Anda di halaman 1dari 4

BAB IV PEMBAHASAN

Pre-eklamsia adalah suatu

komplikasi kehamilan yang ditandai dengan

hipertensi, proteinuria dan edem pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Pre-eklamsia dibagi dalam golongan ringan dan berat. Penyakit digolongkan berat bila satu atau lebih tanda/gejala dibawah ini ditemukan 4 : 1. Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik 110 mmHg atau lebih 2. Proteinuria 5 gram atau lebih dalam 24 jam, +3 atau +4 pada pemeriksaan kualitatif 3. Oliguria ( < 400 ml dalam 24 jam) 4. Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di epigastrium. 5. Edema paru atau sianosis Pada kasus ini pasien dengan usia kehamilan 35-36 minggu datang dengan keluhan mual-muntah. Pasien merupakan rujukan dari RSUD Kandangan dengan Diagnosa G3P2A0 H35-36 minggu + Belum inpartu + HDK + JTHIU presentasi kepala + riwayat stroke. Pasien mengaku memiliki tekanan darah tinggi sejak kehamilan pertamanya. Diagnosis pasien adalah preeklampsia berat melalui anamnesa yang menyatakan bahwa mulai memiliki tekanan darah tinggi sejak kehamilan pertamanya dan memiliki riwayat keluarga hipertensi serta pemeriksaan fisik diperoleh tekanan darah 220/120 mmHg disertai mual-muntah. Peningkatan tekanan darah selama kehamilan yang dapat menyebabkan preeklampsia dikarenakan peningkatan tekanan perifer untuk perbaikan oksigenasi jaringan dan juga peningkatan cairan arteri. Pasien datang ke rumah sakit tanpa ada tanda-tanda inpartu yaitu tidak ada keluar air-air dan lendir darah, tidak ada pembukaan porsio dan porsio tebal lunak, ekstraseluler yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan

tidak ada his dengan umur kehamilan 35-36 minggu. Taksiran berat janin 2300 gram dengan denyut jantung janin 160 kali/menit serta janin tunggal hidup intra uterin dengan presentasi kepala. Dari keadaan ini maka pada pasien ini dilakukan penatalaksanaan konservatif karena usia kehamilan 36 minggu. Selanjutnya untuk mencegah terjadinya eklamsia yang ditandai dengan kejang maka diberikan MgSO4 40% sebanyak 4 gram intramuskular bokong kanan dan bokong kiri sebagai dosis permulaan, dan dapat diulang 4 gram tiap 6 jam sesuai keadaan, dimana obat ini mempunyai efek mengurangi kepekaan saraf pusat pada hubungan neuromuskular. Obat ini menyebabkan vasodilatasi, meningkatkan diuresis dan menambah aliran darah ke uterus. Serta untuk menurunkan tekanan darah pasien dapat diberikan obat antihipertensi karena dengan menurunkan tekanan darah kemungkinan kejang dan apopleksia serebri menjadi kecil. Dilakukan juga pemasangan infus dan kateterisasi serta nifedipin 3 x 10 mg/hr dan metildopa 3 x 500 mg bila TD 160/100 mmHg sebagai antihipertensi, pemeriksaan laboratorium lengkap serta observasi tanda-tanda impending eklamsia. selanjutnya direncanakan USG esok hari untuk memastikan keadaan janin dan usia kehamilan. Methyldopa adalah agen yang bekerja sentral dan tetap obat pilihan pertama untuk mengobati hipertensi dalam kehamilan. Obat ini merupakan obat yang seringkali dinilai dalam ujicoba acak antihipertensive dan mempunyai keamanan yang panjang. Penggunaan jangka lama tidak dikaitkan dengan masalah neonatal maupun fetus dan adanya data yang amat untuk anak yang terekspose in utero.18 Nifedipine amat terkenal untuk pengoabatan hipertensi dalam kehamilan dan secara luas digunakan. Obat ini aman pada gestasi berapapun. 4 Nifedipin menghasilkan hipotensi sistemik dengan menyebabkan vasodilatasi perifer. Obat ini telah digunakan dalam terapi hipertensi selama kehamilan atau post partum

Grafik 1. Observasi Tekanan Darah Selama observasi pada awal masuk Rumah Sakit yakni 04 Desember 2012 setelah konsul dengan dokter konsulen, pada pukul 21.30 tekanan darah(TD) mulai menurun menjadi 220/110mmHg Pada tanggal 05 Desember 2012, pasien masih merasa mual, muntah, didapatkan juga nyeri epigastrium, tidak ada mata kabur, tidak ada keluar air-air dan lender darah dan hanya didapatkan his 2 kali dan mules. Hasil USG Janin intra uterine, tunggal, pres kepala, plasenta pada fundus, FHR 118x/mnt reguler, BPD 3536 mg, FL 38/39. AC 35/36. TBJ 2700 gram. Penatalaksanaan selanjutnya tetap diberikan IVFD D5 500 cc/jam, injeksi MgSO4, pemberian nifedipin, dan metidopa per oral. Hasil laboratorium didapatkan masih dalam batas normal, termasuk nilai fungsi ginjal. Dapat diduga pada pasien ini didapatkan tekanan darah yang meningkat akibat kehamilan bukan karena adanya gangguan ginjalnya. berangsur turun dan pasien dipersiapkan untuk dilakukan SC. Pada anamnesis pasien ini ditemukan memiliki riwayat stroke 5 tahun yang lalu dan meninggalkan gejala yaitu bicara pelo dan terkadang kurang nyambung saat Tekanan darah

bicara. Pasien hamil dengan riwayat stroke tidak memiliki kontraindikasi dilakukan SC selama tidak ada peningkatan TIK. Setelah post SC penatalaksanaan dilakukan dengan terapi medikomentosa yaitu pemberian injeksi antibiotika ceftriaxon sebagai antibiotik profilaksis pencegahan infeksi yang mungkin ada selama proses persalinan. Diberikan pula Injeksi Alinamin F dan metronidazol. Pemberian ketorolac 3 kali 1 ampul diberikan sebagai analgetik. Diberikan injeksi piton (oksitosin) untuk merangsang kontraksi uterus. Diberikan juga injeksi MgSO4 selama 12 jam post partum.Obat-obat tersebut diberikan kepada pasien hingga hari ke 3 perawatan. Pada hari ke 4 masa perawatan pemberian drip piton dan injeksi MgSO4 di hentikan. Terapi pasien kembudian ditambahkan pemberian per oral Nifedipin dan metildopa sebagai antihipertensi. Roborantia untuk mempercepat pembentukan epitel dalam penyembuhan luka. Asam mefenamat sebagai anti inflamasi sekaligus analgetik. Obat-obatan ini diberikan hingga hari ke 7 masa perawatan. Pada hari ke 3-5 perawatan tekanan darah pasien kembali meningkat. Dilakukan regulasi tekanan darah kembali dengan menambahkan herbesser CD 100 1x1. Herbesser berfungsi sebagai antihipertensi tambahan. Hebesser merupakan nama paten diltiazem yang memiliki mekanisme kerja Antagonis kalsium yang bekerja menghambat influks ion kalsium selama depolarisasi membran pada otot jantung dan otot polos vaskuler. Pasien juga mendapatkan terapi stroke pada hari ke 7. Brain act diberikan 1 x1. Brain act yaitu obat golongan citicolin yang merupakan neuroprotektor. Selama perawatan 7 hari di rumah sakit, keadaan umum pasien membaik dan pada hari keempat perawatan, pasien pulang dengan izin dokter.

Anda mungkin juga menyukai