4/11/2013
Pendahuluan
Serapan dan emisi dari energi sinar oleh atom-atom terutama unsur logam memberikan kekuatan sebagai alat analitik, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Spektroskopi emisi nyala (FES) telah digunakan sejak awal 1900 an. Pd tahun 1960 an Spektrofotometrii Serapan Atom (AAS) dikembangkan sebagai suatu metoda analitik. Akhir-akhir ini Spektroskopi Emisi Plasma memberikan kemampuan yang lebih baik dari FES dan AAS untuk berbagai analisa.
2
4/11/2013
Energy source
Flame (1700 3200 oC) Flame (1700 3200 oC) Plasma from de arc (4000 6500 oC) Plasma from ac spark (4500 oC) Argon plasma produced by induction from high frequency magnetic field (6000 8500 oC)
Same as ICP Argon plasma produced by a de arc (6000 10.500 oC) Flame (1700 3200 oC)
Measured quantity
Intensity of radiation Intensity of scattered radiation Intensity of radiation
Intensity of radiation Intensity of radiation
Absorption
Flame atomic absrption spectroscopy (FAAS atau AAFS)
Absorption of radiation
4/11/2013
4/11/2013
Penyerapan tersebut menyebabkan tereksitasinya atom ke tingkat tenaga yang lebih tinggi (excited state).
Pengurangan intensitas radiasi yang diberikan sebanding dengan jumlah atom pada tingkat tenaga dasar yang menyerap energi radiasi tersebut. Dengan mengukur intensitas radiasi yang diteruskan (Transmitansi) atau mengukur intensitas radiasi yang diserap (Absorbansi) maka konsentrasi unsur dalam larutan cuplikan dapat ditentukan
4/11/2013
Absorption
En
Emission
N0 Ground state
particles)
4/11/2013
Em
En
N*
N0
En Em
N0 N*
4/11/2013 7
Metoda analisa sangat selektif, karn frekuensi radiasi yang diserap, karakteristik untuk setiap unsur. Dalam AAS, lampu katoda rongga (Hollow Catthode Lamps) digunakan sebagai sumber radiasi resonansi yang diberikan. Radiasi resonansi ini mempunyai panjang gelombang atau frekuensi yang karakteristik untuk setiap atom dari unsur.
Dari pers. yang di atas, menunjukkan bahwa absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi atom yang menyerap radiasi resonansi, dan besarnya konsentrasi atom sebanding dengan konsentrasi unsur di dalam cuplikan. Sehingga secara umum pada AAS, kurva absorbansi vs konsentrasi unsur di dalam larutan standar diperoleh garis lurus, garis ini disebut kurva kalibrasi, (kurva standar) dan dgn menginterpolasikan absorbansi lart. Cuplikan, konsentrasi unsur dalam larutan cuplikan dapat ditentukan.
ABSORBANSI
0,3 0,2
0,1
Konsentrasi cuplikan
4/11/2013
KONSENTRASI (G/ML)
10
Bagan alat
Penyiapan sample
Spectrophotometer
4/11/2013
11
Atomisasi
a. Atomisasi nyala
Pada AAS, larutan cuplikan disediakan dalam bentuk larutan (cairan), dan atomisasi dilakukan dengan memasukkan larutan cuplikan ke dalam nyala gas bakar. Kejadian dan transisi yang terjadi pada pemasukan larutan yang mengandung logam M ke dlam nyala dapat dilihat pada gambar 1.
MO*
Mol. Garam dalam keadaan tereksitasi
M*
M+*
Atom M dl.tereksitasi
MA*
MO M
Molekul netral
ion logam M
M+
Dalam nyala
MA
Sistem dalam pengabut
4/11/2013
M+A-
Gb.1. Kejadian dan transisi yang terjadi pada pemasukan 12 lart. yang mengandung logam M ke dalam nyala
Selanjutnya, dengan adanya radiasi resonansi dari lampu katoda rongga yang dilewatkan, maka terjadi penyerapan, maka atom-atom akan tereksitasi ke tingkat tenaga yang lebih tinggi. Hal ini terjadi pada langkah-langkah: 4. Molekul garam MA dalam keadaan tereksitasi
4/11/2013
13
2550 2955
4/11/2013
14
Langkah-langkah atomisasi
1. Pengeringan (drying), pada langkah ini arus datur kira-kira 15-20 ampere, sampai suhu sampel mencapai 100 oC (dengan tujuan air yang terkandung dalam sampel menguap secara sempurna Pengabuan (Ashing), pada langkah ini temp tabung dinaikkan sampai terjadi dekomposisi dan penguapan senyawa-senyawa organik yang terkandung dalam cuplikan, dan akhirnya yang tersiss adalahgaram-garam logam anorganik
2.
3.
Atomisasi (Atomizing), pada langkah ini temperatur dinaikkan sampai dicapai temp optimum untuk atomisasi
c. Atomisasi dengan metode penguapan (Vapor Generation Method) -Metoda ini dapat digunakan untuk analisa logam-logam: As, Bi, Sb, Sn, Se, Te, Pb, dan Hg - Metode atomisasi ini lebih sensitiv bila dibandingkan dengan metoda atomisasi dengan nyala ataupun tanpa nyala (CRA) yang sering digunakan.
3.
Gangguan kimia: gangguan yang disebabkan oleh adanya komponen yang membentuk senyawa stabil secara termal dengan unsur yang dianalisa, yang tidak dapat terdisosiasi sempurna pada proses atomisasi. Misalnya adanya ion fosfat pada penentuan Ca. Gangguan ini dapat diatasi dengan menaikan suhu nyala, sehingga senyawa stabil tsb dapat diuraikan.
16
4/11/2013
4. Gangguan Ionisasi : terjadi pada penggunaan suhu yang tinggi, sehingga atom-atom yang dianalisa tidak hanya teratomisasi pada keadaan tingkat dasar, tetapi akan tereksitasi secara termal karena panas bahkan akan dapat terionisasi. Gangguan ini dapat diatasi dengan penambahan unsur/logam yang berlebihan yang dapat mudah terionisasi sehingga menghasilkan elektron dengan jumlah besar dan menekan proses ionisasi unsur yang akan dianalisa. Umumnya dengan menambah logam Na atau K. 5. Gangguan Spektra: gangguan ini dapat tejadi jika profil serapan atom unsur yang dianalisa overlaping dengan garis spektra dari unsur lain. Gangguan ini sangat jarang terjadi. Jika gangguan ini ada maka dapat diatasi dengan memilih panjang gelombang serapan yang karakteristik yang lain.
4/11/2013
17
4/11/2013
18
Sumber tegangan
Monokromator cermin
motor
choper
PENERAPAN
1. 2. Analisa kualitatif Analisa kuantitatif : a. Metode Rutin b. Metode penambanhan standar c. Metoda Analisa Mikro
Ad.1. Analisa kualitatif: Analisa kualitatif dapat dilakukan satu per satu, dg menggunakan lampu katoda rongga yang sesuai dg unsur yang diduga dan panjang gelombang pada gelombang radiasi resonansi yang sesuai dengan unsur yang diduga, lalu diukur absorban cuplikan. Apabila memberikan serapan berarti cuplikan mengandung unsur yang diduga Ad.2. Analisa kuantitatif Pada AAS, cuplikan dibuat dalam bentuk larutan di dalam pelarut yang sesuai. Cuplikan dan standar dilarutkan dalam pelarut yang sama dan dibuat sesegar mungkin untuk menghindari storage effect. a. metode rutin: metode yang umum, yaitu dengan membuat curva kalibrasi antara absorban vs konsentrasi b. Metoda penambahan standar (standard Addition Method): cara ini sangat cocok untuk larutan cuplikan yang mengandung matrik yang sangat komplek dan konsentrasi tinggi. c. Metode analisa mikro: digunakan untuk cuplikan yang menghasilkan pembacaan absorban kurang dari 0,005 SA (satuan Absorbansi, maka absorbansi diukur dengan kecepatan yang tinggi, memperbesar skala pembacaan, atau dengan menaikkan deteksi 4/11/2013 20 limit._Faktor ekspansi biasanya 5, 10 sampai 100 kali
4/11/2013
21
S o a l 1.
Untuk menganalisa kandungan Ca dan K dalam sample susu A, B, dan C dengan AAS, suatu seri standard telah dipersiapkan dan absorbansi Ca dan K diukur pada 590 dan 768 nm. Contoh susu seberat 1 g dilarutkan dalam asam dan diencerkan dengan air sampai 100 ml. Hasil analisa menunujukkan hasil seperti dalam tabel dan hitunglah kadar (%) Ca dan K dalam susu.
Pembacaan absorbansi Konsentrasi (g/ml) Ca 100 75 50 25 10 0 Susu A Susu B
4/11/2013
K 100 80 58 33 15 0 69 51 63
22
100 87 69 46 22 3 28 58 42
Susu C
S o a l 2.
Untuk menganalisa kadar Fe dalam sample susu A, B, dan C dengan AAS, suatu seri standard Fe telah dipersiapkan masing-masing standard mengandung 1, 2 dan 3 g/100ml. Masing-masing contoh susu 1 g dilarutkan dalam asam dan diencerkan dengan air sampai 100 ml. Hasil analisa menunujukkan hasil seperti dalam tabel dan hitunglah kadar (%) Fe pada masing-masing susu. Konsentrasi (g/100 ml) 0 1 2 3 Susu A Susu B Susu C Absorbansi 0.0020 0.0214 0.0414 0.0607 0.0340 0.0531 0.0450
4/11/2013
23