Anda di halaman 1dari 1

Akhlak Terpuji

Rabu, 12 November 2008 20:33:42 - oleh : admin

Oleh.

Syarif

Hade

Masyah

Begitu pentingnya akhlak terpuji, sampai-sampai Rasulullah SAW pada satu kesempatan berdoa, Ilahi, tunjukkan aku pada akhlak terpuji, karena tidak ada yang bisa menunjukkannya kecuali hanya Engkau. Hindarkan aku dari akhlak tercela, karena tidak ada yang bisa menghindarkannya selain Engkau, (HR Ibnu Abid-Dunya).

Keberhasilan Rasulullah membangun umat bukan lantaran kecanggihan teknologi, kekuatan angkatan perang, persenjataan tangguh, dan kecakapan orang-orang terdekatnya. Agama baru yang diperkenalkan Rasulullah berhasil dianut bermilyar-milyar orang hingga hari ini karena Nabi mengerti bagaimana cara memperkenalkannya supaya bisa meluluhkan hati yang membatu dan sukma yang membisu. Selain karena campur tangan dari Allah, peran akhlak terpuji yang selalu ditunjukkan Nabi dalam segenap sisi kehidupannya membuat agama ini lebih mudah dan lebih cepat menyebar memasuki hati manusia dari ufuk timur ke ufuk barat.

Jargon Nabi pada saat berdakwah juga selalu berkait dengan pembenahan aspek moral, selain tentu saja permasalahan ketauhidan. Sabda Nabi yang sangat terkenal menyebutkan bahwa beliau diutus untuk menyempurnakan akhlak terpuji. Itu berarti akhlak terpuji sesungguhnya sudah dikenal masyarakat sebelum Nabi terutus. Karena, konsep akhlak terpuji pada dasarnya sudah dimiliki oleh masyarakat secara naluriah. Nabi hanya meneguhkan kembali sesuatu yang masih bersifat naluriah itu menjadi sesuatu yang bersifat ibadah.

Anas bin Malikabdi Nabi selama puluhan tahunsuatu kali mendegar Rasulullah SAW bersabda, Akhlak terpuji itu bagian dari amal calon penghuni surga. Karena, Allah itu terpuji. Dia selalu menyukai hal-hal yang terpuji. Allah itu pemurah. Dia selalu menyukai memberi. Dia menyukai akhlak terpuji dan tidak menyukai sebaliknya, kata Nabi pada waktu yang lain.

Dua hadis itu memberikan rumus untuk melihat siapa yang akan menjadi calon penghuni surga dan siapa yang akan menjadi calon penghuni neraka. Akhlak di sini tidak bermakna sempit, karena ia meliputi semua bentuk penghormatan terhadap etika dan nilai-nilai moral baik kepada Allah, Rasulullah, makhluk Allah yang lain, termasuk lingkungan sekitar kita, maupun diri kita sendiri. Lantaran sifatnya yang memang terpuji, tidak mengherankan budi pekerti luhur seperti itu pasti akan mudah mendatangkan pujian dari orang lain. Dengan demikian, rentan mendapat gangguan riya. Ubaid Ash-Shaid pernah bertanya pada Zaid bin Aslam, Ada orang yang melakukan suatu kebaikan, lalu ia mendengar ada orang memujinya dan ia senang dengan pujian itu. Apakah hal itu dapat menggugurkan amal baiknya? Apa ada orang yang senang bila dicemooh? Zaid justru balik bertanya, bahkan, Nabi Ibrahim saja pernah berdoa, Jadikan aku diperbincangkan dengan baik bagi orang-orang kemudian, (Q.S. Asy-Syuara [26]: 84). Menurut Mujahid, diperbincangkan dengan baik itu maksudnya pujian yang baik.

Meski boleh mendapat pujian, tetapi berakhlak terpuji tidak benar bila diniatkan semata-mata untuk dipuji. Pujian yang dibenarkan juga bukan pujian yang diharapkan (yang pada tahap berikutnya akan menyuburkan riya di hati kita). Pujian yang dibenarkan adalah pujian yang tidak memengaruhi amal dan akhlak kita pada saat kita tidak dipuji. Karena, seorang mukmin itu mesti jantan dan terpuji, kata Nabi.[ ]

Anda mungkin juga menyukai