BAB I PENDAHULUAN
keterpaduan, keserasian, keselarasan, dan keseimbangan, keberlanjutan, keberdayagunaan dan keberhasilgunaan, keterbukaan, kebersamaan dan kemitraan, perlindungan kepentingan umum, kepastian hukum dan keadilan, serta akuntabilitas. Asas tersebut dilaksanakan untuk mewujudkan keharmonisan antara lingkungan alam dan buatan, keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia, serta perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang, sesuai dengan tujuan penyelenggaraan penataan ruang, yaitu mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan ketahanan nasional. Untuk itu, dalam rangka menyelaraskan dan menjabarkan strategi dan arahan kebijakan penyelenggaraan penataan ruang nasional di wilayah Kabupaten, diperlukan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten yang mengakomodir kepentingan nasional, regional dan lokal dalam satu kesatuan penataan ruang. Ruang wilayah Kabupaten Indramayu adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, ruang udara dan ruang dalam bumi, sebagai tempat masyarakat Kabupaten Indramayu melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya, serta merupakan suatu sumber daya yang harus ditingkatkan upaya pengelolaannya secara bijaksana. RTRW Kabupaten Indramayu secara keruangan harus mencerminkan bagian dari keruangan lingkup Provinsi Jawa Barat. Disamping itu juga harus dapat menjadi matra ruang yang tegas dan jelas bagi pembangunan daerah yaitu dapat menjadi pedoman dalam penyelenggaraan penataan ruang, serta untuk menjaga kegiatan pembangunan agar tetap sesuai dengan kaidah-kaidah pembangunan berkelanjutan. Sebagai matra spasial pembangunan, maka RTRW Kabupaten Indramayu disusun berdasarkan pencermatan terhadap kepentingan-kepentingan jangka panjang, serta dengan memperhatikan dinamika yang terjadi, baik dalam lingkup eksternal maupun internal. Secara hirarkis RTRW akan mengacu pada RTRW Provinsi dan RTRW Nasional, hal tersebut telah diatur dalam peraturan dan perundangan yang ada. Dengan demikian bila
I-1
pantai.
Wilayah udara. Wilayah dalam bumi.
Batas koordinat Kabupaten Indramayu berada pada posisi 107 0 51 1080 32 BT dan 060 13 060 40 LS, dengan batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara Sebelah Selatan : Laut Jawa : Kabupaten Majalengka, Sumedang dan Cirebon
I-3
Sebelah Timur
Wilayah adminitrasi Kabupaten Indramayu dapat dilihat dari Gambar 1.1. 1.3.2 Lingkup Substansi Lingkup subtansi RTRW Kabupaten Indramayu Tahun 2011-2031 tidak terlepas dari muatan substansi yang diatur dalam peraturan perundangan yang mengatur tentang penataan ruang. Lingkup substansi mencakup penjelasan kondisi dan permasalahan penataan ruang, kondisi dan tuntutan penataan ruang 20 (duapuluh) tahun ke depan, tujuan penataan ruang, kebijakan dan strategi penataan ruang, rencana tata ruang wilayah, arahan pemanfaatan ruang, arahan pengendalian pemanfaatan ruang, serta kelembagaan dan peran serta masyarakat. 1.4 DASAR HUKUM RTRW Kabupaten Indramayu mengacu pada dasar hukum meliputi : 1. 2. Pasal 18 ayat (6) Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan mengubah Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerahdaerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Barat (Lembaran Negera Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851). 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043). 4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274). 5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419).
I-4
I-5
I-6
I-8
I-9
Persebaran penduduk berdasarkan kepadatan telah mencapai angka sebesar 834 jiwa per km2. Kecamatan Karangampel yaitu sebesar 2.201 jiwa/ Km2, sedangkan yang terendah adalah Kecamatan Cantigi 266 jiwa/ Km2. Konsentrasi sebaran jumlah penduduk terpusat pada kecamatan-kecamatan bagian utara Kabupaten Indramayu, terutama kecamatan yang dilalui oleh jalur Pantura Pulau Jawa. Terjadinya kesenjangan penyebaran penduduk secara geografis dimungkinkan berkaitan erat dengan faktor daya tarik wilayah, terutama dengan aspek ekonomi serta ketersediaan prasarana permukiman yang ada. Sebaran kepadatan penduduk per kecamatan di Kabupaten Indramayu dapat dilihat pada Tabel 1.2 dan Gambar 1.2. Tabel 1.2 Sebaran Kepadatan Penduduk Per Kecamatan Tahun 2009 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 KECAMATAN Haurgeulis Gantar Kroya Gabuswetan Cikedung Terisi Lelea Bangodua Tukdana Widasari Kertasemaya Sukagumiwang Krangkeng Karangampel Kedokanbunder Juntinyuat Sliyeg Jatibarang Balongan Indramayu JUMLAH PENDUDUK PER Km2 1.511 326 553 610 313 458 885 694 1.165 917 1.338 943 1.131 2.201 1.397 1.661 1.087 1.644 1.056 1.641
I-13
21 Sindang 22 Cantigi 23 Pasekan 24 Lohbener 25 Arahan 26 Losarang 27 Kandanghaur 28 Bongas 29 Anjatan 30 Sukra 31 Patrol Sumber : Hasil Analisis Tahun 2010
Ditinjau dari perpindahan penduduk (migrasi), antara yang keluar ke Indramayu dengan yang masuk Indramayu pada tahun 2009 terdapat selisih sejumlah 910 orang. Adapun banyaknya jumlah yang keluar Indramayu mengindikasikan minimnya peluang kerja di daerah, sehingga banyak penduduk yang keluar untuk mencari pekerjaan terutama ke sentra-sentra industri kawasan bodebek, DKI Jakarta, Bandung dan daerah lainnya. Laju pertumbuhan penduduk (LPP) rata-rata Kabupaten Indramayu selama periode 2009-2010 sebesar 0,70%. Perubahan laju pertumbuhan penduduk secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi struktur penduduk, dalam kondisi ketenagakerjaan, komposisi penduduk usia kerja dan angkatan kerja. Dalam ketenagakerjaan, besar kecilnya kontribusi angkatan kerja dalam perekonomian dapat dipantau melalui suatu indikator, yaitu Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Semakin tinggi TPAK semakin besar bagian dari penduduk usia kerja yang sesungguhnya terlibat, atau berusaha untuk terlibat, dalam kegiatan produktif yaitu memproduksi barang dan jasa, dalam kurun waktu tertentu. Pada tahun 2010 di Kabupaten Indramayu terdapat sebanyak 1.758.682 orang dan angkatan kerja sebanyak 988.641 orang dengan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) sebesar 65,21 %. Kualitas penduduk juga diukur menggunakan komponen-komponen target dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM), yaitu Indeks Pendidikan melalui nilai Rata-rata Lama Sekolah (RLS) dan Angka Melek Huruf (AMH), serta Indeks Kesehatan melalui nilai Angka Harapan Hidup (AHH). Realisasi IPM Kabupaten Indramayu tahun 2006-2010 dapat dilihat pada Tabel 1.3.
I-14
I-15
Secara umum, indeks IPM Kabupaten Indramayu masih relatif rendah jika dibandingkan dengan Kabupaten/Kota lain di Jawa Barat, sehingga perlu penanganan yang sangat serius untuk ketiga indikator IPM tersebut. Masalah pendidikan, kesehatan, kemiskinan dan pengangguran sangat memerlukan penanganan yang serius, selain itu pengendalian penduduk secara terintegrasi juga perlu dilakukan mengingat masalah kependudukan berkonsekuensi terhadap penataan ruang di Kabupaten Indramay, khususnya terhadap guna lahan, kondisi iklim, ketahanan pangan, kesempatan kerja, kecukupan energi dan air baku. 1.5.2 Ekonomi PDRB Kabupaten Indramayu selama periode 2007-2010, baik yang dihitung atas dasar harga berlaku maupun yang dihitung atas dasar harga konstan 2000, terus menunjukkan peningkatan. Pada Tahun 2007, nilai PDRB Kabupaten Indramayu atas dasar harga berlaku dengan minyak dan gas bumi mencapai Rp. 34.541.953,08 juta; kemudian tahun 2008 Rp. 41.528.321,49 juta; Tahun 2009 mengalami sedikit penurunan akibat dari pengaruh deflasi harga menjadi Rp.40.525.614.19 juta; dan Tahun 2010 mengalami kenaikan akibat dari pengaruh inflasi harga menjadi Rp. 45.366.415,52 juta. PDRB Kabupaten Indramayu selama periode 2007-2010 dapat di lihat pada Tabel 1.4.
I-16
2010
**)
41.528.321,49 40.525.614,19
45.366.415,52
PDRB Kabupaten Indramayu Dengan Migas Atas Dasar Harga Konstan 12.956.044,05 2000 (juta rupiah) PDRB Kabupaten Indramayu Tanpa Migas Atas Dasar Harga Berlaku (juta rupiah) PDRB Kabupaten Indramayu Tanpa Migas Atas Dasar Harga Konstan 2000 (juta rupiah) Peranan Migas terhadap PDRB Kabupaten Indramayu Atas Dasar Harga Berlaku (persen)
Catatan : *) Angka perbaikan **) Angka sangat sementara
13.545.865,90
13.741.502,18 15.196.214,53
12.492.761,85
14.188.348,64
16.569.381,45 19.575.777,44
6.477.712,80
6.584.973,29
7.005.343,47
7.811.410,06
63,83
65,83
59,11
56,85
Jika unsur minyak dan gas bumi ini dikeluarkan, maka nilai PDRB atas dasar harga berlaku yang tercapai hanya sebesar Rp. 12.492.761,85 juta (2007); Rp. 14.188.348,64 juta (2008); Rp.16.569.381,45 juta (2009); dan Rp. 19.575.777,44 juta (2010), perbandingan nilai tersebut memperlihatkan bahwa lebih dari 56 persen nilai PDRB Kabupaten Indramayu adalah berasal dari kegiatan ekonomi yang terkait dengan unsur minyak dan gas bumi. Sampai Tahun 2007 lalu, peranan minyak dan gas bumi dalam perekonomian di wilayah Kabupaten Indramayu adalah sebesar 63,83 persen, kemudian meningkat menjadi 65,83 persen pada Tahun 2008. Pada Tahun 2009, mengalami penurunan menjadi sebesar 59,11 persen, hal ini disebabkan adanya penurunan produksi Migas khususnya di UP VI Balongan dan menurun kembali menjadi 56,85 persen pada Tahun 2010. Kelompok
sektor
primer
meliputi
kegiatan
di
sektor
pertanian
dan
pertambangan/penggalian. Kemudian untuk kelompok sektor sekunder, aktivitas ekonominya meliputi kegiatan di sektor industri pengolahan; listrik, gas dan air serta kegiatan di sektor konstruksi/bangunan. Sedangkan kelompok ketiga yaitu kelompok tersier, meliputi kegiatan ekonomi pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran; Angkutan dan Komunikasi; dan sektor Perbankan dan jasa-jasa baik jasa perusahaan, perorangan, pemerintahan, dan swasta. Sementara itu, berdasarkan pengelompokan kegiatan sektoral, pada Tahun 2007, PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dengan Migas menunjukkan bahwa peranan kelompok
I-17
Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Dengan Migas 1. Primer 2. Sekunder 3. Tersier 13.328.256,60 (38,59) 14.510.842,90 (42,01) 6.702.853,58 (19,40) PDRB ADHB MIGAS 34.541.953,08 14.366.476,17 (34,59) 19.229.945,84 (46,31) 7.931.899,48 (19,10) 41.528.321,49 15.446.931,19 (38,12) 16.011.980,38 (39,51) 9.066.702,62 (22,37) 40.525.614,19 18.712.996,63 (41,25) 16.574.531,29 (36,53) 10.078.887,60 (22,22) 45.366.415,52
1. 2.
Catatan : *) Angka perbaikan **) Angka sangat sementara Angka dalam kurung ( ) merupakan distribusi persentase kelompok sektor terhadap PDRB
I-18
material ) menjadi barang setengah jadi atau barang jadi dan kelompok sektor jasa -jasa
(services ). Distribusi persentase kelompok sektor ditinjau dari sisi dengan migas memperlihatkan bahwa pada Tahun 2010, kelompok sektor yang paling berperan adalah kelompok sektor primer dengan 41,25 persen, disusul kemudian kelompok sektor sekunder 36,53 persen, dan kelompok sektor tersier sebesar 22,22 persen. Sedangkan apabila ditinjau dari sisi tanpa migas terlihat bahwa pada Tahun 2010, kelompok sektor yang paling berperan adalah kelompok sektor tersier dengan 51,49 persen, disusul kemudian kelompok sektor primer 41,61 persen. Sementara itu, pergerakan ekonomi Kabupaten Indramayu selama periode Tahun 2007-2010, nampak bahwa PDRB atas dasar harga konstan 2000 tanpa migas mengalami peningkatan laju pertumbuhan yang cukup tinggi pada Tahun 2010 besarannya cukup signifikan. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Indramayu (tanpa migas) pada Tahun 2007 mencapai 5,62 persen. Sementara pada Tahun 2008, laju pertumbuhannya tertekan
I-19
I-20
a. b.
Pertanian Pertambangan & Penggalian 2. Sekunder 3. Tersier Produk Domestik Regional Bruto Tanpa Migas
1.5.3 Penggunaan Lahan Penggunaan lahan Kabupaten Indramayu didominasi oleh sawah irigasi dan sawah tadah hujan dengan seluas 146.115 Ha setara dengan 69,59 % dari luas Kabupaten Indramayu. Sedangkan kawasan terbangun (permukiman) dengan luas keseluruhan mencapai 18.520 Ha sekitar 8,82 % dari luas Kabupaten Indramayu. Untuk lebih jelas mengenai data dan peta penggunaan lahan di Kabupaten Indramayu tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 1.7 dan Gambar 1.3.
I-21
I-22
I-23
Haurgeulis 1.518 Gantar 0 Kroya 827 Gabuswetan 39 Cikedung 1.548 Terisi 0 Lelea 373 Bangodua 563 Tukdana 0 Widasari 338 Kertasemaya 745 Sukagumiwang 0 Krangkeng 0 Karangampel 0 Kedokanbunder 0 Juntinyuat 747 Sliyeg 639 Jatibarang 242 Balongan 825 Indramayu 0 Sindang 0 Cantigi 0 Pasekan 0 Lohbener 0 Arahan 0 Losarang 239 Kandanghaur 300 Bongas 741 Anjatan 671 Sukra 0 Patrol 0 Jumlah 10.355 Sumber : BPS, Indramayu Dalam Angka Tahun 2009
B. Alih Fungsi Lahan Hutan Berdasarkan penetapan kawasan hutan di Kabupaten Indramayu oleh Kementerian Kehutanan, ditetapkan bahwa kawasan hutan di Kabupaten Indramayu adalah seluas 40.027 Ha dengan perincian 8.023 Ha hutan lindung dan 32.004 Ha sebagai hutan produksi. Peta penunjukkan kawasan hutan dapat dilihat pada Gambar 1.4. Berdasarkan data penggunaan lahan, terlihat bahwa terjadi alih fungsi lahan hutan yang cukup besar, baik pada kawasan hutan produksi maupun hutan lindung. Pada kawasan hutan lindung yang berupa tegakan hutan bakau, banyak beralih fungsi menjadi tambak
I-24
I-25
I-26
I-28
Lelea
Semua desa
8 9
Bangodua Tukdana
10
Widasari
Semua desa
11
Kertasemaya
D.Tulungagung D.Tenajar Kidul D.Kertasemaya D.Kliwed D.Tenajar D.Tenajar Lor Semua desa Semua desa Semua desa Semua desa Semua desa Semua desa Semua desa Semua desa Semua desa Semua desa Semua desa
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Sukagumiwang Krangkeng Karangampel Kedokanbunder Juntinyuat Sliyeg Jatibarang Balongan Indramayu Sindang Cantigi
Semua desa
Semua desa Semua desa Semua desa Semua desa Semua desa Semua desa Semua desa Semua desa Semua desa Semua desa Semua desa
I-30
29
Anjatan
Semua desa
30 31
Sukra Patrol
Berdasarkan hasil survey lapangan, jumlah menara telekomunikasi eksisting wilayah Kabupaten Indramayu yang dicatat berdasarkan penggunaan menara bersama, dapat dilihat pada tabel 1.10. Tabel 1.10 Menara Telekomunikasi Eksisting Kabupaten Indramayu Menara Eksisting No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 KECAMATAN Haurgeulis Kroya Gabus wetan Cikedung Lelea Bangodua Widasari Kertasemaya Krangkeng Karangampel Juntinyuat Sliyeg Jatibarang Balongan Indramayu Multi Operator 4 4 3 1 4 4 3 3 6 6 7 3 4 4 8 Single Operator 7 12 8 2 5 3 3 2 1 7 12 7 12 3 21 Non Operator 0 2 0 0 1 0 0 0 0 2 1 2 0 2 1 Grand Total 11 18 11 3 10 7 6 5 7 15 20 12 16 9 30
I-31
Di Kabupaten Indramayu terdapat total 333 unit menara telekomunikasi seluler. Dimana yang berdiri dan telah digunakan sebagai menara telekomunikasi bersama mencapai 34,53 % (masih dibawah 50%). Dari hasil ini maka sangat dibutuhkan suatu pengendalian pembangunan menara, artinya bahwa penyelenggara Telekomunikasi diharuskan untuk memanfaatkan dan mengoptimalkan menara (single operator) yang sudah ada terlebih dahulu sejumlah 199 unit Menara. Menara telekomunikasi eksisting per operator di wilayah Kabupaten Indramayu dapat dilihat pada tabel 1.11. Tabel 1.11 Menara Telekomunikasi Eksisting per Operator Wilayah Kabupaten Indramayu
TOWER EKSISTING Single Non Operator Operator 44 1 51.20% 41 1.20% 0
NO 1 2
TOTAL 86 56
I-32
TOTAL
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
PT. Telkomsel,Tbk PT. Natrindo Telepon Seluler PT. Hutchison CP.Tel PT. Telkom Indonesia PT. Mobile 8 PT. Bakrie Telecom UNKNOWN PT. Polda Indramayu PT. Dian Swastika .S PT. Deltacomsel PT. Konsorsium Telecomindo Approtech Mikro Cell PT. Mitratel PT. Mobile Selular Indonesia PT. Indoprima Mikroselindo PT. Bukaka Polsek Patrol PT. Protelindo PT. PERTAMINA Radio Cinde Radio MG FM
87 18 16 7 1 3 3 1 8 1 1 1 1 1 2 1 1 9 4 1 1
I-33
TOTAL
24 25 26 27 28 29 30 31 32
PT. Satelindo Stasiun DAOP 3 Cirebon PT. Sarana Inti Persada PT. SmartFren PT. Tower Bersama Combat,TBTS,new site PT. Tritunggal Putra Perkasa Tower Radio PT. Nurama Indotama TOTAL
1 1 2 2 8 1 5 1 2 333 100%
Sumber : Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Indramayu Tahun 2010
Sedangkan jumlah keseluruhan BTS yang terdapat di Kabupaten Indramayu yang dimiliki oleh setiap operator (penyelenggara telekomunikasi) termasuk yang menempel sebagai ko-lokasi, yang tersebar di 333 unit menara telekomunikasi eksisting, adalah sejumlah 251 BTS, dimana secara detail dapat dituangkan seperti Tabel 1.12 di bawah ini. Tabel 1.12 Distribusi Jumlah BTS Wilayah Kabupaten Indramayu
Operator Pengguna ISAT TSEL ESIA NTS STI M8 XL KECAMATAN Jumlah 15 21 15 4 13 12 10
I-34
SMART
1 2 3 4 5 6 7
4 8 2 2 1 3 3
1 2 3 0 4 2 3
2 1 0 0 1 0 0
2 5 5 1 3 2 2
3 3 2 1 2 3 2
1 2 1 0 1 0 0
0 0 0 0 0 0 0
1 0 0 0 1 1 0
1 0 0 0 0 1 0
0 0 0 0 0 0 0
UKWN 0 0 2 0 0 0 0
FLEXI
HCPT
N O
Grand Total
PROSENTASE ( % )
Sumber : Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Indramayu Tahun 2010
1.5.5 Sumberdaya Alam, Lingkungan Hidup & Kelautan A. Pertambangan Kabupaten Indramayu memiliki potensi bahan galian (mineral) yang beraneka ragam dan tersebar di setiap kecamatan. Bahan galian meliputi bahan galian mineral bukan logam dan batuan. Bahan galian mineral bukan logam yang ada di Kabupaten Indramayu adalah tanah liat (clay). Sedangkan bahan galian batuan antara lain sirtu dan pasir urug. Selain itu, Kabupaten Indramayu memilki potensi pertambangan gas dan minyak bumi yang berada di wilayah daratan (on shore) maupun di wilayah perairan (off shore). Adapun bahan hasil produksi pertambangan minyak dan gas bumi yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 1.13. Tabel 1.13 Hasil Produksi Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
Jenis Minyak Bakar Gas Alam Jumlah Produksi 2.101.310 35.643.190 Barel MMBTU
B. Air Permukaan Air permukaan di Kabupaten Indramayu berasal dari sungai dan air genangan, yaitu Sungai Cimanuk, Cipunegara, Cipanas, Cibelerang, Cipondoh, Cilalanang dan lainlain serta dari Waduk Cipancuh, Waduk Bojongsari, Situ Brahim, Situ Jangkar, Situ Sindang, Situ Bolang, lainnya. Kuantitas dan kualitas sumberdaya air di Kabupaten Indramayu tergolong buruk dan dinyatakan tidak layak untuk bahan baku air minum, karena telah terkontaminasi bakteri coli melampaui baku mutu air minum, yaitu lebih dari 2000/100ml. Hal ini diperparah, karena kondisi DAS di hulunya sudah mengalami kerusakan yang cukup parah. Dengan kondisi bahan baku air minum yang buruk, penggunaan air permukaan untuk air bersih membutuhkan perlakuan (treatment), yang berdampak terhadap tingginya biaya produksi untuk penyediaan air bersih. C. Air Tanah Potensi air tanah di Kabupaten Indramayu yaitu berupa cekungan air tanah Subang, Indramayu, dan cekungan air tanah Sumber-Cirebon dan ketiga cekungan tersebut merupakan cekungan lintas Kabupaten/Kota. Meskipun memilki potensi air tanah, namun perlu ada pengendalian terhadap penggunaannya secara sinergis melalui strategi kebijakan pengelolaan air tanah yang utuh menyeluruh dan dilaksanakan secara terkoordinasi untuk menjaga keseimbangan antara pengambilan dan kemampuan pengimbuhannya. Wilayah Cekungan Air Tanah di wilayah Kabupaten Indramayu dapat dilihat pada Gambar 1.5. Situ Kesambi dan Bendung Rentang, Bendung Salamdarma, Bendung Sumurwatu, Bendung HBM, Bendung Cibelerang dan bendung -bendung kecil
I-36
I-37
I-38
marina) yang banyak tumbuh di pantai, saluran air dan pematang tambak. Sedangkan
tegakan jenis Rizhopora micronata banyak dijumpai de bagian tengah areal tambak. Dibeberapa lokasi di pesisir Indramayu terutama pada lokasi sekitar pelabuhan (jetty) berpasir landai, dijumpai vegetasi pantai seperti kangkungan ( Ipomea pescaprae), putrid malu (Mimosa sp), saliara (Lantana camara) alang-alang, cermut dan tumbuhan menjalar lainnya. Keanekaragaman Fauna Secara umum dunia fauna dapat dikelompokkan ke dalam kelompok: serangga, pisces, amfibi, reptil, aves dan mamalia. Jenis fauna dari kelompok-kelompok tersebut ada yang langsung berhubungan dengan kepentingan manusia yaitu bisa bermanfaat bagi manusia, bersifat hama, disukai untuk dipelihara atau dikonsumsi dan juga fauna dengan status khusus seperti fauna endemik (hanya ditemui di suatu daerah tertentu), langka/hampir punah dan punah. Di kawasan pesisir Kabupaten Indramayu yang merupakan lahan basah ( mud flat), hewan terrestrial yang menonjol adalah hewan liar dari kelompok burung. Menurut Syahminan, dkk (2001), di kawasan pesisir Indramayu terdapat 45 jenis burung dari 30 famili, dimana 11 jenis burung di pesisir tersebut diantaranya merupakan jenis burung yang dilindungi yaitu Egretta intermedia, Mycteria cinerea, Acciptiter soloensis, Numenius arquata,
N.Phaepus, Chlidonias hybridus, C. Leucopterus, Sterna albrifrons, Halcycon chloris, H. Sanctus dan Alcedo caerulescens.
Kelompok ikan, hingga saat ini diketahui ada 132 jenis ikan air tawar yang tercatat di region Jawa dan Bali, 13 jenis diantaranya adalah jenis endemik. Adapun untuk jenis ikan yang berada di kawasan pesisir diantaranya adalah ikan sembilang, bloso, betook, blanak, ikan buntal, cray fish, dan ikan lain dari kelompok artropoda. Selain itu pada kawasan pesisir terutama pada daerah pantai berpasir juga banyak terdapat biota pesisir lain diantaranya kepiting kecil, kerang-kerangan, remis dan lain sebagainya. Kelompok amfibi dan reptil semakin langka, karena habitat yang tersedia semakin berkurang dan belum satupun dari jenis kelompok ini yang sudah bisa didomestikasi dan dibudidaya. Kelangkaan beberapa spesies kelompok ini terjadi sebagai akibat perburuan oleh manusia untuk dikonsumsi dan dipelihara antara lain seperti katak sawah, katak catang, beberapa jenis ular, biawak, bunglon dan lain- lain. Di Jawa dan Bali tercatat setidaknya 142
I-41
I-42
I-43
IV
15
I-44
IX
I-45
global warming yang ternyata sangat menentukan ketahanan hidup suatu bangsa, termasuk
mengenai daya dukung lingkungan baik udara, laut, daratan, dan air, yang mempengaruhi iklim setempat dan dunia. Isu lainnya meliputi perkembangan penduduk yang walaupun lajunya dapat ditekan namun secara jumlah tetap meningkat cukup tajam dan diperkirakan pada tahun 2031 akan mencapai jumlah 2,021 juta jiwa. Dampaknya antara lain akan terjadi kecenderungan alih fungsi lahan yang menuju kepada penurunan daya dukung lingkungan. Sehingga, perlu dilakukan optimalisasi penggunaan lahan agar daya dukung lahan, udara, air dan ketersediaan pangan tetap dapat terjaga.
I-46
I-47
I-48
Hirarki II
Kota Jatibarang
Hirarki III
Kota Karangampel
Kota Kandanghaur
Kota Haurgeulis
Hirarki IV
Kota Balongan
Kota Sindang
Kota Sliyeg
Kota Kertasemaya
Kota Widasari
Kota Lohbener
Kota Bangodua
Kota Lelea
Kota Juntinyuat
Kota Krangkeng
Kota Cikedung
Kota Kroya
Kota Losarang
Kota Gabuswetan
Kota Bongas
Kota Sukra
Kota Anjatan
Di samping hirarki kota-kota, Kabupaten Indramayu telah menetapkan dalam rencana strukturnya sistem perwilayahan, yang terdiri dari: SWPP I Indramayu, meliputi Kecamatan Indramayu, Lohbener, Sindang, Balongan, PWK Arahan, PWK Cantigi Wetan dengan pusatnya Indramayu. SWPP II Karangampel, meliputi Kecamatan Karangampel, Juntinyuat, dan Krangkeng dengan pusatnya Kota Karangampel. SWPP III Jatibarang, meliputi Kecamatan Jatibarang, Widasari, Bangodua, Sliyeg dan Kertasemaya dengan pusatnya Kota Jatibarang. SWPP IV Losarang, meliputi Kecamatan Losarang, Cikedung, dan Lelea dengan pusatnya di Kota Losarang. SWPP V Kandanghaur, meliputi Kecamatan Kandanghaur, Gabuswetan, Bongas dan Kroya dengan pusatnya di Kota Kandanghaur.
I-51
Terminal
Kereta Api
Laut
I-52
Air Limbah
Drainase
I-53
1.7.1.4 Rencana Kawasan Andalan Rencana kawasan andalan untuk Kabupaten Indramayu menggunakan istilah wilayah tertentu/kawasan prioritas. Wilayah prioritas ini adalah kawasan strategis dan diprioritaskan bagi kepentingan nasional/daerah berdasarkan pertimbangan kriteria strategis. Wilayah yang termasuk dalam wilayah prioritas ini adalah: a. Kawasan yang mempunyai karakteristik sebagai kawasan terbelakang. b. Kawasan kritis yaitu kawasan pantai yang mengalami kerusakan lingkungan akibat abrasi (erosi ombak), kawasan pertanian/sawah yang rawan banjir dan kekeringan. c. Kawasan yang berperan menunjang kegiatan sektor-sektor ekonomi seperti: Kota yang berfungsi sebagai pusat wilayah pengembangan pembangunan. Kawasan pariwisata Pantai Tirtamaya-Pulau Biawak. d. Kawasan tumbuh cepat, yaitu: Kota Jatibarang Kawasan Industri Balongan Kawasan pelabuhan Eretan (Zona Industri Losarang-Kandanghaur) e. Kawasan pertanahan dan keamanan (militer) yang berupa komplek militer maupun komplek pelatihan yang memerlukan ruang untuk aktivitasnya, menurut Rencana Hankam (Kodim) terdapat tiga lokasi Kawasan Hankam yaitu di bagian tengah Kecamatan Haurgeulis dan Cikedung serta di daerah pelabuhan Eretan. 1.7.2 Rencana Pemanfaatan Ruang Rencana pola pemanfaatan ruang Kabupaten Indramayu dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan lindung terdiri dari: Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan dibawahnya, yaitu kawasan hutan lindung. Kawasan perlindungan setempat, yaitu sempadan pantai dan sempadan sungai. Kawasan suaka alam dan cagar budaya, yaitu kawasan pantai berhutan bakau. Untuk kawasan budidaya, pola guna lahan yang direncanakan terdiri dari: Kawasan budidaya pertanian, terdiri dari hutan produksi, tanaman pangan lahan basah, perkebunan dan perikanan darat/tambak.
I-54
B a. 1 2 3 4 b. 1 2 3 4
13.500 118.513 2.850 6.100 140.963 43.223,5 1.000 3.500 155 47.878,5 200.099
6,75 59,23 1,42 3,05 70,45 21,60 0,50 1,75 0,08 23,93 100
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Indramayu 1994/1995, maka kinerja penataan ruang Kabupaten baik rencana struktur maupun pola ruang didasarkan atas ketersediaan prasarana dan sarana yang mendukung seperti bandara, pelabuhan, terminal, angkutan, dan infrastruktur yang bersifat regional seperti TPA, pasar induk, rumah sakit, perguruan tinggi dan pengolahan limbah serta kapasitas serta kondisi dari prasarana dan sarana yang ada. Kinerja kinerja penataan ruang Kabupaten Indramayu dapat dilihat pada Tabel 1.19.
I-55
I-56
I-57
I-58
I-59
I-60
I-61
I-62
I-63
I-64
I-65
I-66
I-67
I-68
I-69
I-70
I-71
I-72
I-73
I-74
I-75
I-76
I-77
I-78
I-79
I-80
I-81