Anda di halaman 1dari 4

Pembudayaan Pancasila pada Generasi Muda di Era Informatika

Indonesia sebagai negara multikultural adalah tinjauan historistik sejarah disaat berdirinya negeri ini sebagai aset kongkrit dialektika masyarakatnya. Segala bentuk kebudayaan, etnisitas, suku, ras hingga agama adalah warna tersendiri bagi Indonesia ibarat sebuah pelangi, berbeda namun indah terasa, dengan corak estetika demi kemajuan bangsa. Selanjutnya muncul berbagai asumsi, berbagai argumentasi maupun pertanyaan mengenai Indonesia itu sendiri, mengapa negara yang besar, dengan penduduk yang jumlahnya cukup besar, mampu bersanding dengan alur hidup jalannya negara diatas perbedaan? Untuk menjawab pertanyaan ini, ada dua aspek yang harus terlebih dahulu untuk dipahami dan dimengerti kaidah serta penjabarannya, maupun prospek kontinyu yang mampu mempertahankan eksistensi negara ini. Dua aspek inilah yang menjadi dasar dan pondasi, penentu baik dan buruk, hitam dan putih, ataupun benar dan salahnya suatu bangsa. Aspek ini diibaratkan layaknya dua mata uang logam yang tak dapat dipisah ataupun seperti ikatan yin dan yang dalam mitologi etnis china. Aspek inilah yang menjadi penggerak sentral negara dalam meraih atau mencapai tujuan negara, seperti yang terangkum dalam Undang- Undang Dasar 1945. Kedua aspek negara ini ialah dasar negara, pancasila dan pemudanya.

Pancasila lahir berasaskan tujuan yang satu, maklumat yang sama, yaitu berasaskan sama rasa dan sama rata dalam peradaban masyarakat dikala itu. Pancasila yang merangkum lima falsafah kehidupan masyarakat Indonesia, nampaknya memiliki kesinambungan yang jauh kedepan dan tak lekang oleh

waktu. Dasar negara ini, berdasarkan tinjauan historis futuristisnya nyatanya diprakarsai oleh pemuda-pemuda di masa itu sebagai acuan pergerakan pemuda di masa mendatang. Selanjutnya, yang menjadi trandsetter dan good branding saat ini dalam eksistensi negara ialah peran serta pengaruh media dalam dalam merealisasikan segala bentuk kepentingan masyarakat dalam suatu lingkup negara. Artinya, media adalah suatu bentuk jembatan konstitusional untuk mendapatkan informasi, berbagi persepsi, maupun pembentukan citra pribadi, dengan kata lain media dapat disebut sebagai pencapaian tertinggi dalam ilmu informatika. Berdasarkan hal itu, pemuda yang semula dianggap agent of

change atau agent of modernization nyatanya harus mengakui adanya sedikit


pergeseran peran dan fungsinya dalam mengaktualisasikan suatu gerakan perubahan. Pemuda saat ini terjebak dalam dimensi negatif dari informatika yang cenderung menciptakan sifat kemalasan, turunnya semangat juang bahkan apatisasi gerakan. Pemuda berada pada titik nadirnya apabila tak mampu mengdikotomikan antara peran sertanya dalam pembangunan negara dan dampak kongkritnya dalam kajian informatika.

Kita semua paham dan sadar, bahwa jikalau suatu pondasi ataupun dasar berpijak itu kuat, maka dinding dan atapnya pun pasti kokoh untuk berdiri. Ini sama halnya dengan aktualisasi serta kontribusi pemuda dalam bergerak, berderap dan melaju. Untuk mewujudkan hal ini, setiap pemuda haruslah memiliki semangat heroik yang membara, yaitu ada kesinambungan aksi dan pondasi tadi. Dengan artian, pancasila adalah ruh tertinggi, norma sosial dengan validitas yang mumpuni, ataupun pondasi untuk berdikari. Pemuda tak pantas untuk menunduk malu, lesu, apalagi galau sesuai dengan trend saat ini, yang pada akhirnya hanya bisa untuk update status di Facebooknya, atau ngetwitt di akun twitternya, padahal negeri ini membutuhkan kontribusinya.

Kita bisa melihat bagaimana carut marutnya sistem perpolitikan, sistem administrasi, kasus korupsi, tindak asusila yang terang- terangan dilakukan oleh aktor negara dalam memanipulasi uang rakyat, dan sementara kita disini berleha-leha untuk update status di akun FB dan twitter tanpa ada aksi, tanpa ada ide yang tertuang dalam tulisan. Andai saja pemuda menjalankan kapasitas dan kapabilitas dirinya, dengan modal media dan ilmu informatikanya, yang merangkum bagaimana cara untuk menyampaikan berita, cara memprovokasi hingga membuat revolusi dengan informatika, maka dapat dibayangkan negara ini akan menjadi negara dinamis nan produktif, negara ini akan menjadi super power media dalam aktualisasi isu dan berita . Para elit tak akan berani untuk bergerak dan pemerintah akan lebih teliti dalam menjalankan amanat rakyat, dan semua itu selalu diwadahi dan disesuaikan dengan landasan dan pondasi tadi, yaitu Pancasila.

Pemuda itu cahaya dan api yang menyala, yang dapat menerangi

kegelapan asa dan harapan. Pemuda itu pelopor, pembawa obor masa depan, penggerak nurani tua yang gersang- Sajak Indah dari A. Fatih Syuhud, 2004Generasi muda yang enerjik, yang penuh dengan intuisi serta idealis, selalu dinamis dan bergeliat akan waktu yang lambat adalah pemuda yang berbudaya, bervisi serta siap berkontribusi. Ketika era informatika, dimana segala sesuatu dapat dikases dengan mudahnya tanpa harus jengah menunggu, haruslah lebih memberikan andil yang besar terhadap pergerakan pemuda itu sendiri dalam menciptakan stabilitas sosial negeri ini. Sementara itu, haruslah kita pahami pula bahwa negara yang berdaulat ialah negara yang berbudaya. Indonesia adalah negara berdaulat, juga memiliki banyak kebudayaan, namun Indonesia kurang mampu untuk menjadikan budaya ini menjadi suatu kesatuan, pilar pembangun demokrasi, ataupun menjadi tujuan negara. Indonesia haruslah

berbudaya pancasila, tak peduli ia dari golongan apa dan berbendera apa, budaya tetaplah budaya, dan budaya yang paling ideal dalam artian merangkum segala aspirasi dari inspirasi rakyat, ialah budaya pancasila. Atas dasar inilah, peran pemuda sebagai agen perubahan dapat menunjukan kedinamisan dalam era informatika saat ini, karena apabila kediaman yang merasuki, itu sama saja dengan kematian walaupun jasad bergerak, nafas berhembus dan jantung berdegup, namun aspirasi, intuisi serta inspirasi mati, maka liang kubur adalah diri kita sendiri. Mari Berkontribusi!

Anda mungkin juga menyukai