Anda di halaman 1dari 4

Sistem-sistem Tubuh yang Terkait dengan Pengaturan Cairan, Elektrolit, dan Asam Basa Tubuh (Lidia L.

W Simatupang, 1006672636) Oleh karena sekitar 60% dalam tubuh adalah cairan, keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa dalam tubuh manusia merupakan hal mutlak yang perlu dipertahankan untuk meningkatkan kelangsungan hidup manusia. Ada banyak system-sistem dalam tubuh manusia yang memiliki peran penting dalam mengatur homeostasis cairan tersebut. Akan tetapi dalam tulisan ini lebih difokuskan pada 3 sistem saja yaitu system pernafasan, system sirkulasi, dan system pencernaan. 1. Sistem Pernafasan Sistem pernapasan berperan penting dalam keseimbangan asam basa karena kemampuannya mengubah ventilasi paru dan dengan demikian, mengubah ekskresi CO2 penghasil H+ dengan kata lain, system pernapasan mengatur konsentrasi ion hydrogen dengan mengontrol kecepatan pengeluaran CO2 dari plasma melalui penyesuaian-penyesuaian ventilasi paru. Cara kerjanya adalah jika [H+] arteri meningkat, maka pusat pernapasan di batang otak secara reflex teransang untuk meningkatkan ventilasi paru (kecepatan pertukaran gas antara paru dan atmosfer). Oleh karena kecepatan dan kedalaman pernapasan meningkat, lebih banyak CO2 yang dihembuskan keluar, sehingga jumlah H2CO3 yang ditambahkan ke dalam cairan tubuh berkurang. Oleh karena CO 2 membentuk asam, pengeluaran CO2 pada dasarnya mengeluarkan asam dari tubuh. Sebaliknya apabila [H+] arteri turun maka ventilasi paru berkurang. Akibatnya pernapasan lebih lambat dan lebih dangkal. Hal ini mengakibatkan CO2 hasil metabolisme akan berdifusi dari sel ke dalam darah lebih cepat dari pada pengeluarannya dari darah oleh paru, sehingga CO2 pembentuk asam banyak tertimbun di dalam darah. Akibatnya [H +] dapat dipulihkan ke tingkat normal. Begitulah cara kerja system pernafasan mengatur keseimbangan asam dan basa tubuh. Kemampuan system pernafasan dalam mengatur [CO2] arteri mengakibatkan jumlah H+ yang ditambahkan ke cairan tubuh dapat disesuaikan dengan kebutuhan tubuh untuk memulihkan

pH kearah normal apabila terjadi fluktuasi [H +] dari sumber-sumber asam non-karbonat. Perlu diingat bahwa mekanisme pernapasan tidak dapat berperan mengontrol pH jika perubahan [H+] terjadi akibat fluktuasi [CO2] . Sebagai contoh, jika terjadi asidosis akibat penimbunan CO 2 karena penyakit paru, paru yang terganggu tidak mungkin dapat mengkompensasi asidosis dengan meningkatkan pengeluaran CO2. Dalam hal ini sistem penyangga (selain H2CO3;HCO3) ditambah dengan regulasi ginjal merupakan satu-satunya mekanisme yang tersedia untuk mengatasi kelainan asam basa karena gangguan pernapasan. 2. Sistem Sirkulasi Sistem sirkulasi berkontribusi terhadap homeostasis dengan berfungsi sebagai system transportasi tubuh. Sistem ini menyediakan perangkat untuk memindahkan dengan cepat berbagai bahan dari satu bagian tubuh ke bagian lain. Tanpa system sirkulasi, bahan-bahan tersebut tidak akan cepat sampai ke bagian tubuh kita yang memerlukannya. Contoh O 2 bisa cepat sampai ke internal tubuh karena darah dapat dengan mudah menyerapnya dan disalurkan ke sel dengan bantuan pompa denyut jantung. Dalam mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh, jantung berfungsi sebagai pompa ganda untuk secara terus menerus mengedarkan darah ke seluruh jaringan tubuh sehingga terpelihara lingkungan internal tubuh yang stabil. Dalam mengatur keseimbangan cairan, pembuluh darah berfungsi sebagai saluran untuk mengangkut darah ke dan dari sel dengan tujuan antara lain untuk menyalurkan O 2 dan nutrient, membersihkan zat sisa, distribusi cairan dan elektrolit, dan penyampaian signal berupa hormone. Komponen sirkulasi berikutnya adalah darah. Darah berperan dalam homeostasis melalui dengan cara; komposisi cairan intertisium, lingkungan internal yang mengelilingi dan mengalami pertukaran langsung dengan sel, yang bergantung pada komposisi plasma darah. Karena antara kompartemen interstisium dan vaskuler terjadi pertukaran yang luas, cairan interstisium memiliki komposisi yang sama dengan plasma kecuali protein plasma yang tidak

dapat keluar menembus dinding kapiler. Dengan demikian darah berfungsi sebagai medium untuk transportasi massal jarak jauh yang cepat dari berbagai bahan ke dan dari sel, dan cairan interstisium berfungsi sebagai perantaranya. Selain itu, elektrolit dalam darah ini juga yang berfungsi dalam distribusi cairan antara cairan intrasel dan ekstrasel, dan protein plasma berperan penting dalam distribusi cairan ekstrasel antara plasma dan cairan interstisium. 3. Sistem pencernaan Untuk mempertahankan stabilitas lingkungan internal, bahan-bahan yang digunakan oleh tubuh atau yang keluar dari tubuh tanpa dapat dikontrol (misal pengeluaran H2O melalui evaporasi dan pernapasan, atau pengeluaran garam atau keringat) harus terus menerus diganti oleh bahan baru dari lingkungan eksternal. Semua pasokan pengganti ini diperoleh melalui system pencernaan seperti elektrolit, H2O, dan nutrient yang dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh. Bahanbahan inilah yang akan masuk dan diserap oleh usus ke dalam darah. Adanya gangguan metabolism akan berkaitan dengan kelainan [HCO3-] akibat partisipasi HCO3- dalam menyangga kelainan jumlah H+ yang berasal dari asam-asam non-karbonat. Terjadinya asidosis metabolic selalu ditandai oleh penurunan [HCO3-] plasma sementara [CO2] normal sehingga rasio menjadi asidotik 10/1. Masalah ini dapat terjadi akibat pengeluaran berlebihan cairan kaya HCO3- dari tubuh atau akibat penimbunan asamasam non-karbonat. Contoh gangguan seperti ini pada diare berat, diabetes mellitus, asidosis uremik dan lain-lain. Akan tetapi alkalosis metabolic terjadi karena reduksi [H+] plasma yang disebabkan oleh defisiensi relative asam-asam non-karbonat. Gangguan asam-basa ini berkaitan dengan peningkatan [HCO3-] yang tidak disertai oleh perubahan konsentrasi [CO2]. Keadaan ini paling sering muncul pada orang muntah, dan ingesti obat-obatan alkali. Untuk memperoleh keseimbangan [HCO3-] maka air dan makanan yang kita konsumsi dari lingkungan eksternal akan diolah oleh system pencernaan sehingga dapat dengan mudah diserap oleh tubuh.

Pada kasus dikatakan bahwa pria tersebut mengalami diare selama 6 hari yang terkadang disertai muntah. Bisa disimpulkan bahwa masalah yang pertama kali adalah terjadi gangguan pada system pencernaan. Pada klien yang mengalami diare, HCO3- hilang dari tubuh dan tidak direabsorbsi. Normalnya getah pencernaan yang kaya HCO3- yang disekresikan ke saluran pencernaan akan direabsorbsi kembali ke plasma plasma ketika pencernaan selesai. Tidak terjadinya reabsorbsi ini mengakibatkan penurunan [HCO3-] plasma tanpa disertai penurunan [CO2] sehingga menurunkan pH tubuh. Oleh karena keluar HCO 3- , penyangga H+ berkurang sehingga lebih banyak H+ bebas dalam cairan tubuh. Dalam kasus juga dikatakan bahwa klien terkadang muntah, hal ini tentu mengakibatkan penurunan [H+] plasma karena dikeluarkan asam hidroklorida melalui muntah sehingga tidak ada lagi reabsorbsi H + untuk menetralisir HCO3tambahan yang masuk ke dalam plasma ketika terjadi sekresi lambung. Dari hal ini dapat dikatakan bahwa reaksi muntah merupakan mekanisme kompensasi tubuh untuk menurunkan peningkatan H+ bebas dalam cairan tubuh. Akan tetapi mekanisme ini semakin membuat pasien dehidrasi berat karena diare terjadi disertai muntah dan juga tidak diberikannya asupan cairan yang adekuat, sehingga terjadi penurunan volume CES yang juga mengakibatkan penurunan takanan darah. Selain itu, peningkatan H+ bebas ini juga mengakibatkan pusat pernapasan di batang otak secara reflex teransang untuk meningkatkan ventilasi paru (kecepatan pertukaran gas antara paru dan atmosfer). Oleh karena itulah frekuensi nafas klien 26x/menit pada kasus.

Anda mungkin juga menyukai