Anda di halaman 1dari 80

Case Report

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM PERIODE 4 FEBRUARI 2013 30 MARET 2013 RUMAH SAKIT TEBET JAKARTA

Oleh: Mira Arlita Rahmawati 0761050077

IDENTITAS
Nama Usia Tempat/Tanggal Lahir Status Perkawinan Pekerjaan Alamat Jenis Kelamin Agama Suku Tanggal Masuk : Ny. Y. W : 53 tahun : Semarang / 20 November 1958 : Menikah : Ibu Rumah Tangga : Jl. Benda I No. 10, RT 10 RW 04, Pulo, Keb. Baru, Jakarta Selatan : Wanita : Islam : Jawa : 13 Februari 2013

ANAMNESIS
Diambil dari

: Autoanamnesis Tanggal : 17 Februari 2013 Jam : 08.00 WIB Keluhan Utama: BAB cair 6 kali sejak 3 hari SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan BAB cair kurang lebih 6 kali sejak 3 hari SMRS. BAB hanya cair tidak ada ampas, berlendir, ada darah, volume BAB 25 cc 50 cc. Mulas dirasakan saat sebelum dan setelah BAB, Nyeri perut (+), nyeri pada dubur (-). Demam (+) sejak 3 hari SMRS, suhu dirasakan sumeng-sumeng, demam tidak dirasakan naik turun. Mual (-), muntah (-).

Awalnya pasien mengaku 2 hari sebelumnya pasien makan rujak yang dibeli diluar, lalu pada keesokan harinya pasien memakan bubur ayam yang dibeli dari luar. Pasien juga sempat memakan bubur ayam lagi pada hari minggunya. Dan mulai pada sore harinya pasien merasa mulas dan BAB berbentuk cair yang berlendir dan berdarah. Pasien merasa lemas.

Skala Waktu (Time Line)


Minggu sore, BAB cair, lendir (+), darah (+)

Sabtu pagi, makan bubur ayam

Jumat sore, makan rujak

Minggu pagi, makan bubur ayam

13/02/13
ke UGD RS Tebet

Riwayat Penyakit Dahulu


(-) Cacar Air (-) Difteri (-) Batuk Rejan (-) Campak (-) Influenza (-) Tonsilitis (-) Khorea (-) Demam Rematik Akut (-) Pneumonis (-) Pleuritis (-) Tuberkulosis (-) Malaria (-) Disentri (-) Hepatitis (-) Titus Abdominalis (-) Skrofhia (-) Sifilis (-) Gonore (+) Hipertensi 5 thn (-) Ulkus Ventrikuli (-) Ulkus Duodeni (+) Gastritis (-) Batu Empedu (-) Batu Ginjal (-) Hernia (-) Wasir (-) Diabetes (-) Alergi (-) Tumor (-) Penyakit Pembuluh (-) Perdarahan Otak (-) Psikosis (-) Neurosis (-) Operasi (-) Kecelakaan

Riwayat Penyakit Keluarga


Hubungan Kakek Nenek Ayah Ibu Laki-laki Umur (tahun) Jenis Kelamin Keadaan Kesehatan Penyebab Meninggal

sudah meninggal Tidak diketahui sudah meninggal Tidak diketahui Hipertensi Sakit

Perempuan

Sakit

Adakah Kerabat yang Menderita?


Penyakit
Alergi Asma Tuberkulosis Artritis Rematisme Hipertensi Jantung Ginjal Lambung Diabetes Kanker Vertigo

Ya

Tidak

Hubungan


Hipertensi

Riwayat Kebiasaan Pribadi


Kebiasaan merokok dan minum alkohol disangkal. Olahraga tidak terlalu sering.

Anamnesis Sistem
(-) Bisul (-) Kuku
Kepala (-) Trauma (-) Sinkop Mata (-) Nyeri (-) Sekret (-) Kuning /Ikterus Telinga (-) Nyeri (-) Sekret (-) Tinitus Hidung (-) Trauma (-) Nyeri (-) Sekret (-) Epistaksis Mulut (-) Bibir (-) Gusi (-) Selaput

(-) Rambut (-) Kuning/ikterus

(-) Keringat malam (-) Sianosis (+) lemas

(-) Sakit kepala (-) Nyeri pada sinus


(-) Radang (-) Gangguan penglihatan (-) Ketajaman penglihatan

(-) Gangguan pendengaran (-) Kehilangan pendengaran

(-) Gejala penyumbatan (-) Gangguan penciuman (-) Pilek

(-) Lidah (-) Gangguan pengecap (-) Stomatitis

Tenggorokan: (-) Nyeri ketukan Leher: (-) Benjolan Dada: Jantung/Paru-paru (-) Nyeri dada (-) Serangan asma (-) Ortopnoe Abdomen: Lambung/Usus (-) Rasa kembung (-) Mual (-) Muntah (-) Muntah darah (-) Sukar menelan (+) Nyeri perut, kolik (-) Perut membesar Saluran Kemih/Alat Kelamin: (-) Disuria (-) Stranguri (-) Poliuria (-) Polakisuria (-) Hematuria (-) Kencing batu (-) Ngompol (tidak disadari)

(-) Perubahan suara (-) Nyeri leher (-) Sesak napas (-) Batuk darah (-) Batuk (-) Wasir (+) Mencret (+) Tinja darah (-) Tinja berwarna dempul (-) Tinja berwarna teh (-) Benjolan

(-) Kencing nanah (-) Kolik (-) Oliguria (-) Anuria (-) Retensi urin (-) Kencing menetes

Saraf dan Otot (-) Anastesi (-) Parastesi (-) Otot lemah (-) Tidak sadar (-) Kejang (-) Afasia (-) Amnesia Ekstremitas: (-) Bengkak (-) Nyeri sensi

(-) Sukar mengingat (-) Ataksia (-) Hipo/Hiper-thesi (-) Pingsan (-) Kedutan (-) Vertigo (-) Gangguan bicara (disartri) (-) Deformitas (-) Sianosis

Berat badan Berat badan rata-rata (kg): 54 kg Berat tertinggi (kg): 57 kg

Berat badan sekarang: 54 kg Tinggi Badan : 155 cm


IMT: 22,48 kg/m2 (Normal) BBI: 49,5 kg

Pendidikan ( ) SD ( ) SLTP ) Akademik ( ) S1


Kesulitan Keuangan Pekerjaan Keluarga

( ) SLTA ( ) Kursus

( ) Sekolah Kujuruan ( ) Tidak sekolah

: Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada

Riwayat Olahraga Jenis olahraga : Jalan kaki, berenang Waktu : pagi / sore Setiap kali : kurang lebih 3 x seminggu

Riwayat Hidup
Riwayat Kelahiran Tempat/ tanggal lahir: Semarang, 20 November1958 Tempat Lahir : ( ) Di rumah () Rumah Bersalin Bersalin Ditolong oleh : ( ) Dokter () Bidan ( ) dan lain-lain Riwayat Imunisasi ( ) Hepatitis ( ) BCG ( ) Tetanus Riwayat Makanan Frekuensi/hari Variasi/hari susu (-) Nafsu makan ( ) RS

( ) Dukun

( ) Campak

( ) DPT

( ) Polio

: 1-3 x / Hari : nasi, tempe, ikan asin, telur, ayam, sayur, buah,
: Baik

II. Pemeriksaan Jasmani


Pemeriksaan Umum
Tinggi Badan Berat Badan Tekanan Darah Nadi Suhu Pernafasan Keadaan Gizi Kesadaran Sianosis Udema Umum BBI IMT

: 155 cm

: 54 kg
: 130/80 mmHg : 80 kali/menit : 36,4 C : 20 kali/menit : Cukup : Compos Mentis : Tidak ada : Tidak ada

: 49,5 kg
: 22,48 (Normal) Kulit Warna : Tenang Lembab/kering Pertumbuhan rambut Effloresensi : Sawo matang : Lembab : Merata : Tidak ada

Aspek Kejiwaan
Tingkah Laku

Alam Perasaan
Proses Pikir

: Biasa
: Wajar

Kelenjar Getah Bening Submandibula Supraklavikula Lipat paha Kepala Ekspresi Wajah : baik Simetris Muka : simetris : tidak teraba membesar : tidak teraba membesar : tidak teraba membesar Leher Ketiak : tidak teraba membesar : tidak teraba membesar

Rambut teraba
Mata Eksoftalmus tidak ada Kelopak Konjungtiva Sklera Deviatio Konjungasi Telinga Tuli

: tidak mudah dicabut

Pembuluh Darah Temporal :

: tidak ada : baik : tidak ada ikterik : tidak ada Lensa : tidak anemis Gerakan mata

Enoftalmus : tidak keruh Visus : ke segala arah : baik

Lapangan Penglihatan : luas

Tekanan bola mata : baik Nystagmus : tidak ada

: tidak ada

Selaput Pendengaran: intak

Lubung

: lapang

Penyumbatan: tidak ada

Hidung Bagian Luar : baik Selaput lendir : tidak ada

Septum
Sekret ada Deformitas Mulut

: tidak ada deviasi


: tidak ada : tidak ada

Penyumbatan

: tidak ada
: tidak

Perdarahan

Bibir
Langit-langit Gigi-geligi Faring

: baik
: intak : baik : baik

Tonsil: T1/T1 tidak hiperemis


Bau pernafasan Trismus Selaput lendir : tidak berbau : baik : baik

Lidah
Leher Kelenjar Gondok

: baik
: tidak membesar Trakea : baik Tekanan v.jugularis

Kaku Kuduk : tidak ada : 5 3 cm Tumor Dada Bentuk Pembuluh darah : tidak ada

: laterolateral lebih besar dari anterior posterior : tidak terlihat melebar

Paru-Paru Depan Inspeksi Palpasi kanan dan kiri Kiri Kanan Kiri Kanan : : Belakang gerakan dinding dada simetris gerakan dinding dada simetris

: gerakan dinding dada simetris, vocal fremitus sama : gerakan dinding dada simetris, vocal fremitus sama : : Kiri : sonor kanan dan kiri sonor kanan dan kiri bunyi nafas dasar vesikuler, rales -/-,

kanan dan kiri


Perkusi Auskultasi wheezing -/Kiri Kanan

Kanan
Jantung Inspeksi Palpasi Perkusi midklavikula Auskultasi Pembuluh Darah Arteri Temporalis Arteri Brakhialis

bunyi nafas dasar vesikuler, rales -/-, wheezing -/-

: iktus kordis tidak terlihat : iktus kordis teraba ICS 6 midklavikula sinistra : batas jantung kanan ICS 5 garis parasternal, jantung kiri ICS 6 garis : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-) : pulsasi teraba : pulsasi teraba Arteri Kartolis Arteri Radialis : pulsasi teraba : pulsasi teraba

Perut
Inspeksi Auskultasi Palpasi

: datar : BU + : supel, nyeri tekan (-) : tidak teraba membesar : tidak teraba membesar : nyeri ketok CVA -/- , Ballotement -/: timpani : baik

-Hati -Limpa -Ginjal


Perkusi Refleks dinding perut

Alat Kelamin (tidak dilakukan pemeriksaan) Anggota Gerak Lengan

Kanan Tonus

Kiri normotonus

Otot normotonus ada

Inflamasi

tidak ada
baik

tidak

Sendi

Gerakan

Tungkai dan Kaki


Luka Otot : tidak ada : eutrofi Varises : tidak ada

Sendi

: baik
: 5555/5555

Gerakan : baik Kekuatan Edema : tidak ada Refleks


Bisep Trisep Patela Achiles Refleks Patologis

Kanan
+ +

Kiri
+ +

+ +
-

+ +
-

Ringkasan
Pasien adalah seorang wanita berumur 53 tahun. Datang dengan keluhan BAB cair lebih dari 6 kali sejak 3 hari SMRS. BAB cair berlendir, ada darah, volume BAB 25 cc 50 cc , BAB air saja tidak ada ampas, mulas dirasakan sebelum dan saat BAB, terdapat nyeri perut. Keluhan tambahannya adalah demam yang dirasakan sumeng-sumeng 3 hari SMRS. Mual (-), muntah (-). BAK tidak ada kelainan. Anamnesis Sistem: lemas, nyeri perut kolik, mencret, tinja berdarah Pemeriksaan Jasmani: Tekanan darah 130/80 mmHg, nadi: 80 kali/menit, RR: 20x/mnt,

Hasil Laboratorium (13 Februari 2013)


JENIS PEMERIKSAAN
Hemoglobin Eritrosit Leukosit Basofil Eosinofil Batang Segmen Limfosit Monosit Hematokrit MCV MCH MCHC Trombosit Laju Endap Darah ELEKTROLIT Natrium 144,9 mmol/L 135 - 145

Hasil
HEMATOLOGI 13,05 4,73 8,03 0 5 0 56 29 13 40,1 84,8 28,5 33,7 259,0 40

Satuan
g/dL juta/uL ribu/uL % % % % % % % fL pg % ribu/uL mm/jam

Nilai Normal
11,7 15,7 3,8 5,2 3,8 11 01 24 35 50 70 25 40 28 40 52 80 100 26 34 32 36 150 440 < 20

Kalium

3,29

mmol/L

3,5 - 5

Hasil Laboratorium
JENIS PEMERIKSAAN Hasil Satuan Nilai Normal

Clorida KIMIA KLINIK


DIABETES Glukosa Darah Sewaktu Reduksi FUNGSI HATI SGOT SGPT

108,0

mmol/L

97 - 110

86 Negatif 24 20

Mg / dl

<200 Negatif

U/L U/L

< 31 < 31

FUNGSI GINJAL BUN


Kreatinin Asam urat URINE

9, 93
0,80 5,76

Mg/dl
Mg/dl Mg/dl

6 20
0,60 1,13 2,6 6,0

URINE ANALISYS
Warna Kuning Kuning

Hasil Laboratorium
JENIS PEMERIKSAAN Kejernihan PH Berat Jenis Protein Reduksi Bilirubin Urobilinogen Keton Blood Leukosit Nitrit MIKROSKOPIS URINE Leukosit Eritrosit Silinder 1-2 3-4 0 /lpb /lpb /lpb 05 03 Hasil Agak Keruh 6,00 1,025 Positif 1 Negatif Negatif 0,2 Trace Trace Negatif Positif /lpb UE Satuan Nilai Normal Jernih 4,5 8,0 1,005 1,025 Negatif Negatif Negatif < 0,2 Negatif Negatif 05 Negatif

Sel Epitel
Bakteri Kristal Jamur Trichomonas

2-3
Positif Negatif Negatif Negatif

/lpk
/lpb

5 15
Negatif Negatif Negatif Negatif

Hasil Laboratorium ( 14 Februari 2013)


JENIS PEMERIKSAAN FESES FAECES RUTIN Makroskopis Feses Warna Konsistensi Lendir Darah Mikroskopis Feses Lekosit Eritrosit Epitel Amoeba 100 23 45 Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif /lpb /lpb coklat Lembek Positif Negatif Coklat Lembek Negatif Negatif Hasil Satuan Nilai Normal

Sisa makanan
Telur Cacing Jamur E. Coli Trofozoit E. Histolitika Trofozoit Serat Tumbuhan

Negatif
Negatif Positif Negatif Negatif Negatif

Hasil Laboratorium
JENIS PEMERIKSAAN E. Coli kista E. Histolitika kista Serat otot Pewarnaan gram Gram positif coccus Gram negatif basil Metilen blue Leukosit DARAH SAMAR FAECES Transferin HEMOSTASIS Lama pendarahan/BT Lama Pembekuan/CT Protrombin Time Protrombin Time control control 2,14 9,28 15,90 1,32 15,20 1,24 Menit Menit detik <5 8- 15 10,8 14,4 Positif Negatif 100 /lpb Negatif Positif Negatif Negatif Hasil negatif Negatif Negatif Satuan Nilai Normal Negatif Negatif Negatif

DIAGNOSA
Sindroma disentri - amebiasis - shigellosis Dd/ Kolitis ulserosa Crohn kolitis Divertikulitis colon Salmonelosis Kolitis invective e.c E.coli; salmonela. 2. HT stage II
1.

Rencana pemeriksaan
Lab : DPL, Faeces Rutin, elektrolit, Masa

perdarahan Kolonoskopi

Anjuran pengobatan
Diet lunak, tidak merangsang

IVFD: RL/ 8 jam


MM/ metronidazol 3 x 750 mg

cefotaxim 3 x 1 g sulfasalaazine 3 x 500 mg amlodipin 1 x 5 mg valsartan 1 x 80 mg new diatab 3 x 1 paracetamol 3 x 1 (k/p)

Rontgen Thorax

Expertise
Kedua sinus, diafragma baik. Mediastinum superior tak melebar. Cor : CTR < 50 %, aorta baik. Pulmo : Corakan Bronchovasculer kasar.

Bercak infiltrat paracardial kanan dan curiga infiltrat apex pulmo bilateral. Kedua hilus tidak prominent. Soft Tissue dan Tulang-tulang baik. Kesan : Cor besar dalam batas normal, aorta baik. Pulmo : Susp TB dupleks.

Kolonoskopi

Kolonoskopi

Follow Up (18/02/13)
S ) mencret O) KU Kes TD Nadi Suhu Mata ikterik Leher (-), demam (-) : TSR : Composmentis : 130/80 mmHg : 80 x/menit : 36.7C : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak : KGB tidak teraba membesar

Thorax :

Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris Palpasi : Vocal Fremitus kanan=kiri Perkusi : Sonor kanan = kiri Auskultasi : BND vesikuler, Ronkhi -/-, Wheezing -/ Abdomen :

Inspeksi : Perut tampak datar Palpasi : Supel, Hepar/Lien tidak teraba membesar, nyeri tekan epigastrium Perkusi : Timpani, nyeri ketok -, nyeri ketok CVA -/Auskultasi : BU + 3x/menit (normoaktif)

HASIL KOLONOSKOPI
Scope bisa masuk sampai flexura hepatica,

penderita kesakitan sewaktu scope didorong masuk. Terlihat adanya hyperemia, erosi, dan ulcerasi pada daerah recto sigmoid dan colon desendens. Sepanjang mukosa kolon terlihat adanya erosi dan hiperemia, juga haemorrhoid interna. Dilakukan biopsi pada daerah colon desendens, recto sigmoid.
Kesimpulan : colitis infektif ? DD/ Disentri amuba

? Haemorrhoid interna

TINJAUAN PUSTAKA

Pendahuluan
Sindroma disentri terdiri dari gejala: diare, tinja

mengandung lendir dan darah, perut mulas dan melilit pada saat mau dan sesudah berak (tenesmus).
Keluhan-keluhan ini adalah akibat peradangan

ulseratif pada daerah kolon.

Penyebab
Dibedakan 2 jenis - Disentri basiler (Shigella dysentriae):
- Disentri ameba (Entamoeba histolytica).

Shigellosis
Peradangan colon (colitis) karena infeksi shigella disebut juga disentri basiler.

Etiologi
- Kuman shigellae, ramping, gram negatif, tidak

bergerak
- Terdapat 4 macam : S. dysenteriae, flexneri,

boydii dan sonnei


- Sifat :
Menyerang epitel usus. Mengeluarkan toksin yg sitotoksik

Epidemiologi
140

juta orang /tahun, 600.000 meninggal terutama pada daerah berkembang.

Penderita yang terbanyak adalah anak-anak. Penularan : fekal-oral, pencemaran makanan,

air minum dan bekas muntahan penderita.


Pada lingkungan asrama, rumah jompo, kapal

pesiar, homoseksual fekal-oral.

Patogenesis
Kuman menginvasi epitel mukosa kolon

berkembangbiak di dalamnya perluasan invasi kuman ke sel eksudat berisi enterosit yang rusak, neutrofil dan eritrosit mukosa rusak, lamina (tunica ) propria edema dan perdarahan disertai infiltrasi lekosit kerusakan arsitektur jaringan dan ulserasi mukosa menjalar ke proksimal mencapai ileum.

Proses terjadi pada kolon distal, namun dapat

Gejala Klinis
- Masa inkubasi 1- 4 hari - Kuman 10 menyebabkan penyakit. - Demam 40 - 41oC - Diare 20-40 x sehari

- Tinja keluar sedikit, lendir, darah dan nanah.


- Perut nyeri. - Mules (tenesmus) - Prolapsus anus. - Endoskopi ulserasi + perdarahan mukosa

Komplikasi ekstra intestinal terutama pada pasien yang kurang gizi : 1. Sepsis 2. Sindrom hemolitik ureumia gejala - Anemia, Hematokrit menurun, trombositopeni <30.000 /mm3

- Oliguri - Anuria, gagal ginjal


- Gagal jantung - Hiponatremia dan hipoglikemi - Gangguan sistem saraf pusat : kejang, kesadaran

Pemeriksaan mikroskop elektron dr ginjal komplek imun, deposit fibrin trombosit, lesi pada sel endotel kapiler, nekrosis dari tubulus dan glumerulus. 3. Reaksi leukomoid dari disentri Shiga (S.dysentrie 1) terdapat netrofil yang meningkat >50.000 mm3

Diagnosis
Px darah lengkap perifer menunjukkan : lekositosis

Px tinja dg metilen biru menunjukkan banyak neutrofil.


Kultur feses uji resistensi dl media Salmonella - Shigella (SS) agar ,atau xylose-lysinedeoxycholate XLD agar

Diferensial diagnosis :
Desentri ameba
Colitis ulserosa Penyakit Crhn.

Terapi
Oralit

Kotrimoksasol (Trimethoprim +

Sulfamethoxazole ) 2 x 1 gr/h, 5 hari.


Quinolon (tidak dianjurkan pada anak < 17 tahun

karena khawatir kerusakan tulang rawan)


Norfloksasin 2 x 400 gr,5 hari Ciprofloxacin 2 x 500 mg, hari

Kloramfenikol 4 x 500 mg, 5 hari.


Ampisilin 4 x 5 mg, 5 hari

Pencegahan
Perbaiki higiene lingkungan dan pribadi Pakaian pasien harus direbus Tinja harus dibuang ketempat khusus.

Setiap selesai menolong orang sakit perawat

dan dokter harus cuci tangan.


Bersihkan

stetoscope dan alat-alat lain sehabis dipergunakan untuk memeriksa penderita disentri.

Amebiasis

Pendahuluan
Amebiasis (disentri ameba, enteritis ameba, kolitis

ameba) adalah penyakit infeksi usus besar yang disebabkan oleh parasit usus Entamoeba histolytica. Penyakit ini tersebar hampir di seluruh dunia terutama di negara sedang berkembang yang berada di daerah tropis. Hal ini disebabkan karena faktor kepadatan penduduk, higiene individu, dan sanitasi lingkungan hidup serta kondisi sosial ekonomi dan kultural yang menunjang.

Epidemiologi
Penyakit ini ditularkan secara fekal oral baik secara

langsung (melalui tangan) maupun tidak langsung (melalui air minum atau makanan yang tercemar). Sebagai sumber penularan adalah tinja yang mengandung kista amuba yang berasal dari carrier (cyst passer). Di Indonesia, laporan mengenai insidens amebiasis sampai saat ini masih belum ada.

Tetapi, berdasarkan laporan mengenai abses hati

ameba pada beberapa rumah sakit tinggi, dapat diperkirakan insidensnya cukup tinggi. Penularan dapat terjadi lewat beberapa cara, misalnya: pencemaran air minum, pupuk kotoran manusia, juru masak, vektor lalat dan kecoa, serta kontak langsung seksual oral-anal pada homoseksual. Sekitar 10% populasi hidup terinfeksi entamoeba, kebanyakan oleh entamoeba dispar (E.dispar) yang non infeksius.

Persamaan

Persamaan dan Perbedaan Sifat E.histolytica dan E.dispar

Kedua spesies dibedakan lewat adanya infeksius kista

(cyste). Kista dari kedua spesies tersebut secara morfologi sama (identik). Kedua spesies ini mengkolonisasi intestinal luar.
Perbedaan
Hanya

E.histolytica

yang

dapat

mengakibatkan

penyakit. Hanya E.histolytica yang menunjukkan serologi ameba positif. Kedua spesies mempunyai perbedaan sekuensi mRNA. Kedua spesies mempunyai perbedaan antigen permukaan dengan masker isoantigen.

Etiologi
E.histolytica merupakan protozoa usus, sering hidup

sebagai mikroorganisme komensal (apatogen) di usus besar manusia. Dapat berubah menjadi patogen dengan cara membentuk koloni di dinding usus dan menembus dinding usus sehingga menimbulkan ulserasi. Siklus hidup ameba ada 2 macam bentuk, yaitu bentuk trofozoit yang dapat bergerak dan bentuk kista. Bentuk trofozoit ada 2 macam, trofozoit komensal (<10 mm) dan trofozoit patogen (>10 mm).

Trofozoit komensal
Dapat dijumpai di lumen usus tanpa menyebabkan

gejala penyakit. Bila pasien mengalami diare, maka trofozoit akan keluar bersama tinja. Pada pemeriksaan tinja dibawah mikroskop tampak trofozoit bergerak aktif dengan pseudopodinya dan dibatasi oleh ektoplasma yang terang seperti kaca. Didalamnya ada endoplasma yang berbentuk butirbutir kecil dan sebuah inti di dalamnya.

Trofozoit patogen
Dapat

dijumpai di lumen dan dinding usus (intraintestinal) maupun di luar usus (ekstraintestinal), mengakibatkan gejala disentri. Diameternya lebih besar dari trofozoit komensal (sampai 50 mm) dan mengandung beberapa eritrosit di dalamnya, karena trofozoit ini sering menelan eritrosit (haematophagous trophozoite). Bentuk trofozoit ini bertanggung jawab terhadap timbulnya gejala penyakit namun cepat mati apabila berada di luar tubuh manusia.

Bentuk kista ada 2 macam yaitu kista muda dan

kista dewasa. Kista muda berinti satu mengandung satu gelembung glikogen dan badan-badan kromatoid yang berbentuk batang berujung tumpul. Kista dewasa berinti empat. Kista hanya terbentuk dan dijumpai di dalam lumen usus, tidak dapat terbentuk di luar tubuh dan tidak dapat dijumpai di dalam dinding usus atau di jaringan tubuh di luar usus.

Bentuk kista bertanggung jawab terhadap penularan

penyakit, dapat hidup lama di luar tubuh manusia, tahan terhadap asam lambung, dan kadang klor standard di dalam sistem air minum. Diduga faktor kekeringan akibat penyerapan air sepanjang usus besar, menyebabkan trofozoit berubah menjadi kista.

Trophozoite of E.histolytica demonstrating a single nucleus with a central, dot like nucleolus (trichrome strain)

Cyst of E.histolytica showing three of the four nuclei (trichrome stain)

Patogenesis
Trofozoit mula-mula hidup sebagai komensal di

dalam lumen usus besar, dapat berubah menjadi patogen, menembus mukosa usus dan menimbulkan ulkus. Faktor yang menyebabkan perubahan sifat trofozoit sampai saat ini masih belum diketahui dengan pasti. Diduga baik faktor kerentanan tubuh pasien, sifat keganasan (virulensi) ameba, maupun lingkungannya mempunyai peran. Faktor-faktor yang dapat menurunkan kerentanan tubuh misalnya kehamilan, kurang gizi, penyakit keganasan, obat-obat imunosupresif, dan kortikosteroid.

Ameba

yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan lisozim yang dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus. Bentuk ulkus ameba sangat khas yaitu di lapisan mukosa berbentuk kecil, tetapi di lapisan submukosa dan muskularis melebar (menggaung). Akibatnya terjadi ulkus di permukaan mukosa usus menonjol dan hanya terjadi reaksi radang yang minimal dan mukosa usus antara ulkus-ulkus tampak normal. Ulkus yang terjadi dapat menimbulkan perdarahan dan apabila menembus lapisan muskular akan terjadi perforasi dan peritonitis.

Ulkus dapat terjadi di semua bagian usus besar,

tetapi berdasarkan frekuensi dan urutan tempatnya adalah sekum, kolon asenden, rektum, sigmoid, apendiks, dan ileum terminalis. Infeksi kronik dapat menimbulkan reaksi terbentuknya massa jaringan granulasi yang disebut ameboma, yang sering terjadi di daerah sekum dan sigmoid. Dari ulkus di dalam dinding usus besar, ameba dapat mengadakan metastasis ke hati lewat cabang vena porta dan menimbulkan abses hati. Embolisasi lewat pembuluh darah atau pembuluh getah bening dapat pula terjadi ke paru, otak, atau limpa, dan menimbulkan abses di daerah tersebut, namun peristiwa tersebut jarang terjadi.

E.Histolytica flask-shaped intestinal ulceration

Klasifikasi
Berdasarkan

berat ringannya gejala yang ditimbulkan maka amebiasis dapat dibagi menjadi:
Carrier (cyst passer).
Amebiasis intestinal ringan (disentri ameba ringan). Amebiasis intestinal sedang (disentri ameba sedang). Disentri ameba berat. Disentri ameba kronik.

Carrier (Cyst passer)

Manifestasi Klinis

Tidak menunjukkan gejala klinis sama sekali. Hal ini disebabkan karena ameba yang berada di dalam lumen usus besar, tidak mengadakan invasi ke dinding usus. Amebiasis Intestinal Ringan (Disentri Ameba Ringan) Timbulnya penyakit perlahan-lahan. Penderita biasanya mengeluh perut kembung, kadang-kadang nyeri perut ringan yang bersifat kejang. Dapat timbul diare ringan, 4-5 kali sehari, dengan tinja berbau busuk dan kadang tinja bercampur darah dan lendir. Amebiasis Intestinal Sedang (Disentri Ameba Sedang) Keluhan dan gejala klinis lebih berat dibanding disentri ringan, tetapi pasien masih bisa melakukan aktivitas sehari-hari, tinja disertai darah dan lendir. Pasien mengeluh perut kram, demam, dan lemah badan, disertai hepatomegali yang nyeri ringan.

Disentri Ameba Berat

Keluhan dan gejala klinis lebih hebat lagi. Penderita mengalami diare disertai darah yang banyak, lebih dari 15 kali sehari. Demam tinggi (40C 40,5C) disertai mual dan anemia. Disentri Ameba Kronik Gejala menyerupai disentri ameba ringan, seranganserangan diare diselingi dengan periode normal atau tanpa gejala. Keadaan ini dapat berjalan berbulanbulan sampai bertahun-tahun. Pasien biasanya menunjukkan gejala neurostenia. Serangan diare biasanya terjadi karena kelelahan, demam atau makanan yang sukar dicerna.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan tinja : tinja berbau busuk, bercampur

darah, dan lendir. Dilakukan pemeriksaan berulangulang minimal 3 kali seminggu dan sebaiknya dilakukan sebelum diberikan pengobatan. Di dalam tinja akan ditemukan bentuk trofozoit.

Pemeriksaan Penunjang
Proktoskopi, sigmoidoskopi, dan kolonoskopi berguna

untuk membantu diagnosa penderita dengan gejala disentri, terutama apabila pada pemeriksaan tinja tidak ditemukan ameba. Tampak ulkus yang khas dengan tepi menonjol, tertutup eksudat kekuningan, mukosa usus antara ulkus-ulkus tampak normal. Pemeriksaan mikroskopis bahan eksudat atau bahan biopsi jaringan usus akan ditemukan trofozoit. Foto rontgen kolon tidak banyak membantu, karena sering ulkus tidak tampak. Kadang pada amebiasis kronik, foto rontgen kolon dengan barium enema tampak ulkus disertai spasme otot.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan uji serologi
Digunakan sebagai uji bantu diagnosis abses hati

amebik dan epidemiologis. Uji serologi positif apabila ameba menembus jaringan (invasif). Uji ini akan positif pada pasien abses hati dan disentri ameba dan negatif pada earner. Hasil uji serologi positif belum tentu menderita amebiasis aktif tetapi, bila hasil negatif pasti bukan amebiasis.

Komplikasi
Komplikasi Intestinal
Perdarahan usus. Terjadi apabila ameba mengadakan

invasi ke dinding usus besar dan merusak pembuluh darah. Perforasi usus. Terjadi apabila abses menembus lapisan muskular dinding usus besar. Sering mengakibatkan peritonitis. Peritonitis terjadi akibat pecahnya abses hati ameba. Ameboma. Terjadi akibat infeksi kronis yang mengakibatkan reaksi terbentuknya massa jaringan granulasi. Biasa terjadi di daerah sekum dan rektosigmoid. Sering mengakibatkan ileus obstruktif. Intususepsi. Sering terjadi di daerah sekum (caecacolic).

Komplikasi
Komplikasi Ekstra Intestinal
Amebiasis Hati. Di daerah tropis terutama di Asia Tenggara, insidensnya berkisar 5-40%. Lebih banyak pada laki-laki daripada wanita tersering pada usia 30-40 tahun. Abses dapat timbul beberapa minggu, bulan atau tahun sesudah infeksi ameba. Infeksi di hati terjadi akibat embolisasi ameba dan dinding usus besar lewat vena porta. Mula-mula terjadi hepatitis ameba yang merupakan stadium dini abses hati timbul nekrosis fokal kecil-kecil (mikro abses) bergabung menjadi satu, membentuk abses tungga yang besar. Abses hati ameba banyak terdapat di lobus kanan. Abses berisi nanah kental yang steril tidak berbau, berwarna

Pasien mengeluh nyeri di perut kanan atas, kalau berjalan

posisinya membungkuk ke depan dengan kedua tangan diletakkan di atasnya. Hati teraba di lengkung iga, nyeri tekan disertai demam tinggi yang bersifat intermitten atau remitten. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan leukositosis moderat (15rb-25rb /mm).

Komplikasi
Amebiasis pleuroplumonal.

Terjadi akibat ekspansi langsung abses hati. Dapat timbul cairan pleura, atelektasis, pneumonia atau abses paru. Abses paru terjadi akibat ambolisasi ameba langsung dari dinding usus besar. Dapat terjadi hiliran (fistel) hepatobronkial, penderita batuk-batuk dengan sputum berwarna kecoklatan yang rasanya seperti hati. Abses otak, limpa, dan organ lain. Terjadi akibat embolisasi ameba langsung dan dinding usus besar maupun dari abses hati walaupun sangat jarang terjadi. Amebiasis kulit. Terjadi akibat invasi ameba langsung dari dinding usus besar, dengan membentuk hiliran (fistel). Sering terjadi di daerah perianal atau di dinding perut. Dapat terjadi di daerah vulvovaginal akibat invasi

Carrier Asimtomatik (luminal agents):


Iodoquinol (tablet 650 mg) dosis 650 mg tiga kali sehari

Pengobatan

selama 20 hari. Paromomycin (tablet 250 mg), dosis 500 mg tiga kali sehari selama 10 hari.
Kolitis Akut
Metronidazole (tablet 250 atau 500 mg), dosis 750 mg per

oral atau intravena tiga kali sehari selama 5-10 kali ditambah dengan bahan luminal dengan dosis yang sama.
Abses Hati Ameba
Metronidazole, dosis 750 mg per oral atau intravena tiga kali

sehari selama 5-10 hari. Tinidazole dosis 2 g per oral. Omidazole, dosis 2 g per oral.

Pencegahan
Makanan, minuman, dan keadaan lingkungan hidup

yang memenuhi syarat kesehatan. Air minum sebaiknya dimasak terlebih dahulu. Penting adanya jamban keluarga, isolasi, dan pengobatan carrier. Carrier dilarang bekerja sebagai juru masak atau segala pekerjaan yang berhubungan dengan makanan.

Anda mungkin juga menyukai