Anda di halaman 1dari 18

10

BAB III TINJAUAN KEPUSTAKAAN

3.1 SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik yang dihasilkan pusat pembangkitan disalurkan melalui jaringan transmisi. Tegangan generator pembangkit relatif rendah (6 kV 24 kV). Maka tegangan ini dinaikin dengan transformator daya ke tegangan yang lebih tinggi antara 150 kV 500 kV. Tujuan peningkatan tegangan ini, selain mempebesar daya hantar dari saluran (berbanding lurus dengan kwadrat tegangan), juga untuk memperkecil rugi daya dan susut tegangan pada saluran transmisi. Penurunan tegangan dari jaringan tegangan tinggi/ekstra tinggi sebelum ke konsumen dilakukan dua kali. Yang pertama dilakukan di gardu induk (GI), menurunkan tegangan dari 500 kV ke 150 kV atau dari 150 kV ke 70 kV. Yang kedua dilakukan pada gardu induk distribusi dari 150 kV ke 20 kV atau dari 70 kV ke 20kV. Saluran listrik dari sumber pembangkit tenaga listrik sampai transformator terakhir, sering disebut juga sebagai saluran transmisi, sedangkan dari transformator terakhir, sampai konsumen terakhir disebut saluran distribusi atau saluran primer. Ada dua macam saluran transmisi/distribusi PLN yaitu saluran udara (overhead lines) dan saluran kabel bawah tanah (underground cable). Kedua cara penyaluran tersebut masingmasing mempunyai keuntungan dan kerugian. Dari segi estetik, saluran bawah tanah lebih disukai dan juga tidak mudah terganggu oleh cuaca buruk: hujan, petir, angin, dan sebagainya namun saluran bawah tanah jauh lebih mahal dibanding saluran udara, tetapi saluran bawah tanah tidak cocok untuk daerah rawan banjir karena bila terjadi gangguan akan berbahaya. Ada tiga bagian penting dalam proses penyaluran tenaga listrik, yaitu: Pembangkitan, Penyaluran (transmisi) dan distribusi seperti pada gambar berikut :

11

Gambar 3.1. Tiga komponen utama dalam Penyaluran Tenaga Listrik Tegangan sistem distribusi dapat dikelompokan menjadi 2 bagian besar, yaitu distribusi primer (20kV) dan distribusi sekunder (380/220V). Jaringan distribusi 20kV sering disebut Sistem Distribusi Tegangan Menengah dan jaringan distribusi 380/220Vsering disebut jaringan distribusi sekunder atau disebut Jaringan Tegangan Rendah 380/220V.

3.1.1. Sistem Distribusi Primer (jaringan tegangan menengah 20kv) Jaringan Pada Sistem Distribusi tegangan menengah (Primer 20kV) dapat dikelompokkan menjadi lima model, yaitu Jaringan Radial, Jaringan hantaran penghubung (Tie Line), Jaringan Lingkaran (Loop), Jaringan Spindel dan Sistem Gugus atau Kluster.

a. Jaringan Radial Sistem distribusi dengan pola Radial seperti Gambar 2.1.1.a Adalah sistem distribusi yang paling sederhana dan ekonomis. Pada sistem ini terdapat beberapa penyulang yang menyuplai beberapa gardu distribusi secara radial.

12

Gambar 3.1.1.a Konfigurasi Jaringan Radial Dalam penyulang tersebut dipasang gardu-gardu distribusi untuk konsumen. Gardu distribusi adalah tempat dimana trafo untuk konsumen dipasang. Bisa dalam bangunan beton atau diletakan diatas tiang. Keuntungan dari sistem ini adalah sistem ini tidak rumit dan lebih murah dibanding dengan sistem yang lain. Namun keandalan sistem ini lebih rendah dibanding dengan sistem lainnya. Kurangnya keandalan disebabkan karena hanya terdapat satu jalur utama yang menyuplai gardu distribusi, sehingga apabila jalur utama tersebut mengalami gangguan, maka seluruh gardu akan ikut padam.Kerugian lain yaitu mutu tegangan pada gardu distribusi yang paling ujung kurang baik, hal ini

dikarenakan jatuh tegangan terbesar ada diujung saluran.

b. Jaringan Hantaran Penghubung (Tie Line) Sistem distribusi Tie Line seperti Gambar 2.1.1.b digunakan untuk pelanggan penting yang tidak boleh padam (Bandar Udara, Rumah Sakit, dan lain-lain).

13

Gambar 3.1.1.b Konfigurasi Jaringan Hantaran Penghubung Sistem ini memiliki minimal dua penyulang sekaligus dengan tambahan Automatic Change Over Switch / Automatic Transfer Switch, setiap penyulang terkoneksi ke gardu pelanggan khusus tersebut sehingga bila salah satu

penyulang mengalami gangguan maka pasokan listrik akan di pindah ke penyulang lain.

c. Jaringan Lingkar (Loop) Pada Jaringan Tegangan Menengah Struktur Lingkaran (Loop) seperti Gambar 2.1.1.c dimungkinkan pemasokannya dari beberapa gardu induk, sehingga dengan demikian tingkat keandalannya relatif lebih baik.

Gambar 3.1.1.c Konfigurasi Jaringan Loop

14

d. Jaringan Spindel Sistem Spindel seperti pada Gambar 2.1.1.d adalah suatu pola kombinasi jaringan dari pola Radial dan Ring. Spindel terdiri dari beberapa penyulang (feeder) yang tegangannya diberikan dari Gardu Induk dan tegangan tersebut berakhir pada sebuah Gardu Hubung (GH).

Gambar 3.1.1.d Konfigurasi Jaringan Spindel Pada sebuah spindel biasanya terdiri dari beberapa penyulang aktif dan sebuah penyulang cadangan (express) yang akan dihubungkan melalui gardu hubung. Pola Spindel biasanya digunakan pada jaringan tegangan menengah (JTM) yang menggunakan kabel tanah/saluran kabel tanah tegangan menengah (SKTM).Namun pada pengoperasiannya, sistem Spindel berfungsi sebagai sistem Radial. Di dalam sebuah penyulang aktif terdiri dari gardu distribusi yang berfungsi untuk mendistribusikan tegangan kepada konsumen baik konsumen tegangan rendah (TR) atau tegangan menengah (TM).

e. Sistem Gugus atau Sistem Kluster Konfigurasi Gugus seperti pada Gambar 2.1.1.e banyak digunakan untuk kota besar yang mempunyai kerapatan beban yang tinggi. Dalam sistem ini terdapat Saklar Pemutus Beban, dan penyulang cadangan.

15

Gambar 3.1.1.e Konfigurasi Sistem Kluster Dimana penyulang ini berfungsi bila ada gangguan yang terjadi pada salah satu penyulang konsumen maka penyulang cadangan inilah yang menggantikan fungsi suplai kekonsumen.

3.1.2 Sistem Distribusi Sekunder (Jaringan Tegangan Rendah 380/220V) Sistem distribusi sekunder salah satu bagian dalam sistem distribusi, yaitu mulai dari gardu trafo sampai pada pemakai akhir atau konsumen. jaringan tegangan rendah (JTR) dengan tegangan 380/220 Volt, dimana sebelumnya tegangan tersebut ditransformasikan oleh transformator distribusi dari 20 kV menjadi 380 / 220 Volt, jaringan ini dikenal pula dengan jaringan distribusi sekunder. Hubungan tegangan menengah ke tegangan rendah dan konsumen Melihat letaknya, sistem distribusi ini merupakan bagian yang langsung berhubungan dengan konsumen, jadi sistem ini selain berfungsi menerima daya listrik dari sumber daya (trafo distribusi), juga akan mengirimkan serta mendistribusikan daya tersebut ke konsumen. Mengingat bagian ini berhubungan langsung dengan konsumen, maka kualitas listrik selayaknya harus sangat diperhatikan.

16

3.2 PERALATAN JARINGAN DISTRIBUSI

3.2.1 Jaringan Tegangan Menengah

Jaringan tegangan menengah meliputi : a. Gardu Induk Gardu induk berisikan ujung-ujung dari saluran transmisi / subtransmisi, transformator, distribusi. b. Gardu Hubung (Switch Substation) Gardu hubung merupakan gardu penghubung antara gardu induk dengan gardu trafo distribusi. c. Gardu Distribusi Gardu Distribusi adalah gardu yang berisikan trafo distribusi dan merupakan daerah / titik pertemuan antar jaringan primer dan jaringan sekunder karena pada gardu ini tegangan menengah (TM) diubah ketegangan rendah (TR). d. Feeder (Penyulang) Feeder ( penyulang ) dalam jaringan distribusi merupakan saluran yang menghubungkan gardu induk dengan gardu distribusi. peralatan proteksi, peralatan kontrol dan pangkal saluran

3.2.2 Jaringan tegangan rendah Adalah peralatan yang digunakan pada Jaringan Tegangan Rendah (JTR), sehingga JTR dapat menjalankan fungsinya sebagai penyalur energi listrik ke pelanggan. Komponen pada JTR antara lain: a. Kabel Schoen digunakan untuk menghubungkan rel pada panel hubung bagi dengan penghantar kabel tegangan rendah (kabel obstyg). Kabel Schoen dipres pada kabel obstig dan dibaut direl panel hubung bagi. b. Konektor Adalah peralatan yang digunakan untuk menghubungkan penghantar dengan SR (Sambungan Rumah). Jenis konektor yang umum digunakan PT PLN

17

(Persero) ada dua jenis: Konektor kedap air ( piercing connector), Konektor ini dapat dipasang dalam kondisi jaringan bertegangan dan tanpa mengupas isolasinya. Konduktansi terjadi karena pada konektor ini terdapat gigi penerus arus. Sehingga gigi penerus arus ini harus tajam dan tegak untuk dapat menembus bagian isolasi kabel, serta harus diberi gemuk untuk melindungin bagian kontak dari korosi. Konektor Pres, pemasangan konektor jenis ini, biasanya harus tanpa tegangan, karena diperlukan pengupasan isolasi kabel untuk membentuk konduktifitas. Konduktivitas yang dihasilkan konektor jenis ini lebih baik, karena luas permukaan kontak lebih besar.

Sistem Distribusi Tegangan Rendah adalah bagian hilir dari suatu sistem tenaga listrik pada tegangan distribusi dibawah 1 Kilo Volt langsung kepada para pelanggan tegangan rendah. Beberapa syarat yang harus diperhatikan dalam pengoperasian jaringan Tegangan Rendah adalah sebagai berikut : Batas Penyusutan Tegangan, Standar (PLN) susut tegangan yang diizinkan 5% 10 % dari tegangan operasi. Pada umumnya semakin panjang kabel maka drop tegangan semakin tinggi. Biasanya jarak kabel untuk TR adalah 350 meter. Luas Penghantar Jaringan Distribusi pelanggan sepanjang jalur distribusi Sifat daerah pelayanan, misalnya desa, kota, bandara, rumah sakit. Kelas pelanggan (pada beban rendah, beban tinggi)

Pada umumnya Struktur jaringan TR adalah radial murni atau radial open loop ( bentuk tertutup namun operasi radial). Jarang sekali pelanggan dipasok dengan tingkat kehandalan tinggi dengan jaringan secara tertutup (loop) baik dari satu sumber ataupun dari sumber berlainan. Biasanya Jaringan Loop Tertutup adalah untuk keperluan Rumah sakit, Bandar Udara atau beban yang menyangkut dalam penggunaan keselamatan manusia.

18

pembumian pada jaringan distribusi jaringan tegangan rendah : Semua bagian konduktif yang terbuka pada suatu instalasi harus dibumikan, Apabila jalur yang sama dipasang SUTM dan SUTR, maka pada setiap 3 tiang harus dipasang penghantar pembumian yang dihubungkan dengan penghantar netral, Nilai resistansi pembumian setiap 200 meter boleh melebihi dari 10 Ohm dan semua nilai resistansi pembumian maksimum sebesar 5 Ohm. lintasan (5 gawang) tidak

Sistem tegangan yang dianut ada 3 macam : Sistem 3 fasa (fasa tiga) : 380 Volt / 220 Volt, Sistem 2 fasa (fasa dua) : 440 / 220, 220/ , Sistem 1 fasa ( fasa satu) : 110 Volt, 220 Volt, 250 Volt.

Sistem tegangan dipilih mengikuti konsep teknis (Distribution System Engineering) yang dianut satu sama lain dapat berbeda, misalnya : Sistem Kontinental 3 Phasa 3 kawat, (Distribution Substation Concept) 3 Phasa 4 kawat, America System (Multi grounded) 2 Phasa -3 Netral, Canada System (Swer) 1 Kawat.

persilangan TR dengan kabel Telekomunikasi, Kabel Telekomunikasi harus berada dibawah Penghantar Udara Tegangan Rendah ;

Twisted Cable : Sejajar dengan jarak 1 Meter, Bersilangan dengan jarak 0,3 Meter

Tak berisolasi : Berjajar/bersilangan dengan jarak 1 Meter

3.3 KRITERIA DAN STANDARISASI TEKNIK SALURAN LISTRIK Semua material, peralatan, perakitan dan struktur harus disesuaikan dengan kriteria teknik yang terurai di bawah ini:

19

3.3.1 Kriteria 1) Tekanan angin, Dengan mengacu kecepatan angin maksimum 80 km/jam atau 25 m/s, temperatur minimum 26,8o C, maka diasumsikan tekanan adalah: Konduktor tunggal : 40 kg/m2 Konduktor tiang : 40 kg/m2

2) Tegangan sistem SUTM: Nominal 20kV, maksimum 24 kV, 3 kawat SUTR: Nominal 380V / 220 V, 4 kawat

3) Tingkat isolasi tegangan menengah Impulse withstand voltage : 125 kV Power frequency test voltage : 50 kV

4) Regulasi tegangan Pada sisi konsumen + 5% - 10%

5) Jatuh tegangan Pada SUTM 5%, Trafo 3%, SUTR 4% dan pada SR yang disadap dari SUTR 2%, bila disadap langsung dari trafo 12%. 6) Pentanahan titik netral pada sistem 20 kV Dengan tahanan 500 Ohm 7) Pentanahan pada SUTM : Sebagai kelengkapan dari pemasangan Arester, Trafo, LBS, Recloser, AVS dan pada ujung jaringan. 8) Pentanahan pada SUTR: Dipasang pada setiap 5 gawang atau lebih, dan pada ujung jaringan. Besarnya tahanan pentanahan maksimum 5 Ohm

20

9) Jarak bebas Tabel 3.3.1.a Batasan Jarak Bebas Jaringan Batasan jarak bebas jaringan Dari permukaan tanah Menyilang jaringan 20 kV Menyilang jaringan 220 V Dengan bangunan Dengan pohon SUTM 6.0 m 2.0 m 1.0 m 3.0 m 2.0 m SUTR 4.0 m 2.0 m 1.0 m 2.0 m 0.3 m

10) Kapasitas Arus, Jenis konduktor untuk SUTM dipakai AAAC (All Aluminium Alloy Conductor), suatu campuran aluminium dengan silicium (0,4- 0,7%), magnesium (0,3-0,35%) dan ferum (0,2-0,3%), mempunyai kekuatan yang lebih besar daripada aluminium murni, tetapi kapasitas arusnya lebih rendah. Untuk SUTR dipakai kabel pilin udara (twisted cable) suatu kabel dengan inti AAC berisolasi XLPE (Cross Linked polythylene), dilengkapi kawat netral AAAC sebagai penggantung, dan dipilin. Kapasitas arus adalah kemampuan daya hantar arus pada ambient temperatur 35oC, kecepatan angin 0,5 m/dt, serta daya tahan termal XLPE pada suhu 450oC. Sebagai contoh kapasitas arus tersebut dapat dilihat pada tabel 3.3.1.b.

Tabel 3.3.1.b Daya hantar Arus AAAC & XLPE Cable TR

21

3.3.2 Standar Pada perencanaan konstruksi standar yang dipakai sejauh tidak bertentangan adalah: Standar untuk matrerial dan peralatan : SPLN (standar PLN), IEC ( International Electronical Commision). JIS (Japanese Industrial

Standard), ANSI ( American National Standard Institute) dan stadar lain yang setara. Pemberian warna penandaan kawat dan kabel : merah-kuning hitam untuk fasa, dan biru untuk netral. Fasa rotasi SUTM dari sisi jalan : R-S-T.

3.4 JENIS JENIS PENGAMAN PADA JTM DAN JTR

3.4.1 Pengamanan Pada Jaringan Tegangan Menengah Tujuan utama pengamanan pada jaringan tegangan menengah adalah untuk meminimalisir lamanya gangguan dan untuk meminimalisir jumlah dari pelanggan yang terpengaruh oleh gangguan. Peralatan pengaman pada jaringan tegangan menengah antara lain adalah :

1. Pemutus beban atau tenaga (PMT)

Gambar 2.3 SF6 Circuit Breaker

22

Pemutus tenaga (PMT) disebut juga CB (circuit breaker). Peralatan ini merupakan peralatan listrik yang berfungsi sebagai pemutus arus / daya listrik pada saat berbeban, baik dalam kondisi normal maupun tidak normal (misalnya karena adanya gangguan). Pemutus daya dengan media gas, pada pemutus ini media gas yang di gunakan adalah SF6 (sulfur heksafluorida). Sifa sifat SF6 murni adalah tidak berwarna, tidak berbau, tidak beracun dan tidak mudah terbakar, gas ini memiliki kekuatan isolasi yang tinggi karena memiliki afinitas molekul gas netral guna membentuk ion negatif, elektron tersebut akan diserap oleh molekul gas netral. Gas ini tidak hanya memiliki kekuatan dielektrik yang baik, tetapi juga mempunyai sifat untuk dapat cepat memlakukan rekombinasi setelah sumber energi api dihilangkan. Hal tersebt membuat gas ini menjadi sangat efektif dalam memadamkan busur api.

2. Rele arus lebih

Gambar 2.4 Relay Arus Lebih Rele arus lebih berfungsi untuk mendeteksi arus gangguan ( arus hubung singkat ) dan memberitahukannya ke PMT. Rele ini bekerja berdasarkan adanya kenaikan arus yang melebihi suatu nilai pengaman tertentu dalam waktu tertentu.

23

3. Sectionalizer

Gambar 2.5 Sectionalizer Sectionalizer adalah sebuah peralatan pengaman arus lebih (over current protective device) yang dipasang hanya sebagai pengaman cadangan PMT atau recloser.

4. Sekering (fuse)

Gambar 2.6 Fuse Cutout Sekering (fuse) merupakan jenis pengaman lebur yang digunakan untuk mengamankan sistem dari gangguan arus lebih ( arus hubung singkat atau beban lebih ).

24

5. Recloser

Gambar 2.7 Recloser Recloser merupakan suatu peralatan pengaman yang dapat mendeteksi arus lebih, memutus arus dan menutup kembali secara otomatis dengan selang waktu yang dapat diatur.

6. Arrester

Gambar 2.8 Arrester Arrester adalah peralatan pengaman yangdigunakan untuk mengisolir gangguan karena tegangan lebih, seperti tegangan lebih karena surja petir dan surja switching dari sistem. Adapun fungsinya adalah meneruskan arus atau tegangan ke tanah bila ada surja yang mengalir pada kawat penghantar dan sebagai isolasi arus / tegangan tersebut bila pada keadaan operasi manual.

3.4.2 Pengaman Pada Jaringan Tegangan Rendah 1. Lighting Arrester Penggunaan lighting arrester pada sistem distribusi adalah untuk melindung peralatan terhadap gangguan akibat sambaran petir. Arrester juga

25

digunakan untuk melindungi saluran distribusi dari flashover. Arrester dipasang dekat atau pada peralatan yang dihubungkan dari fasa konduktor ke tanah. Pada saat sistem bekerja normal, arrester memiliki sifat sebagai isolator. Apabila terjadi sambaran petir, arrester akan berubah menjadi konduktor dan membuat jalur ke tanah (bypass) yang mudah dilalui oleh arus petir, sehingga tidak menimbulkan tegangan lebih yang tinggi pada trafo. 2. Fuse Cut Out Fuse cut out atau biasa disingkat FCO adalah peralatan proteksi yang bekerja apabila terjadi gangguan arus lebih. Alat ini akan memutuskan rangkaian listrik yang satu dengan yang lain apabila dilewati arus yang melewati kapasitas kerjanya. Prinsip kerjanya adalah ketika terjadi gangguan arus maka fuse pada cut out akan putus, seperti yang ada pada SPLN 64 tabung ini akan lepas dari pegangan atas, dan menggantung di udara, sehingga tidak ada arus yang mengalir ke sistem. Adapun cara perlindungannya adalah dengan melelehkan fuse link, sehingga dapat memisahkan antara bagian yang sehat dan yang terganggu. Sedangkan fuse link itu sendiri adalah elemen inti dari FCO yang terletak di dalam fuse holder dan mempunyai titik lebur tertentu. Jika beban jaringan sesudah FCO menyentuh titik lebur tersebut, maka fuse link akan meleleh dan akan memisahkan jaringan sebelum FCO dengan jaringan sesudah FCO. Cut out biasanya digunakan pada jaringan distribusi 20 kV untuk proteksi trafo distribusi dari arus lebih akibat hubung singkat,dan juga diletakkan pada percabangan untuk proteksi jaringan. Namun ada kelemahan dari pengaman jenis ini, yaitu penggunaannya terbatas pada penyaluran daya yang kecil, serta tidak dilengkapi dengan alat peredam busur api yang timbul pada saat terjadi gangguan hubung singkat. 3. Fuse Fuse adalah alat pengaman listrik yang paling familiar dan sering kita jumpai. Fuse terpasang dalam rangkaiaan listrik tersusun secara seri, sehingga jika terlewati arus yang melebihi kapasitas kerja dari fuse tersebut, maka fuse

26

akan terbakar dan memutus arus yang ada dalam rangkaian tersebut. Element penghantar yang terdapat dalam fuse tersebut akan meleleh, dan memutus rangkaian listrik tersebut sebagai pengaman terhadap komponen-komponen lain dalam rangkaian listrik tersebut dari bahaya arus besar. Jika kita dapati fuse yang telah terbakar atau putus elementnya kita harus menggantinya dengan yang baru, tetapi yang perlu diingat adalah penggantian dengan kapasitas arus yang sama. Jika menggantinya dengan kapasitas arus yang lebih besar maka akan berakibat kerusakan pada rangkaian listrik tersebut, karena jika ada arus lebih dalam rangkaian tersebut, fuse tidak akan putus atau terbakar. 4. NH Fuse Sebagai pengaman trafo terhadap arus lebih yang terpasang di sisi tegangan rendah (220 Volt), untuk melindungi trafo terhadap gangguan arus lebih yang disebabkan karena hubung singkat dijaringan tegangan rendah maupun karena beban lebih. 5. Fusible Link Ada 2 category yang disebut dengan fusible link, yaitu : fuse element cartridge dan fusible link itu sendiri., namun secara fungsi antara fuse dengan fusible link adalah sama yaitu sebagai pengaman listrik. Perbedaan yang paling terlihat adalah kapasitas arus yang diamankan, fusible link fuse element cartridge aplikasinya adalah untuk pengamanan arus di atas 30 ampere. 6. Fuse Element Cartridge Fuse element adalah tipe fusible link yang berbentuk catridge atau kadang juga disebut pacific fuse. Element Fuse yang digunakan dilengkapi dengan terminal dan housing. Secara umum fuse element yang sering kita jumpai di pasaran adalah yang cara pasangnya dengan cara plug-in atau dengan menggunakan bolt. Fusible link berbentuk kawat penghantar yang didesain akanmeleleh dan putus saat dilewati oleh arus lebih yang melebihi kapasitas arusnya, karena desainnya yang seperti itu maka isolation nya terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar.

27

3.4.3 Gangguan pada Jaringan Tegangan Rendah

1.

Gangguan Hilang Pembangkit Dalam beroperasi, pembangkit tenaga listrik tidak bisa dipisahkan dari sub

sistem tenaga listrik yang lain yaitu penyaluran (transmisi), distribusi dan pelelangan, karena pembangkit tenaga listrik merupakan salah satu sub sistem dari sistem tenaga listrik. Secara garis besar, gangguan hilangnya pembangkit diakibatkan oleh dua hal, yaitu : Gangguan internal yaitu yang diakibatkan oleh pembangkit itu sendiri, misalnya: kerusakan/gangguan pada penggerak mula (prime over) dan kerusakan/gangguan pada generator. Gangguan eksternal, yaitu gangguan yang berasal dan diakibatkan dari luar pembangkitan, misalnya: gangguan hubung singkat pada jaringan. Hal ini akan menyebabkan sistem proteksi (relai atau circuit breaker) bekerja dan memisahkan suatu pembangkitan dari sistem yang lainnya. 2. Gangguan Beban Lebih Dalam suatu sistem tenaga listrik, yang dimaksud gangguan beban lebih adalah pelayanan kepada pelanggan listrik yang melebihi kemampuan sistem tenaga listrik yang ada, misal: trafo distribusi dengan kapasitas daya terpasang 100 KVA, akan tetapi melayani pelanggan lebih besar dari kapasitasnya. Hal ini menyebabkan trafo bekerja pada kondisi abnormal. 3. Gangguan Hubung Singkat Gangguan hubung singkat pada jaringan listrik, dapat terjadi antara phasa dengan phasa (2 phasa atau 3 phasa) dan gangguan antara phasa ke tanah. 4. Gangguan Tegangan Lebih Yang dimaksud gangguan tegangan lebih ialah, besarnya tegangan yang ada pada jaringan listrik melebihi tegangan nominal, yang diakibatkan oleh beberapa hal sebagai berikut : Adanya penurunan beban pada jaringan, Terjadinya gangguan pada pengatur tegangan voltage regulator (AVR) pada generator, Putaran yang sangat cepat pada generator yang diakibatkan karena kehilangan beban, terjadi sambaran petir dan terjadinya surja hubung pada breaker.

Anda mungkin juga menyukai