Anda di halaman 1dari 6

contoh mini legal memorandum

Kasus PENIPUAN BERKEDOK ARISAN MOTOR KEMBALI MARAK SEMARANG, KOMPAS - Empat puluh ribu nasabah CV Sukma tertipu dengan manajemen arisan perusahaan tersebut. Hingga kini mereka belum menerima uang yang dijanjikan diberikan secara berkala. Padahal uang bernilai Rp 28 miliar masih disimpan di CV tersebut. Menurut Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Wilayah Kota Besar (Polwiltabes) Semarang Agus Rohman, Direktur CV Sukma Ayus Aditia Murwendayoko (26) ditangkap Polwiltabes Semarang, Jumat (18/4). Enam karyawan CV Sukma dipanggil sebagai saksi. Agus mengemukakan, selama ini CV Sukma sudah mendapat uang senilai Rp 28 miliar dari sekitar 40.000 nasabah yang tersebar di Jawa Tengah. Ada tiga korban yang melapor, yaitu Agus Prasetyo, Mujiono, dan Turyani. Total kerugian mereka sekitar Rp 320 juta. Dalam pemeriksaan tersebut, terungkap bahwa CV yang berdiri sejak Februari 2006 ini tidak bisa meneruskan bantuan kredit ke nasabah karena roda arisan terbawah macet. Menurut karyawan CV Sukma sekaligus saksi kasus ini, Meine Maria Mangare (20), bantuan kredit kepada nasabah berhenti sejak Juni- Agustus 2007. CV Sukma yang terletak di Jalan Lamper Mijen, Kota Semarang, ini memakai sistem arisan untuk melunasi sejumlah kredit yang ditanggung nasabah. Mulanya nasabah cukup membawa uang Rp 700.000 untuk mendaftar dengan membawa dua orang yang mau dijadikan anggota CV Sukma. Kedua orang tersebut masing-masing harus bisa mengajak dua orang lagi untuk dijadikan anggota CV Sukma. Setiap orang yang mendaftar harus membayar Rp 700.000. Dengan sistem tersebut, CV Sukma menjanjikan subsidi sebesar Rp 500.000 setiap bulan selama 26 bulan berturut-turut kepada nasabah sebagai bantuan kredit, bahkan menjanjikan subsidi Rp 9 juta pada bulan ke-9. Namun, nyatanya, dari bulan Juni 2007 hingga kini nasabah tidak memperoleh uang.

contoh mini legal memorandum :

I. HEADING / JUDUL a. Dari : Kantor Pengacara xxxxxx, SH & Rekan. b. Untuk : Pimpinan CV. Sukma Semarang. c. Tentang : Penipuan berkedok arisan motor II. PERMASALAHAN Apakah perbuatan yang dilakukan Ayus Aditia Murwendayoko menipu beberapa orang dengan kedok arisan motor tersebut dapat dikenai pasal 378 KUHP tentang penipuan dalam bentuk pokok ? III. JAWABAN SINGKAT Ya, karena perbuatan Ayus telah memenuhi unsur-unsur dalam pasal 378 KUHP. IV. PERNYATAAN FAKTA 1. Empat puluh ribu nasabah CV Sukma tertipu dengan manajemen arisan CV. Sukma 2. Pelaku penipuan adalah CV. Sukma dengan direktur Ayus Aditia Murwendayoko (26). 3. Direktur utama CV. Sukma (Ayus Aditia Murwendayoko) telah ditangkap Polwiltabes Semarang Jumat 18 April 2008. 4. Sedangkan 6 karyawan CV. Sukma dijadikan saksi. 5. CV Sukma sudah mendapat uang senilai Rp 28 miliar dari sekitar 40.000 nasabah yang tersebar di Jawa Tengah.

6. Tiga orang telah melapor yakni Agus Prasetyo, Mujiono, dan Turyani. 7. Ketiga korban yang melapor menderita kerugian sekitar Rp. 320.000.000,8. CV. Sukma berdiri sejak Februari 2006. 9. CV Sukma terletak di Jalan Lamper Mijen, Kota Semarang. 10. Modus penipuannya adalah pada awalnya nasabah cukup membawa uang Rp 700.000 untuk mendaftar dengan membawa dua orang yang mau dijadikan anggota CV Sukma. Kedua orang tersebut masing-masing harus bisa mengajak dua orang lagi untuk dijadikan anggota CV Sukma, setiap orang yang mendaftar harus membayar Rp 700.000. Dengan sistem tersebut, CV Sukma menjanjikan subsidi sebesar Rp 500.000 setiap bulan selama 26 bulan berturut-turut kepada nasabah sebagai bantuan kredit, bahkan menjanjikan subsidi Rp 9 juta pada bulan ke-9. 11. Kenyataannya mulai juni 2007 hingga sekarang nasabah tidak memperoleh uang. V. ANALISA Ketentuan dalam pasal 378 KUHP adalah merumuskan tentang pengertian penipuan (oplichting). Pengertian penipuan (oplichting) adalah : 1. 2. Pengertian dalam arti luas, yaitu semua kejahatan yang dirumuskan dalam BAB XXV KUHP. Penipuan dalam arti sempit, ialah bentuk penipuan yang dirumuskan dalam pasal 378 (bentuk pokoknya) dan pasal 379 (bentuk khususnya), atau yang biasa disebut dengan oplichting. Rumusan penipuan terdiri dari unsur-unsur obyektif dan unsur-unsur subyektif. Unsur-unsur obyektif penipuan adalah : 1. Perbuatan menggerakkan (Bewegen). Kata bewegen selain diterjemahkan dengan menggerakkan, ada juga sebagian ahli menggunakan istilah membujuk dan menggerakkan hati. Menggerakkan dapat didefinisikan sebagai perbuatan mempengaruhi atau menanamkan pengaruh kepada orang lain. Obyek yang dipengaruhi adalah kehendak seseorang.

Perbuatan menggerakkan adalah perbuatan yang abstrak, dan akan terlihat bentuknya secara konkrit bila dihubungkan dengan cara melakukannya. Cara melakukannya inilah sesungguhnya yang lebih berbentuk, yang bisa dilakukan dengan perbuatan-perbuatan yang benar dengan perbuatan yang tidak benar. Di dalam penipuan, menggerakkan adalah dengan cara-cara yang didalamnya mengandung ketidakbenaran, palsu dan bersifat membohongi atau menipu. Tujuan yang ingin dicapai penindak penipuan hanya mungkin bisa dicapai jika dengan melalui perbuatan menggerakkan yang menggunakan cara-cara yang tidak benar. Sesungguhnya penipuan lebih condong kearah tindak pidana materiil daripada formil, dengan alasan bahwa terwujudnya perbuatan yang dilarang (menggerakkan) bukan menjadi syarat untuk selesai/terwujudnya penipuan secara sempurna, melainkan pada terwujudnya akibat perbuatan yakni berupa menyerahkan benda, memberi hutang, dan menghapuskan piutang. Yang dimaksud menggerakkan dalam kasus ini adalah CV. Sukma memaksa seseorang membayar Rp. 700.000,- dengan membawa dua orang yang akan dijadikan anggota, dan dua orang tersebut dipaksa membawa dua orang lagi begitu secara terus menerus, dan semua orang tersebut juga harus membayar Rp. 700.000,- dengan iming-iming CV Sukma memberi subsidi sebesar Rp 500.000 setiap bulan selama 26 bulan berturut-turut kepada nasabah sebagai bantuan kredit, bahkan menjanjikan subsidi Rp 9 juta pada bulan ke9, namun hingga akhir nasabah tidak menerima sepeserpun. 2. Yang digerakkan adalah orang. Korban dalam penipuan adalah orang yang digerakkan. Pada pasal 378 KUHP tidak seditpun menunjukkan bahwa orang yang menyerahkan benda, memberi hutang, maupun menghapuskan piutang adalah harus orang yang digerakkkan. Penyerahan benda dapat dilakukan orang lain selain yang menggerakkan, asal perantaraan ini adalah orang yang dikehendaki petindak Dari unsur maksud menguntungkan yang ditujukan dalam dua hal, yaitu diri sendiri atau orang lain, maka dapat dipastikan bahwa dalam penipuan bukan saja untuk kepentingan petindak semata-mata melainkan dapat juga untuk kepentingan orang lain.

Dalam kasus ini, yang menggerakkan adalah karyawan CV. Sukma yang membujuk para nasabahnya, karyawan bukanlah sebagai pettindak karena yang dimaksud sebagai petindak adalah pimpinan/direktur CV. Sukma.

3. Tujuan perbuatan. Menyerahkan benda. Pengertian benda dalam penipuan mempunyai arti yang sama dengan benda dalam pencurian dan penggelapan, yakni sebagai yang berwujud dan bergerak. Menyerahkan benda baru dianggap terjadi/selesai apabila dari perbuatan itu, telah sepenuhnya berpindahnya kekuasaan atas benda itu ke dalam kekuasaan orang yang menerima. Pada penipuan yang menjadi sebab adalah perbuatan menyerahkan, suatu perbuatan yang dilakukan oleh orang bukan petindak. Pengertian perbuatan menyerahkan adalah suatu pengertian menurut arti kata yang sebenarnya. Berdasarkan pengertian yang demikian ini, maka tidak mungkin penipuan tadi terjadi atas benda-benda yang tidak bergerak dan tidak berwujud. Benda yang diserahkan dalam kasus penipuan diatas adalah uang. Nasabah menyerahkan sejumlah uang yang diminta oleh petindak. 4. Upaya-upaya penipuan. 1. Dengan menggunakan nama palsu (valsche naam). 2. Menggunakan martabat/kedudukan palsu (valsche hoedanigheid). 3. Menggunakan tipu muslihat (listige kunstgrepen) dan rangkaian kebohongan Di dalam kasus penipuan dengan modus arisan motor ini merupakan suatu bentuk penipuan, dan upaya yang dilakukan pelakunya adalah dengan menggunakan tipu muslihat dan rangkaian kebohongan. Tipu muslihat diartikan sebagai suatu perbuatan yang sedemikian rupa dan yang menimbulkan kesan atau kepercayaan tentang kebenaran perbuatan itu, yang sesungguhnya tidak benar. Sehingga orang bisa tertarik dan percaya atau tergerak hatinya. (zamenweefsel van verdichtsels).

Sedangkan dengan rangkaian kebohongan menunjukkan bahwa kebohongan dan ketidakbenaran ucapan itu (seolah-olah benar adanya bagi korban lebih dari satu). Rangkaian kebohongan mempunyai unsur-unsur berupa perkataan yang isinya tidak benar, lebih dari satu bohong, bohong yang satu menguatkan bohong yang lain. Unsur-unsur subyektif penipuan adalah : 1. Maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain. Maksud pelaku dalam melakukan perbuatan menggerakkan harus ditujukan pada menguntungkan diri sendiri atau orang lain, adalah berupa unsur kesalahan dalam penipuan. Menguntungkan artinya menambah kekayaan dari yang sudah ada. Menambah kekayaan ini maksudnya ditujukan baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Jadi maksud pelaku penipuan diatas adalah membujuk banyak orang untuk memperoleh uang sebesar-besarnya. 2. Dengan Melawan Hukum. Selain unsur diatas, terdapat pula unsur melawan hukum. Maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melakukan perbuatan menggerakkan haruslah berupa maksud yang melawan hukum. Perbuatan melawan hukum adalah perbuatan yang bertentangan dan tidak sesuai ataupun menyimpang dari peraturan-peraturan yang ada. Sedangkan perbuatan melawan hukum disini tidak semata-mata diartikan sekedar dilarang oleh undang-undang atau melawan hukum formil, melainkan harus diartikan yang lebih luas yakni sebagai yang bertentangan dengan apa yang dikehendaki masyarakat, suatu celaan masyarakat. Disinilah kuncinya bahwa pelaku dengan sengaja membujuk orang lain dengan rangkaian kebohongan yang dilakukan dengan melawan aturan-aturan yang bersifat formil. VI. KESIMPULAN Direktur CV. Sukma Ayus Aditia Murwendayoko (26) dapat dikenakan pasal 378 KUHP karena telah memenuhi unsur-unsur yang tercantum dalam pasal 378 KUHP yakni penipuan dalam bentuk pokok.

Anda mungkin juga menyukai