Anda di halaman 1dari 18

DIAGNOSA PERMASALAHAN SOSIAL DI KABUPATEN PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH1

Dra. Indah Huruswati 2 ABSTRAK


Kabupaten Pulang Pisau merupakan sebuah Kabupaten baru hasil pemekaran dari Kabupaten Kapuas yang diresmikan pada tahun 1999. Dampak dari pemekaran tersebut, Kabupaten ini dihadapkan pada berbagai permasalahan sosial dan ekonomi, antara lain permasalahan sumber daya manusia yang belum memadai, masalah administrasi yang belum tertata dengan baik, sarana dan prasarana infrastruktur yang masih kurang, serta masalah kesejahteraan sosial yang semakin merebak. Pemerintah Daerah berupaya menata kembali sistem administrasi wilayahnya, salah satunya adalah dengan menyediakan data dasar (database) yang akurat dan reliable tentang permasalahan sosial serta sumberdaya, yang dapat dijadikan acuan dalam penentuan kebijakan prioritas program pembangunan kesejahteraan sosial, sehingga pelaksanaan program pembangunan di Kabupaten ini dapat terwujud secara tepat sasaran dan tepat guna. Upaya penyediaan database tersebut, dilakukan melalui penelitian kerjasama antara Badan Pendidikan dan Penelitian Sosial - Departemen Sosial RI dengan Pemerintah Kabupaten Pulang Pisau - Kalimantan Tengah pada pertengahan tahun 2006 lalu. Penelitian dilakukan di dua kecamatan yaitu Kecamatan Pandih Batu dan Maliku yang dipilih berdasarkan keragaman masalah sosial dan potensi yang dimiliki. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa permasalahan sosial yang paling menonjol adalah masalah fakir miskin (kemiskinan), keluarga rentan dan keluarga berumah tidak layak huni, selain juga anak terlantar. Kriteria permasalahan sosial serta potensi, diungkapkan dalam hasil penelitian ini berdasarkan pandangan masyarakat lokal sesuai dengan kondisi dan kebutuhan yang mereka miliki. Kata kunci: Permasalahan Sosial

Tulisan ini diangkat dari penelitian Diagnosis Permasalahan Sosial di Kabupaten Pulang Pisau Provinsi Kalimantan Tengah, dengan tim penelitian Drs. Moch. Syawie, MSc; Dra. Endang Kironosasi, M.Si. Indah Huruswati, Peneliti Muda pada Puslitbang Kessos, Badiklit Kesejahteraan Sosial

Puslitbang Kesos

25

Diagnosa Permasalahan Sosial di Kab. Pulang Pisau

Pendahuluan Sejak dicanangkannya otonomi daerah yaitu sejak diberlakukannya Undang-Undang No.22 tahun 1999 (yang diperbaharui menjadi UndangUndang No. 32 tahun 2002) tentang Pemerintahan Daerah, terjadi pemekaran pada beberapa wilayah di Indonesia. Tentunya berdampak pada perubahan status administrasi pada wilayah-wilayah tersebut. Beberapa wilayah yang semula merupakan kecamatan berubah menjadi kabupaten karena dianggap telah memenuhi persyaratan administrasi, kewilayahan dan sumberdaya manusia serta sumberdaya alam dan ekonomi. Pulang Pisau yang semula merupakan bagian dari Kabupaten Kapuas menjadi kabupaten baru (pemekaran). Dampak dari pemekaran tersebut, Kabupaten Pulang Pisau dihadapkan pada berbagai permasalahan sosial dan ekonomi, antara lain permasalahan sumber daya manusia yang belum memadai, masalah administrasi yang belum tertata dengan baik, sarana dan prasarana infrastruktur yang masih kurang, masalah kesejahteraan sosial yang semakin merebak serta permasalahan lainnya. Dalam kaitan dengan penataan kembali wilayah pemekaran ini tentunya memerlukan data dasar (database) yang akurat dan reliable sebagai dasar dalam menyusun perencanaan program pembangunan di wilayah tersebut, sehingga proses pembangunan yang dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakatnya serta dapat berlangsung secara berkesinambungan. Sementara itu data dasar ( database) mengenai permasalahan sosial serta peta sumberdaya yang ada di wilayah yang bersangkutan belum dimiliki oleh Pemerintah Daerah setempat. Terkait dengan Pemerintah Pusat, dengan kurangnya data dan peta permasalahan sosial, sumber daya sosial, ekonomi dan alam yang bercirikan masyarakat lokal, tentunya akan berpengaruh pada program pusat yang dampaknya tidak mampu mengakomodir kebutuhan daerah. Akibat lebih lanjut adalah pelayanan sosial dan kebutuhan masyarakat tidak dapat sepenuhnya terjangkau. Padahal segala permasalahan sosial dapat diatasi secara sistematis dan tepat sasaran jika didasarkan pada data yang akurat dan reliable. Disinilah letak pentingnya data tentang masalah kesejahteraan sosial dan sumber kesejahteraan sosial sebagai dasar dalam pengembangan kebijakan yang 26
Puslitbang Kesos

Diagnosa Permasalahan Sosial di Kab. Pulang Pisau

terarah dan komprehensif. Tersedianya data yang akurat dan reliable akan menjadi acuan dalam penentuan kebijakan prioritas program pembangunan kesejahteraan sosial, sehingga pelaksanaan program pembangunan di Kabupaten Pulang Pisau dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut akan tepat sasaran dan tepat guna. Berdasarkan permasalahan tersebut, Badan Pendidikan dan Penelitian Sosial Departemen Sosial RI bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Pulang Pisau - Kalimantan Tengah melakukan Penelitian Diagnosa Permasalahan Sosial ini, sebagai langkah awal upaya identifikasi sekaligus menemukenali secara lebih dalam permasalahan yang dihadapi daerah. Pertanyaan penelitian dirumuskan sebagai berikut: Apa dan bagaimana jenis penyandang masalah sosial serta potensi dan sumber daya sosial, ekonomi dan alam di lokasi penelitian? Bagaimana kriteria dan karakteristik penyandang masalah kesejahteraan sosial serta potensi dan sumber daya sosial, ekonomi dan alam di lokasi penelitian? Program kesejahteraan sosial apa saja yang selama ini dilaksanakan di Kabupaten Pulang Pisau?

Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) diperolehnya data kualitatif tentang jenis penyandang masalah sosial serta potensi dan sumber daya sosial, ekonomi dan alam sebagai data dasar di lokasi penelitian; (2) diperolehnya data kualitatif tentang kriteria dan karakteristik penyandang masalah sosial serta potensi dan sumber daya sosial, ekonomi dan alam di lokasi penelitian; (3) diperolehnya gambaran mengenai lokasi dan peta penyandang masalah kesejahteraan sosial serta potensi dan sumber daya sosial, ekonomi dan alam di lokasi penelitian; dan (4) diperolehnya gambaran tentang programprogram penanggulangan permasalahan sosial yang pernah dilaksanakan di lokasi penelitian. Masalah kesejahteraan sosial dapat terjadi di setiap wilayah dan disebabkan oleh berbagai hal yang saling berkait. Faktor penyebab masalah kesejahteraan sosial dapat berupa faktor internal dan faktor eksternal sekaligus. Faktor internal pada umumnya menunjuk pada sistem sosial yang mengandung benih ketimpangan struktural dalam masyarakat. Biasanya terdapat segolongan masyarakat yang kurang memiliki akses terhadap peluang-peluang sosial ekonomi, sehingga menjadi rentan terhadap masalah
Puslitbang Kesos

27

Diagnosa Permasalahan Sosial di Kab. Pulang Pisau

kesejahteraan sosial. Keterbatasan aset produksi dapat juga menyebabkan kemiskinan, kemiskinan menyebabkan kurang pangan dan gizi, yang pada akhirnya dapat menyebabkan keterbelakangan fisik dan mental. Dalam kaitannya dengan faktor eksternal, bisa termasuk intervensi pemerintah, lembaga pemerintah dan pengusaha swasta. Intervensi program dari pemerintah yang pada awalnya bertujuan intervensi pemecahan masalah, ternyata justru menyebabkan ketergantungan masyarakat terhadap pemerintah dan/atau menimbulkan suatu jenis masalah yang sebelumnya tidak ada dalam masyarakat (Dove, 1985) Secara potensial setiap masyarakat mempunyai mekanisme untuk mengatasi masalah kesejahteraan sosial yang terjadi pada masyarakat tersebut. Potensi kesejahteraan sosial tersebut ada dalam bentuk sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya sosial yang berupa kemampuan mengorganisir sumber daya alam atau manusia atau perpaduan keduanya. Untuk mempertahankan kehidupannya, masyarakat memanfaatkan dan mengorganisasikan semua sumber daya ini dalam berbagai aktivitas seperti aktivitas ekonomi, politik, keagamaan, kesenian, gotong royong dan sebagainya.

Metode Penelitian Penelitian diagnostik yang dilakukan merupakan proses mengenal pasti penyakit melalui tanda penyakit, simptom dan hasil pelbagai langkah diagnostik. Penyakit yang dimaksud di sini adalah permasalahan sosial yang ada di masyarakat. Kesimpulan yang didapat melalui proses ini dikenali sebagai diagnosis. Untuk mengenal pasti permasalahan sosial yang ada, digunakan pendekatan kualitatif yang tujuannya adalah untuk memahami kondisi serta pemahaman sekelompok orang dalam satu kelompok sosial. Diharapkan dengan pendekatan ini diperoleh suatu gambaran bagaimana pelaku dalam komuniti memandang dan memahami gejala sosial yang tampak, diobservasi, dicatat dan dianalisa. Sumber data terdiri dari : (1) data primer yaitu perorangan atau individu, kelompok, lembaga/institusi yang berkompeten yang hidup dan berkembang di daerah tersebut; (2) data sekunder yaitu literatur, baik cetak maupun elektronik yang mendukung tujuan penelitian. Sedangkan 28
Puslitbang Kesos

Diagnosa Permasalahan Sosial di Kab. Pulang Pisau

pengumpulan informasi dilakukan selain melalui pengamatan (observasi), juga wawancara, diskusi, penelusuran dokumen dan bahan-bahan visual. Penelitian dilakukan di Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, khususnya di Kecamatan Pandih Batu dan Kecamatan Maliku. Sebagian kecamatan Maliku sebelum ada pemekaran merupakan bagian dari kecamatan Pandih Batu. Sasaran penelitian adalah penduduk yang menetap di daerah Kecamatan Pandih Batu dan Kecamatan Maliku, baik dari jenis kelamin maupun jenis pekerjaan yang ada, kriteria penduduk sebagai penyandang masalah sosial, lokasi, penyandang masalah sosial dan potensi serta sumber kesejahteraan sosial.

Gambaran Umum Lokasi Kabupaten Pulang mempunyai wilayah seluas 8.997 km atau 899.700 ha, sebagian wilayahnya terdiri dari lahan gambut (277.300 hektar). Kabupaten ini meliputi 8 wilayah kecamatan, 83 desa definitif, dan 1 kelurahan. Secara umum wilayah Kabupaten ini memiliki potensi sumber daya alam yang lumayan besar, terutama pada sektor kehutanan dan sektor lain seperti pertanian dan peternakan yang turut menyumbang potensi cukup besar sejak dari tingkat desa. Kecamatan Pandih Batu dan Maliku yang menjadi lokasi penelitian ini, berjarak paling jauh sekitar 56 km sampai 75 km dari Ibukota Kabupaten, dengan waktu tempuh sekitar 4 6 jam. Sementara itu, jarak dari desa-desa ke ibukota Kecamatan antara 7 km sampai 30 km yang dapat dicapai melalui jalan darat (jalan kabupaten) maupun jalan air (Sungai Kahayan) dengan menggunakan perahu klotok dan speedboat. Karakteristik penduduk di dua kecamatan memiliki sifat heterogen, dimana komposisi penduduknya berasal dari ragam sukubangsa dan agama, baik yang tergolong sebagai penduduk lokal yang terdiri dari sukubangsa
Puslitbang Kesos

29

Diagnosa Permasalahan Sosial di Kab. Pulang Pisau

Dayak dan Banjar maupun penduduk pendatang yang terdiri dari sukubangsa Madura, Jawa dan Sunda. Pola penyebaran penduduk sebagian besar mengikuti pola transportasi yang ada, yaitu terkonsentrasi di tepi sungai dan cabang-cabangnya, terutama para penduduk asli. Begitupun dengan pola pemukiman penduduk umumnya relatif sama yaitu mengelompok di tengah lahan wilayah desa, dan umumnya didirikan di tepi jalan dibuat sejajar atau mengikuti aliran sungai. Rumah mereka umumnya dibuat dari kayu atau papan, dengan atap ada yang menggunakan genteng dan daun kelapa atau rumbia. Pendidikan warga masyarakat di wilayah ini pada umumnya Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Anak-anak yang telah menyelesaikan jenjang pendidikan di tingkat SLTP dan ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan SLTA terpaksa harus pergi keluar dari desanya, karena keterbatasan sarana dan prasarana pendidikan yang tersedia di wilayah ini. Bagi anak-anak yang berasal dari keluarga tidak mampu, tidak dapat melanjutkan pendidikannya. Mereka lebih memilih pergi merantau ke Kota Palangkaraya untuk menjadi buruh bangunan atau menjadi penambang emas di Kereng Pangi. Mata pencaharian warga masyarakat sebagian besar sebagai petani. Namun memperhatikan data yang ada di kecamatan ini tampaknya relatif banyak warga masyarakat yang belum/tidak bekerja.

Diagnosis Permasalahan Sosial Berdasarkan hasil diskusi dengan tokoh masyarakat di dua Kecamatan ditemukenali sejumlah permasalahan sosial yang ada yaitu 14 permasalahan sosial untuk Kecamatan Pandih Batu dan 19 permasalahan sosial untuk Kecamatan Maliku. Berdasarkan urutan permasalahan yang paling tinggi frekwensinya yaitu masalah yang terkait dengan kemiskinan yaitu masalah keluarga fakir miskin. Masalah lain yang juga relatif tinggi yaitu masalah rumah tidak layak huni dan wanita rawan sosial-ekonomi serta keluarga rentan. Kondisi ini disebabkan karena sebagian warga desa (laki-laki) yang sudah menikah dalam usia muda, meninggalkan desa dengan alasan mencari nafkah di tempat lain. Akhirnya keluarga mereka menjadi terlantar, demikian halnya dengan lahan yang mereka miliki juga menjadi terlantar sehingga membawa akibat pada kerentanan dan kemiskinan. Keluarga-keluarga yang 30
Puslitbang Kesos

Diagnosa Permasalahan Sosial di Kab. Pulang Pisau

ditinggalkan oleh para kepala keluarga terpaksa harus berusaha mencari nafkah sendiri atau ikut dengan orang tua mereka. Namun karena keterbatasan dari kaum perempuan untuk bisa mengolah lahan, maka mereka akhirnya tidak bisa memperoleh penghasilan. Keluarga-keluarga tersebut akhirnya menjadi rentan untuk masuk ke dalam kemiskinan dan bagi ibu-ibu, mereka menjadi rawan secara sosial-ekonomi. Hal ini berdampak juga terhadap anak-anak mereka yang cenderung menjadi terlantar, karena orang tua tidak mampu memberikan kebutuhan dasar mereka. Anak-anak menjadi berhenti sekolah pada usia wajib belajar 9 tahun dan mereka tidak mendapatkan makanan bergizi, karena ibunya (orangtua) tidak mempunyai uang untuk membeli makanan bergizi. Kondisi lingkungan turut berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat. Hal ini terlihat pada kenyataan bahwa dengan tidak meratanya distribusi penduduk antar desa di dua Kecamatan, yang salah satunya disebabkan oleh keterbatasan aksesibilitas antar desa dengan desa lainnya atau antar desa dengan kecamatan, maka pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam yang ada di lingkungan tidak dapat secara optimal dikelola dan dimanfaatkan, baik karena keterbatasan SDM maupun teknologi yang mereka miliki. Misalnya beberapa desa di Kecamatan Pandih Batu yaitu Desa Pantik terdapat lahan tidur seluas 970 ha, di Desa Pangkoh Sari terdapat lahan tidur seluas 400 ha dan di Desa Talio Muara terdapat lahan tidur seluas 391 ha. Lahan tersebut belum tergarap sebagai akibat keterbatasan SDM, baik dari segi jumlah dan penguasaan teknologi. Karakteristik masyarakat yang bermukim di dua kecamatan ini terdiri dari beragam sukubangsa dan agama. Sifat multi-etnik (heterogen) yang mewarnai kehidupan sosial masyarakat, pada satu sisi merupakan potensi, tetapi pada sisi yang lain potensial menimbulkan kerawanan konflik sosial, bahkan fisik. Potensi konflik antara sukubangsa menjadi semakin rawan karena pernah terjadi peristiwa konflik antara sukubangsa Dayak dan Banjar (melayu) dengan sukubangsa Madura sekitar buan Maret tahun 2001. Saat ini hubungan sosial diantara mereka yang pernah terlibat konflik relatif sudah berangsur membaik, walaupun kondisi ini tetap harus diwaspadai melalui kebijakan atau kegiatan-kegiatan yang tidak menimbulkan kecemburuan sosial antara penduduk lokal (Dayak dan Banjar) dengan penduduk pendatang yang terdiri dari para transmigran umum maupun swakarsa yang terdiri dari Madura, Jawa dan Sunda.
Puslitbang Kesos

31

Diagnosa Permasalahan Sosial di Kab. Pulang Pisau

Sementara itu bila melihat dukungan masyarakat terhadap program pembangunan seharusnya juga melihat kesiapan mereka dalam hal kemampuan mengelola dan memanfaatkannya. Membangun kapasitas salah satunya adalah melalui pendidikan formal, yaitu sekolah. Kesulitan masyarakat untuk mendapatkan pendidikan yang layak biasanya terkendala oleh faktor kemiskinan yang menyebabkan anak menjadi putus sekolah atau tidak dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Masalah keterbatasan juga terjadi pada sarana pelayanan kesehatan, misalnya untuk Kecamatan Pandih Batu tersedia satu unit Puskesmas yang tidak dilengkapi Puskesmas Pembantu di tingkat desa. Tenaga dokter pun hanya satu dengan 15 tenaga medis lainnya (perawat dan bidan). Sementara alat perhubungan (transportasi) antar desa maupun desa ke kecamatan relatif sulit dan mahal. Tampaknya dengan melihat kondisi yang ada, diperlukan banyak program dan kegiatan yang dapat mengakomodasi berbagai keragaman kepentingan, sehingga melalui suatu proses tertentu keragaman karakteristik penduduk dapat saling bersinergi untuk mencapai kehidupan masyarakat yang sejahtera. Program dan kegiatan yang dikembangkan melalui pemanfaatan potensi keswadayaan masyarakat (gotong-royong) menjadi suatu yang bisa dipertimbangkan. Melalui potensi keswadayaan masyarakat itu sendiri di samping strategis juga memiliki nilai pemberdayaan dalam rangka proses memandirikan masyarakat untuk membantu dirinya sendiri. Aksesibilitas masyarakat dalam beraktivitas, baik aktivitas sosial maupun ekonomi masih menjadi kendala. Kondisi geografis dan alam yang demikian belum dilengkapi dengan sarana-prasarana transportasi yang memadai. Keterbatasan sarana-prasarana transportasi menyebabkan harga kebutuhan pokok sehari-hari relatif tinggi, sementara penghasilan rumah tangga relatif rendah. Hal ini terutama menjadi kendala terhadap aksesibilitas antar desa maupun antara desa ke ibukota kecamatan. Pembangunan infrastruktur fisik perlu dibarengi dengan pembangunan infrastruktur sosial yang baik, sehingga diharapkan akan mendorong partisipasi masyarakat. Tanpa itu, maka mereka cenderung memanfaatkan infrastruktur fisik yang ada untuk memudahkan mereka pergi mencari nafkah ke luar daerahnya. Dengan demikian, maka pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam yang ada di lingkungannya menjadi tidak optimal. Adanya tanah pertanian yang tidak digarap dan kegagalan upaya masyarakat memanfaatkan lahan tidur merupakan akibat pembangunan infrastruktur

32

Puslitbang Kesos

Diagnosa Permasalahan Sosial di Kab. Pulang Pisau

sosial-ekonomi belum dilakukan sesuai harapan masyarakat. Dalam hal ini sudah tentu pihak Pemerintah berperan penting untuk memfasilitasi, baik dari aspek kebijakan, regulasi, permodalan maupun aspek teknologi tepat guna. Upaya meningkatkan kesejahteraan sosial diperlukan suatu perencanaan sosial yang baik. Perencanaan akan berjalan baik bila dilengkapi dan didasari data yang akurat. Mencermati pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan dan upaya penanganan permasalahan sosial yang ada menunjukkan bahwa sasaran program kurang tepat. Di Kecamatan Pandih Batu, keluarga miskin atau fakir miskin tidak secara merata memperoleh bantuan Raskin, Askeskin atau pun BLT-BBM. Seharusnya setiap keluarga miskin/fakir miskin memperoleh beragam program bantuan. Tetapi hal ini tidak terjadi dengan alasan bahwa alokasi bantuan kurang sesuai dengan jumlah keluarga miskin atau fakir miskin yang ada. Apapun alasannya, maka program bantuan yang ada menjadi kurang efektif. Seperti penerima BLTBBM karena tidak memperoleh Askeskin, maka dana BLT yang diperolehnya dan seharusnya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari terpaksa digunakan untuk berobat. Penerima Raskin yang seharusnya bisa menikmati beras enak dengan harga murah terpaksa harus menjual berasnya itu ke pasar atau ke tetangga hanya untuk membiayai SPP anaknya yang masih sekolah tetapi tidak memperoleh beasiswa berupa dana Bantuan Khusus Murid (BKM) atau Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Penyandang permasalahan sosial seperti fakir miskin yang cacat karena penyakit kronis (diabetes) dan memiliki beberapa anak yang tidak terawat karena masalah keterbatasan ekonomi seharusnya memperoleh program bantuan sebagai fakir miskin, penyandang cacat akibat penyakit kronis serta program bantuan bagi anaknya, yaitu program bantuan untuk anak terlantar. Dinas Sosial dan Dinas terkait lainnya telah melakukan upaya penanganan permasalahan sosial melalui pendataan terhadap rumah tak layak huni, wanita rawan sosial, keluarga rentan, remaja nakal dan lahan tidur. Pembinaan dan pelatihan dilakukan pula kepada beberapa jenis penyandang masalah sosial untuk meningkatkan keterampilan (anyaman) dan bantuan lainnya berbentuk bantuan kursi roda bagi penyandang cacat dan bantuan ternak sapi kepada lansia terlantar, walaupun sebagian besar ternak sapi kini sudah mati akibat terkena wabah penyakit. Dinas Sosial
Puslitbang Kesos

33

Diagnosa Permasalahan Sosial di Kab. Pulang Pisau

melakukan program bantuan untuk Komunitas Adat Terpencil yang ada di Desa Talio melalui program pemberantasan buta aksara. Dinas Kesehatan juga membantu memberikan pelayanan kesehatan melalui kegiatan Posling dan Posyandu kepada anak-anak terlantar. Permasalahan sosial yang belum ditangani dengan upaya-upaya tertentu adalah masalah rumah tak layak huni, khususnya yang berada di Desa Kantan Muara berjumlah sekitar 96 unit dan di Desa Pangkoh Sari bahkan baru dalam proses pendataan. Demikian pula keluarga rentan yang sampai saat ini masih dalam proses pendataan, termasuk permasalahan sosial bagi penyandang cacat akibat penyakit kronis. Sementara itu, penanganan lahan tidur sudah dilakukan melalui musyawarah desa maupun sosialisasi, akan tetapi pelaksanaannya masih terkendala oleh kekurangan modal dan kurang kompaknya warga masyarakat. Berkaitan dengan penggunaan kriteria untuk menggolongkan jenis penyandang masalah sosial (Anak Terlantar, Anak Balita Terlantar, Remaja Nakal, Lansia Terlantar, Wanita Rawan Sosial, Anak Cacat, Penyandang Cacat, Anak Yatim/Piatu, Fakir Miskin, Keluarga Rentan dan sebagainya), tampaknya dari hasil diskusi dengan tokoh masyarakat di dua kecamatan masih terlihat perbedaan dalam menentukan usia anak dan remaja. Di samping perbedaan kriteria, penajaman kriteria menjadi sangat penting.

34

Puslitbang Kesos

Diagnosa Permasalahan Sosial di Kab. Pulang Pisau

Tabel 1. Kriteria Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di Kecamatan Pandih Batu
No. 1. JENIS PMKS Fakir Miskin KRITERIA 1. Penghasilan kecil dan tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari; 2. Tingkat produktifitas KK rendah, karena sebagai pencari nafkah utama sudah memasuki usia lanjut; 3. Kondisi rumah / fisik bangunannya tidak layak ditempati (seperti bangunannya bocor, tidak memiliki jendela, lantainya masih beralaskan tanah, ukuran rumah 4 x 4 m dengan anggota keluarga lebih dari 5 orang, dan lain-lain). 4. Status kepemilikan bangunan rumah sebagian adalah masih menumpang, baik dengan orangtua/mertua/ kerabatan lainnya. 5. Tidak mempunyai pekerjaan yang tetap. 1. Kepadatan hunian yang cukup tinggi (rumah ukuran 4 x 4 m dihuni lebih dari 5 orang); 2. Kondisi bangunan rumah sudah rapuh dan buruk. Bahan atap dari daun, dinding dari seng atau kayu rapuh dengan lantai tanah atau papan (jenis rumah panggung); 3. Ukuran bangunan rumah relatif kecil, yaitu antara 4 x 4 m atau 4 x 6 meter dan umumnya tidak memiliki penyekat ruangan; 4. Status kepemilikan bangunan rumah sebagian adalah masih menumpang, baik dengan orangtua/mertua/ kerabat lainnya. 5. Bangunan rumah tidak dilengkapi fasilitas MCK. 1. Usia antara 16 tahun sampai 60 tahun; 2. Status janda ditinggal mati suami atau status belum menikah; 3. Banyak anak/tanggungan yang belum bekerja; 4. Penghasilan kecil dan tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari; 5. Pengangguran atau tidak ada pekerjaan/penghasilan sama sekali. 1. Usia di atas 61 tahun; 2. Penghasilan kecil, bahkan tidak ada sama sekali, sehingga sulit untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri; 3. Hidup sendiri atau bersama kerabat/non kerabat, tetapi kurang diperhatikan/perawatan dari sanakkeluarganya, baik karena alasan ekonomi maupun alasan non-ekonomi.

2.

Rumah Tidak Layak Huni

3.

Wanita Rawan Sosial

4.

Lansia Terlantar

Puslitbang Kesos

35

Diagnosa Permasalahan Sosial di Kab. Pulang Pisau


5. Anak Balita Terlantar Usia 0 4 tahun; Kurang gizi dan kondisi sering sakit; Kurang perawatan/perhatian orangtua; Orangtua tergolong kurang mampu secara ekonomi. Keluarga muda yang baru menikah sampai 5 tahun dan kurang serasi (ada di Desa Kantan Muara); 2. Usia nikah sudah 10 tahun dan masih menumpang orangtua/mertua (ada di Desa Gadabung); 3. Penghasilan kecil dan tidak mencukupi atau paspasan untuk memenuhi kebutuhan seharihari/penghasilan 10% di atas garis kemiskinan. 1. Usia antara 5 tahun sampai 16 tahun; 2. Ditinggal orangtua/satu atau kedua orangtua meninggal; 3. Berasal dari keluarga tidak mampu. 1. Adanya kelainan fisik/mental akibat kecelakaan maupun bawaan sejak lahir (bisu-tuli, kaki pincang, keterbelakangan mental); 2. Fungsi jasmani dan sosial terganggu; 3. Usia di atas 18 tahun 1. Mantan penderita penyakit kronis yang dinyatakan secara medis telah sembuh; 2. Memiliki cacat fisik/mental akibat penyakitnya itu 1. Usia 5 12 tahun; 2. Kurang perawatan orangtua karena kurang mampu secara ekonomi; 3. Kurang gizi dan sering sakit-sakitan; 4. Kurang pergaulan dan komunikasi 1. Usia 5 12 tahun dan ada pula yang menetapkan 5 18 tahun; 2. Memiliki kelainan fisik dan mental; 3. Memiliki kelainan fisik atau mental saja 1. Kelompok orang/masyarakat yang hidup dalam satu kesatuan fisik dan sosial yang relatif kecil; 2. Lokasi kesatuan fisik dan sosial yang terpencil; 3. Masyarakatnya masih amat terikat dengan sumberdaya alam dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari; 4. Keterbelakangan ekonomi, pendidikan dan kesehatan. 1. Usia 13 1 6 tahun; 2. Perilaku mengganggu lingkungan atau membuat resah lingkungan. 3. Penghasilan kecil dan tidak mencukupi atau pas-pasan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari/penghasilan 10% di atas garis kemiskinan 1. Lahan tidak digarap pemilik lebih dari 15 tahun; 2. Lahan ditinggal pemilik tanpa ada yang mengurus, sehingga menghambat perekonomian/produktivitas pertanian, khususnya ada di Desa Pantik 1. 2. 3. 4. 1.

6.

Keluarga Rentan

7.

Anak Yatim Piatu

8.

Penyandang Cacat Fisik/ Mental

9.

10.

Penyandang Cacat Fisik/ Mental akibat Penyakit Kronis Anak Terlantar

11.

Anak Cacat

12.

Komunitas Adat Terpencil (KAT)

13.

Remaja Nakal

14.

Lahan tidur

36

Puslitbang Kesos

Diagnosa Permasalahan Sosial di Kab. Pulang Pisau

Tabel 2. Kriteria Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di Kecamata Maliku


No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. JENIS PMKS Balita Terlantar Anak Terlantar Anak Nakal Remaja Laki-laki Nakal Remaja Perempuan Nakal Anak Cacat Wanita Rawan Sosial Ekonomi Wanita Korban Kekerasan Lanjut Usia Terlantar Lanjut Usia Korban Kekerasan Penyandang Cacat Tuna Susila KRITERIA 0 4 tahun, kurang perawatan dari orang tua/keluarga luas (laki-laki / perempuan) 5 13 tahun, tidak terlalu diperhatikan dan tidak terpenuhi kebutuhan dasar oleh orang tua/keluarga luas. 0 13 tahun, perilaku mengganggu kebiasaan umum (tetapi tidak masalah karena masih anak-anak, laki-laki/ perempuan). 14 18 tahun, perilaku mengganggu dan dipermasalahkan. 14 18 tahun, sering begadang. 5 13 tahun, fisik tidak normal, mental tidak normal, terganggu dalam aktifitasnya. 16 60 tahun, belum menikah/janda tidak terpenuhi kebutuhan dasar baik jasmani ataupun rohani. 16 60 tahun, disakiti secara fisik dan mental. Sudah menikah/janda tidak terpenuhi kebutuhan dasar. 60 tahun ke atas, dirampas hak-haknya (tergantung lokal). Individu sejak lahir mengalami kelainan fisik dan mental serta karena penyakit kronik. Hubungan sex dengan lawan jenis berulang-ulang tanpa menikah dan tidak mengharapkan imbalan, baik barang maupun jasa. Orang yang selesai menjalani hukuman dan kembali ke masyarakat (stigma sama tetapi perlakuan berbeda terhadap pelaku perampokan dan menabrak orang sampai meninggal karena tidak sengaja). Mempunyai pekerjaan tapi tidak tetap, penghasilan tidak mencukupi, termasuk untuk kebutuhan pangan, tempat tinggal, pakaian, kesehatan, dan pendidikan (jumlahnya paling besar). Rumah ukuran kurang dari 4 x 4 m, dinding dari jabuk (papan lapuk), lantai tanah, atap bocor. Kelompok orang yang jauh dari keramaian, transportasi hanya dari sungai, kebiasaan tidak berbeda dengan orang dari lokasi lain. Kelompok orang yang tinggal di daerah secara fisik dan mental tertekan oleh proses alam dan sosial. Merantau, pendatang yang mencari kerja di suatu tempat tidak memperoleh yang diharapkan dan menjadi masalah di tempat tersebut. Keluarga yang banyak masalah (sosial, ekonomi, kebiasaan).

13.

Bekas Narapidana

14.

Keluarga Fakir Miskin

15. 16.

Keluarga Berumah Tidak Layak Komunitas Adat Terpencil

17. 18. 19.

Masyarakat yang Tinggal di daerah Rawan Bencana Pekerja Migran Terlantar Keluarga Rentan

Puslitbang Kesos

37

Diagnosa Permasalahan Sosial di Kab. Pulang Pisau

Kesimpulan dan Saran Masalah yang menjadi prioritas mendapat perhatian adalah masalah fakir miskin dan keluarga miskin, rumah tidak layak huni serta Wanita Rawan Sosial Ekonomi. Melihat kondisi permasalahan tersebut, yang paling menonjol adalah terkait dengan kemiskinan. Hampir di seluruh desa masalah kemiskinan merupakan permasalahan pokok yang dihadapi oleh warga masyarakat. Masalah kemiskinan yang merupakan masalah terbesar di wilayah ini, belum diupayakan penanganannya melalui program pemberdayaan secara maksimal dan berkesinambungan. Program bantuan bagi keluarga miskin yang tidak seluruhnya mendapat bantuan dan yang sifatnya hanya sesaat merupakan program yang klise tetapi terus berlangsung. Hal ini tentunya memerlukan komitmen dari semua pihak untuk mengatasi masalah ini secara bersama-sama baik antara pemerintah dan masyarakat serta melakukan program pemberdayaan secara berkesinambungan. Kondisi kemiskinan terkait dengan keterbatasan atau hambatanhambatan yang dihadapi oleh masyarakat setempat. Hambatan tersebut antara lain terkait dengan infrastruktur, sarana transportasi dan hambatan dalam upaya pengolahan lahan. Hambatan ini menyebabkan relatif banyak lahan (lahan tidur) yang tidak dapat diolah oleh masyarakat (petani). Kemiskinan ini antara lain juga sebagai dampak dari gagalnya proyek lahan gambut (sejuta hektar lahan gambut), mengingat bahwa lokasi ini merupakan lokasi transmigrasi. Permasalahan lain yang ada, berkaitan dengan infrastruktur jalan. Prasarana jalan ini dianggap penting karena dapat memudahkan pemasaran hasil pertanian yang sangat potensial bagi masyarakat setempat. Sementara untuk saat ini, sarana transportasi yang utama di wilayah ini adalah sungai, transportasi ini relatif mahal khususnya bagi warga masyarakat yang akan menjangkau wilayah lain maupun untuk memasarkan hasil pertanian dan perkebunan mereka (dalam bidang pertanian). Permasalahan lain adalah keterbatasan sarana pendidikan dan transportasi yang dimiliki daerah, sehingga masyarakat harus menjangkaunya keluar desa atau kecamatan. Sementara kondisi ekonomi keluarga menyebabkan anak-anak tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Demikian pula halnya dengan akses untuk mendapatkan 38
Puslitbang Kesos

Diagnosa Permasalahan Sosial di Kab. Pulang Pisau

pelayanan kesehatan, merupakan masalah lain yang dihadapi oleh warga masyarakat karena sarana kesehatan (Puskesmas) hanya ada di Kecamatan dan Rumah Sakit Umum di provinsi. Lahan kosong yang dimiliki oleh sebagian warga, bisa menjadi sumberdaya alam yang potensial jika diolah dengan baik. Mengingat lahan di wilayah ini dapat ditanami dengan berbagai jenis tanaman jika saja ada kerjasama yang baik antara pemerintah setempat dengan warga masyarakat. Keterbatasan dalam hal penyediaan sarana pengolah lahan dan bibit tanaman merupakan salah satu hambatan dimana lahan yang luas akhirnya hanya menjadi lahan tidur. Sementara pada sisi lain, sumberdaya yang masih dimiliki adalah adanya rasa kebersamaan di antara warga masyarakat, karena mereka merasa sebagai orang perantauan (transmigran). Kerjasama dalam bentuk tolong menolong atau gotong royong serta semangat untuk mengolah lahan secara maksimal merupakan pranata yang dapat dijadikan sumberdaya sosial dari warga masyarakat di wilayah ini untuk meningkatkan kesejahteraan sosial. Peningkatan kesejahteraan ini tampaknya tidak dapat dilakukan sendiri oleh masyarakat namun masih diperlukan peran Pemerintah Daerah setempat. Dengan kata lain, meskipun memiliki keterbatasan modal usaha namun masyarakat masih memiliki modal sosial berupa rasa kebersamaan atau tolong menolong dan semangat membangun atau mengembangkan lahan untuk pertanian dan perkebunan, dalam upaya mengatasi kemiskinan yang dihadapi. Berdasarkan kesimpulan tersebut, diajukan saran-saran sebagai berikut: 1. Sumberdaya alam yang potensial berupa lahan yang luas dan sumberdaya sosial yang dimiliki warga masyarakat (keterampilan dalam bidang pertanian dan beternak serta masih adanya rasa kebersamaan/tolong menolong) bisa merupakan modal utama dalam membangun masyarakat setempat. Untuk itu diperlukan kerjasama yang baik antar Dinas-Dinas Provinsi maupun Kabupaten, guna membangun wilayah ini secara ber-kesinambungan. Dinas Teknis seperti Pekerjaan Umum, Perumahan dan Permukiman membangun prasarana jalan, saluran irigasi dan penyediaan perumahan sosial bagi warga masyarakat miskin. Prasarana jalan dan saluran irigasi

2.

Puslitbang Kesos

39

Diagnosa Permasalahan Sosial di Kab. Pulang Pisau

sangat penting dan diperlukan oleh wilayah ini untuk membangun ekonomi masyarakat. 3. Berkaitan dengan hal tersebut maka Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan, Tenaga Kerja dan Transmigrasi juga sangat diperlukan untuk meluncurkan program mereka ke wilayah ini. Masyarakat desa memiliki kemampuan yang potensial dalam hal pertanian dan peternakan. Hal ini seharusnya didukung dengan program pemberdayaan masyarakat di wilayah ini. Mereka siap untuk memanfaatkan sumberdaya alam (lahan) yang ada namun mereka sangat memerlukan stimulan berupa peralatan pengolah lahan dan penyediaan bibit padi, palawija serta karet. Selain itu, perlu dilakukan sosialisasi pengolahan tanah yang berkesinambungan di tingkat daerah, mengingat lahan yang digarap di wilayah ini berbeda dengan lahan di Jawa. Demikian pula halnya dengan Dinas Sosial, Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan, perlu meningkatkan kesejahteraan melalui program perlindungan dan asuransi sosial bagi keluarga miskin. Dinas Kesehatan diperlukan berkaitan dengan penyediaan air bersih. Dinas Sosial melalui Direktorat Fakir Miskin, Direktorat Pemberdayaan Keluarga, Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi dan Pelayanan Sosial Anak, Direktorat Lanjut Usia, dan Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat, dapat berperan melakukan rehabilitasi dan pemberdayaan masyarakat secara bersama-sama dan berkesinambungan. Hal ini sangat diperlukan mengingat hasil diagnosis permasalahan sosial di wilayah ini menunjukkan permasalahan sosial yang menonjol adalah masalah Kemiskinan (keluarga fakir miskin), Keluarga Rentan, Rumah tidak Layak Huni, Anak Terlantar, Penyandang Cacat (termasuk Anak Cacat), dan Lanjut Usia Terlantar. Dinas Koperasi dan UKM diperlukan sebagai lembaga yang dapat memfasilitasi kredit usaha kecil bagi para petani khususnya terkait dengan keterbatasan modal usaha mereka dalam mengolah lahan pertanian atau mengembangkan usaha peternakan mereka. Program pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa diperlukan secara bersama-sama dan berkesinambungan, sehingga pemberdayaan dapat dinikmati oleh seluruh warga masyarakat desa, tidak sebagian-sebagian dan sesaat saja. Misalnya program
Puslitbang Kesos

4.

5.

6.

40

Diagnosa Permasalahan Sosial di Kab. Pulang Pisau

7.

pemberdayaan keluarga miskin tidak disarankan untuk memberikan bantuan tunai berupa uang namun diberikan dalam bentuk barang seperti traktor, dimana alat tersebut dapat dikelola secara bersamasama oleh seluruh warga masyarakat. Bantuan ini tidak berhenti sesaat, tetapi harus lebih bersifat kesinambungan. Program bantuan atau pemberdayaan bagi keluarga miskin sebaiknya diberikan untuk seluruh keluarga yang bersangkutan, baik bagi anak-anak mereka untuk mendapatkan bantuan beasiswa sekolah (BOS) serta asuransi kesehatan bagi keluarga yang bersangkutan maupun jaminan sosial bagi keluarga tersebut. Sosialisasi pendidikan kedaerahan bagi anak-anak di tingkat desa, dianggap sangat penting, karena anak-anak perlu banyak diberi pengetahuan tentang daerahnya untuk membangun desa mereka. Bukan pengetahuan perkotaan atau pengetahuan tingkat nasional yang diberikan. Bila yang terjadi hal demikian, maka orientasi masa depan anak-anak akan cenderung memilih pergi ke kota. Merantau menjadi pilihan pemuda karena mereka tidak lagi mempunyai pengetahuan kedaerahan.

DAFTAR PUSTAKA
BPS, 2006. Pulang Pisau dalam Angka tahun 2005. Kerjasama BPS dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pulang Pisau. Dove, M.R. (ed), 1985 Peranan Kebudayaan Tradisional di Indonesia dalam Modernisasi, Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Pemerintah Kabupaten Pulang Pisau, 2005 Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD). Riwut, Tjilik, 2003 Maneser Panatau Tatu Hiang, Pusaka Lima, Palangkaraya.

Puslitbang Kesos

41

Anda mungkin juga menyukai