Anda di halaman 1dari 32

Mata Kuliah : Pengembangan Sumber Daya Air Modul No.

12 : Bangunan Tangki Pendatar Air (Surge Tank) Tujuan Instruksional Umum (TIU) : Mahasiswa mengetahui definisi, pengertian dan penggunaan dari Bangunan Tangki Pendatar Air (Surge Tank) sebagai sarana utama dalam pengembangan sumber daya air untuk bidang ketenagaan khususnya tenaga air mulai dari perencanaan hidrolis dan pemeliharaan selama usia layannya. Tujuan Instruksional khusus (TIK) : Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian dan tujuan dari pemanfaatan Bangunan Tangki Pendatar Air (Surge Tank) pemilihan tipe, perencanaan hidrolis, pelaksanaan konstruksi, hingga pemeliharaan selama usia layannya.

12
BANGUNAN TANGKI PENDATAR AIR (SURGE TANK)

12.1

PERSAMAAN DASAR OSKILASI Persamaan dasar yang akan diuraikan dalam bab ini didasarkan pada penggunaan surge tank sederhana seperti yang diberikan pada gambar 12.1.

Gambar 12.1 Surge Tank Sederhana Dalam analisis oskilasi sistem pendatar air, dianggap bahwa dinding pipa tidak elastik dan air tidak kompresibel. Hal ini berarti bahwa perubahan tekanan menjalar sepanjang saluran dengan kecepatan tak terhingga, dan air didalam sistem pipa berkelakuan seperti benda padat (kaku), sehingga perubahan di satu ujung dari suatu kolom air akan segera terasakan di ujung yang lain.

12.1.1. Persamaan Dinamik Dipandang suatu elemen pipa pesat sepanjang dL. Gaya-gaya yang bekerja searah dengan sumbu pipa pada elemen tersebut adalah :

Gambar 12.2 Gaya-gaya pada Elemen Pipa Pesat

Komponen gaya berat : Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

dW sin = A dL sin = A dh dimana dh = dL sin Komponen gaya tekanan : - AT dp Komponen gaya gesek : - AT i dL dimana i adalah kemiringan garis energi.

Persamaan dinamik dari oskilasi massa dapat diperoleh dari hukum Newton II : F = m.a A dh AT AT dp AT. i.d L = g A T dL t
V

(12.1)

dimana massa elemen air di dalam pipa adalah m = g A T dL


dL V dp idL g t = dh

(12.2)

untuk dapat mengintegralkan persamaan tersebut diatas (dari 0 sampai dengan L), anggapan-anggapan berikut ini diperlukan : a. baik pipa maupun air adalah tak termampatkan (tak kompresibel), dan (V/t = dV/dt). b. rumus kehilangan tenaga akibat gesekan yang berlaku untuk aliran permanen, berlaku pula untuk aliran tidak permanen. c. tinggi kecepatan, (v2/2g), dapat diabaikan, dan d. massa air di dalam surge tank dapat diabaikan.

Dengan mengintegralkan persamaan 12.2 diatas, yaitu :


Ha Ha + z dp L 1 dV L i dL dL = dh g dt 0 Hi Hi 0

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

L dV = Ha Hi (Ha + z Hi) iL g dt

dimana i L = F V2, diperoleh persamaan sebagai berikut :


L dV + z FV 2 = 0 g dt

(12.3)

Tanda positif dalam persamaan tersebut digunakan apabila arah aliran adalah dari reservoir ke surge tank. Apabila tinggi kecepatan v2/2g di dalam pipa pengantar/ pembawa tidak dapat diabaikan, batas integral untuk tinggi tekanan (piezometer pressure) adalah :
Ha +z Hi Vo 2 2g

dp

sehingga persamaan dinamik yang diperoleh adalah :


L dV V2 +z + FV 2 = 0 g dt 2g

(12.3a)

12.1.2. Persamaan Kontinuitas Dari gambar 12.1 diatas, dapat diperoleh persamaan kontinuitas sebagai berikut : V AT = Q + As
dz dt

(12.4)

dimana (u = dz/dt) adalah kecepatan naik turunnya muka air di dalam surge tank. Persamaan (12.3) dan (12.4) diperoleh dengan anggapan bahwa luas reservoir sangat besar, sehingga elevasi muka air reservoir praktis tidak berubah. Karena anggapan bahwa pipa adalah kaku, dan air tidak termampatkan, maka turunan terhadap ruang (variasi terhadap x) dari persamaan dinamik dan persamaan kontinuitas sama dengan nol, dan aliran hanya berubah terhadap waktu.

12.2

ANALISIS PERSAMAAN DASAR OSKILASI Integral secara langsung (penyelesaian analitis) dari persamaan dinamik (persamaan 12.3) dan persamaan kontinuitas (persamaan 12.4) hanya dapat dilakukan pada kasus-kasus yang khusus (sederhana), seperti misalnya :

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

Oskilasi karena pelepasan beban secara tiba-tiba (penutupan katup turbin secara mendadak),

Oskilasi karena peningkatan beban secara tiba-tiba (pembukaan katup turbin secara mendadak).

Di samping penyelesaian secara analitis, juga dikenal penyelesaian secara grafis maupun numeris. Metode yang terakhir lebih banyak digunakan, terutama untuk kasus-kasus yang kompleks.

12.2.1. Oskilasi Karena Penutupan Katup Secara Mendadak Penyelesaian analitis dilakukan dengan mengabaikan gaya gesekan, F = 0. Pada waktu t = 0 Q = Qo t = 0 + Q = Qo, Berdasarkan persamaan kontinuitas (persamaan 12.4), V AT = Q + As
dz dt

V AT = As

dz , atau dt

V=

A s dz A d2 z dV = s dan A T dt dt A T dt 2

Dengan memasukkan dV/dt dan F = 0, ke dalam persamaan gerak (persamaan 12.3), diperoleh :
L A s d2 z +z =0 g A T dt 2

yang mana merupakan persamaan diferensial linear homogen order 2. Persamaan tersebut dapat ditulis sebagai :
(D 2 + 1 L As g A T
1 2

)z = 0

dengan D =

d dt

(D +

i L A s 1/ 2 ( ) g AT

)(D

i L A s 1/ 2 ( ) g AT

)z = 0

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

dengan menggunakan kaidah penyelesaian dari persamaan diferensial linear homogen, persamaan berikut dapat diperoleh : z = C1Cos g AT g AT t + C 2Sin t L As L As (12.5)

dimana C1 dan C2 adalah konstanta sembarang yang dapat diperoleh berdasarkan kondisi awal. Untuk t = 0
dz Qo 2 2 = = C2Cos t dt A s T T

Substitusi kondisi untuk t = 0 pada persamaan 12.5, diperoleh C1 = 0 C2 = Qo


L g.A s .A T L Sin g.A s .A T

z = Qo

g AT t L As

Persamaan ini menggambarkan oskilasi muka air di dalam tangki pendatar air, apabila gesekan diabaikan, F = 0. Periode, T, dan amplitudo maksimum Z* = C2, dari oskilasi ini adalah (Gambar 12.3) : T = 2

L As g AT
L g.A s .A T

Z* = C2 = Qo

= Vo

L AT g As

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

Gambar 12.3 Oskilasi pada Tangki Pendatar Air (gesekan diabaikan)

Untuk kasus dimana pintu menutup sebagian, yaitu debit aliran dari Qo menjadi Q1, persamaan kontinuitasnya adalah : Qo = A s
dz + Q1 dt dz + A T V1 dt

ATVo = A s untuk

t = 0 z = 0 dan C1 = 0
dz 2 2 A T = C2Cos t = ( Vo V1) dt T T As

C2 =

AT T ( Vo V1) , atau As 2
AT L As ( Vo V1) , atau As g AT
L AT , dan g As

C2 =

C2 = ( Vo V1)

persamaan oskilasi yang diperoleh adalah z = ( Vo V1) L AT 2 t Sin g As T

12.2.2. Oskilasi Karena Pembukaan Katup Secara Mendadak Akibat pembukaan katup, debit aliran meningkat secara tiba-tiba, dari Q1 menjadi Qo. Persamaan kontinuitas yang berlaku adalah : Q1 - A s
dz = Qo dt

Untuk t = 0 z = 0 dan C1
(Q Q o ) dz 2 2 A = C2Cos = T ( V1 V0 ) = 1 dt T As T As

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

C2 = ( V1 Vo )

L AT g As

z = ( V1 Vo ) di mana V1 < Vo

L AT 2 t Sin g As T

12.3

WATER HAMMER

12.3.1. Pengertian Dasar Water Hammer Sistem pendatar air dalam suatu PLTA biasanya terdiri dari beberapa bagian seperti diperlihatkan pada Gambar 12.4, yaitu : o o o o o waduk, saluran pengantar (pressure tunnel), pipa pesat (pressure pipe line/penstock), tangki pendatar air (surge tank), dan katup pengontrol (control valve).

Gambar 12.4 Aliran Air pada Waterway

Pada waktu kondisi aliran di dalam sistem pipa (sistem pendatar air) berubah karena adanya pengoperasian katup pengontrol di hilir (misalnya pada turbin), maka perubahan kondisi aliran tersebut akan berpengaruh pada seluruh sistem pendatar/sistem pipa (Gambar 12.4), akibat terjadinya perjalanan gelombang tekanan keseluruh sistem. Fenomena terjadinya penjalaran tekanan karena adanya perubahan pengoperasian katup pengontrol tersebut dikenal Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

dengan nama Water Hammer. Penjalaran tekanan ini akan mengakibatkan terjadinya penjalaran gelombang kecepatan, sehingga aliran yang terjadi dalam sistem pipa adalah merupakan aliran tidak permanen (transient). Tekanan water hammer akan sangat besar apabila sistem pipa sangat panjang dan kecepatan aliran tinggi. Untuk mengurangi tekanan yang besar dalam sistem pipa tersebut, biasanya digunakan surge tank (tangki pendatar air). Surge tank, dalam hal ini berfungsi untuk melindungi pipa dari variasi tekanan yang sangat besar, yaitu dengan menangkap gelombang tekanan yang terjadi pada pipa pesat. Disamping itu, surge tank juga berfungsi untuk mereduksi oskilasi tekanan yang terjadi di dalam pipa. Perkembangan teori water hammer dimulai dari suatu analisis yang menganggap bahwa zat cair adalah seperti benda padat (kaku), dimana dalam analisis dianggap bahwa pipa adalah kaku dan zat cair tidak kompresibel. Pada teori ini, perubahan yang terjadi pada salah satu ujung dari suatu kolom zat cair (dalam pipa) akan segera terasakan (secara serentak) pada ujung yang lain, yang berarti bahwa kecepatan rambat gelombang sangat besar, dan tak terbatas. Perkembangan selanjutnya dari analisis water hammer menganggap bahwa pipa adalah elastis dan zat cair kompresibel. Berarti perubahan yang terjadi pada salah satu ujung dari suatu kolom zat cair tidak secara serentak terasakan di sepanjang kolom zat cair. Kecepatan rambat gelombang besar tapi terbatas.

12.3.2. Teori Aliran Tak Kompresibel dan Pipa Kaku Untuk menjelaskan teori ini digunakan gambar bantu seperti diperlihatkan pada Gambar 12.5 dibawah ini.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

Gambar 12.5 Tekanan Hidrolis pada Pipa

Ditinjau massa zat cair di dalam pipa dari titik 1 (di dekat waduk) sampai pada titik 2 (pada katup). Gaya-gaya yang bekerja pada massa zat cair tersebut adalah : 1. Gaya tekanan pada tampang 1 (di dekat waduk) F1 = p1A 2. Gaya tekanan pada tampang 2 (di sebelah hulu katup) F2 = p2A dengan p2 adalah tekanan di hulu katup. Pada saat perubahan posisi katup, tekanan di sebelah hulu katup tidak sama dengan di sebelah hilirnya (p2). Pada penutupan katup, p2 > p2 , sedangkan pada pembukaan katup, p2 < p2 . 3. Gaya gesekan antara zat cair dengan dinding pipa F3 = P L dengan P adalah keliling basah.

Berdasarkan hukum Newton II, F = M a, maka : p1A p2A P L = p A L


dV dt

dengan membagi kedua ruas persamaan diatas dengan A , diperoleh :


p1 p 2 PL L dV = + , atau A g dt p1 p 2 L dV = H = hf + g dt

(12.6)

Dengan H adalah perbedaan tekanan antara titik 1 dan titik 2. Dalam persamaan tersebut, hf adalah kehilangan tenaga karena gesekan, sedang (L/g)(dV/dt) adalah tinggi percepatan (kehilangan tenaga karena percepatan/perlambatan). Pada penutupan katup, yang berarti aliran diperlambat, harga dV/dt adalah negatif, sedang pada percepatan aliran dV/dt adalah positif, seperti diperlihatkan dalam Gambar 12.6.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

Gambar 12.6 Garis Tekan pada Pengoperasian Katup Gambar 12.6 menunjukkan bentuk garis tekanan untuk berbagai kondisi pengoperasian katup, yaitu : a. aliran permanen (dV/dt = 0) b. aliran tidak permanen dipercepat (dV/dt positif), dan c. aliran tidak permanen diperlambat (dV/dt negatif). Pada kondisi aliran permanen (a), persamaan (12.6) identik dengan persamaan Bernoulli (persamaan garis energi) untuk aliran permanen dan fluida riil. Untuk aliran tidak permanen dipercepat (katup dibuka), tinggi tekanan di titik 2 akan turun sebesar (L/g)(dV/dt). Sedang pada perlambatan aliran akan menyebabkan terjadinya kenaikan tinggi tekanan sebesar (L/g)(dV/dt). Penurunan atau kenaikan tekanan di titik 2 akan berkurang secara linear ke arah waduk (titik 1). Apabila katup di tutup penuh sehingga kecepatan awal yang semula V berubah menjadi : V = 0 dalam periode tc, maka perubahan tekanan akan menjadi :

p1 p 2 L V = g tc

(12.7)

Dari persamaan (12.7) diatas terlihat bahwa apabila penutupan katup dilakukan secara mendadak (tc=0), maka kenaikan tekanan adalah tak terhingga. Dengan memperhitungkan kehilangan tenaga akibat gesekan pipa, tinggi tekanan sesaat pada katup, h, selama periode pengaturan katup adalah : h = H1 f
L V2 L dV D 2g g dt

(12.8)

Apabila percepatan atau perlambatan aliran diketahui, maka persamaan tersebut diatas dapat diselesaikan.

12.3.3. Teori Elastis Pada teori yang diberikan dalam sub-bab 12.3.2, dianggap bahwa air adalah tak kompresibel dan pipa adalah kaku. Perubahan tekanan yang diperoleh dengan Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

anggapan tersebut akan benar apabila perubahan aliran terjadi secara lambat dan berangsur-angsur. Apabila perubahan aliran adalah mendadak, atau waktu penutupan katup adalah tc=0, maka harga dV/dt menjadi tak terhingga (lihat persamaan 12.7), sehingga perubahan tekanan yang terjadi juga tak terhingga. Percobaan yang dilakukan menunjukkan bahwa perubahan tersebut adalah terhingga ; hal ini karena adanya sifat elastis (kompresibel) dari zat cair. Karena sifat elastis (termampatkan) dari zat cair, maka perubahan tekanan dan kecepatan yang terjadi karena penutupan katup tidak terasakan secara serentak di sepanjang pipa. Gelombang tekanan tersebut akan merambat sepanjang pipa dengan kecepatan yang sangat tinggi. Pada sub-bab berikut ini akan dijelaskan teori elastis baik pada pipa kaku maupun pada pipa elastis. 1. Pipa Kaku Gambar 12.7 menunjukkan suatu pipa kaku dengan luas tampang A dimana pada ujungnya terdapat katup. Dipandang elemen pipa yang dibatasi oleh tampang 1 dan 2.

Gambar 12.7 Elemen Pipa

Pada keadaan aliran permanen kecepatannya adalah Vo, tekanan p dan rapat massa . Penutupan katup secara mendadak (dalam waktu dt) akan menyebabkan perubahan kecepatan, tekanan dan rapat massa menjadi Vo + dV, p + dp dan + d . kenaikan tekanan sebesar dp ini akan merambat ke hulu dengan kecepatan C. Dengan adanya kecepatan rambat C tersebut maka kecepatan aliran masuk dan keluar dari elemen pipa adalah (Vo + C) dan (Vo + dV + C). Dengan

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

menggunakan persamaan momentum dalam arah x pada zat cair antara tampang 1 dan 2, maka : F = Q (V2 V1) F = o (Vo + C) A [(Vo + dV + C) - (Vo + C)] atau poA (po + dp) A = o (Vo + C) A dV - dp A = o (Vo + C) A dV atau - dp = o (Vo + C) dV (12.9)

Kecepatan rambat gelombang C adalah jauh lebih besar dari kecepatan aliran, Vo, sehingga persamaan diatas menjadi : dp = - o C dV (12.10)

Oleh karena, p = g H, dimana H adalah tinggi tekanan, maka persamaan dengan H adalah tinggi tekanan, maka persamaan (12.10) dapat ditulis menjadi : dH = - g dV
C

(12.11)

Persamaan (12.11) menunjukkan bahwa adanya pengurangan kecepatan akan menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan. Pada penutupan katup secara penuh, kecepatan aliran yang semula Vo akan menjadi 0, sehingga persamaan (12.11) menjadi : h = - g Vo
C

(12.12)

Telah diberikan di depan bahwa perubahan tekanan mengakibatkan terjadinya perubahan rapat massa zat cair dari o menjadi o + dp. Pada bagian tampang pipa antara tampang 1 dan 2, massa yang masuk adalah : M1 = o A (Vo + C), Dan massa yang keluar adalah : M2 = (o + dp) A (Vo + dV + C),

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

Kenaikan massa karena perubahan rapat massa adalah kecil dan dapat diabaikan, sehingga massa aliran masuk ke dalam pipa akan sama dengan yang keluar. o A (Vo + C) = (o + dp) A (Vo + dV + C) atau dV = d (Vo + dV + C) o

mengingat bahwa (Vo + dV) <<< C, maka : dV = d C o

(12.13)

Modulus elastis yang menunjukkan perubahan tekanan dan perubahan rapat massa terhadap rapat massa awal, dapat dituliskan sebagai berikut : K=
d o /

(12.14)

dari persamaan (12.13) dan (12.14) diperoleh : C = - K dp


dV

Apabila dp diberikan oleh persamaan (12.10), maka persamaan (12.15) menjadi : C=


K oC
K o

atau

C=

(12.16)

yang merupakan kecepatan gelombang tekanan untuk aliran zat cair kompresibel melalui pipa kaku. Dari persamaan tersebut, apabila harga K dan dari zat cair diketahui, maka cepat rambat gelombang tekanan dapat dihitung. Aplikasi dari persamaan-persamaan tersebut diatas diperlihatkan dalam contoh soal. 2. Pipa Elastis Elastisitas pipa akan mengurangi cepat rambat gelombang tekanan dan kenaikan tekanan. Untuk menjelaskan teori elastis dan pipa elastis digunakan Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

gambar bantu seperti diberikan dalam Gambar 12.8. Pada waktu t = 0, kondisi aliran adalah permanen, kemudian katup yang ada di ujung pipa ditutup secara mendadak. Apabila dianggap bahwa pipa adalah tidak mempunyai gesekan, maka pada kondisi aliran permanen tersebut, tinggi tekanan di sepanjang pipa adalah Ho. Mekanisme penjalaran gelombang tekanan pada sistem pipa tersebut adalah sebagai berikut ini. a. 0 < t L/C (Gambar 12.8 a, b, dan 12.8 c) Segera setelah katup di tutup, kecepatan pada katup berkurang sehingga menjadi nol, yang akan menyebabkan kenaikan tekanan sebesar dH. Tambahan tekanan positif ini akan mengakibatkan pengembangan pipa karena sifat elastik pipa. Dalam gambar tersebut garis titik-titik menunjukkan kondisi awal pipa. Zat cair didalam pipa akan terpampatkan oleh kenaikan tekanan tersebut dan gelombang tekanan akan menjalar menuju ke hulu (waduk). Di belakang gelombang ini kecepatan aliran menjadi nol dan tinggi tekanan menjadi Ho + dH. Energi kinetik yang ada sebelumnya diubah menjadi energi tekanan. Jika kecepatan rambat gelombang tekanan adalah C maka pada saat t = L/C penjalaran gelombang tekanan telah mencapai waduk. Pada saat ini seluruh pipa telah mengembang, kecepatan aliran sama dengan nol dan tinggi tekanan sama dengan Ho + dH. b. L/C < t 2L/C (Gambar 12.8 d, e) Muka air waduk adalah Ho sedangkan tinggi tekanan dalam pipa di mulut adalah Ho + dH, sehingga terjadi ketidakstabilan karena adanya perbedaan tekanan. Perbedaan tekanan ini menyebabkan air mulai mengalir dari pipa menuju ke waduk dengan kecepatan Vo (arah berlawanan dengan arah semula). Kecepatan yang tadinya nol mulai berubah menjadi Vo dan menyebabkan penurunan tekanan dalam pipa dari Ho + dH menjadi Ho. Dengan kata lain gelombang tekanan bergerak menuju katup sehingga tinggi tekanan di belakang muka gelombang menjadi Ho dan kecepatan zat cair menjadi Vo. pada saat t = 2L/C tinggi tekanan di seluruh pipa adalah Ho dan kecepatan adalah Vo. c. 2L/C < t 3L/C (Gambar 12.8 f, g)

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

Jika katup tetap tertutup secara sempurna maka kecepatan di katup sama dengan nol dan kecepatan berubah secara mendadak dari Vo menjadi nol. Hal ini akan mengakibatkan tinggi tekanan menurun menjadi Ho dH, dan gelombang tekanan negatif akan menjalar menuju ke hulu. Di belakang gelombang ini kecepatan adalah nol dan tinggi tekanan adalah Ho dH. Pada saat t = 3L/C tinggi tekanan diseluruh pipa menjadi Ho dH dan kecepatannya nol. d. 3L/C < t 4L/C (Gambar 12.8 h, i) Segera setelah gelombang mencapai waduk keadaan tak seimbang terjadi lagi di ujung hulu pipa. Tekanan di waduk lebih tinggi daripada tekanan dalam pipa, sehingga air mulai bergerak menuju ke katup dengan kecepatan Vo dan tinggi tekanan di belakang gelombang ini menjadi Ho. Pada saat t = 4L/C, tinggi tekanan di seluruh pipa menjadi Ho dan kecepatan aliran adalah Vo. Dengan demikian kondisi aliran telah sama dengan kondisi awal/semula sehingga proses terulang terus dengan periode t = 4L/C. Gambar 12.8 menunjukkan urutan kejadian tersebut di sepanjang pipa, sedang gambar 12.9 menunjukkan variasi perubahan tekanan pada katup sebagai fungsi waktu. Karena adanya anggapan bahwa tidak ada gesekan pipa maka proses tersebut akan berlangsung terus dengan periode ulang 4L/C. Pada kenyataannya, gelombang tekanan akan tereduksi oleh kehilangan tenaga karena gesekan pada saat gelombang menjalar di dalam pipa, dan akhirnya zat cair akan diam setelah selang waktu tertentu. Apabila kehilangan tenaga karena gesekan diperhitungkan, maka variasi tekanan pada katup terhadap waktu menjadi seperti terlihat dalam gambar 12.10. Berikut ini diberikan penjelasan tentang teori elasitis pada pipa elastis. Seperti diketahui bahwa penutupan katup akan menyebabkan tekanan menjalar di sepanjang pipa dan air terhenti, seperti air akan mengalami pemampatan dan pipa akan mengembang. Besar cepat rambat gelombang tekanan dapat diperoleh berdasarkan prinsip energi dan kerja kinetik. Apabila luas tampang, panjang pipa dan kecepatan aliran adalah A, L, dan Vo, maka energi kinetik air di dalam pipa adalah :

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

Ek =

1 2 ALVo 2

(12.17)

Energi kinetik tersebut harus dikonversikan ke dalam energi elastis dari pemampatan zat cair dan pengembangan pipa. Kompresibelitas zat cair diberikan oleh : K= p

dengan adalah volume zat cair yang mengalami perubahan tekanan sebesar p. Oleh karena p = h, maka pengurangan volume dapat dituliskan sebagai berikut : = =
h K ALh K

atau

Daya kompresi adalah pengurangan volume dikalikan dengan tekanan rerata, Dk =


h ALh 2 K AL 2K

atau

Dk = ( h)2

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

Gambar 12.8

Gambar 12.9

Gambar 12.10

Daya yang dilakukan karena pengembangan dinding pipa adalah perkalian dari gaya rerata yang bekerja pada dinding pipa dengan regangan tambahan. Gaya tarik yang bekerja pada dinding pipa adalah : T=
hD 2

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

dengan T adalah gaya tiap satuan panjang dinding pipa dan D adalah diameter pipa. Tegangan satuan (unit stress) pada pipa adalah :

T t'

dengan t adalah tebal pipa. Sedangkan regangan satuan pipa adalah : =


D T E t' E D t' E

dan regangan =

dengan E adalah modulus elastisitas Young dari material dinding pipa. Gaya rerata di dalam pipa karena water hammer adalah : F=
LT hDL = 2 4

Kerja yang dilakukan untuk pengembangan dinding pipa adalah : Dp =


D hD hDL t' E 2 4
D2 DL 4 2t ' E

atau

Dp = ( h)2

Bentuk konversi energi kinetik menjadi daya kompresi zat cair dan pengembangan dinding pipa adalah : Ek air = Daya kompresi air + Daya pengembangan pipa atau atau Ek = Dk + Dp
AL
2 V0 AL D2 DL = ( h)2 + ( h)2 2g 2K 4 2t ' E

setelah disederhanakan persamaan di atas dapat dituliskan sebagai : h=


Vo K /

g [1 +(KD / t' E )]

(12.18)

Perbandingan antara persamaan (12.18) dengan persamaan (12.12) akan memberikan harga C berikut ini. C=
K / [1 +(KD / t ' E )]

(12.19)

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

Apabila pipa dianggap kaku, harga (KD/tE) adalah sangat kecil sehingga persamaan (12.19) menjadi C = K/r yang sesuai dengan persamaan 12.16. Pada tabel 12.1 diberikan harga-harga modulus elastis Young untuk berbagai bahan pipa.

Tabel 12.1 ModuluS elastisitas berbagai bahan pipa

Bahan Pipa Semen asbes Kuningan Beton Tembaga Besi Luang Baja 12.3.4. Persamaan Diferensial Water Hammer

Modulus elastisitas (x 109 N/m2) 24 78 110 14 30 107 131 80 170 189 226

Persamaan aliran water hammer yang merupakan persamaan aliran tidak permanen dalam pipa dapat dipresentasikan dalam bentuk matematis, yaitu persamaan kontinuitas dan momentum (gerak). Dua variabel yang dicari dari kedua persamaan tersebut adalah debit aliran Q dan tinggi tekanan H. Dalam bab ini akan diberikan penurunan kedua persamaan tersebut beserta metode penyelesaiannya. 1. Anggapan-anggapan Beberapa anggapan yang digunakan dalam penurunan persamaan water hammer (persamaan aliran tidak permanen melalui pipa) adalah sebagai berikut : a. aliran adalah satu dimensi dan distribusi kecepatan pada tampang lintang pipa adalah seragam b. dinding pipa dan fluida adalah elastis linear, yang berarti tegangan sebanding dengan regangan. Keadaan ini benar untuk kebanyakan pipa, seperti pipa dari besi, beton, kayu, dan terowongan pada batuan baik yang dilapisi beton atau tidak.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

c. Rumus-rumus kehilangan tenaga karena gesekan pipa untuk aliran permanen berlaku pula untuk aliran tidak permanen. 2. Persamaan Kontinuitas Penurunan persamaan kontinuitas dilakukan dengan melihat gambar 12.11 yang merupakan elemen fluida yang berada didalam pipa. Dalam gambar tersebut 1 dan 2 adalah volume aliran masuk dan keluar dalam interval waktu dt, yang diberikan dalam
dr

Aliran Masuk

Aliran Keluar

r +

dx

Gambar 12.11 Perubahan Aliran Fluida dalam Pipa

1 = V r2 dt 2 = ( V +
V dx )r 2 dt x

(12.20) (12.21)

dengan r adalah jari-jari pipa. Perubahan volume zat cair dalam waktu dt adalah : d = 1 - 2 = V r2 dt - ( V + =
V r 2 dxdt x V dx )r 2 dt x

(12.22)

Selama waktu dt tersebut terjadi perubahan tekanan sebesar : dp =


p dt t

(12.23)

Perubahan tekanan tersebut menyebabkan dinding pipa mengembang atau menyusut secara radial dan mengakibatkan panjang elemen fluida berkurang

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

atau bertambah karena kompresibilitas fluida. Pertama kali dipandang suatu perubahan volume, dr, karena adanya pengembangan atau penyusutan pipa secara radial. Tegangan radial T di dalam pipa karena adanya perubahan tekanan p diberikan oleh persamaan berikut :

pr e

(12.24)

dengan e adalah tebal dinding pipa. Dengan demikian perubahan tegangan dT, yang disebabkan oleh perubahan tekanan dp dapat ditulis dalam bentuk : d = dp d=
r e

p r dt t e

(12.25)

Oleh karena jari-jari pipa berubah dari r menjadi r + dr, maka perubahan regangan adalah : d=
dr r

Apabila dinding pipa dianggap elastis secara linear, maka : E=


d d

(12.26)

dengan E adalah modulus elastisitas Young. Substitusi harga d dan d dari persamaan (12.25) dan (12.26) ke dalam persamaan (12.27) akan diperoleh : ( E= p r )dt( ) t e dr r
p r2 dt t eE

(12.27)

atau,

dr=

(12.28)

Perubahan volume elemen karena pengembangan atau penyusutan pipa adalah : dr = 2 r d x dr (12.29)

Substitusi persamaan (28) ke dalam persamaan (29) akan diperoleh :

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

dr = 2

p r 3 dtdx t eE

(12.30)

Selain terjadi perubahan volume fluida karena pengembangan dan penyusutan pipa, juga terjadi perubahan volume karena sifat kompresibilitas fluida. Volume awal elemen fluida adalah : = r2 dx (12.31)

Selain yang diberikan dalam persamaan (12.31), modulus elastisitas fluida dapat juga diberikan oleh bentuk persamaan berikut :
dp K = d c

(12.32)

Apabila persamaan (12.23) dan persamaan (12.21) disubstitusikan ke dalam persamaan (12.32) untuk harga dp dan d, maka persamaan berikut dapat diperoleh : dc =
p dt r 2 dx t K

(12.33)

Apabila dianggap bahwa rapat massa zat cair adalah konstan, maka berdasarkan hukum kekekalan massa, d + dc = dr (12.34)

Substitusi harga d, d, dan d dari persamaan 12.22, 12.30 dan 12.33 ke dalam persamaan 12.34 akan menghasilkan :

3 V p dt dxdt r2 r 2 = 2 p r dxdt x t K t eE

V 1 p p r 3 ) r 2dxdt = 2 dxdt x K t t eE

kedua ruas dibagi dengan r2 d dt, dan diperoleh :


V 1 2r p +( + ) =0 x K eE t

(12.35)

Besar tekanan p diberikan oleh bentuk persamaan berikut : p=gH

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

dengan r adalah rapat massa fluida dan H (x,t) adalah tinggi tekanan. Diferensial harga p terhadap t akan memberikan :
p H = g t t

(12.36)

Substitusi bentuk persamaan diatas ke dalam persamaan (12.35) dan dengan catatan bahwa Q = V A, maka diperoleh persamaan berikut :
1 Q 1 2rK H +( + )g =0 A x K eEK t
1 Q (1 + 2rK / eE) H + =0 gA x K t

atau

C2 Q H + =0 gA x t

(12.36)

dengan

C2 =

K DK (1 + ) eE

dimana D adalah diameter pipa dan C adalah cepat rambat gelombang. Persamaan (12.36) adalah persamaan aliran tidak permanen melalui pipa.

3. Persamaan Gerak Gambar 12.11 menunjukkan elemen fluida yang bergerak melalui pipa dengan luas tampang konstan A dan panjang dx. Pada tampang elemen sebelah kiri (titik 1) aliran mempunyai kecepatan V, tinggi tekanan H dan debit aliran Q. Sedang pada jarak dx dari titik tersebut (titik 2) harga-harga tersebut adalah V + (V /x).dx.H + (H/x).dx, dan Q + (Q/x).dx Gaya-gaya yang bekerja pada elemen fluida adalah : a. gaya tekanan hidrostatis F1 dan F2 b. gaya geser karena gesekan antara fluida dan dinding pipa (T). Gaya tekanan hidrostatis F1 dan F2 besarnya adalah : F1 = p1 A = (H z) A F2 = p2 A = (H
H dx z )A x

(12.37) (12.38)

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

Gambar 12.12

Apabila digunakan rumus Darcy-Weisbach untuk menghitung kehilangan tenaga karena gesekan, maka gaya geser mempunyai bentuk : T = o D dx = dengan : f : koefisien gesekan Darcy-Weisbach D : Diameter pipa Resultan gaya yang bekerja pada elemen tersebut adalah : F = F 1 F2 T Substitusi nilai-nilai F1, F2, dan T ke dalam persamaan tersebut, diperoleh : F = (H z )A (H z +
H fV 2 dx )A Ddx x 8

f V2 D dx 8

(12.39)

atau

F=

H fV 2 dx A Ddx x g 8

(12.40)

Berdasarkan hukum Newton II untuk elemen fluida yang ditinjau, yaitu : F=dMa (12.41)

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

Massa elemen fluida adalah : dM = A dx atau dM = g A dx

(12.42)

Percepatan elemen fluida, a=


V V V = +V t t x

(12.43)

Substitisi persamaan 12.40, 12.42 dan 12.43 untuk harga F, dM dan a ke dalam persamaan 12.41 akan menghasilkan :
H fV 2 V V Adx Ddx = Adx( +V ) x g 8 g t x

Kedua ruas dibagi dengan A dx,


H 1 fV 2 1 V V = ( +V ) x g 2D g t x

atau

V V H fV 2 +V +g + =0 t x x 2D

(12.44)

Di dalam kebanyakan permasalahan aliran tidak permanen melalui pipa, harga V(V/x) adalah kecil dibandingkan dengan V/t, sehingga suku tersebut dapat diabaikan. Untuk memperhitungkan aliran balik, penulisan V2 dapat diganti VVdengan V adalah harga mutlak dari V. Selain itu dengan mengganti harga V dengan V = Q/A, maka persamaan 12.44 menjadi :
Q H fQIQI + gA + =0 t x 2DA

(12.45)

Persamaan 12.45 adalah persamaan gerak aliran tidak permanen melalui pipa. Dalam persamaan tersebut gesekan pipa diperhitungkan berdasarkan persamaan Darcy-Weisbach.

12.3.5. Contoh Soal 1. Contoh hitungan aliran tidak kompresibel dan pipa kaku

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

Air dari waduk dialirkan keluar melalui pipa kaku horizontal yang berada 20 m di bawah muka air waduk. Diameter pipa adalah 0.15 m dan panjang pipa 1500 m dimana pada ujungnya dipasang katup. Katup ditutup dengan waktu penutupan 4 detik sehingga terjadi perlambatan aliran secara konstan. Apabila akibat penutupan katup air mengalir dengan kecepatan setengah dari kecepatan awal, hitung tekanan total di dalam pipa yang berada tepat di sebelah hulu katup, dan pada titik A yang berjarak 500 m di sebelah hulu katup. Koefisien gesekan pipa, f = 0.02. Dianggap bahwa air tidak kompresibel dan tinggi kecepatan dan kehilangan tenaga sekunder dapat diabaikan. Jawab : Air dialirkan keluar, berarti bahwa tekanan pada ujung pipa adalah tekanan atmosfir, sehingga kehilangan tenaga pada pengaliran adalah sebesar, hf = 20 m. Dianggap bahwa kehilangan tenaga hanya karena gesekan, yaitu : hf = f atau V=
h f D2g = fL
20 x0.15 x 2x9.81 = 1.4 m/d. 0.02 x1500
L V2 D 2g

Karena adanya perlambatan maka tinggi percepatan di titik sebelah hulu katup adalah : h=
L Vo 1500 x1.4 = = 53.6 m g T 9.81xT

Setelah katup ditutup (diturunkan), air mengalir dengan kecepatan setengah dari kecepatan awal, sehingga kehilangan tenaga karena gesekan yang terjadi adalah : hf = (
V 2 1 ) xh f = ( ) 2 x 20 = 5 m Vo 2

Pada kondisi ini, tinggi tekanan pada katup adalah : H = Hs hf h = 20 5 + 53.6 = 68.6 m. Sedangkan tinggi tekanan pada titik P yang berjarak 500 m di sebelah hulu katup : Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

hp = ( )h = (
1 L

1 L

1000 )x53.6 = 35.7 m 1500 1000 ) x 5 = 3 .3 m 1500

hfp = ( )h f ' = (

Tinggi tekanan pada titik P adalah : Hp = Hs hfp + hp = 20 3.3 + 35.7 = 52.4 m

Sketch Garis Hidrolik6

2. Contoh hitungan untuk pipa kaku dan kompresibel Hitung cepat rambat gelombang tekanan di dalam pipa berdiameter 0.5 m yang mengalirkan minyak dari tangki ke katup. Tentukan kenaikan tekanan apabila aliran permanen dengan debit 0.4 m3/d berhenti dengan cara mendadak karena penutupan katup pada ujung akhir pipa. Dianggap bahwa pipa adalah kaku, rapat massa minyak = 900 kg/m3 dan modulus elastisitas minyak K = 1.5 x 109 N/m2. Penyelesaian :
1 (0.5) 2 = 0.196m 2 4
Q 0. 4 = = 2.04m / s A 0.196
K = 1.5 x10 9 = 1291 m/s 900

A= Vo = C=

p1 p 2 L dV =H = g dt

mengingat : a. L/dt = C b. Karena terjadi pertambahan tekanan, berarti :

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

p1 p 2

c. Aliran terhenti sehingga dV = (0 V) = - V, maka persamaan di atas menjadi :


V) - H = g ( C

atau H=
CV g

H=

1291x 2.04 = 268.5 m 9.81

Jadi kenaikan tinggi tekanan adalah 268.5 m.

3. Contoh hitungan untuk pipa kaku dan elastis Pipa besi tuang berdiameter 20 cm dan tebal dinding pipa t = 15 mm digunakan untuk mengalirkan air. Katup di ujung akhir dari pipa ditutup secara mendadak. Hitung debit aliran apabila kenaikan tekanan tidak boleh lebih dari 180 kN/m2 untuk dua kondisi berikut ini. a. Pipa kaku b. Pipa elastis Diketahui harga E = 100 x 109 N/m2 dan K = 2.1 x 109 N/m2 dan f = 1000 kg/m3.

Penyelesaian : a. Pipa kaku dan zat cair kompresible Tekanan yang terjadi karena penutupan katup dapat di hitung dengan rumus 12.12 : h = g Vo Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR
C

dengan C= sehingga,

K
h=

g
atau,

Vo

p = h = Vo K
80 x10 3 = Vo 2.1x10 9 x1000

Vo = 0.124 m/d Debit aliran dapat dihitung sebagai berikut : Q = A Vo = (0.2)2 x 0.124 = 3.91 l/d.

b. Pipa elastis Tekanan yang terjadi dihitung dengan humus 12.18, yaitu :

h=

Vo K

g [1 + (KD / t' E)] K


p= V o

[1 + (KD / t' E )]
[1 +(KD / t' E )] K [1 + ( 2.1x10 9 x0.2) /(0.015 x100 x10 9 )] 2.1x10 9 x100

Vo = p

Vo = 180 x10 9 x = 0.141 m/d

debit alirannya adalah : Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

Q = A Vo = (0.2)2 x 0.141 = 4.41 l/d.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ir. Hadi Susilo MM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

Anda mungkin juga menyukai