Anda di halaman 1dari 5

Merancang Pasar Tradisional, Pengalaman di Program Studi Arsitektur ITB

by EDITOR on MARCH 31, 2013

Sutan Hidayatsyah. Program Studi Arsitektur ITB. Email sutan(at)ar.itb.ac.id Di program studi Arsiktur ITB dalam 2 kurun waktu terakhir dikembangkan suatu pradigma baru didalam merancang bangunan, yaitu paradigma berbasis visi. Dengan paradigma ini, maka mahasiswa tidak mengerjakan tugas berdasarkan Kerangka Acuan Kerja yang kaku, tetapi memulainya dengan mengembangkan visi bagaimana bangunan ini bisa berkontribusi kepada pengguna dan masyarakat luas. Visi ini kemudian diterjemahkan ke dalam program dan konsep rancangan. Kasus pertama yang dipilih adalah yaitu Perancangan pasar tradisional. Pertimbangannya adalah mengenalkan permasalahan aktual agar bisa direspon oleh mahasiswa dalam proses merancang di studio. Permasalahn umum pasar tradisional di Indonesia adalah memburuknya kinerja pasar tradisional akibat persaingan dengan pasar modern dan pengelolaan pasar yang sangat tidak profesional yang menyebabkan pasar menjadi sepi karena berkurangnya pembeli atau pelanggan. Pendekatan visioning dalam perancangan pasar tradisional mengubah paradigma konvensional dalam perancangan arsitekur. Paradigma konvensional adalah paradigma yang melihat keberhasilan perancangan dari nilai estetika dan efisiensi dan efektivitas kinerja bangunan. Paradigma baru yang diperkenalkan adalah bagaimana rancangan bangunan mampu berkontribusi dan memberikan manfaat bagi pengembangan pemangku kepentingan terkait. Memang agak asing terdengarnya. Agar lebih jelas untuk diterapkan dalam perancangan pasar, maka pendekatan visioning tersebut diturunkan dalam berbagai strategi dan konsep perancangan, yaitu: Rencanakan pasar yang mampu memintarkan pedagang; Rencanakan pasar yang berkemampuan bekerjasama dalam pengadaan atau produksi dengan pihak atau pelaku bisnis lainnya; Rencanakan pasar yang berkemampuan membiayai pemeliharaan dan perawatan secara mandiri; Rencanakan pasar di Bandung yang berkemampuan menarik pengunjung/turis dari kota-kota lain: Rencanakan pasar tradisional, yang dapat bergabung dengan fungsi lain agar dapat menarik kaum muda perkotaan; Tugas perancangan pasar tradisional ini mengajak mahasiswa untuk berpikir lebih komprehensif, tidak terbatas pada aspek disain fisik tetapi juga kepada aspek non fisik serta menggabungkannya untuk tujuan pengembangan Pasar Tradisional. Permasalahan menurunnya kinerja pasar tadisional harus disikapi secara serius. Di Indonesia terdapat 13.000-an pasar tradisional dengan 13 jutaan pedagang dan 40 jutaan jiwa yang menggantungkan hidup dari usaha pasar. Lebih dari sekadar proteksi, revitalisasi pasar tradisional memerlukan upaya pengembangan secara serius, sistemik dan professional. Mahasiswa perlu memahami masalah-masalah tersebut sebagai persoalan yang dihadapi bangsa dan dengan maksud menumbuhkan rasa tanggung jawab. Mereka dilatih untuk memikirkan strategi pengembangan Pasar Tradisional, mengacu kepada kondisi-kondisi yang menyebabkan, perubahan-perubahan berbagai aspek yang akan terjadi dimasa datang. Kemampuan identifikasi masalah dan visioning merupakan

kemampuan aru yang harus dimiliki mahasiswa kami. Selanjutnya adalah keahlian merumuskan program ruang dan fasilitas, menyusun kriteria perancangan dan menerapkannya pada perancangan bangunan. Dengan demikan, mereka diharapkan mampu menyusun program perencanaan dan perancangan pasar tradisional, yang bukan saja memenuhi kriteria estetika, effisien dan efektif, tetapi juga suatu pasar yang secara positif berkemampuan menyumbangkan keberadaannya pada pengembangan sosial, ekonomi dan lingkungan. Setiap Pasar Tradisional bersifat unik. Lokasi dan karakteristiknya berbeda, pedagang, pembeli dan pihak terkait lainnya berbeda satu dengan lainnya. Hal tersebutlah yang membedakan satu pasar dengan pasar yang lain. Perbedaan ini adalah potensi untuk dimanfaatkan. Merancang pasar tradisional tidak dapat dilakukan dengan cara dirasionalisasikan atau distandarisasikan karena sifatnya yang unik. Secara umum banyak kasus-kasus yang terjadi pada program-program revitalisasi Pasar Tradisional selama ini, yang harus dicarikan pemecahannya, al.: Gentrifikasi, renovasi pasar akan berakibat tergeser atau tergusurnya pedagang lama karena tidak mampu membayar sewa ruangan. Terbatasnya biaya perawatan dan pemeliharaan akibat sistem pengelolaan hasil penerimaan dari retribusi tidak berjalan benar. Pihak yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan pasar tidak melakukan kegiatan secara professional. Premanisme. Belajar dari pengalaman merancang pasar tradisional di program studi Arsitektur ITB, perlu dikembangkan suatu kriteria perancangan dan pembangunan Pasar Tradisional yang berkemampuan, yaitu: 1. Mempunyai strategi untuk memberdayakan Pasar Tradisional menghadapi perkembangan Pasar Modern. 2. Merespon perkembangan di masa mendatang melalui kegiatan visioning, yang mencakup: perubahan kegiatan/transaksi di pasar tradisional, perubahan gaya hidup sampai sampai dengan perubahan lingkungan fisik sekitar pasar. 3. Membangun ukuran kriteria keberhasilan suatu rancangan fisik dan pengelolaan Pasar Tradisional, yang mencakup peningkatan omset, penghasilan pedagang, penerimaan retrisbusi/pajak, peningkatan jumlah pembeli, meningkatnya kemampuan pedagang, dll. 4. Rancangan fisik Pasar Tradisional harus mempunyai tingkat fleksibilitas yang tinggi, untuk merespon dinamika perubahan nilai-nilai dan kebutuhan masyarakat, seperti tatacara transaksi atau tuntutan pelayanan. Dengan diberikannya illustrasi permasalahan Pasar Tradisional baik pada tingkat nasional, regional, kota, dan skala lokasi, mahasiswa kemudian diberikan teknik untuk menyusun strategi pemecahan masalah pasar tradisional, melakukan visioning untuk mereson perubahan-perubahan dimasa datang, baik aspek sosial, ekonomi, teknologi (hardware and software), lingkungan, dll. Pemahaman mengenai masalah danvisioning menjadi dasar penetapan rumusan kebutuhan, eksplorasi konsep dan muara dari kajian sampai kepada penetapan konsep desain. Di sini mahasiswa disiapkan agar mempunyai kemampuan merancang bangunan, tidak hanya soal fisik, tetapi juga hal-hal yang bersifat non-fisik, sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat dilepaskan karena harus mencapai tujuan pengembangkan dan azas manfaat bagi semua stakeholder. Rancangan pasar tradisional diarahkan mampu memenuhi aspek fleksibilitas pengaturan ruang juga merespon mobilitas pedagang, misalnya dari penyewa lapak/los menjadi penyewa kios dan akhirnya menjadi penyewa toko. Ada beberapa kesimpulan dari program perancangan pasar tradisional yang dilakukan dalam studio perancangan arsitektur Program Studi Arsitektur ITB: 1. Kriteria perencanaan bangunan (pasar tradisional) tetap harus memenuhi kriteria rancangan arsitektur konvensional yaitu: estetika, effisiensi dan effektivitas: sistem pencahayaan dan sirkulasi udara, sistem

2. 3. 4. 5. 6. 7.

zonasi, sistem sirkulasi dalam dan diluar bangunan, sarana, pasarana dan sistem utilitas yang memadai, Rancangan pasar harus dapat merespon dinamika perubahan dan mewadahinya, al.: melalui perencanaan dan rancangan sistem bangunan dan pemilihan struktur yang memungkinkan perubahan ruang dalam. Memasukan fasilitas untuk berbagai kegiatan pengembangan pasar. Mix-use development, menggabungkan dengan fungsi-fungsi lainnya. Mengembangkan sistem pengelolaan pasar tradisional yang berkemampuan merawat dan memelihara bangunan. Peremajaan pasar tidak mengakibatkan gentrifikasi. Mengembangkan pasar dengan sistim pengelolaan pasar yang mempercepat peningkatan kehidupan sosial dan ekonomi pedagang atau penyewa lapak/los, kios dan toko.

(Artikel ini diadopsi dari tulisan sebagai narasumber yang dipresentasikan pada rapat kerja Pembahasan Kriteria Teknis Perancangan Pasar Tradisional untuk Penyusunan Standar Dokumen Penawaran Kerja Sama Pemerintah dan Swasta, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah, Jakarta 13 Maret 2013)

Anda mungkin juga menyukai