curah hujan yang selanjutnya didistribusikan melalui beberapa cara. Konsep daur hidrologi DAS menjelaskan bahwa air hujan langsung sampai ke permukaan tanah untuk kemudian terbagi menjadi air larian, evaporasi dan air infiltrasi, yang kemudian akan mengalir ke sungai sebagai debit aliran. Dalam mempelajari ekosistem DAS, dapat diklasifikasikan menjadi daerah hulu, tengah dan hilir.DAS bagian hulu dicirikan sebagai daerah konservasi, DAS bagian hilir merupakan daerah pemanfaatan. DAS bagian hulu mempunyai arti penting terutama dari segi perlindungan fungsi tata air, karena itu setiap terjadinya kegiatan di daerah hulu akan menimbulkan dampak di daerah hilir dalam bentuk perubahan fluktuasi debit dan transport sedimen serta material terlarut dalam sistem aliran airnya. Dengan perkataan lain ekosistem DAS, bagian hulu mempunyai fungsi perlindungan terhadap keseluruhan DAS. Perlindungan ini antara lain dari segi fungsi tata air, dan oleh karenanya pengelolaan DAS hulu

6 Universitas Indonesia

seringkali menjadi fokus perhatian mengingat dalam suatu DAS, bagian hulu da n hilir mempunyai keterkaitan biofisik melalui daur hidrologi.

Gambar 2.1. Daur hidro logi

2.2 Deliniasi dan Gambaran Umum DAS Kasus Pada makalah Tugas Besar Perancangan Infrastruktur Keairan 1 (PIK 1) ini, kelompok kami, yaitu kelompok 2, mendapat tugas berupa peta rupabumi DAS di daerah Lebakwangi. DAS Kasus terletak di sekitar Kecamatan Lebakwangi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Letak astronomi DAS ini adalah 06 0 2230 LS 06 0 3030 LS dan 106 0 3000 BT 106 0 3730 BT. Secara administratif, Kabupaten Bogor mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara batas alam, yaitu Kabupaten Tangerang, Kota Depok Sebelah Timur berbatasan dengan Kab. Cianjur dan Kab. Kerawang Sebelah Selatan berbatasan dengan Kab. Sukab umi dan Cianjur Sebelah Barat berbatasan dengan Kab. Lebak

Luas wilayah Kabupaten Bogor adalah 298.838,304 Ha, dengan tipe morfologi wilayah yang bervariasi dari dataran yang relatif rendah di bagian utara hingga dataran tinggi di bagian selatan, yaitu memiliki kemiringan kira-kira 7%.

7 Universitas Indonesia

Peta dari Daerah Lebakwangi adalah sebagai berikut:

Gambar 2.2. Peta Kabubapen Lebakwangi

Dari daerah Lebakwangi tersebut, kelompok kami membuat DAS dari peta tersebut. Bentuknya adalah sebagai berikut:

8 Universitas Indonesia

Wilayah yang dijadikan DAS untuk tugas ini terletak di Sungai Cimatuk, Lebak Wangi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Setelah delineasi, wilayah DAS yang didapatkan seluas 11,2 km2 . Daerah aliran sungai dapat dibedakan berdasarkan bentuk atau pola dimana bentuk ini akan menentukan pola hidrologi yang ada. Corak atau pola DAS dipengaruhi oleh faktor geomorfologi, topografi dan bentuk wilayah DAS. Sosrodarsono dan Takeda (1977) mengklasifikasikan bentuk DAS sebagai berikut:

DAS bulu burung. Anak sungainya langsung mengalir ke sungai utama.

DAS atau Sub-DAS ini mempunyai debit banjir yang relatif kecil karena waktu tiba yang berbeda.

9 Universitas Indonesia

DAS Radial. Anak sungainya memusat di satu titik secara radial sehingga

menyerupai bentuk kipas atau lingkaran. DAS atau sub-DAS radial memiliki banjir yang relatif besar tetapi relatif tidak lama.

DAS Paralel. DAS ini mempunyai dua jalur sub-DAS yang bersatu.

Berdasarkan klasifikasi yang disebutkan di atas, DAS kasus ini tergolong bentuk DAS bulu burung. Data curah hujan didapatkan dari stasiun yang paling dekat dengan DAS kasus ini yaitu stasiun Cigudeg dan Ranca Bungur. Rancangan infrastruktur keairan yang akan dibangun di wilayah ini berdasarkan hasil perhitungan kami diharapkan dapat bermanfaat dalam hal penyediaan air, pengamanan sumber-sumber air, dan pengaturan pemakaian air. Diharapkan debit sungai antara musim penghujan dan kemarau dapat terkendali sehingga menjaga wilayah agar terhindar dari banjir. Selain itu manfaat lain yang diharapkan bisa terwujud adalah membantu menyelamatkan tanah dari erosi, meningkatkan dan mempertahankan kesuburan tanah, serta secara tidak langsung dapat membantu meningkatkan pendapatan masyarakat.

10 Universitas Indonesia

BAB 3 MODEL HUBUNGAN HUJAN ALIRAN & SALURAN 3.1. Metode RRSim09 Metode RRSim09 merupakan software simulasi debit aliran dari suatu DAS. Dengan metode ini debit aliran dari kasus DAS Cimatuk akan diperkirakan berdasarkan tata guna lahan, curah hujan (intensitas & durasi), dan bentuk dari DAS jika diputar 90 3.1.1. Tata Guna Lahan

Gambar 3.1. Variasi Tata Guna Lahan

3.1.2. Curah Hujan 3.1.2.1. Intensitas Hujan

Gambar 3.2. Variasi Intensitas Hujan 11 Universitas Indonesia

3.1.2.2. Durasi Hujan

Gambar 3.3. Variasi Durasi Hujan

3.1.3. Bentuk DAS

Gambar 3.4. Variasi Bentuk DAS

12 Universitas Indonesia

3.2. Metode Rasional 3.2.1. Perhitungan Metode Thiessen

Gambar 3.5. Hu jan Wilayah dengan Metode Thiessen

13 Universitas Indonesia

Menentukan Hujan Rencana dengan Poligon Thiessen : Tr 5 Tr 10

Tr 25

Tr 50

14 Universitas Indonesia

Tr 100

Tabel 3.1. Tabel Hu jan Rencana

2.2.2. IDF Curve & Waktu Konsentrasi (Tc)

Tabel 3.2. Tabel IDF 15 Universitas Indonesia

Rumus Mononobe : 24 = 24 24 Dengan : I = intensitas (mm/jam) t = waktu (jam)


2/3

Kurva IDF
1000,00

900,00
800,00 Intensitas (mm/jam)

700,00
600,00 500,00

5 thn
10 thn 25 thn 50 thn 100 thn

400,00
300,00 200,00 100,00 0,00 0 50 100 150 200 250 300

Durasi (mnt)

Gambar 3.6. Penurunan Kurva IDF

Dalam perhitungan mencari debit aliran dapat digunakan rumus rasional sebagai berikut : Q = C.I.A Keterangan : Q C I A = Debit Aliran (m3 /s) = Koefisien Limpasan = Intensitas (mm/jam) = Luas DAS (m2 )

16 Universitas Indonesia

a. Mencari waktu konsentrasi DAS : Dengan : L = 6400 m S=


Perbedaan tinggi

Panjang DAS

0,4514 6,4

= 0,0705 ; maka :

= 0,0195 0,77 0,385 = 0,0195 64000,77 0,07050,385 = 46,08 b. Mencari Intensitas Hujan pada Waktu Konsentrasi
2

= =

24 24 133 24

2460 3
2

2460 3 46 ,08

= 54,98 / c. Mencari koefisien Limpasan :

pemukiman sawah kebun & semak ladang

A (km2) 0,069 0,62 8,1428 2,38 11,2118

Ci 0,86 0,44 0,32 0,42 C

0,05934 0,2728 2,605696 0,9996 0,351

Tabel 3.3. Tabel Koefisien Limpasan

Berdasarkan perhitungan diatas koefisien limpasan DAS Cimatuk sebesar 0,351 untuk 25 tahunan.

17 Universitas Indonesia

Maka debit aliran pada DAS ini sebesar : Q = C.I.A Q = 0,351


54,98 1000 3600

11,212 106

Q = 60,102 m3 /detik Berdasarkan perhitungan diatas maka debit aliran pada DAS Cimatuk untuk 25 tahunan sebesar 60,102 m3 /detik. Pemilihan periode 25 tahunan ini karena pada DAS Cimatuk akan dibangun drainase persawahan dimana sekitar DAS tersebut banyak ditemui persawahan. Oleh karena itu pembangunan saluran drainase ini bertujuan untuk menunjang persawahan pada sekitar daerah aliran sungai Cimatuk.

18 Universitas Indonesia

3.3. Perhitungan Saluran

Gambar 3.7. Penampang Saluran

= + =
+ + + /

= + + = +

+ + +

Dengan asumsi kemiringan saluran 60 dan kedalaman air 0,15 serta nilai manning yang diambil sebesar 0,04 dengan asumsi material yang digunakan berasal dari alam. Serta nilai debit yang direncakan untuk saluran ini sebesar 60,183 m3 /sec, maka :
1 60,183 = 0,07 0,04 1 = 0,07 0,04
1/2

Bw + 0,6 0,15 0,15 Bw + 2 0,15 1 + 0,62 Bw + 0,6 0,15 0,15

2/3

Bw + 0,6 0,15 0.15

2/3

1/2

Bw + 2 0,15 1 + 0,62

= 0,99 m/ sec 2 m/sec

Dan nilai Bw selebar 405 m. Kemudian dengan merencanakan jagaan dari saluran sebesar 33% dari ketinggian air maka didapatan kedalaman saluran sedalam 0,2

19 Universitas Indonesia

meter. Serta lebar saluran atas ( B ) selebar 405,2 meter. Dengan Saluran air ini, air yang mengalir memiliki kecepatan 0,99 m/sec dibawah kecepatan maksimum yang disarankan

Gambar 3.8. Desain Saluran pada DAS Cimatuk

20 Universitas Indonesia

BAB 4 KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN AIR 4.1. Ketersediaan Air Ketersediaan air di DAS Cimatukbergantung pada curah hujan pada DAS tersebut. Curah hujan tersebut kemudian dikonversi menjadi debit aliran andalan yang tersedia setiap bulan untuk memenuhi kebutuhan air di DAS Cimatuk. Data curah hujan harian diakumulasi menjadi curah hujan bulanan.

Tabel 4.1. Curah hujan bulanan

Data curah hujan yang disajikan di tabel di atas adalah data curah hujan DAS yang telah dihitung menggunakan metode Poligon Thiessen untuk perhitungan curah hujan wilayah. Dari data curah hujan yang ada, kemudian ditentukan debit aliran perbulan dengan metode rasional dan diurutkan sesuai dengan jumlah debit per bulan, serta menghitung peluang terjadinya debit rata-rata.

Tabel 4.2. Debit aliran bulanan

21 Universitas Indonesia

Setelah itu, ketersediaan air di DAS dapat ditentukan dengan menghitung debit andalan per bulan.

Tabel 4.3. Debit aliran andalan

4.2. Kebutuhan Air Kebutuhan air di DAS Cimatuk dihitung berdasarkan parameter jumlah penduduk, luas DAS, dan juga pendapatan penduduk. Untuk itu, dibuatlah sebuah persamaan kebutuhan air per hari dari DAS dengan menggunakan regresi data survei pemakaian air harian per mahasiswa di kelas. Persamaan regresi tersebut adalah = 74,8031 + 2,1112 + 0,3023 dengan y = kebutuhan air (lt/hari) X1 = jumlah penduduk DAS (jiwa) X2 = pendapatan penduduk (juta/bulan) X3 = luas DAS (m2 ) Dari persamaan di atas, maka dapat ditentukan kebutuhan air di DAS tersebut. Pada laporan ini, kebutuhan air DAS Cimatuk dihitung untuk proyeksi tahun 2012 dan juga tahun 2025. Data yang digunakan adalah data sensus penduduk tahun 2010 yang merupakan data terbaru dari Badan Pusat Statistik Nasional. Data perbandingan kebutuhan air, jumlah penduduk, pendapatan penduduk, dan luas DAS dapat dilihat pada tabel berikut:

22 Universitas Indonesia

Tabel 4.4. Proyeksi Kebutuhan Air DAS

4.3. Perbandingan Ketersediaan Air dan Kebutuhan Air Perbandingan ketersediaan air dan kebutuhan air DAS Cimatuk dapat dilihat dari grafik berikut ini:

Perbandingan Q andalan dan Q kebutuhan DAS


600

Q (x103 m3/bulan)

500

400 300
200 100 Q andalan Q kebutuhan 2025 Q kebutuhan 2012 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

Bulan Grafik 4.1. Perbandingan Ketersediaan dan Kebutuhan Air

Dari grafik di atas, terlihat bahwa DAS akan mengalami kekurangan air pada bulan Juli dan Agustus. Pada bulan Juli, DAS kekurangan air sebanyak 27644 m3 /bulan pada tahun 2012 dan 49655 m3 /bulan pada 2025. Sedangkan pada bulan Agustus, DAS mengalami kekurangan air sebesar 33626 m3 /bulan pada tahun 2012 dan pada tahun 2025 sebesar 55637 m3 /bulan. Masalah kekurangan air ini dapat diatasi dengan menampung (menyimpan) air yang berlebih pada bulan-bulan lainnya. Tampungan air dapat berupa saluran irigasi, sumur resapan, waduk, dan sebagainya.

23 Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN Berdasarkan dealinasi yang DAS Cimatuk yang dilakukan kelompok kami, maka didapatkan daerah DAS seluas 11,2118 km2 . DAS tersebut mempunyai debit aliran sebesar 60,102 m3 /detik, yang dihitung dengan menggunakan metode rasional (Q = C I A). Debit tersebut merupakan debit 25 tahunan, alasa n pemilihan periode 25 tahunan karena DAS Cimatuk akan dibangun drainase persawahan karena banyaknya persawahan. Adapun faktor yang mempengaruhi debit aliran tersebut adalah tata guna lahan, curah hujan (intensitas & durasi), bentuk DAS. Pada DAS tersebut juga didesain suatu saluran untuk menunjang persawahan di dalam DAS. Hasil desain saluran yang didapatkan berupa:

Gambar 5.1. Desain Salu ran pada DAS Cimatuk

Masalah ketersediaan air juga menjadi pembahasan pada laporan ini. Data ketersediaan air di DAS Cimatuk diperoleh dengan menggunakan data curah hujan bulanan stasiun hujan yang mempengaruhi DAS. Ketersediaan air pada DAS tersebut selanjutnya disebut debit andalan per bulan. Sedangkan kebutuhan air di DAS dihitung berdasarkan parameter jumlah penduduk, luas DAS, dan juga pendapatan penduduk. Persamaan untuk menghitung kebutuhan airnya adalah:
= 74,8031 + 2,1112 + 0,302 3 dengan y = kebutuhan air (lt/hari) X1 = jumlah penduduk DAS (jiwa)

24 Universitas Indonesia

X2 = pendapatan penduduk (juta/bulan) X3 = luas DAS (m2 )

Kebutuhan air yang yang dihitung adalah kebutuhan air pada tahun 2012 dan 2025. Setelah itu, perbandingan dari debit andalan dan debit kebutuhan dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

Perbandingan Q andalan dan Q kebutuhan DAS


600 Q (x103 m3/bulan) 500
400 300

Q andalan Q kebutuhan 2025 Q kebutuhan 2012 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

200 100
0

Bulan

Grafik 5.1. Perbandingan Ketersediaan dan Kebutuhan Air

DAS mengalami kekurangan air pada bulan Juli dan Agustus. Pada bulan Juli, DAS kekurangan air sebanyak 27644 m3 /bulan pada tahun 2012 dan 49655 m3 /bulan pada 2025. Sedangkan pada bulan Agustus, DAS mengalami kekurangan air sebesar 33626 m3 /bulan pada tahun 2012 dan pada tahun 2025 sebesar 55637 m3 /bulan. Masalah kekurangan air ini dapat diatasi dengan menampung (menyimpan) air yang berlebih pada bulan-bulan lainnya. Tampungan air dapat berupa saluran irigasi, sumur resapan, waduk, dan sebagainya.

25 Universitas Indonesia

Daftar Pustaka Asdak Chay,2002, Hidrologi dan Pengelolaan DAS. Gadjah Mada University Press. Badan Pusat Statistik, Hasil Sensus Penduduk Provinsi Jawa Barat 2010. http://jabar.bps.go.id/, 15 November 2012. Chow V.T.,et al.,1998, Applied Hydrology. McGraw Hill, Inc.

26 Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai