Anda di halaman 1dari 11

RESUME BAB 10 MENGUKUR DAN MENGELOLA TRANSLASI DAN TRANSAKSI EXPOSURE

Mata Kuliah: Manajemen Keuangan Internasional Kelas A Dosen Pengampu: Dr. Harjum Muharram, SE., ME. Drs. A. Mulyo Haryanto, M.Si.

Disusun Oleh: Hayatun Nufus Devi Anggun Octaviani 12010110120083 12010110120086

Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang

BAB 10 MENGUKUR DAN MENGELOLA TRANSLASI DAN TRANSAKSI EXPOSURE Tekanan dalam memonitor dan mengelola risiko mata uang asing telah membuat perusahaan mengembangkan sebuah sistem berbasis komputer untuk menjaga jalannya exposure mata uang asing dan membantu dalam mengelola exposure. Konsep umum exposure mengenai tingkat dimana perusahaan terpengaruhi perubahan nilai tukar. Bab ini akan membahas mengenai pengukuran dan pengelolaan accounting exposure, termasuk didalamnya exposure translasi dan transaksi. 10.1 Ukuran Alternatif dari Exposure Nilai Tukar Asing Terdapat tiga tipe exposure yaitu exposure translasi, exposure transaksi, dan exposure operasi. Exposure transaksi dan exposure operasi berkombinasi menjadi exposure ekonomi. Masing-masing exposure tidak bisa dipisahkan satu sama lain, akan tetapi saling melengkapi. a. Exposure Translasi Exposure translasi dikenal juga dengan sebutan accounting exposure, timbul dari kebutuhan, untuk tujuan melaporkan dan konsolidasi, merubah laporan keuangan kegiatan operasional asing dari local currencies (LC) ke home currencies (HC). Dapat juga diartikan perubahan laba akuntansi dan neraca yang disebabkan oleh perubahan nilai tukar. b. Exposure Transaksi Exposure transaksi timbul dari akibat transaksi-transaksi, dengan cara kontrak yang mengikat arus kas masuk atau arus kas keluar denominasi mata uang asing sampai masa yang akan datang. Atau dengan kata lain berhubungan dengan penyelesaian transaksi tertentu pada suatu nilai tukar ketika kewajibannya dicatat pada nilai tukar lainnya. c. Exposure Operasi Exposure operasi merupakan ukuran yang luas dimana fluktuasi mata uang bisa merubah arus kas operasi masa depan perusahaan, yaitu pendapatan yang akan datang dan biaya-biaya. Gabungan dari dua exposure arus kas, yaitu exposure operasi dan exposure transaksi dapat disebut juga dengan exposure ekonomi. Exposure ekonomi melibatkan perubahan arus kas yang diharapkan di masa depan, dan juga nilai ekonomi yang disebabkan oleh perubahan nilai tukar. 10.2 Metode-metode Alternatif Translasi Mata Uang Perusahaan dengan operasi internasional akan memiliki denominasi mata uang asing dalam bentuk liabilitas, pendapatan, dan biaya-biaya. Jika nilai mata uang berubah, maka translasi mata uang asing akan menghasilkan keuntungan atau kerugian. Terdapat empat metode yang bisa digunakan dalam translasi, yaitu sebagai berikut:

a. Metode Current/Noncurrent Pada metode ini, semua aset lancar dan kewajiban asing ditranslasikan ke mata uang negara asal (home currency/HC) pada nilai tukar saat ini. Untuk setiap aset tidak lancar atau kewajiban ditranslasikan pada nilai tukar historical. Oleh karena itu, kegiatan tambahan asing dengan modal kerja positif, mata uang lokal akan naik ke translasi rugi (untung) dari devaluasi (revaluasi) dengan metode current/noncurrent, dan hal sebaliknya akan terjadi jika modal kerja negatif. Laporan laba rugi ditranslasikan pada nilai tukar rata-rata disuatu periode, kecuali untuk pendapatan dan biaya-biaya yang berhubungan dengan aset tidak lancar atau liabilitas. b. Metode Monetary/Nonmonetary Metode monetary/nonmonetary memiliki perbedaan antara aset-aset moneter dan kewajiban, serta aset non moneter atau fisik, aset-aset dan kewajiban. Aset moneter seperti kas, payable akun dan receivable, seta hutang jangka panjang ditranlasikan dengan nilai historical. Item pada laporan laba rugi ditranslasikan dengan nilai tukar rata-rata selama suatu periode, kecuali pendapatan dan biayabiaya yang berhubungan dengan aset-aset non moneter dan kewajiban. c. Metode Temporal Metode temporal muncul untuk memodifikasi metode monetary/nonmonetary. Perbedaannya adalah pada metode monetary/nonmonetary, persediaan selalu ditranslasikan dengan nilai historical. Pada metode temporal, persediaan secara normal ditranslasikan dengan nilai saat ini hanya jika persediaan ditunjukkan di neraca pada nilai pasar. Metode monetary/nonmonetary, mendasari pilihan nilai tukar untuk translasi pada tipe dari aset atau kewajiban. Sedangkan pada metode temporal didasarkan pada pendekatan evaluasi biaya (historical versus market). Normalnya, item pada laporan laba rugi ditranslasikan dengan nilai rata-rata pada periode pelaporan. Bagaimanapun, biaya dari barang yang terjual, depresiasi, dan harga amortisasi berhubungan dengan neraca keuangan yang memuat harga masa lalu yang ditranslasikan dengan nilai historical. d. Metode Current Rate Metode current rate adalah metode yang paling simpel, semua item pada neraca keuangan dan pendapatan ditranslasikan dengan menggunakan nilai saat ini. Jika denominasi mata uang asing terhadap aset suatu perusahaan melebihi denominasi mata uang asing terhadap kewajibannya, maka devaluasi akan menghasilkan rugi dan revaluasi akan menghasilkan keuntungan. Satu variasi adalah untuk mentranslasikan semua aset dan kewajiban, kecuali aset tetap bersih pada nilai saat ini. 10.3 Standar Laporan Keuangan Akuntansi No.52 (Statement of Financial Accounting Standards No.52/FASB-52) Berdasarkan pada FASB-52, perusahaan harus menggunakan metode current rate untuk mentranslasi denominasi mata uang asing terhadap aset dan kewajiban

kedalam dolar. Aspek terpenting dari standar ini adalah keuntungan dan kerugian translasi terlihat pada laporan laba rugi dan diakumulasikan dalam akun ekuitas terpisah dari neraca keuangan induk. Hal ini biasa disebut dengan penyesuaian translasi kumulatif. FASB-52 membedakan antara functional currency dan reporting currency. Functional currency adalah mata uang dari lingkungan ekonomi utama dimana menghasilkan afiliasi dan menghabiskan kas. Jika operasi perusahaan relatif mandiri dan digabungkan dengan negara terntentu, functional currency pada umumnya akan menjadi mata uang negara tersebut. Reporting currency adalah mata uang dimana perusahaan induk menyiapkan laporan keuangannya sendiri. FASB-52 mewajibkan laporan keuangan dinyatakan dalam functional currency dan menggunakan prinsip akuntansi yang berlaku umum di United States. Bagaimana pun, laporan keuangan telah dikonversi kedalam functional currency, laporan functional currency ditranslasikan kedalam dolar, dengan keuntungan dan kerugian translasi mengalir langsung kedalam ekuitas nilai tukar asing perusahaan induk. Jika functional currency-nya adalah dolar, maka mata uang laporan keuangan unit lokal harus dalam bentuk dolar juga. Tujuan dari proses pengukuran kembali adalah untuk menghasilkan hasil yang sama dengan yang dilaporkan jika catatan akuntansi telah menggunakan dolar. Translasi dari mata uang lokal ke dolar berlangsung sesuai dengan metode temporal, dengan demikian keuntungan dan kerugian translasi akan tercatat dalam laporan laba rugi.

10.4

Exposure Transaksi Seringkali perusahaan menyertakan exposure transaksi sebagai bagian dari exposure akuntansi mereka, meskipun exposure arus kas merupakan bagian exposure ekonomi perusahaan. Seperti yang dapat dilihat, exposure transaksi merupakan akar munculnya keuntungan atau kerugian dari nilai tukar di masa depan. Meskipun exposure translasi dan transaksi saling melengkapi, akan tetapi keduanya tidak searti. Beberapa item termasuk kedalam exposure translasi, seperti persediaan dan aset tetap, dimana persediaan dan aset tetap tidak termasuk kedalam exposure transaksi. Mengingat beberapa item lainnya yang termasuk kedalam exposure transaksi seperti kontrak penjualan untuk masa depan atau pembelian, dimana item tersebut tidak termasuk kedalam exposure translasi. Dengan demikian, terdapat kemungkinan untuk exposure transaksi dalam suatu mata uang adalah positif dan exposure translasi pada mata uang yang sama adalah negatif, begitupun sebaliknya.

10.5

Mendesain Strategi Hedging Sampai pada permasalahan mengelola exposure dengan cara hedging. Disebutkan di awal, hedging exposure mata uang tertentu berarti mengimbangi posisi mata uang dengan mengunci nilai dolar (home currency) dan dengan demikian mengeliminasi risiko yang disebabkan oleh fluktuasi mata uang. Variasi teknik

hedging tersedia untuk mengelola exposure. Tetapi sebelum perusahaan menggunakannya, harus diputuskan terlebih dahulu exposure mana yang akan dikelola dan bagaimana cara mengelolanya. Kesalahan dalam penentuan tujuan dapat membuka peluang terjadinya konflik dan aksi yang mengorbankan banyak biaya di sebagian pekerja. Kebanyakan perusahaan kadang memiliki tujuan yang tidak jelas dan sangat sederhana, sehingga hanya sedikit panduan yang diberikan kepada para manajer perusahaan. Elemen dibawah ini mengusulkan strategi dalam pengelolaan exposure yang efektif: a. b. c. d. e. f. Menentukan jenis exposure yang akan diawasi. Membuat formulasi tujuan perusahaan dan memberikan pedoman dalam menyelesaikan konflik potensial dari tujuan tersebut. Memastikan bahwa tujuan perusahaan tersebut sejalan dengan memaksimalkan nilai pemegang saham dan dapat diimplementasikan. Menetapkan secara jelas siapa yang bertanggungjawab untuk setiap exposure dan kriteria mendetail yang akan dinilai oleh manajer. Membuat secara jelas batasan-batasan dalam penggunaan teknik manajemen exposure, seperti batasan keterlibatan dengan kontrak berjangka. Mengidentifikasi saluran-saluran, dimana pertimbangan nilai tukar dimasukkan kedalam keputusan operasi yang dapat mempengaruhi posisi risiko nilai tukar perusahaan. Membangun sebuah sistem untuk mengawasi dan mengevaluasi aktivitas pengelolaan risiko nilai tukar.

g.

Sasaran Kegunaan strategi hedging tergantung pada akseptabilitas dan kualitas. Akseptabilitas mengacu pada persetujuan orang-orang di dalam organisasi yang akan menerapkan strategi. Kualitas mengacu pada kemampuan untuk memberikan keputusan yang lebih baik. Untuk dapat diterima, strategi hedging harus sesuai dengan nilai-nilai manajemen atas dan keseluruhan tujuan perusahaan. Kualitas atau nilai untuk para pemegang saham dari strategi hedging berhubungan dengan kesesuaian antara persepsi dan realita dari lingkungan bisnis. Kerugian dan Keuntungan Teknik Hedging a. Kerugian Hedging Jika devaluasi tidak dimungkinkan terjadi, hedging akan mengeluarkan banyak biaya dan bukan cara yang efisien untuk melakukan bisnis. Jika devaluasi diperkirakan, biaya menggambarkan antisipasi devaluasi. pemakaian teknik naik untuk

Risiko nilai tukar hedging membutuhkan uang dan harus diteliti seperti pembelian asuransi lainnya.

b. Keuntungan Hedging Langkah ini bertujuan untuk melindungi aset dan meminimalisir resiko. Contoh dalam jual beli saham misalnya ketika kondisi pasar saham yang tidak stabil atau terjadi fluktuasi dalam pasar saham, pemegang saham dapat menggunakan strategi hedging untuk melindungi aset ketika terjadi kemungkinan terburuk disaat akan menjual saham dengan posisi harga pasar dibawah posisi beli. Dengan menggunakan strategi hedging pemegang saham akan menetapkan terlebih dahulu harga jual saham sebelum menjualnya dalam kontrak berjangka. Dengan kondisi seperti ini akan dapat meminimalisir resiko yang didapat. Pada kondisi tertentu, perusahaan juga bisa mendapatkan keuntungan dengan cara berspekulasi saat kondisi pasar tidak sempurna atau terjadi asimetri informasi. Teknik hedging dapat meminimalisir resiko pemilik saham tanpa harus mengeluarkan biaya, teknik ini disebut exposure netting. Exposure netting yaitu teknik yang dapat digunakan untuk menanggulangi resiko lebih besar dengan cara menggunakan langkah yang bersebrangan, atau berbeda. Contohnya ketika kondisi pasar saham tidak menentu dan saat itu ambil posisi beli, untuk mencegah kerugian (lost) lebih besar, maka pada saat itu juga pemilik saham akan mengambil posisi jual supaya tidak terjadi kerugian di posisi beli, akan tertutupi keuntungan (profit) pada posisi jual. Sentralisasi dan Desentralisasi Dalam pelaksanaan bisnis, akan ada yang namanya untung dan rugi, itu semua termasuk dalam resiko operasional dimana ada sebab pasti ada akibat. Oleh sebab itu, menciptakan manajemen yang baik adalah kunci kesuksesan dan kunci dalam meminimalisir resiko yang ada. Biasanya perusahaan akan membuat sistem yang cocok untuk menopang kelancaran roda perusahaan, baik dengan sistem sentralisasi maupun desentralisasi. Semua dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip dan evaluasi masing-masing perusahaan. Pengelolaan Manajemen Risiko Produk derivatif memiliki potensi kerugian (lost) yang tinggi. Oleh sebab itu, dibutuhkan pengelolaan manajemen resiko yang baik untuk meminimalisir resiko. Dengan manajemen resiko derivatif yang baik, bahkan profesioanal, akan dapat meminimalisir tingkat kerugian. Beberapa pelajaran pokok yaitu sebagai berikut: a. Memisahkan tugas penjualan derivatif untuk memudahkan dalam pengawasan. b. Posisi derivatif harus dibatasi untuk mencegah kemungkinan adanya kerugian catastropic dan penandaan pasar setiap hari untuk menghindari kemungkinan kerugian. c. Pengaturan kompensasi harus dirancang untuk pengalihan risiko kepada orangorang yang bertanggungjawab dalam mengatasi risiko tersebut. d. Memberi perhatian terhadap tanda-tanda peringatan. e. Mereka yang memberikan penghargaan nilai diatas risiko kemumgkinan besar berakhir dengan risiko atas biaya imbalan.

10.6

Mengelola Exposure Translasi Perusahaan memiliki tiga cara untuk mengelola exposure translasinya yaitu dengan cara: (1) penyesuaian arus kas; (2) memasuki forward contract; dan (3) exposure netting. Strategi dasar hedging untuk mengurangi exposure translasi ini melibatkan pertambahan hard currency (mungkin berapresiasi) aset dan mengurangi soft currency (mungkin berdepresiasi) sementara secara bersamaan mengurangi hard currency dari kewajiban dan menambah soft currency dari kewajiban tersebut. Meskipun demikian, terdapat alasan untuk mempertanyakan banyaknya nilai dari aktivitas ini. Faktanya, pada keadaan normal hedging tidak bisa menyediakan proteksi terhadap perubahan nilai pertukaran yang diharapkan. Penyesuaian dana atau kas (fund adjustment) melibatkan perubahan baik jumlah atau mata uang (atau keduanya) dari arus kas yang direncanakan untuk mengurangi exposure akuntansi dari mata uang lokal perusahaan tersebut. Forward contract dapat mengurangi exposuree translasi dengan menciptakan sebuah offsetting dari aset dan kewajiban di mata uang luar negeri. Sedangkan, exposure netting adalah teknik manajemen pertukaran tambahan yang dapat digunakan pada perusahaan multinasional dengan posisi lebih dari satu mata uang luar negeri atau dengan offsetting posisi-posisi di mata uang yang sama.

10.7

Mengelola Exposure Transaksi Exposure transaksi muncul ketika perusahaan berkomitmen untuk bertransaksi dengan mata uang luar negeri yang berdenominasi. Pengukuran perlindungan untuk melawan exposure transaksi melibatkan masuknya ke dalam transaksi mata uang luar negeri yang mana cash flows secara tepat melakukan offset dari aliran dana exposure transaksi. Pengukuran perlindungan tersebut termasuk forward contracts, klausa penyesuaian harga, currency options, dan melakukan peminjaman atau memberi pinjaman dengan mata uang luar negeri. Lindung Nilai Pasar Forward (Forward Market Hedge) Dalam forward market hedge, sebuah perusahaan dengan mata uang luar negeri dengan posisi panjang akan menjual mata uang secara forward, sedangkan perusahaan dengan mata uang luar negeri posisi pendek akan membeli mata uang menggunakan forward. Dalam hal ini, perusahaan dapat memperbaiki nilai dolar dari aliran dana mata uang luar negeri di waktu yang akan mendatang. Biaya nyata dari hedging tidak dapat dikalkulasi didepan karena hal itu bergantung pada spot rate di masa depan. Biaya nyata dari hedging adalah opportunity cost. Nilai dolar sebenarnya dari forward contract per dolar seharga dari mata uang luar negeri yang dijual secara forward yaitu sama dengan .

Perusahaan tidak cukup hanya berkaca dari forward rate, melainkan juga harus menerima bahwa validitas dari forward rate yang prediktif adalah sebagai hipotesis yang bekerja dan menghindari kegiatan yang bersifat spekulatif. Jadi biaya sebenarnya dari forward contract akan diketahui apakah positif/negatif (kecuali jika

spot rate di masa depan sama dengan forward rate), tapi tanda-tandanya tidak dapat diprediksikan didepan. Kebijakan hedging meminimalisasi biaya secara selektif dan spesifik untuk mengambil keuntungan dari bias tergantung pada keputusan apakah perusahaan melakukan hedge pada long/short position dalam mata uang. Perusahaan yang berada dalam long position currency, perlu melakukan hedge (dengan menjual secara forward) jika mata uang berada pada forward premium; namun jika mata uang pada forward discount, jangan melakukan hedge. Sebaliknya, perusahaan yang berada dalam short position currency, perlu melakukan hedge (dengan membeli secara forward) jika mata uang dijual pada forward discount, namun jika mata uang pada forward premium, jangan melakukan hedge. Kebijakan selektif ini dapat mengurangi biaya yang diharapkan namun meningkatkan risiko pada beban.

Hedge Pasar Uang (Money-Market Hedge) Hedge pada pasar uang melibatkan aktivitas pinjam meminjam pada dua mata uang yang berbeda untuk mengunci nilai dolar pada pertukaran kas mata uang luar negeri di masa mendatang secara terus menerus. Untung rugi pada saat hedging pasar uang dapat dikalkulasikan secara sederhana dengan mengurangi biaya pembayaran atas utang suatu mata uang dari nilai mata uang lain yang diinvestasikan. Terdapat biaya-biaya transaksi yang dihubungkan denga hedging: persebaran bid-ask pada kontrak kedepan (forward contract) dan selisih antara kurs pinjam meminjam. Biaya-biaya transaksi ini harus difaktorkan ketika membandingkan forward contact hedge dengan hedge pasar uang. Kunci untuk membuat perbandingan ini adalah untuk memastikan penawaran dan permintaan yang tepat serta pemakaian kurs dalam pinjam meminjam.

Pergeseran Risiko (Risk Shifting) Pergeseran risiko dengan zero-sum-game merupakan hal umum dalam bisnis internasional. Perusahaan secara khusus mencoba untuk membuat faktur ekspor dalam strong currency, dan impor dalam weak currencies. Perolehan (gain) dalam pergeseran risiko akan didapat jika pelanggan atau penyuplai tidak mengetahui informasi tentang hal tersebut.

Keputusan Penetapan Harga (Pricing Decision) Terkadang manajemen puncak gagal untuk mengantisipasi perubahan kurs pertukaran mata uang menjadi akun ketika membuat keputusan operasional, meninggalkan manajemen keuangan dengan tugas utama yang tidak mungkin, melalui operasi-operasi keuangan semata, dari recovering kerugian yang sudah terjadi pada saat itu dari transaksi awal.

Aturan umum pada penjualan kredit ke luar negeri adalah untuk mengkonversikan antara harga mata uang luar negeri dan harga dolar menggunakan forward rate, bukan spot rate. Jika harga dolar cukup tinggi, eksportir harus mengikuti melalui penjualan. Dengan cara yang sama, jika harga dolar pada impor mata uang luar negeri yang telah terdenominasi, cukup rendah, maka importir juga harus mengikuti melalui pembelian. Semua aturan ini dilakukan untuk mengenali bahwa euro atau mata uang luar negeri lain esok hari berbeda dengan hari ini, dan sebaliknya. Pada kasus urutan pembayaran yang diterima pada beberapa waktu, harga mata uang luar negeri harus merupakan rata-rata tertimbang dari forward rate untuk penyerahan pada hari-hari itu.

Exposure Netting Exposure netting melibatkan offsetting exposure dalam satu mata uang dengan exposure-exposure pada mata uang yang sama atau yang lain, dimana kurs pertukaran diharapkan berpindah sedemikian rupa sehingga kerugian (keuntungan) pada posisi yang lebih dulu diarahkan dapat di-offset oleh kerugian (keuntungan) di exposure mata uang yang kedua. Dalam prakteknya, exposure netting meliputi satu dari tiga kemungkinan berikut: (1) perusahaan dapat melakukan offset pada mata uang long position dengan mata uang short position yang sama; (2) jika perpindahan kurs pertukaran di dua mata uang berhubungan positif, maka perusahaan dapat melakukan offset pada mata uang long position dengan mata uang short position pada yang lain; dan (3) jika perpindahan mata uang memiliki hubungan negatif, maka short (long) position dapat digunakan untuk meng-offset satu sama lain.

Pembagian Risiko Mata Uang (Currency Risk) Pembagian risiko mata uang dapat diimplementasikan dengan mengembangkan kontrak hedge terkustomisasi yang mendasari transaksi penjualan. Kontrak hedge secara khas mengambil bentuk dari klausa penyesuaian harga (price adjustment clause), dimana harga dasar disesuaikan untuk menggambarkan perubahan-perubahan kurs pertukaran tertentu.

Cross-Hedging Hedging dengan future contracts mirip dengan hedging dengan forward contracts. Bagaimanapun juga, sebuah perusahaan yang menginginkan untuk mengatur risiko pertukarannya mungkin menemukan bahwa future contract yang tepat sesuai yang dibutuhkan itu tidak tersedia. Pada kasus ini, dimungkinkan untuk melakukan cross-hedge pada exposure-nya dengan menggunakan future contract pada mata uang lain yang berhubungan dengan salah satu bunga. Ide dibalik cross-hedging adalah ketika perusahaan tidak dapat menemukan future/forward contracts pada mata uang yang memiliki exposure, maka perusahaan

akan melakukan hedging exposure tersebut pada mata uang yang bersangkutan. Namun bagaimana pun, cross-hedge hanya sebaik stabilitas dan signifikansi ekonomi dari korelasi antara dua mata uang.

Opsi Mata Uang Luar Negeri (Foreign Currency Option) Dalam banyak hal, perusahaan tidak jelas apakah mata uang luar negeri yang telah di-hedge merupakan aliran kas masuk atau keluar akan dimaterialisasi. Ketidakpastian ini memiliki konsekuensi-konsekuensi penting terhadap strategi hedging yang cocok. Oleh karena itu, diperlukan beberapa opsi untuk menjelaskan hal tersebut, yaitu: a. Menggunakan opsi untuk melakukan penawaran hedge (hedge bids) Perusahaan yang menawar pada kontrak yang terdenominasi di mata uang luar negeri dan tidak diyakinkan dengan kesuksesan, akan tidak bisa untuk memecahkan dilema risiko pertukaran luar negerinya. Opsi mata uang mengubah itu semua. Terdapat dua jenis opsi yaitu currency put option dan currency call option. b. Menggunakan opsi untuk melakukan hedge dari risiko-risiko mata uang lain Opsi mata uang adalah alat manajemen risiko yang berharga dalam situasi yang lain. Opsi ini juga dapt digunakan untuk melakukan hedging exposure ke pergeseran mata uang kompetitor. Perusahaan yang bersaing dengan perusahaan dari negara lain mungkin akan menemukan produk mereka pada harga yang merugikan jika mata uang kompetitor utama melemah, akan membiarkan kompetitor menurunkan harga mereka. Dengan begitu, perusahaan akan diarahkan ke fluktuasi di mata uang kompetitor walaupun mereka tidak mempunyai penjualan pada mata uang tersebut. c. Option versus Forward Contracts Kegunaan ideal dari forward contracts adalah ketika exposure memiliki profil risk-reward yang lurus. Keuntungan dan kerugian dari forward contracts secara tepat di-offset oleh kerugian atau keuntungan pada transaksi yang mendasari. Jika tidak ada kejelasan dalam exposure transaksi, bagaimanapun, karena volume atau harga mata uang luar negeri dari item-item yang diperjualbelikan tidak diketahui, maka forward contract tidak akan cocok dengan hal tersebut. Sebagai pembanding, opsi mata uang (currency option) adalah alat hedging yang baik dalam situasi dimana kuantitas dari pertukaran luar negeri yang diterima atau dibayar tidak jelas. Perusahaan dapat menggunakan opsi mata uang untuk melakukan hedging exposure-nya dalam bentuk forward contract. Bagaimanapun, instrumen hedging lebih menguntungkan dalam beberapa situasi, dan ini bisa dipertimbangkan untuk mencocokkan instrumen ke situasi yang lebih spesifik. Aturan umum untuk diikuti ketika memilih antara currency option dan forward contract untuk tujuan hedging disimpulkan sebagai berikut:

a. Ketika kuantitas aliran kas keluar dari mata uang luar negeri telah diketahui, beli currency forward; ketika kuantitas tidak diketahui, beli call option pada mata uang. b. Ketika kuantitas aliran kas masuk dari mata uang luar negeri diketahui, jual currency forward; ketika kuantitas tidak diketahui, beli buy option pada mata uang. c. Ketika kuantitas aliran kas dari mata uang luar negeri hanya sebagian yang diketahui dan sisanya tidak diketahui, gunakan forward contract untuk melakukan hedge pada bagian yang diketahui dan gunakan option untuk melakukan hedge dari nilai maksimum pada sisanya yang tidak diketahui. Aturan-aturan tersebut menganggap bahwa sasaran manajer keuangan adalah untuk mengurangi risiko dan bukan untuk melakukan spekulasi pada arah atau volatilitas dari pergerakan pertukaran mata uang. Anggapan lain bahwa baik forward maupun option contracts wajar dihargai. Dalam pasar yang efisien, nilai atau biaya yang diperkirakan dari kedua kontrak tersebut harus nol. Hasil lain akan memperkenalkan kemungkinan dari profit arbitrase. Kehadiran dari profit akan menarik para arbitrator seperti ketertarikan lebah pada madu. Usaha mereka yang berikut untuk mendapat profit dari harga yang tidak sesuai akan mengembalikan harga tersebut ke nilai ekuilibrium mereka.

Anda mungkin juga menyukai