KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM PERIODE 4 FEBRUARI 2013 30 MARET 2013 RUMAH SAKIT TEBET JAKARTA
IDENTITAS
Nama Usia Tempat/Tanggal Lahir Status Perkawinan Pekerjaan Alamat Jenis Kelamin Agama Suku Tanggal Masuk : Ny. Y. W : 53 tahun : Semarang / 20 November 1958 : Menikah : Ibu Rumah Tangga : Jl. Benda I No. 10, RT 10 RW 04, Pulo, Keb. Baru, Jakarta Selatan : Wanita : Islam : Jawa : 13 Februari 2013
ANAMNESIS
Diambil dari
: Autoanamnesis Tanggal : 17 Februari 2013 Jam : 08.00 WIB Keluhan Utama: BAB cair 6 kali sejak 3 hari SMRS
Awalnya pasien mengaku 2 hari sebelumnya pasien makan rujak yang dibeli diluar, lalu pada keesokan harinya pasien memakan bubur ayam yang dibeli dari luar. Pasien juga sempat memakan bubur ayam lagi pada hari minggunya. Dan mulai pada sore harinya pasien merasa mulas dan BAB berbentuk cair yang berlendir dan berdarah. Pasien merasa lemas.
13/02/13
ke UGD RS Tebet
sudah meninggal Tidak diketahui sudah meninggal Tidak diketahui Hipertensi Sakit
Perempuan
Sakit
Ya
Tidak
Hubungan
Hipertensi
Anamnesis Sistem
(-) Bisul (-) Kuku
Kepala (-) Trauma (-) Sinkop Mata (-) Nyeri (-) Sekret (-) Kuning /Ikterus Telinga (-) Nyeri (-) Sekret (-) Tinitus Hidung (-) Trauma (-) Nyeri (-) Sekret (-) Epistaksis Mulut (-) Bibir (-) Gusi (-) Selaput
Tenggorokan: (-) Nyeri ketukan Leher: (-) Benjolan Dada: Jantung/Paru-paru (-) Nyeri dada (-) Serangan asma (-) Ortopnoe Abdomen: Lambung/Usus (-) Rasa kembung (-) Mual (-) Muntah (-) Muntah darah (-) Sukar menelan (+) Nyeri perut, kolik (-) Perut membesar Saluran Kemih/Alat Kelamin: (-) Disuria (-) Stranguri (-) Poliuria (-) Polakisuria (-) Hematuria (-) Kencing batu (-) Ngompol (tidak disadari)
(-) Perubahan suara (-) Nyeri leher (-) Sesak napas (-) Batuk darah (-) Batuk (-) Wasir (+) Mencret (+) Tinja darah (-) Tinja berwarna dempul (-) Tinja berwarna teh (-) Benjolan
(-) Kencing nanah (-) Kolik (-) Oliguria (-) Anuria (-) Retensi urin (-) Kencing menetes
Saraf dan Otot (-) Anastesi (-) Parastesi (-) Otot lemah (-) Tidak sadar (-) Kejang (-) Afasia (-) Amnesia Ekstremitas: (-) Bengkak (-) Nyeri sensi
(-) Sukar mengingat (-) Ataksia (-) Hipo/Hiper-thesi (-) Pingsan (-) Kedutan (-) Vertigo (-) Gangguan bicara (disartri) (-) Deformitas (-) Sianosis
( ) SLTA ( ) Kursus
Riwayat Olahraga Jenis olahraga : Jalan kaki, berenang Waktu : pagi / sore Setiap kali : kurang lebih 3 x seminggu
Riwayat Hidup
Riwayat Kelahiran Tempat/ tanggal lahir: Semarang, 20 November1958 Tempat Lahir : ( ) Di rumah () Rumah Bersalin Bersalin Ditolong oleh : ( ) Dokter () Bidan ( ) dan lain-lain Riwayat Imunisasi ( ) Hepatitis ( ) BCG ( ) Tetanus Riwayat Makanan Frekuensi/hari Variasi/hari susu (-) Nafsu makan ( ) RS
( ) Dukun
( ) Campak
( ) DPT
( ) Polio
: 1-3 x / Hari : nasi, tempe, ikan asin, telur, ayam, sayur, buah,
: Baik
: 155 cm
: 54 kg
: 130/80 mmHg : 80 kali/menit : 36,4 C : 20 kali/menit : Cukup : Compos Mentis : Tidak ada : Tidak ada
: 49,5 kg
: 22,48 (Normal) Kulit Warna : Tenang Lembab/kering Pertumbuhan rambut Effloresensi : Sawo matang : Lembab : Merata : Tidak ada
Aspek Kejiwaan
Tingkah Laku
Alam Perasaan
Proses Pikir
: Biasa
: Wajar
Kelenjar Getah Bening Submandibula Supraklavikula Lipat paha Kepala Ekspresi Wajah : baik Simetris Muka : simetris : tidak teraba membesar : tidak teraba membesar : tidak teraba membesar Leher Ketiak : tidak teraba membesar : tidak teraba membesar
Rambut teraba
Mata Eksoftalmus tidak ada Kelopak Konjungtiva Sklera Deviatio Konjungasi Telinga Tuli
: tidak ada : baik : tidak ada ikterik : tidak ada Lensa : tidak anemis Gerakan mata
: tidak ada
Lubung
: lapang
Septum
Sekret ada Deformitas Mulut
Penyumbatan
: tidak ada
: tidak
Perdarahan
Bibir
Langit-langit Gigi-geligi Faring
: baik
: intak : baik : baik
Lidah
Leher Kelenjar Gondok
: baik
: tidak membesar Trakea : baik Tekanan v.jugularis
Kaku Kuduk : tidak ada : 5 3 cm Tumor Dada Bentuk Pembuluh darah : tidak ada
Paru-Paru Depan Inspeksi Palpasi kanan dan kiri Kiri Kanan Kiri Kanan : : Belakang gerakan dinding dada simetris gerakan dinding dada simetris
: gerakan dinding dada simetris, vocal fremitus sama : gerakan dinding dada simetris, vocal fremitus sama : : Kiri : sonor kanan dan kiri sonor kanan dan kiri bunyi nafas dasar vesikuler, rales -/-,
Kanan
Jantung Inspeksi Palpasi Perkusi midklavikula Auskultasi Pembuluh Darah Arteri Temporalis Arteri Brakhialis
: iktus kordis tidak terlihat : iktus kordis teraba ICS 6 midklavikula sinistra : batas jantung kanan ICS 5 garis parasternal, jantung kiri ICS 6 garis : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-) : pulsasi teraba : pulsasi teraba Arteri Kartolis Arteri Radialis : pulsasi teraba : pulsasi teraba
Perut
Inspeksi Auskultasi Palpasi
: datar : BU + : supel, nyeri tekan (-) : tidak teraba membesar : tidak teraba membesar : nyeri ketok CVA -/- , Ballotement -/: timpani : baik
Kanan Tonus
Kiri normotonus
Inflamasi
tidak ada
baik
tidak
Sendi
Gerakan
Sendi
: baik
: 5555/5555
Kanan
+ +
Kiri
+ +
+ +
-
+ +
-
Ringkasan
Pasien adalah seorang wanita berumur 53 tahun. Datang dengan keluhan BAB cair lebih dari 6 kali sejak 3 hari SMRS. BAB cair berlendir, ada darah, volume BAB 25 cc 50 cc , BAB air saja tidak ada ampas, mulas dirasakan sebelum dan saat BAB, terdapat nyeri perut. Keluhan tambahannya adalah demam yang dirasakan sumeng-sumeng 3 hari SMRS. Mual (-), muntah (-). BAK tidak ada kelainan. Anamnesis Sistem: lemas, nyeri perut kolik, mencret, tinja berdarah Pemeriksaan Jasmani: Tekanan darah 130/80 mmHg, nadi: 80 kali/menit, RR: 20x/mnt,
Hasil
HEMATOLOGI 13,05 4,73 8,03 0 5 0 56 29 13 40,1 84,8 28,5 33,7 259,0 40
Satuan
g/dL juta/uL ribu/uL % % % % % % % fL pg % ribu/uL mm/jam
Nilai Normal
11,7 15,7 3,8 5,2 3,8 11 01 24 35 50 70 25 40 28 40 52 80 100 26 34 32 36 150 440 < 20
Kalium
3,29
mmol/L
3,5 - 5
Hasil Laboratorium
JENIS PEMERIKSAAN Hasil Satuan Nilai Normal
108,0
mmol/L
97 - 110
86 Negatif 24 20
Mg / dl
<200 Negatif
U/L U/L
< 31 < 31
9, 93
0,80 5,76
Mg/dl
Mg/dl Mg/dl
6 20
0,60 1,13 2,6 6,0
URINE ANALISYS
Warna Kuning Kuning
Hasil Laboratorium
JENIS PEMERIKSAAN Kejernihan PH Berat Jenis Protein Reduksi Bilirubin Urobilinogen Keton Blood Leukosit Nitrit MIKROSKOPIS URINE Leukosit Eritrosit Silinder 1-2 3-4 0 /lpb /lpb /lpb 05 03 Hasil Agak Keruh 6,00 1,025 Positif 1 Negatif Negatif 0,2 Trace Trace Negatif Positif /lpb UE Satuan Nilai Normal Jernih 4,5 8,0 1,005 1,025 Negatif Negatif Negatif < 0,2 Negatif Negatif 05 Negatif
Sel Epitel
Bakteri Kristal Jamur Trichomonas
2-3
Positif Negatif Negatif Negatif
/lpk
/lpb
5 15
Negatif Negatif Negatif Negatif
Sisa makanan
Telur Cacing Jamur E. Coli Trofozoit E. Histolitika Trofozoit Serat Tumbuhan
Negatif
Negatif Positif Negatif Negatif Negatif
Hasil Laboratorium
JENIS PEMERIKSAAN E. Coli kista E. Histolitika kista Serat otot Pewarnaan gram Gram positif coccus Gram negatif basil Metilen blue Leukosit DARAH SAMAR FAECES Transferin HEMOSTASIS Lama pendarahan/BT Lama Pembekuan/CT Protrombin Time Protrombin Time control control 2,14 9,28 15,90 1,32 15,20 1,24 Menit Menit detik <5 8- 15 10,8 14,4 Positif Negatif 100 /lpb Negatif Positif Negatif Negatif Hasil negatif Negatif Negatif Satuan Nilai Normal Negatif Negatif Negatif
DIAGNOSA
Sindroma disentri - amebiasis - shigellosis Dd/ Kolitis ulserosa Crohn kolitis Divertikulitis colon Salmonelosis Kolitis invective e.c E.coli; salmonela. 2. HT stage II
1.
Rencana pemeriksaan
Lab : DPL, Faeces Rutin, elektrolit, Masa
perdarahan Kolonoskopi
Anjuran pengobatan
Diet lunak, tidak merangsang
Rontgen Thorax
Expertise
Kedua sinus, diafragma baik. Mediastinum superior tak melebar. Cor : CTR < 50 %, aorta baik. Pulmo : Corakan Bronchovasculer kasar.
Bercak infiltrat paracardial kanan dan curiga infiltrat apex pulmo bilateral. Kedua hilus tidak prominent. Soft Tissue dan Tulang-tulang baik. Kesan : Cor besar dalam batas normal, aorta baik. Pulmo : Susp TB dupleks.
Kolonoskopi
Kolonoskopi
Follow Up (18/02/13)
S ) mencret O) KU Kes TD Nadi Suhu Mata ikterik Leher (-), demam (-) : TSR : Composmentis : 130/80 mmHg : 80 x/menit : 36.7C : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak : KGB tidak teraba membesar
Thorax :
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris Palpasi : Vocal Fremitus kanan=kiri Perkusi : Sonor kanan = kiri Auskultasi : BND vesikuler, Ronkhi -/-, Wheezing -/ Abdomen :
Inspeksi : Perut tampak datar Palpasi : Supel, Hepar/Lien tidak teraba membesar, nyeri tekan epigastrium Perkusi : Timpani, nyeri ketok -, nyeri ketok CVA -/Auskultasi : BU + 3x/menit (normoaktif)
HASIL KOLONOSKOPI
Scope bisa masuk sampai flexura hepatica,
penderita kesakitan sewaktu scope didorong masuk. Terlihat adanya hyperemia, erosi, dan ulcerasi pada daerah recto sigmoid dan colon desendens. Sepanjang mukosa kolon terlihat adanya erosi dan hiperemia, juga haemorrhoid interna. Dilakukan biopsi pada daerah colon desendens, recto sigmoid.
Kesimpulan : colitis infektif ? DD/ Disentri amuba
? Haemorrhoid interna
TINJAUAN PUSTAKA
Pendahuluan
Sindroma disentri terdiri dari gejala: diare, tinja
mengandung lendir dan darah, perut mulas dan melilit pada saat mau dan sesudah berak (tenesmus).
Keluhan-keluhan ini adalah akibat peradangan
Penyebab
Dibedakan 2 jenis - Disentri basiler (Shigella dysentriae):
- Disentri ameba (Entamoeba histolytica).
Shigellosis
Peradangan colon (colitis) karena infeksi shigella disebut juga disentri basiler.
Etiologi
- Kuman shigellae, ramping, gram negatif, tidak
bergerak
- Terdapat 4 macam : S. dysenteriae, flexneri,
Epidemiologi
140
Patogenesis
Kuman menginvasi epitel mukosa kolon
berkembangbiak di dalamnya perluasan invasi kuman ke sel eksudat berisi enterosit yang rusak, neutrofil dan eritrosit mukosa rusak, lamina (tunica ) propria edema dan perdarahan disertai infiltrasi lekosit kerusakan arsitektur jaringan dan ulserasi mukosa menjalar ke proksimal mencapai ileum.
Gejala Klinis
- Masa inkubasi 1- 4 hari - Kuman 10 menyebabkan penyakit. - Demam 40 - 41oC - Diare 20-40 x sehari
Komplikasi ekstra intestinal terutama pada pasien yang kurang gizi : 1. Sepsis 2. Sindrom hemolitik ureumia gejala - Anemia, Hematokrit menurun, trombositopeni <30.000 /mm3
Pemeriksaan mikroskop elektron dr ginjal komplek imun, deposit fibrin trombosit, lesi pada sel endotel kapiler, nekrosis dari tubulus dan glumerulus. 3. Reaksi leukomoid dari disentri Shiga (S.dysentrie 1) terdapat netrofil yang meningkat >50.000 mm3
Diagnosis
Px darah lengkap perifer menunjukkan : lekositosis
Diferensial diagnosis :
Desentri ameba
Colitis ulserosa Penyakit Crhn.
Terapi
Oralit
Kotrimoksasol (Trimethoprim +
Pencegahan
Perbaiki higiene lingkungan dan pribadi Pakaian pasien harus direbus Tinja harus dibuang ketempat khusus.
stetoscope dan alat-alat lain sehabis dipergunakan untuk memeriksa penderita disentri.
Amebiasis
Pendahuluan
Amebiasis (disentri ameba, enteritis ameba, kolitis
ameba) adalah penyakit infeksi usus besar yang disebabkan oleh parasit usus Entamoeba histolytica. Penyakit ini tersebar hampir di seluruh dunia terutama di negara sedang berkembang yang berada di daerah tropis. Hal ini disebabkan karena faktor kepadatan penduduk, higiene individu, dan sanitasi lingkungan hidup serta kondisi sosial ekonomi dan kultural yang menunjang.
Epidemiologi
Penyakit ini ditularkan secara fekal oral baik secara
langsung (melalui tangan) maupun tidak langsung (melalui air minum atau makanan yang tercemar). Sebagai sumber penularan adalah tinja yang mengandung kista amuba yang berasal dari carrier (cyst passer). Di Indonesia, laporan mengenai insidens amebiasis sampai saat ini masih belum ada.
ameba pada beberapa rumah sakit tinggi, dapat diperkirakan insidensnya cukup tinggi. Penularan dapat terjadi lewat beberapa cara, misalnya: pencemaran air minum, pupuk kotoran manusia, juru masak, vektor lalat dan kecoa, serta kontak langsung seksual oral-anal pada homoseksual. Sekitar 10% populasi hidup terinfeksi entamoeba, kebanyakan oleh entamoeba dispar (E.dispar) yang non infeksius.
Persamaan
(cyste). Kista dari kedua spesies tersebut secara morfologi sama (identik). Kedua spesies ini mengkolonisasi intestinal luar.
Perbedaan
Hanya
E.histolytica
yang
dapat
mengakibatkan
penyakit. Hanya E.histolytica yang menunjukkan serologi ameba positif. Kedua spesies mempunyai perbedaan sekuensi mRNA. Kedua spesies mempunyai perbedaan antigen permukaan dengan masker isoantigen.
Etiologi
E.histolytica merupakan protozoa usus, sering hidup
sebagai mikroorganisme komensal (apatogen) di usus besar manusia. Dapat berubah menjadi patogen dengan cara membentuk koloni di dinding usus dan menembus dinding usus sehingga menimbulkan ulserasi. Siklus hidup ameba ada 2 macam bentuk, yaitu bentuk trofozoit yang dapat bergerak dan bentuk kista. Bentuk trofozoit ada 2 macam, trofozoit komensal (<10 mm) dan trofozoit patogen (>10 mm).
Trofozoit komensal
Dapat dijumpai di lumen usus tanpa menyebabkan
gejala penyakit. Bila pasien mengalami diare, maka trofozoit akan keluar bersama tinja. Pada pemeriksaan tinja dibawah mikroskop tampak trofozoit bergerak aktif dengan pseudopodinya dan dibatasi oleh ektoplasma yang terang seperti kaca. Didalamnya ada endoplasma yang berbentuk butirbutir kecil dan sebuah inti di dalamnya.
Trofozoit patogen
Dapat
dijumpai di lumen dan dinding usus (intraintestinal) maupun di luar usus (ekstraintestinal), mengakibatkan gejala disentri. Diameternya lebih besar dari trofozoit komensal (sampai 50 mm) dan mengandung beberapa eritrosit di dalamnya, karena trofozoit ini sering menelan eritrosit (haematophagous trophozoite). Bentuk trofozoit ini bertanggung jawab terhadap timbulnya gejala penyakit namun cepat mati apabila berada di luar tubuh manusia.
kista dewasa. Kista muda berinti satu mengandung satu gelembung glikogen dan badan-badan kromatoid yang berbentuk batang berujung tumpul. Kista dewasa berinti empat. Kista hanya terbentuk dan dijumpai di dalam lumen usus, tidak dapat terbentuk di luar tubuh dan tidak dapat dijumpai di dalam dinding usus atau di jaringan tubuh di luar usus.
penyakit, dapat hidup lama di luar tubuh manusia, tahan terhadap asam lambung, dan kadang klor standard di dalam sistem air minum. Diduga faktor kekeringan akibat penyerapan air sepanjang usus besar, menyebabkan trofozoit berubah menjadi kista.
Trophozoite of E.histolytica demonstrating a single nucleus with a central, dot like nucleolus (trichrome strain)
Patogenesis
Trofozoit mula-mula hidup sebagai komensal di
dalam lumen usus besar, dapat berubah menjadi patogen, menembus mukosa usus dan menimbulkan ulkus. Faktor yang menyebabkan perubahan sifat trofozoit sampai saat ini masih belum diketahui dengan pasti. Diduga baik faktor kerentanan tubuh pasien, sifat keganasan (virulensi) ameba, maupun lingkungannya mempunyai peran. Faktor-faktor yang dapat menurunkan kerentanan tubuh misalnya kehamilan, kurang gizi, penyakit keganasan, obat-obat imunosupresif, dan kortikosteroid.
Ameba
yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase dan lisozim yang dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding usus. Bentuk ulkus ameba sangat khas yaitu di lapisan mukosa berbentuk kecil, tetapi di lapisan submukosa dan muskularis melebar (menggaung). Akibatnya terjadi ulkus di permukaan mukosa usus menonjol dan hanya terjadi reaksi radang yang minimal dan mukosa usus antara ulkus-ulkus tampak normal. Ulkus yang terjadi dapat menimbulkan perdarahan dan apabila menembus lapisan muskular akan terjadi perforasi dan peritonitis.
tetapi berdasarkan frekuensi dan urutan tempatnya adalah sekum, kolon asenden, rektum, sigmoid, apendiks, dan ileum terminalis. Infeksi kronik dapat menimbulkan reaksi terbentuknya massa jaringan granulasi yang disebut ameboma, yang sering terjadi di daerah sekum dan sigmoid. Dari ulkus di dalam dinding usus besar, ameba dapat mengadakan metastasis ke hati lewat cabang vena porta dan menimbulkan abses hati. Embolisasi lewat pembuluh darah atau pembuluh getah bening dapat pula terjadi ke paru, otak, atau limpa, dan menimbulkan abses di daerah tersebut, namun peristiwa tersebut jarang terjadi.
Klasifikasi
Berdasarkan
berat ringannya gejala yang ditimbulkan maka amebiasis dapat dibagi menjadi:
Carrier (cyst passer).
Amebiasis intestinal ringan (disentri ameba ringan). Amebiasis intestinal sedang (disentri ameba sedang). Disentri ameba berat. Disentri ameba kronik.
Manifestasi Klinis
Tidak menunjukkan gejala klinis sama sekali. Hal ini disebabkan karena ameba yang berada di dalam lumen usus besar, tidak mengadakan invasi ke dinding usus. Amebiasis Intestinal Ringan (Disentri Ameba Ringan) Timbulnya penyakit perlahan-lahan. Penderita biasanya mengeluh perut kembung, kadang-kadang nyeri perut ringan yang bersifat kejang. Dapat timbul diare ringan, 4-5 kali sehari, dengan tinja berbau busuk dan kadang tinja bercampur darah dan lendir. Amebiasis Intestinal Sedang (Disentri Ameba Sedang) Keluhan dan gejala klinis lebih berat dibanding disentri ringan, tetapi pasien masih bisa melakukan aktivitas sehari-hari, tinja disertai darah dan lendir. Pasien mengeluh perut kram, demam, dan lemah badan, disertai hepatomegali yang nyeri ringan.
Keluhan dan gejala klinis lebih hebat lagi. Penderita mengalami diare disertai darah yang banyak, lebih dari 15 kali sehari. Demam tinggi (40C 40,5C) disertai mual dan anemia. Disentri Ameba Kronik Gejala menyerupai disentri ameba ringan, seranganserangan diare diselingi dengan periode normal atau tanpa gejala. Keadaan ini dapat berjalan berbulanbulan sampai bertahun-tahun. Pasien biasanya menunjukkan gejala neurostenia. Serangan diare biasanya terjadi karena kelelahan, demam atau makanan yang sukar dicerna.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan tinja : tinja berbau busuk, bercampur
darah, dan lendir. Dilakukan pemeriksaan berulangulang minimal 3 kali seminggu dan sebaiknya dilakukan sebelum diberikan pengobatan. Di dalam tinja akan ditemukan bentuk trofozoit.
Pemeriksaan Penunjang
Proktoskopi, sigmoidoskopi, dan kolonoskopi berguna
untuk membantu diagnosa penderita dengan gejala disentri, terutama apabila pada pemeriksaan tinja tidak ditemukan ameba. Tampak ulkus yang khas dengan tepi menonjol, tertutup eksudat kekuningan, mukosa usus antara ulkus-ulkus tampak normal. Pemeriksaan mikroskopis bahan eksudat atau bahan biopsi jaringan usus akan ditemukan trofozoit. Foto rontgen kolon tidak banyak membantu, karena sering ulkus tidak tampak. Kadang pada amebiasis kronik, foto rontgen kolon dengan barium enema tampak ulkus disertai spasme otot.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan uji serologi
Digunakan sebagai uji bantu diagnosis abses hati
amebik dan epidemiologis. Uji serologi positif apabila ameba menembus jaringan (invasif). Uji ini akan positif pada pasien abses hati dan disentri ameba dan negatif pada earner. Hasil uji serologi positif belum tentu menderita amebiasis aktif tetapi, bila hasil negatif pasti bukan amebiasis.
Komplikasi
Komplikasi Intestinal
Perdarahan usus. Terjadi apabila ameba mengadakan
invasi ke dinding usus besar dan merusak pembuluh darah. Perforasi usus. Terjadi apabila abses menembus lapisan muskular dinding usus besar. Sering mengakibatkan peritonitis. Peritonitis terjadi akibat pecahnya abses hati ameba. Ameboma. Terjadi akibat infeksi kronis yang mengakibatkan reaksi terbentuknya massa jaringan granulasi. Biasa terjadi di daerah sekum dan rektosigmoid. Sering mengakibatkan ileus obstruktif. Intususepsi. Sering terjadi di daerah sekum (caecacolic).
Komplikasi
Komplikasi Ekstra Intestinal
Amebiasis Hati. Di daerah tropis terutama di Asia Tenggara, insidensnya berkisar 5-40%. Lebih banyak pada laki-laki daripada wanita tersering pada usia 30-40 tahun. Abses dapat timbul beberapa minggu, bulan atau tahun sesudah infeksi ameba. Infeksi di hati terjadi akibat embolisasi ameba dan dinding usus besar lewat vena porta. Mula-mula terjadi hepatitis ameba yang merupakan stadium dini abses hati timbul nekrosis fokal kecil-kecil (mikro abses) bergabung menjadi satu, membentuk abses tungga yang besar. Abses hati ameba banyak terdapat di lobus kanan. Abses berisi nanah kental yang steril tidak berbau, berwarna
posisinya membungkuk ke depan dengan kedua tangan diletakkan di atasnya. Hati teraba di lengkung iga, nyeri tekan disertai demam tinggi yang bersifat intermitten atau remitten. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan leukositosis moderat (15rb-25rb /mm).
Komplikasi
Amebiasis pleuroplumonal.
Terjadi akibat ekspansi langsung abses hati. Dapat timbul cairan pleura, atelektasis, pneumonia atau abses paru. Abses paru terjadi akibat ambolisasi ameba langsung dari dinding usus besar. Dapat terjadi hiliran (fistel) hepatobronkial, penderita batuk-batuk dengan sputum berwarna kecoklatan yang rasanya seperti hati. Abses otak, limpa, dan organ lain. Terjadi akibat embolisasi ameba langsung dan dinding usus besar maupun dari abses hati walaupun sangat jarang terjadi. Amebiasis kulit. Terjadi akibat invasi ameba langsung dari dinding usus besar, dengan membentuk hiliran (fistel). Sering terjadi di daerah perianal atau di dinding perut. Dapat terjadi di daerah vulvovaginal akibat invasi
Pengobatan
selama 20 hari. Paromomycin (tablet 250 mg), dosis 500 mg tiga kali sehari selama 10 hari.
Kolitis Akut
Metronidazole (tablet 250 atau 500 mg), dosis 750 mg per
oral atau intravena tiga kali sehari selama 5-10 kali ditambah dengan bahan luminal dengan dosis yang sama.
Abses Hati Ameba
Metronidazole, dosis 750 mg per oral atau intravena tiga kali
sehari selama 5-10 hari. Tinidazole dosis 2 g per oral. Omidazole, dosis 2 g per oral.
Pencegahan
Makanan, minuman, dan keadaan lingkungan hidup
yang memenuhi syarat kesehatan. Air minum sebaiknya dimasak terlebih dahulu. Penting adanya jamban keluarga, isolasi, dan pengobatan carrier. Carrier dilarang bekerja sebagai juru masak atau segala pekerjaan yang berhubungan dengan makanan.