Anda di halaman 1dari 39

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Sindrom Steven Johnson (SSJ) adalah sindrom yang mengenai kulit, selaput lender di orifisium dan mata dengan keadaan umum berfariasi dari ringan sampai berat kelainan pada kulit berupa eritema vesikel / bula, dapat disertai purpura. ( Djuanda, 2000) Angka kejadian syndrom steven johnson sebenarnya tidak tinggi hanya sekitar 1-14 per 1 juta penduduk. Syndrom steven johnson ditemukan oleh dua dokter anak Amerika. Syndrom steven johnson dapat timbul sebagai gatal-gatal hebat pada mulanya, diikuti dengan bengkak dan kemerahan pada kulit. Setelah beberapa waktu, bila obat yang menyebabkan tidak dihentikan, serta dapat timbul demam, sariawan pada mulut, mata, anus, dan kemaluan serta dapat terjadi luka-luka seperti koreng pada kulit. Namun pada keadaan-keadaan kelainan sistem imun seperti HIV dan AIDS serta lapus angka kejadiannya dapat meningkat secara tajam.

Etiologi SSJ sulit ditentukan dengan pasti, karena penyebabnya berbagai faktor, walaupun pada umumnya sering berkaitan dengan respon imun terhadap obat. Beberapa faktor penyebab timbulnya SSJ diantaranya : infeksi (virus, jamur, bakteri, parasit), obat (salisilat, sulfa, penisilin, etambutol, tegretol, tetrasiklin, digitalis, kontraseptif), makanan (coklat), fisik (udara dingin, sinar matahari, sinar X), lain-lain (penyakit polagen, keganasan, kehamilan). Patogenesis SSJ sampai saat ini belum jelas walaupun sering dihubungkan dengan reaksi hipersensitivitas tipe III (reaksi kompleks imun) yang disebabkan oleh kompleks soluble dari antigen atau metabolitnya dengan antibodi IgM dan IgG dan reaksi hipersensitivitas
1

lambat

(delayed-type

hypersensitivity reactions, tipe IV) adalah reaksi yang dimediasi oleh limfosit T yang spesifik.

Berdasarkan data-data di atas, maka penulis tertarik untuk menulis makalah mengenai steven johnson dan mempelajari tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan steven johnson.

B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Mahasiswa dapat memahami dan dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada klien dengan steven johnson. 2. Tujuan Khusus a. Mahasiswa dapat mengerti mengenai konsep dasar penyakit steven johnson. b. Mahasiswa dapat mengerti mengenai konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien steven johnson. c. Mahasiswa dapat membahas kasus yang ada mengenai steven johnson.

C. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah Bab I Pendahuluan, yang terdiri dari Latar Belakang, Tujuan Penulisan, dan Sistematika Penulisan. Kemudian di lanjutkan Bab II Konsep Dasar Penyakit Steven Johnson yang terdiri dari Anatomi Fisiologi, Pengertian, Penyebab, Patofisiologi,Manifestasi Klinik, Pemeriksaan Diagnostik, Komplikasi, Penatalaksanaan Medik. Bab III Konsep Asuhan Keperawatan pada pasien steven johnson yang meliputi Pengkajian Data, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, Dan Evaluasi. Bab IV Pembahasan

Kasus. Bab V Penutup, yang berisikan Kesimpulan dan Saran. Dan di akhiri dengan Daftar Pustaka.

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Penyakit 1. Anatomi dan Fisiologi

Sumber : http//anatomi-fisiologi-penampang-kulit.blogspot.com Kulit adalah lapisan atau jaringan yang menutupi seluruh tubuh dan berfungsi pelindung tubuh terhadap bahaya yang datang dari luar, seperti bahan kimia, cahaya matahari, mikroorganisme dan menjaga keseimbangan tubuh dengan lingkungan. Klasifikasi kulit berdasarkan : a. Warna 1) Terang (fair skin), pirang, dan hitam
3

2) Merah muda : pada telapak kaki dan tangan bayi 3) Hitam kecokelatan : pada genitalia orang dewasa b. Jenisnya 1) Elastis dan longgar : pada palpebra, bibir, dan preputium 2) Tebal dan tegang : pada telapak kaki dan tangan orang dewasa 3) Tipis : pada wajah 4) Lembut : pada leher dan badan 5) Berambut kasar : pada kepala c. Letaknya 1) Lapisan epidermis (luar) Lapisan epidermis merupakan lapisan paling luar yang tumbuh terus karena lapisan sel induk yang berada di lapisan bawah bermitosis terus-menerus, sedangkan lapisan paling luar epidermis akan terkelupas atau gugur. Epidermis terdiri dari 5 lapis yaitu stratum korneum, stratum lucidum, stratum malphigi. 2) Lapisan dermis (dalam) Dermis terdiri dari bulu, kelenjar minyak, kelenjar lendir dan kelenjar keringat yang membenam jauh ke dalam dermis. Lapisan dermis terdiri dari lapisan papilla dan lapisan retikulosa. 3) Lapisan hipodermis (paling dermis) Lapisan bawah kulit yang terdiri atas jaringan pengikat longgar, komponennya serat longgar, elastis dan sel lemak. Lapisan hipodermis terdapat anyaman pembuluh arteri, vena dan anyaman sarafg yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit dibawah dermis. granulosum, stratum spinosum dan stratum

Kulit juga memiliki beberapa fungsi yang sangat penting selain menjalin kelangsungan hidup secara umum. Fungsi-fungsi tersebut seperti fungsi proteksi yang menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisik, fungsi ekskresi merupakan fungsi untuk mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna dari dalam tubuh, serta fungsi pengaturan suhu tubuh dimana kulit mengeluarkan keringat dan kontraksi otot dengan pembuluh darah kulit.

2. Pengertian Sindrom Steven Johnson adalah sindrom yang mengenai kulit, selaput lendir di orifisium dan mata dengan keadaan umum berfariasi dari ringan sampai berat kelainan pada kulit berupa eritema vesikel / bula, dapat disertai purpura. ( Djuanda, 2000) Sindrom Steven Johnson adalah penyakit kulit akut dan berat yang terdiri dari erupsi kulit, kelainan dimukosa dan konjungtifitis. ( Junadi, 1982). Sindrom Steven Johnson adalah sindrom kelainan kulit berupa eritema, vesikel/bula, dapat disertai purpura yang mengenai kulit, selaput lendir yang orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari baik sampai buruk. ( Mansjoer, 2000). Sindrom Steven Johnson Adalah sindrom yang mengenai kulit, selaput lender di orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari ringan sampai berat, kelainan pada kulit berupa eritema, vesikel atau bula disertai purpura, kelainan dimukosa dan konjungtifitis.

3. Penyebab Penyebab belum diketahui dengan pasti, namun beberapa factor yang dapat dianggap sebagai penyebab adalah:

1. Alergi obat secara sistemik ( misalnya penisilin, analgetik, anti piretik ), Penisilline, Sthreptomicine, Sulfonamide, Tetrasiklin. 2. Anti piretik atau analgesic ( derifat, salisil/pirazolon, metamizol, metampiron dan paracetamol Kloepromazin, Karbamazepin, Kirin Antipiri, Tegretol. 3. Infeksi mikroorganisme ( bakteri, virus, jamur dan parasit ). 4. Neoplasma dan factor endokrin. 5. Factor fisik ( sinar matahari, radiasi, sinar-X ). 6. Makanan (coklat)

4. Patofisiologi Alergi obat-obatan, infeksi mikroorganisme, neoplasma dan faktor endokrin, faktor fisik dan makanan Masuk ke dalam tubuh Sel B dan plasma cel Antigen berikatan dengan antibodi (Ig M dan Ig G) Komplek imun Deposit pembuluh darah Mengaktifkan komplemen & degranulasi sel mast

Neutrofil tertarik kedaerah infeksi

kerusakan jaringan kapiler/ organ

Kerusakan akumulasi neutrofil

reaksi radang nociseptor

Merangsang peningkatan submukosa: lidah Gangguan menelan

Permeabilitas vaskular

Kelainan kulit

Mengirim diorbital

5. Manifestasi Klinik Sindrom ini jarang dijumpai pada usia 3 tahun kebawah. Keadaan umumnya bervariasi dari ringan sampai berat. Pada yang berat kesadarannya menurun, penderita dapat soporous sampai koma. Mulainya penyakit akut dapat disertai gejala prodromal berupa demam tinggi, malaise, nyeri kepala, batuk, pilek dan nyeri tenggorokan. Pada sindrom ini terlihat adanya trias kelainan berupa: 1. Kelainan kulit Kelainan kulit terdiri dari eritema, vesikel dan bula. Vesikel dan bula kemudian memecah sehingga terjadi erosi yang luas. Disamping itu

dapat juga terjadi purpura. Pada bentuk yang berat kelainannya generalisata. 2. Kelainan selaput lendir di orifisium Kelainan selaput lendir yang tersering ialah pada mukosa mulut (100%) kemudian disusul oleh kelainan dilubang alat genetal (50%) sedangkan dilubang hidung dan anus jarang (masing-masing 8% dan 4%). 3. Kelainan berupa vesikel dan bula yang cepat memecah sehingga menjadi erosi dan ekskoriasi dan krusta kehitaman. Juga dalam terbentuk pseudomembran. Dibibir kelainan yang sering tampak ialah krusta berwarna hitam yang tebal. 4. Kelainan dimukosa dapat juga terdapat difaring, traktus

respiratorius bagian atas dan esofagus. Stomatitis ini dapat menyebabkan penderita sukar tidak dapat menelan. Adanya pseudomembran di faring dapat menyebabkan keluhan sukar bernafas. 5. Kelainan mata konjungitivitis (radang selaput yang melapisi permukaan dalam kelopak mata dan bola mata), konjungtivitas kataralis, blefarokonjungtivitis, iritis, iridosiklitis, kelopak mata edema dan sulit dibuka, pada kasus berat terjadi erosi dan perforasi kornea yang dapat menyebabkan kebutaan. Cedera mukosa okuler merupakan faktor pencetus yang menyebabkan terjadinya ocular cicatricial pemphigoid, merupakan inflamasi kronik dari mukosa okuler yang menyebabkan kebutaan. Waktu yang diperlukan mulai onset sampai terjadinya ocular cicatricial pemphigoid bervariasi mulai dari beberapa bulan sampai 31 tahun. 6. Disamping trias kelainan tersebut dapat pula terdapat kelainan lain, misalnya: nefritis dan onikolisis.

7. Gejala prodromal berkisar antara 1-14 hari berupa demam, malaise, batuk, korizal, sakit nyeri dada, muntah, pegal otot dan atralgia yang sangat bervariasi dalam derajat berat dan kombinasi gejala tersebut.

6. Pemeriksaan diagnostik 1. Laboratorium Bila ditemukan leukositosis penyebab kemungkinan dari infeksi Bila eosinophilia penyebab kemungkinan alergi 2. Histopatologi Infiltrasi sel ononuklear di sekitar pembuluh darah dermis superficial Edema dan extravasasi sel darah merah di dermis papilar. Degenerasi hidrofik lapisan absalis sampai terbentuk vesikel subepidermal. Nekrosis sel epidermal dan kadang-kadang dianeksa Spongiosis dan edema intrasel di epidermis. 3. Imunologi Deposit IgM dan C3 di pembuluh darah dermal superficial dan pada pembuluh darah yang mengalami kerusakan. Terdapat komplek imun yang mengandung IgG, IgM, IgA secara tersendiri atau dalam kombinasi. 4. Penatalaksanaan Kedaruratan Prioritas utama pada kedaruratan kasus alergi yang berat dan penyerangannya secara sistemik kita tetap melakukan tindakan ABC ( Airway, Breathing dan Circulation ). Tindakan berikutnya adalah: Bila keadaan umum baik dan lesi tidak menyeluruh beri prednisone 30-40 mg/hari Keadaan umum buruk dan lesi menyeluruh beri kortikosteroid merupakan tindakan life saving dan gunakan

Dexamethason intravena dosis permulaan 4-6 x 5mg sehari setelah masa kritis teratasi dosis diturunkan secara cepat setiap hari diturunkan 5mg. setelah dosis mencapai tablet 5mg sehari dexamethasone injeksi diganti dengan Kortikosteroid

misalnya Prednison yang diberikan 20mg sehari dan kemudian diturunkan menjadi 10mg kemudian dihentikan dengan total lama pengobatan kira-kira 10 hari. Seminggu setelah oemberian Kortiokosteroid lakukan pemeriksaan elektrolit ( Na, Cl dan K ) bila terjadi hipokalemi diberikan KCL 3 x 500 mg/hari dan bila terjadi hopernatremia berikan diet rendah garam Berikan antibiotic yang jarang menyebabkan alergi, berspektrum luas dan bersifat bakteriosidal untuk mencegah terjadinya infeksi misalnya Gentamisin dengan dosis 2 x 80 mg. Pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit dan nutrisi sangat penting. Berikan cairan infuse Glukosa 5% dan larutan Darrow. Bila therapy dalam 2-3 hari kondisi tidak membaik berikan tranfusi darah sebanyak 300cc selam 2 hari berturut-turut. Bila perlu berikan injeksi Vitamin C 500mg atau 100mg intravena. Therapy topical untuk lesi di mulut dapat berupa Kenalog on orabase. Lesi di kulit dan erosive dapat diberikan Sofratule atau krim Sulfadiazine perak.

7. Komplikasi Sindrom steven johnson sering menimbulkan komplikasi,antara lain sebagai berikut: 1. Kehilangan cairan dan darah 2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, Shock

3. Oftalmologi ulserasi kornea, uveitis anterior, panophthalmitis, kebutaan 4. Gastroenterologi - Esophageal strictures

10

5. Genitourinaria nekrosis tubular ginjal, gagal ginjal, penile scarring, stenosis vagina 6. Pulmonari pneumonia, bronchopneumonia 7. Kutaneus timbulnya jaringan parut dan kerusakan kulit permanen, infeksi kulit sekunder. 8. Infeksi sitemik, sepsis

8.

Penatalaksanaan medis 1. Kortikosteroid Bila keadaan umum baik dan lesi tidak menyeluruh cukup diobati dengan prednisone 30-40 mg sehari. Namun bila keadaan umumnya buruk dan lesi menyeluruh harus diobati secara tepat dan cepat. Kortikosteroid merupakan tindakan file-saving dan digunakan deksametason intravena, dengan dosis permulaan 4-6 x 5 mg sehari.Umumnya masa kritis diatasi dalam beberapa hari. Pasien steven-Johnson berat harus segera dirawat dan diberikan deksametason 65 mg intravena. Setelah masa krisis teratasi, keadaan umum membaik, tidak timbul lesi baru, lesi lama mengalami involusi, dosis diturunkan secara cepat, setiap hari diturunkan 5 mg. Setelah dosis mencapai 5 mg sehari, deksametason intravena diganti dengan tablet kortikosteroid, misalnya prednisone yang diberikan keesokan harinya dengan dosis 20 mg sehari, sehari kemudian diturunkan lagi menjadi 10 mg kemudian obat tersebut dihentikan. Lama pengobatan kira-kira 10 hari.Seminggu setelah pemberian kortikosteroid dilakukan pemeriksaan elektrolit (K, Na dan Cl). Bila ada gangguan harus diatasi, misalnya bila terjadi hipokalemia diberikan KCL 3 x 500 mg/hari dan diet rendah garam bila terjadi hipermatremia. Untuk mengatasi efek katabolik dari kortikosteroid diberikan diet tinggi protein/anabolik seperti nandrolok dekanoat dan nanadrolon.

11

Fenilpropionat dosis 25-50 mg untuk dewasa (dosis untuk anak tergantung berat badan). 2. Antibiotik Untuk mencegah terjadinya infeksi misalnya bronkopneumonia yang dapat menyebabkan kematian, dapat diberi antibiotic yang jarang menyebabkan alergi, berspektrum luas dan bersifat bakteriosidal misalnya gentamisin dengan dosis 2 x 80 mg.Infus dan tranfusi darah. 3. Pengaturan keseimbangan cairan/elektrolit dan nutrisi penting karena pasien sukar atau tidak dapat menelan akibat lesi dimulut dan tenggorokan serta kesadaran dapat menurun. Untuk itu dapat diberikan infus misalnya glukosa 5 % dan larutan Darrow. Bila terapi tidak memberi perbaikan dalam 2-3 hari, maka dapat diberikan transfusi darah sebanyak 300 cc selama 2 hari berturutturut, terutama pada kasus yang disertai purpura yang luas. 4. Pada kasus dengan purpura yang luas dapat pula ditambahkan vitamin C 500 mg atau 1000 mg intravena sehari dan hemostatik. 5. Topikal: Terapi topical untuk lesi di mulut dapat berupa kenalog in orabase. Untuk lesi di kulit yang erosif dapat diberikan sufratulle atau krim sulfadiazine perak.

12

B. ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian Data a. Identitas Kaji nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan nomor register. b. Riwayat Kesehatan 1) Keluhan Utama Kaji apa alasan klien membutuhkan pelayanan kesehatan. 2) Riwayat Kesehatan Sekarang Kaji bagaimana kondisi klien saat dilakukan pengkajian. Klien dengan Steven Johnson biasanya mengeluhkan demam, malaise, kulit merah dan gatal, nyeri kepala, batuk, pilek, dan sakit tenggorokan. 3) Riwayat Kesehatan Dahulu Kaji riwayat alergi makanan klien, riwayat konsumsi obatobatan dahulu, riwayat penyakit yang sebelumnya dialami klien. 4) Riwayat Kesehatan Keluarga Kaji apakah di dalam keluarga klien, ada yang mengalami penyakit yang sama. 5) Riwayat Psikososial Kaji bagaimana hubungan klien dengan keluarganya dan interaksi sosial c. Pola Fungsional Gordon Pola persepsi kesehatan - manajemen kesehatan, pada pola ini kita mengkaji : 1) Bagaimanakah pandangan klien terhadap penyakitnya? 2) Apakah klien klien memiliki riwayat merokok, alkohol, dan konsumsi obat-obatan tertentu? 3) Bagaimakah kesehatan? pandangan klien terhadap pentingnya

13

d. Pola Nutrisi Metabolik Pada pola ini kita mengkaji : 1) Bagaimanakah pola makan dan minum klien sebelum dan selama dirawat di rumah sakit? 2) Kaji apakah klien alergi terhadap makanan tertentu? 3) Apakah klien menghabiskan makanan yang diberikan oleh rumah sakit? 4) Kaji makanan dan minuman kesukaan klien? 5) Apakah klien mengalami mual dan muntah? 6) Bagaimana dengan BB klien, apakah mengalami penurunan atau sebaliknya? Pada klien dengan Steven Johnson, biasanya mengalami penurunan nafsu makan, sariawan pada mulut, dan kesulitan menelan. e. Pola Eliminasi Pada pola ini kita mengkaji : 1) Bagaimanakah pola BAB dan BAK klien ? 2) Apakah klien menggunakan alat bantu untuk eliminasi? 3) Kaji konsistensi BAB dan BAK klien 4) Apakah klien merasakan nyeri saat BAB dan BAK? Klien dengan Steven Johnson, biasanya akan mengalami retensi urin, konstipasi, membutuhkan bantuan untuk eliminasi dari keluarga atau perawat. f. Pola aktivitas - latihan Pada pola ini kita mengkaji : 1) Bagaimanakah perubahan pola aktivitas klien ketika dirawat di rumah sakit? 2) Kaji aktivitas yang dapat dilakukan klien secara mandiri 3) Kaji tingkat ketergantungan klien
14

0 = mandiri 1 = membutuhkan alat bantu 2 = membutuhkan pengawasan 3 = membutuhkan bantuan dari orang lain 4 = ketergantungan 4) Apakah klien mengeluh mudah lelah? Klien dengan Steven Johnson biasanya tampak gelisah dan merasa lemas, sehingga sulit untuk beraktifitas. g. Pola istirahat - tidur Pada pola ini kita mengkaji : 1) Apakah klien mengalami gangguan tidur? 2) Apakah klien mengkonsumsi obat tidur/penenang? 3) Apakah klien memiliki kebiasaan tertentu sebelum tidur? Klien dengan Steven Johnson, akan mengalami kesulitan untuk tidur dan istirahat karena nyeri yang dirasakan, rasa panas dan gatal-gatal pada kulit. h. Pola kognitif persepsi Pada pola ini kita mengkaji : 1) Kaji tingkat kesadaran klien apakah mengalami perubahan? 3) Bagaimanakah kondisi kenyamanan klien? 4) Bagaimanakah fungsi kognitif dan komunikasi klien? Klien dengan Steven Johnson akan mengalami kekaburan pada penglihatannya, serta rasa nyeri dan panas di kulitnya. i. Pola persepsi diri - konsep diri Pada pola ini kita mengkaji : 1) Bagaimanakah klien memandang dirinya terhadap penyakit yang dialaminya? 2) Apakah klien mengalami perubahan citra pada diri klien? 3) Apakah klien merasa rendah diri? 2) Bagaimanakah fungsi penglihatan dan pendengaran klien,

15

Dengan keadaan kulitnya yang mengalami kemerahan, klien merasa malu dengan keadaan tersebut, dan mengalami gangguan pada citra dirinya. j. Pola peran - hubungan Pada pola ini kita mengkaji : 1) Bagaimanakah peran klien di dalam keluarganya? 2) Apakah terjadi perubahan peran dalam keluarga klien? 3) Bagaimanakah hubungan sosial klien terhadap masyarakat sekitarnya?

k.

Pola reproduksi dan seksualitas Pada pola ini kita mengkaji : 1) Bagaimanakah status reproduksi klien? 2) Apakah klien masih mengalami siklus menstrusi (jika wanita)?

l. Pola koping dan toleransi stress Pada pola ini kita mengkaji : 1) Apakah klien mengalami stress terhadap kondisinya saat ini? 2) Bagaimanakah dialaminya? 3) Apakah klien mengkonsumsi obat penenang? m. Pemeriksaan Fisik Inspeksi : Warna, suhu, kelembaban, kekeringan Palpasi : Turgor kulit, edema n. Pemeriksaan Laboratorium dan Penunjang 1) Laboratorium : leukositosis atau esosinefilia 2) Histopatologi : infiltrat sel mononuklear, oedema dan cara klien menghilangkan stress yang

ekstravasasi sel darah merah, degenerasi lapisan basalis,

16

nekrosis sel epidermal, spongiosis dan edema intrasel di epidermis. 3) Imunologi : deposis IgM dan C3 serta terdapat komplek imun yang mengandung IgG, IgM, IgA. 2. Diagnosa Keperawatan a. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi

dermal dan epidermal b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan denagan kesulitan menelan c. Gangguan rasa nyaman, nyeri berhubungan dengan inflamasi pada kulit d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik. e. Gangguan Persepsi sensori : kurang penglihatan berhubungan dengan konjungtifitis. 3. Intervensi a. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi dermal dan epidermal Tujuan Kriteria hasil utuh Intervensi : : Gangguan integritas kulit tidak terjadi : Menunjukkan kulit dan jaringan kulit yang

1) Observasi kulit setiap hari catat turgor sirkulasi dan sensori serta perubahan lainnya yang terjadi. Rasional : Menentukan garis dasar dimana perubahan pada status dapat dibandingkan dan melakukan intervensi yang tepat 2) Gunakan pakaian tipis dan alat tenun yang lembut

17

Rasional : Menurunkan iritasi garis jahitan dan tekanan dari baju, membiarkan insisi terbuka terhadap udara meningkat proses penyembuhan dan menurunkan resiko infeksi 3) Jaga kebersihan alat tenun Rasional : Untuk mencegah infeksi 4) Kolaborasi dengan tim medis Rasional : Untuk mencegah infeksi lebih lanjut.

b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan Tujuan Kriteria hasil berat badan Intervensi : : Kebutuhan nutrisi terpenuhi : Menunjukkan berat badan stabil/peningkatan

1) Kaji kebiasaan makanan yang disukai/tidak disukai Rasional : Memberikan pasien/orang terdekat rasa kontrol, meningkatkan partisipasi dalam perawatan dan dapat memperbaiki pemasukan 2) Berikan makanan dalam porsi sedikit tapi sering Rasional : Membantu mencegah distensi

gaster/ketidaknyamanan 3) Hidangkan makanan dalam keadaan hangat Rasional : Meningkatkan nafsu makan 4) Kerjasama dengan ahli gizi

18

Rasional : Kalori protein dan vitamin untuk memenuhi peningkatan kebutuhan metabolik, mempertahankan berat badan dan mendorong regenerasi jaringan.

c. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan inflamasi pada kulit Tujuan Kriteria hasil : Nyeri berkurang :

- Melaporkan nyeri berkurang - Menunjukkan ekspresi wajah/postur tubuh Intervensi: 1) Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi dan intensitasnya Rasional : Nyeri hampir selalu ada pada beberapa derajat beratnya keterlibatan jaringan 2) Berikan tindakan kenyamanan dasar. Contoh : pijatan pada area yang sakit Rasional : Meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot dan kelelahan umum 3) Pantau TTV Rasional : Suhu merupakan salah satu gejala terjadinya inflamasi. 4) Berikan analgetik sesuai indikasi Rasional: Menghilangkan rasa nyeri rileks

19

d. Gangguan

intoleransi

aktivitas

berhubungan

dengan

kelemahan fisik Tujuan Kriteria hasil aktivitas Intervensi: 1) Kaji respon individu terhadap aktivitas Rasional : Mengetahui tingkat kemampuan individu dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari. 2) Bantu klien dalam memenuhi aktivitas sehari-hari dengan tingkat keterbatasan yang dimiliki klien Rasional : Energi yang dikeluarkan lebih optimal : Gangguan intoleransi aktivitas tidak terjadi : Klien melaporkan peningkatan toleransi

3) Jelaskan pentingnya pembatasan energi Rasional : Energi penting untuk membantu proses

metabolism tubuh 4) Libatkan keluarga dalam pemenuhan aktivitas klien Rasional : Klien mendapat dukungan psikologi dari keluarga

e. Gangguan Persepsi sensori : kurang penglihatan berhubungan dengan konjungtifitis Tujuan : Gangguan persepsi sensori teratasi :

Kriteria hasil -

Kooperatif dalam tindakan Menyadari hilangnya pengelihatan secara permanen


20

Intervensi : 1) Kaji dan catat ketajaman pengelihatan Rasional : Menetukan kemampuan visual 2) Kaji deskripsi fungsional apa yang dapat dilihat/tidak. Rasional : Memberikan keakuratan terhadap pengelihatan dan perawatan. 3) Sesuaikan lingkungan dengan kemampuan pengelihatan: Rasional : Meningkatkan self care dan mengurangi

ketergantungan. 4) Orientasikan terhadap lingkungan. Rasional : Meningkatkan rangsangan pada waktu

kemampuan pengelihatan menurun.

4. Evaluasi 1. Integritas kulit dan jaringan kulit kembali utuh 2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan berat badan

stabil/peningkatan berat badan 3. Nyeri berkurang dengan menunjukkan ekspresi wajah/postur tubuh rileks 4. Peningkatan toleransi aktivitas 5. Gangguan persepsi sensori teratasi

21

BAB III PEMBAHASAN KASUS


Kasus Tn. S, 20 tahun, dirawat di Rumah Sakit A pada tanggal 1 April 2013 dengan diagnosa medis Sindrom Steven Johnson. Dengan keluhan kulit melepuh dibeberapa bagian tubuh, nyeri, gatal, demam, dan terasa lemas sejak 5 hari SMRS. Klien mengatakan kelainan kulit serupa belum pernah dialami oleh pasien maupun pada silsilah keluarga. Setelah diobservasi kelainan mata tidak ditemukan dan dijumpai papul eritema di beberapa bagian tubuh yaitu leher, ketiak dan selangkangan, kulit tampak kemerah-merahan. Kesadaran kompos mentis, skala nyeri 6, klien terlihat lemah. Tanda-tanda vital, TD 110/80 mmHg, N 72x/ menit, T 37,50C, RR 20x/ menit. Berat badan sebelum sakit 58 kg, berat badan sekarang 55 kg.

1. Pengkajian a. Identitas Klien 1) Nama 2) Usia 3) Jenis kelamin : Tn. S : 20 tahun : Laki-laki

22

4) Alamat Cakung-Jaktim 5) Masuk RS 6) Pengkajian

: Jl. Rawa Kuning Kel. Pulo Gebang, Kec.

: 1 April 2013 : 2 April 2013

7) Diagnosa medis : Sindrom Steven Johnson

b. Data Fokus Data Subjektif Klien mengeluh kulit melepuh. Klien mengeluh nyeri pada bagian kulit yang melepuh Klien panas Klien mengeluh gatal Klien mengatakan BB sebelum sakit 58 kg. Klien mengeluh lemas. mengeluh badan terasa Data Fokus Adanya papul pada bagian leher, ketiak dan selangkangan. TD 110/80 mmHg, N 72x/ menit, T 37,50C, RR 20x/ menit. BB sekarang 55 kg. Klien terlihat meringis. Klien tampak lemah. Kulit tampak kemerah-merahan Skala nyeri 6

23

24

ANALISA DATA NO 1 TANGGAL 8/03/2013 DS: Klien mengeluh nyeri pada bagian kulit yang melepuh Klien mengeluh gatal DO: Klien terlihat meringis. skala nyeri 6 TD 110/80 mmHg, N 72x/ menit, T 37,50C, RR 20x/ menit. 2 8/03/2013 DS: Klien mengeluh kulit melepuh. Klien mengeluh gatal DO: Adanya papul pada bagian leher, ketiak dan selangkangan. Gangguan integritas kulit Penulis DATA FOKUS MASALAH Gangguan Rasa Nyaman : Nyeri PARAF Penulis

25

Kulit tampak kemerah-merahan. TD 110/80 mmHg, N 72x/ menit, T 37,50C, RR 20x/ menit. 3 8/03/2013 DS: Klien mengeluh lemas Intoleransi aktivitas Penulis

DO: Klien tampak lemah.

RENCANA KEPERAWATAN

26

NO TGL 1

DIAGNOSA

TUJUAN / KRITERIA HASIL

INTERVENSI

RASIONAL

PARAF

Gangguan Rasa Nyaman : Setelah dilakukan Nyeri dengan berhubungan dengan tindakan jam Kriteria Hasil : DS: Klien mengeluh nyeri pada bagian kulit yang melepuh Klien mengeluh gatal DO: Klien terlihat meringis. skala nyeri 6 TD 110/80 mmHg, N 72x/ menit, T 37,5 C, RR 20x/ menit.
0

1. Kaji tingkat nyeri klien

1. Mengevaluasi gejala nyeri untuk pemberian intervensi selanjutnya

inflamasi pada kulit keperawatan 3x24 2. Kaji respon verbal dan non verbal klien terhadap nyeri

ditandai dengan:

2. Ketidaksesuaian antara petunjuk verbal dan non verbal dapat memberikan informasi tentang derajat nyeri dan keefektifan intervensi

Klien mengatakan rasa nyeri berkurang (1-3) atau hilang Ekspresi wajah klien tampak rileks TTV batas Normal: Suhu : 36-370 C

3. Atur posisi tidur klien senyaman mungkin

3. Memberi rasa nyaman pada klien

27

Nadi : 60-80x/menit RR : 16-24X/menit TD : 100/80-120/90 mmHg

4. Anjurkan klien menggunakan teknik relaksasi 5. Berikan kompres hangat pada luka bengkak

4. Menurunkan tingkat nyeri

5. Pemanasan lokal dapat memberikan proses vasodilatasi pada luka 6. Menghambat sinyalsinyal nyeri dan menurunkan nyeri garis dimana pada dapat dan

6. Kolaborasi dalam pemberian 2 Gangguan berhubungan inflamasi dengan: DS: dermal integritas kulit Tujuan : dengan ditandai Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam 1.

klien analgetik Observasi kulit 1. menentukan setiap hari catat turgor sirkulasi dan sensori serta perubahan lainnya yang dasar perubahan status dibandingkan

melakukan intervensi

28

Klien melepuh.

mengeluh

kulit Kriteria hasil : Klien mengatakan gatal berkurang Warna kemerahan pada kulit berkurang Papul pada bagian leher, ketiak dan selangkangan hilang TTV normal : - TD 120/80 mmHg - N = 90 x/menit - T = 37oC - RR = 20 x/menit

terjadi. 2. Gunakan pakaian tipis tenun lembut dan alat yang

yang tepat 2. menurunkan garis tekanan terbuka udara dan jahitan dari iritasi dan baju, insisi terhadap meningkat menurunkan

Klien mengeluh gatal DO: Adanya papul pada bagian leher, Kulit ketiak tampak dan kemerahselangkangan. merahan TD 110/80 mmHg, N 72x/ menit, T 37,50C, RR 20x/ menit.

membiarkan

proses penyembuhan resiko infeksi 3. Jaga kebersihan alat tenun 4. Kolaborasi dengan medis tim 3. untuk infeksi 4. untuk mencegah mencegah

infeksi lebih lanjut

29

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai dengan: DS: Klien mengeluh lemas. DO: Klien tampak lemah.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam klien intoleransi aktivitas klien teratasi

1. Kaji respon individu terhadap aktivitas 2. Bantu klien dalam memenuhi aktivitas seharihari dengan tingkat keterbatasan

1. Mengetahui tingkat kemampuan individu dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari. 2. energi yang dikeluarkan lebih optimal 3. energi penting untuk membantu proses metabolisme tubuh 4. klien mendapat dukungan psikologi dari keluarga

Kriteria hasil : Klien mengatakan lemas berkurang Klien mampu menggerakkan anggota badannya

yang dimiliki klien 3. Jelaskan pentingnya pembatasan energy 4. Libatkan keluarga dalam pemenuhan

30

aktivitas klien

CATATAN KEPERAWATAN TANGGAL PUKUL NO.DX CATATAN KEPERAWATAN NAMA

01 APRIL 2013

08.00 08.10 08.30 09.00

Dx 1 ,2 Dx 2 Dx 1 Dx 3

1. Mengkaji KU klien 2. mengganti alat tenun klien. 3. Memberi posisi yang nyaman pada klien. 4. mengkaji tingkat aktifitas klien dan mendekatkan barangbarang yang diperlukan

Penulis

Penulis

10.00

Dx 1

klien. 5. Mengajarkan teknik relaksasi (nafas dalam dan masase) untuk Penulis

31

11.00

Dx 1,2,3

meringankan nyeri 6. Mengukur tanda-tanda vital Hasil : 110/80 mmhg, nadi 80x/menit, suhu 370 c, rr 16x/menit.

12.00

Dx 1

7. Kolaborasi pemberian analgesic. C/ asam mefenamat. 8. melibatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan klien serta aktivitas klien. 1. Mengkaji KU klien 2. Mengkaji tingkat nyeri klien. 3. Memberi posisi yang nyaman pada klien. 4. Mengkaji tingkat

12.30

Dx 3

02 April 2013

08.00 08.05 08.30

Dx 1,2,3 Dx 1 Dx 1

32

09.00

Dx 3

aktifitas klien. 5. Mengajarkan teknik relaksasi (nafas dalam dan masase) untuk meringankan nyeri 6. Mengukur tanda-tanda vital Hasil : 110/80 mmhg, nadi 80x/menit, suhu 370 c, rr 16x/menit. 7. Kolaborasi pemberian

09.15

Dx 1

11.00

Dx 1,2,3

12.00

Dx 1

analgesic. C/ asam mefenamat. 8. Menjelaskan pada klien untuk membatasi aktivitas 1. Mengkaji KU klien 2. Mengkaji tingkat nyeri klien.

12.30

Dx 3

03 April 2013

08.00 08.05

Dx 1,2,3 Dx 1

33

08.30 09.00

Dx 1 Dx 3

3. Memberi posisi yang nyaman pada klien. 4. Mengkaji tingkat aktifitas klien. 5. Mengajarkan teknik relaksasi (nafas dalam dan masase) untuk meringankan nyeri 6. Mengukur tanda-tanda

09.15

Dx 1

11.00

Dx 1,2,3

vital Hasil : 110/80 mmhg, nadi 80x/menit, suhu 370 c, rr 16x/menit.

12.00

Dx 1

7. Kolaborasi pemberian analgesic. C/ asam mefenamat.

12.30

Dx 3

8. Menjelaskan pada klien untuk membatasi

34

aktivitas

CATATAN PERKEMBANGAN TANGGAL NO.DX SOAP NAMA Penulis

01 APRIL 2013

DX 1

S : klien mengatakan nyeri berkurang. O : skala nyeri 4 A : masalah teratasi P : Intervensi dihentikan

02 april 2013

Dx 2

S :melepuh

klien mengeluh kulit

Penulis

- klien mengeluh kulit gatal O :- intregasi kulit sedang - tidak ada luka

35

A :masalah teratasi sebagian P :intervensi dipertahankan


Penulis

S : -klien mengatakan badannya 03 april 2013 Dx 3 O masih lemas :klien tampak mencoba aktivitasnya

melakukan secara mandiri

A :masalah teratasi sebagian

P : intervensi dilanjutkan

36

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan Sindrom Steven Johnson Adalah sindrom yang mengenai kulit, selaput lender di orifisium dan mata dengan keadaan umum berfariasi dari ringan sampai berat kelainan pada kulit berupa eritema vesikel / bula, dapat disertai purpura. ( Djuanda, 2000). Penyebab belum diketahui dengan pasti, namun beberapa factor yang dapat dianggap sebagai penyebab antara lain alergi obat, infeksi, makanan, neoplasma, dan factor fisik. Sindrom ini jarang dijumpai pada usia 3 tahun kebawah. Pada sindrom ini terlihat adanya trias kelainan berupa: Kelainan kulit, Kelainan selaput lendir di orifisium, Kelainan berupa vesikel dan bula, Kelainan dimukosa, Kelainan mata. Disamping trias kelainan tersebut dapat pula terdapat kelainan lain, misalnya: nefritis dan onikolisis. Asuhan keperawatan yang dapat dilakukan pada klien dengan Glaukoma terdiri dari: pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

B. Saran Untuk mahasiswa sebaiknya memperdalam ilmu dalam perawatan pasien stroke agar dapat membantu klien untuk mencapai kesembuhan dan pengobatan. Untuk mahasiswa bisa lebih paham tentang pengertian,

pencegahan, pengobatan serta cara-cara untuk memberikan pendidikan kesehatan terhadap pasien.

37

Untuk institusi pendidikan diharapkan dapat melengkapi atau menambah buku-buku yang berkaitan dengan bidang keilmuan keperawatan seperti buku keperawatan medikal bedah, asuhan keperawatan, kamus kedokteran dan lain-lain sebagai literatur dalam menambah ilmu bagi mahasiswa. DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth. J. (2001). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC Djuanda, Adi. 2000. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin Edisi 3 . Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Doenges. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC Hamzah, Mochtar. (2005). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 4 . Jakarta : Balai Penerbit FKUI Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3, jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius Price dan Wilson. (1991). Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit. Edisi 2. Jakarta: EGC Syaifuddin. (2002). Anatomi Fisiologi Manusia Untuk Keperawatan . Jakarta : Salemba Medika Tim Penyusun. (1982). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2 . Jakarta : Media Aesculapius Tim Penyusun. (2000). Kapita Selekta Kedokteran 2. Jakarta : Media Aesculapius. http://childrenallergyclinic.wordpress.com/2009/05/16/sindrom-stevenjohnson/, diakses pada tanggal 1 April 2013

38

39

Anda mungkin juga menyukai