Anda di halaman 1dari 22

KEBUDAYAAN SAMBUT TAMU DAN KEMANUSIAAN DI INDONESIA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Matakuliah Pendidikan Kewarganegaran Dosen Pengampu Muhammad Anas, M. Phil

Disusun Oleh:

JURUSAN FISIKA FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii BAB I .............................................................................................................................................. 1 PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1 1.2 Tujuan.................................................................................................................................... 2 1.3 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 2 BAB II............................................................................................................................................. 3 KAJIAN LITERATUR ................................................................................................................... 3 2.1 Arti Pancasila sila ke-2 Kemanusiaan yang Adil dan Beradab ......................................... 3 2.2 Manusia dan Kebudayaan ..................................................................................................... 4 2.2.1 Pengertian Manusia ............................................................................................................ 4 2.2.2 Pengertian Budaya.............................................................................................................. 5 2.3 Manusia dan Kemanusian ..................................................................................................... 8 2.3.1 Kualitas Manusia ................................................................................................................ 8 2.3.2 Manusia dan Kemanusiaan................................................................................................. 8 2.4 Hubungan Manusia dan Budaya ........................................................................................... 9 2.5 Problematika Kebudayaan yang Terjadi dalam Masyarakat ................................................. 9 BAB III ......................................................................................................................................... 11
ii

PEMBAHASAN ........................................................................................................................... 11 BAB IV ......................................................................................................................................... 17 PENUTUP..................................................................................................................................... 17 4.1 Kesimpulan.......................................................................................................................... 17 4.2 Saran .................................................................................................................................... 17 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 18

iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup tingkat internasional diperlukan suatu sistem yang mengatur bagaimana seharusnya manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling menghormati dan dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler dan lain-lain. Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-masing yang terlibat agar mereka senang, tenang, tentram, terlindung tanpa merugikan kepentingannya serta terjamin agar perbuatannya yang tengah dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan hak-hak asasi umumnya. Hal itulah yang mendasari tumbuh kembangnya etiket di masyarakat. Etiket berasal dari bahasa perancis (etiquette) yaitu tata cara pergaulan yang baik antar sesama manusia. Istilah etiket lebih menitik beratkan pada cara cara berbicara yang sopan, cara berpakaian, cara duduk, cara menerima tamu di rumah maupun dikantor, dan sopan santun lainnya. Dalam pergaulan hidup, etiket itu merupakan tata karma yang baik dalam menggunakan bahasa maupun dalam tingkah laku. Adapun Berbagai macam nilai yang mendukung etiket diantaranya :Nilai-nilai kepentingan umum. Nilai-nilai kejujuran, keterbukaan, kebaikan. Nilai-nilai kesejahteraan. Nilainilai kesopanan, harga-menghargai. Nilia diskersi (discretion = pertimbangan) penuh pikir, mampu membedakan suatu rahasia yang boleh dikatakan atau tidak rahasia. Kita berada dalam medan kehidupan yang ditandai dengan derasnya arus moderenisasi dan pesatnya teknologi serta informasi. Kondisi ini tentu saja membawa berbagai perubahan sosial, budaya dan tak terkecuali perubahan moral. Sekarang ini kita juga berada dalam pluralisme etis dan keragaman agama. Dalam situasi dunia seperti saat ini, seharusnya semakin memberi peran bagi etiket. Dengan demikian, kita tetap bisa bersikap dan bertindak dengan tepat sesuai dengan budaya setempat. Seperti halnya tentang etiket menyambut tamu. Indonesia kaya akan budaya dan hasil cipta karyanya, salah satunya adat istiadat yang masih dipegang teguh oleh semua warga negara. Salah satu tradisi kebudayaan yang masih dipegang teguh adalah kebudayaan menyambut tamu. Bangsa Indonesia tetap menjungjung tinggi adat ketimuran, yang masih memiliki sopan santun atau unggah ungguh saat bertamu ataupun menerima tamu. Tamu adalah seseorang atau sekelompok orang yang datang untuk

mengunjungi rumah kita, untuk kepentingan pribadi atau yang lainnya. Tamu yang berkunjung ketempat kita harus dihormati dan dihargai. Tamu yang berkunjung harus kita layani denagn baik tanpa membeda-bedakannya. Oleh karena itu, sebagai tuan rumah kita harus berusaha untuk melayani tamu sebaik mungkin. Maka dari itu kami akan mengkaji tentang Kebudayaan Sambut Tamu dan Kemanusiaan Indonesia. 1.2 Tujuan Mahasiswa mampu memahami konsep-konsep dasar manusia sebagai makhluk budaya serta pemahaman konsep tersebut dijadikan dasar pengetahuan dalam mempertimbangkan dan menyikapi berbagai problematika budaya yang berkembang dalam masyarakat 1.3 Rumusan Masalah 1. Bagaimana hubungan manusia dengan kebudayaan? 2. Bagaimana tradisi sambut tamu di Indonesia? 3. Apa yang dimaksud dengan kebudayaan Sambut tamu? 4. Bagaimana cerminan tradisi sambut tamu dalam Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia?

BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 Arti Pancasila sila ke-2 Kemanusiaan yang Adil dan Beradab Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari Sansekerta yaitu panca berarti lima dan sila berarti prinsip atau asas. Lima prinsip tersebut adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Berada, Persatuan Indonesia, Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan, dan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Dalam hal ini Pancasila digunakan sebagai dasar mengatur pemerintahan atau penyenggaraan negara. Hal ini sesuai dengan bunyi pembukaan UUD 1945, yang dengan jelas menyatakan ..maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu undang-undang dasar negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada... Oleh karena Pancasila

tercantum dalam UUD 1945 dan bahkan menjiwai seluruh isi peraturan dasar tersebut yang berfungsi sebagai dasar negara sebagaimana jelas tercantum dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 tersebut, maka semua peraturan perundang-undangan Republik Indonesia (Ketetapan MPR, Undang-undang, Peraturan Pemerintah sebagai pengganti Undang-undang, Peraturan

Pemerintah, Keputusan Presiden dan peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya) yang dikeluarkan oleh negara dan pemerintah Republik Indonesia haruslah pula sejiwa dan sejalan dengan Pancasila (dijiwai oleh dasar negara Pancasila). Isi dan tujuan dari peraturan perundangundangan Republik Indonesia tidak boleh menyimpang dari jiwa Pancasila. Pancasila juga sebagai jiwa dan kepribadian Bangsa Indonesia. Keseluruhan ciri khas Bangsa Indonesia, yang membedakan bangsa Indonesia dengan Bangsa lainnya. Keseluruhan ciri-ciri khas Bangsa Indonesia adalah pencerminan dari garis pertumbuhan dan perkembangan Bangsa Indonesia sepanjang masa. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab adalah kemanusiaan sejati yang menghormati serta mengembangkan kemerdekaan, martabat dan hak sesama manusia, memperlakukannya secara

adil dan beradap. Ikut berusaha mencerdaskan masyarakat agar masing-masing warga yang berusaha secara halal dapat hidup layak sebagai manusia dan mengembangkan pribadinya. Unsur kemanusiaan yang hakiki dalam keadilan sosial dalam suatu masyarakat dan Negara. Yang diatur menurut hukum yang adil dan bermoral (Ketuhanan) sehingga keadilan dapat diperoleh dengan mudah dan cepat oleh semua tanpa diskriminasi apapun. Sikap seperti itu diperluas terhadap semua orang dari segala bangsa. (2010:118). Sedangkan menurut kami, arti dari Pancasila sila ke-2 Kemanusiaan yang Adil dan Beradab adalah manusia yang dapat berlaku adil dalam melakukan sesuatu hal dan melakukan sesuatu dengan berperikemanusiaan. Arti adil sendiri adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya sesuai dengan porsinya masing-masing. Dan arti dari beradab adalah mempunyai adat atau sopan santun dalam melakukan sesuatu. Inti dari Pancasila sila ke 2 Kemanusiaan yang Adil dan Beradab adalah landasan manusia. Jadi setiap apapun penyelenggaraan Negara, acara Negara, atau apapun yang berhubungan dengan Negara yang diadakan di Indonesia harus sesuai dengan sifat -sifat manusia dan hakekat manusia. Karena manusia tak lepas dari HAM (Hak Asasi Manusia). Setiap manusia memiliki HAM (Hak Asasi Manusia) masing-masing. Karena Negara adalah lembaga masyarakat yang terdiri atas manusia-manusia, dibentuk oleh manusia untuk memanusia dan mempunyai suatu tujuan bersama untuk manusia pula. Maka segala aspek penyelenggaraan Negara harus sesuai dengan hakikat dan sifat -sifat manusia yaitu monodualis. Monodualis artinya manusia mempunyai sifat individu atau selalu mementingkan diri sendiri. 2.2 Manusia dan Kebudayaan 2.2.1 Pengertian Manusia Manusia sebagai mahluk ciptaan tuhan diciptakan memiliki kedudukan dan martabat yang lebih tinggi dibandingkan dengan mahluk-mahluk lainya. Hal ini disebabkan oleh karena kepada manusia diberikan oleh tuhan potensi-potensi yang lebih dari pada apa yang diberikan kepada mahluk-mahluk lainnya. Manusia memiliki potensi fikir, rasa, karsa dan keyakinan. Dengan potensi-potensi itu manusia memiliki nafsu dan akal, mahluk lain hanya memiliki satu potensi dari dua potensi yang dimiliki manusia itu.

Oleh karena ketingian martabat manusia itu dapat ditinjau dalam kemampuannya dalam mengendalikan, bahkan mengharmoniskan kedua potensi yang bertentangan tersebut. Sebagai mahluk tuhan manusia mempunyai sifat-sifat yang merupakan esensi dan identitas manusia yang berpangkal pada potensi-potensi yang dimilikinya. Sifat-sifat yang demikianlah yang disebut dengan kemanusiaan, atau dengan kata lain kemanusian berarti, sifat manusia yang merupakan esensial dan identitas manusia karena martabat kemanusiaanya. Dalam segala tindakan dan keputusan yang dibuatnya manusia itu haruslah mendasarkan kepada norma-norma yang Objektif dalam arti bahwa semua tindakan dan putusan haruslah menurut norma-norma baik norma agama dan norma hukum, itulah yang disebut dengan keadilan. 2.2.2 Pengertian Budaya Budaya adalah bentuk jamak dari kata budi dan daya yang berarti cinta, karsa dan rasa. Dalam bahasa sanksekerta budaya berarti budi atau akal, sedangkan dalam bahasa inggris budaya berarti mengolah, mengerjakan, mengembangkan tanah (berani). Pengertian ini kemudian berkembang dalam arti culture, yaitu sebagai segala sesuatu daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Berikut pengertian budaya atau kebudayaan oleh beberapa ahli : 1. E. B. Tylor, Budaya adalah suatu keseluruhan yang kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat istiadat, dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang di dapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. 2. R. Linton, Kebudayaan dapat dipandang sebagai konfigurasi tingkah laku yang di pelajari dan hasil tingkah laku yang di pelajari, dimana unsur pembentukannya di dukung dan di teruskan oleh anggota masyarakat lainnya. 3. Koentjaraningrat, Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, milik diri manusia dengan belajar. 4. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, Kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. 5. Herkovits,

Kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian di sebut superorganik. 6. Andreas Eppink, Kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius dan lain-lain, di tambah lagi dengan segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas masyarakat. Perwujudan Kebudayaan Perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang di ciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata. J.J. Hoeningman membagi wujud kebudayaan menmjadi tiga yaitu : a. Gagasan (wujud ideal) Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide, gagasan, nilai, norma, peraturan dan sebagainya yang sifatnya abstrak tidak dapat di raba atau di sentuh. b. Aktivitas (tindakan) Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. c. Afertak (karya) Wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat di raba, di lihat dan di dokumentasikan. Koentjaraningrat membagi wujud kebudayaan menjadi tiga pula, yaitu : 1. Wujud sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma dan peraturan lain.Wujud tersebut menunjukan ide dari kebudayaan, sifatnya abstrak tak dapat di raba, di pegang, ataupun di foto, dan tempatnya ada di dalam pikiran warga masyarakat di mana kebudayaan yang bersangkutan itu hidup.

2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat.Wujud tersebut di namakan sistem sosial, karena menyangkut tindakan dan kelakuan berpola dari manusia itu sendiri. Wujud ini bisa di observasi, di foto dan di dokumentasikan karena dalam sistem sosial ini terdapat aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi. 3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Wujud ini di sebut pula kebudayaan fisik. Di mana wujud ini hampir seluruhnya merupakan hasil fisik (aktivitas perbuatan dan karya semua manusia dalam masyarakat. Unsur Kebudayaan Tujuh unsur kebudayaan yang bersifat universal : 1. Sistem peralatan dan perlengkapan hidup (teknologi) 2. Sistem mata pencaharian hidup 3. Sistem kemasyarakatan atau organisasi social 4. Bahasa 5. Kesenian 6. Sistem pengetahuan 7. Sistem religi Manusia merupakan pencipta kebudayaan karena manusia di anugrahi akal dan budi daya. Dengan akal dan budi daya itulah manusia menciptakan dan mengembangkan kebudayaan. Terciptanya kebudayaan adalah hasil interaksi manusia dengan segala isi alam raya ini. Hasil interaksi binatang dengan alam sekitar tidak membentuk kebudayaan, tetapi hanya menghasilkan pembiasaan saja. Hal ini karena binatang tidak di bekali akal budi, tetapi hanya nafsu dan naluri tingkat rendah. Karena manusia adalah pencipta kebudayaan maka manusia adalah makhluk berbudaya. Kebudayaan adalah ekspresi eksitensi manusia di dunia. Dengan kebudayaannya, manusia mampu menampakkan jejak-jejaknya dalam pangggung sejarah dunia.

2.3 Manusia dan Kemanusian 2.3.1 Kualitas Manusia Manusia memiliki potensi fikir dan rasa, maka manusia di sebut sebagai mahluk berbudaya dalam arti beradab, memilki rasa kesopanan, kesusilaan atau moral. Oleh karenanya disamping didasarkan kepada norma-norma agama dan norma-norma hukum tindakan dan keputusan selalu berdasarkan nilai-nilai budaya, terutama norma-norma sosial dan kesusilaan atau moral. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kemanusiaan yang adil dan beradap adalah kesadaraan sikap dan perbuatan manusia yang didasarkan kepada potensi budi nurani manusia dalam hubungannya dalam norma-norma dan kebudayaan pada umumnya baik terhadap pribadi, sesama manusia manusia maupun terhadap alam dan hewan. Manusia mempunyai derajat yang sama, tidak ada manusia yang tinggi derajatnya dan ras, warna kulit, bahasa, adat istiadat dan lain-lain, sebagainya tidak menyebapkan perbedaan derajat manusia. Sila kemanusian yang adil dan beradap mengakui persamaan derajat manusia, sila kemanusiaan yang adil dan beradap pada prinsipnya ingin memanusiakan manusia menempatkan manusia sesuai dengan harkatnya sebagai mahluk tuhan. Manusia dilahirkan kedunia dengan membawa kebebasan-kebebasan yang melekat pada dirinya. Kebebasan ini lazim disebut kebebasan dasar atau yang lebih popular disebut hak-hak asasi. Hak asasi ini harus diakui dan dihormati oleh setiap manusia. sila kemanusiaan yang adil dan beradap tidak lain dari pada pengakuan terhadap hak asasi manusia itu. 2.3.2 Manusia dan Kemanusiaan Kemanusiaan berarti hakikat dan sifat-sifat khas manusia sebagai makhluk yang tinggi harkat dan martabatnya. Manusia hakikatnya bisa di pandang secara segmental atau dalam arti parsial. Hakikat manusia Indonesia berdasarkan pancasila (kodrat monopluralis), terdiri atas : a. Monodualis susunan kodrat manusia yang terdiri dari aspek keragaan, meliputi wujud materi anorganis benda mati, vegetates dan animalis. Serta aspek kejiwaan meliputi cipta, rasa dan karsa.

b. Monodualis sifat kodrat manusia terdiri atas segi individu dan segi social. c. Monodualis kedudukan kodrat meliputi segi keberadaan manusia sebagai makhluk yang berkepribadian merdeka (berdiri sendiri) sekaligus juga menunjukanm keterbatasannya sebagai makhluk Tuhan. 2.4 Hubungan Manusia dan Budaya Dipandang dari sudut antropologi, manusia dapat ditinjau dari 2 segi. Yaitu : Manusia sebagai makhluk biologis Manusia sebagai makhluk sosio-budaya

Sebagai mahluk biologi, manusia di pelajari dalam ilmu biologi atau anatomi; dan sebagai mahluk sosio-budaya manusia dipelajari dalam antropologi budaya. Antropologi budaya menyelidiki seluruh cara hidup manusia, bagaimana manusia dan akal budinya dan struktur fisiknya dalam mengubah lingkungan berdasarkan pengalamannya juga memahami dan melukiskan kebudayaan yang terdapat dalam masyarakat manusia. Akhirnya terdapat konsepsi tentang kebudayaan manusia yang menganalisa masalahmasalah hidup sosial-kebudayaan manusia. Konsepsi tersebut ternyata memberi gambaran kepada kita bahwasanya hanya manusialah yang mampu berkebudayaan. Sedang pada hewan tidak memiliki kemampuan tersebut. Mengapa hanya manusia saja yang memiliki kebudayaan? Hal ini dikarenakan manusia dapat belajar dan dapat memahami bahasa, yang semuanya itu bersumber pada akal manusia. 2.5 Problematika Kebudayaan yang Terjadi dalam Masyarakat Ada beberapa problematika kebudayaan yang terjadi dalam masyarakat, misalnya keterkaitan orang jawa terhadap tanah yang mereka tempati secara turun temurun di yakini sebagai pemberi berkah kehidupan. Mereka enggan meninggalkan kampung halamannya atau beralih pola hidup sebagai petani. Padahal hidup mereka umumnya miskin. Hal ini merupakan budaya yang berkaitan dengan pandangan hidup dan sistem kepercayaan. Selain itu, budaya yang berkaitan dengan perbedaan persepsi atau sudut pandang terjadi antara masyarakat dan pelaksana pembangunan. Contonnya: program keluarga berencana atau KB semula di tolak

10

masyarakat,mereka beranggapan bahwa banyak anak banyak rezeki. Yang sering kita lihat adalah pemerintah sulit memindahkan penduduk dari daerah yang terkena bencana alam. Hal ini disebabkan karena adanya kekhawatiran penduduk bahwa di tempat yang baru kehidupan mereka akan lebih sengsara di bandingkan dengan hidup mereka ditempat yang lama, masyarakat daerah-daerah terpencil kurang komunikasi dengan masyaraakat luar, karena pengetahuannya serba teratas, seolah-olah teetutup untuk menerima program-program pembangunan, sikap yang mengagung-agungkan budaya suku bangsa sendiri dan menganggap rendah budaya suku bangsa lain (sikap etnosentrisme). Hal ini merupakan problematika kebudayaan yang berkaitan dengan faktor psikologi dan kejiwaan. Salah satu tradisi

kebudayaan yang masih dipegang teguh adalah kebudayaan menyambut tamu. Bangsa Indonesia tetap menjunjung tinggi adat ketimuran, yang masih memiliki sopan santun atau unggah ungguh saat bertamu ataupun menerima tamu. Kebudayaan-kebudayaan tersebut tentunya akan berbedabeda anara satu daerah dengan daerah yang lain. Negara Indonesia yang terdiri dari banyak suku bangsa dan kebudayaan akan memiliki cara-cara tersendiri untuk menghormati para tamunya.

11

BAB III PEMBAHASAN Antropologi budaya menyelidiki seluruh cara hidup manusia, bagaimana manusia dan akal budinya dan struktur fisiknya dalam mengubah lingkungan berdasarkan pengalamannya juga memahami dan melukiskan kebudayaan yang terdapat dalam masyarakat manusia. hanya manusialah yang mampu berkebudayaan. Sedang pada hewan tidak memiliki kemampuan tersebut. Hal ini dikarenakan manusia dapat belajar dan dapat memahami bahasa, yang semuanya itu bersumber pada akal manusia. Terciptanya kebudayaan adalah hasil interaksi manusia dengan segala isi alam raya ini. Oleh karenanya,kebudayaan akan mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan manusia. Kebudayaan yang dimiliki oleh suatu kelompok sosial tidak terhindar dari pengaruh kebudayaan kelompok kelompok lain dengan adanya hubungan antar kelompok/defusinya.Indonesia kaya akan budaya dan hasil cipta karyanya, salah satunya adat istiadat yang masih dipegang teguh oleh semua warga negara. Salah satu tradisi kebudayaan yang masih dipegang teguh adalah kebudayaan menyambut tamu. Bangsa Indonesia tetap menjungjung tinggi adat ketimuran, yang masih memiliki sopan santun atau unggah ungguh saat bertamu ataupun menerima tamu. Tamu bertamu merupakan tradisi yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan keseharian. Menghormati tamu dalam ajaran Islam merupakan sebuah kewajiban. Beberapa catatan terkait dengan tata krama menghormati tamu adalah sebagai berikut : 1. Berpakaian yang sopan, hal ini dikarenakan penilain tentang kepribadian seseorang tidak pernah luput dari cara orang tersebut berpenampilan 2. Saat tamu memberi salam dan memasuki rumah, hendaknya tuan rumah menjawab salam dengan cepat dan mengizinkan tamu masuk rumah. Sertailah senyuman dan raut muka yang hangat. Jangan menerima tamu dengan rasa terpaksa, sebaliknya harus ikhlas dan lapang dada. 3. Berilah suguhan makan atau minum terbaik dengan sembunyi, tanpa ketahuan tamunya. Nabi Ibrahim mencontohkan saat menerima tamu, ia mengambil dan memasak kambing muda kesukaannya, lalu menyuguhkan ke tamunya.

12

4. Melayani tamu dengan baik dan perkataan yang lemah lembut. Mendekatkan makanan ke depan tamu. Hindari tamu datang untuk mengambil makanan itu. Hal-hal diatas merupakan beberapa contoh kecil dari sikap yang harus dilakukan saat menerima tamu. Namun, ada pula tradisi atau kebudayaan dalam menerima tamu. Kebudayaan-kebudayaan tersebut tentunya akan berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah yang lain. Negara Indonesia yang terdiri dari banyak suku bangsa dan kebudayaan akan memiliki cara-cara tersendiri untuk menghormati para tamunya. Penyambutan-penyambutan yang dilakukan misalnya dapat berupa tarian-tarian daerah, mengadakan semacam pesta bahkan sampai upacara adat. Penyambutan-penyambutan yang dilakukan ini tujuan utamanya adalah untuk menghormati tamu, menunjukkan budi pekerti, menumbuhkan nilai kekeluargaan, keakraban dan kedekatan batin antara tuan rumah dan tamunya serta untuk melindungi sang tamu. Penghormatan dilakukan sebagai bentk tanda terimakasih kepada tamu yang elah datang. Biasanya penghormatan atau kebudayaan penyambutan tamu ini diberikan kepada para tamu yang istimewa. Misalnya di Kabupaten Bangka, dimana tamu disambut dengan tarian daerah yaitu tari Sambut Sepintu Sedulang. Di kabupaten Bangka, Tari ini di kenal masyarakatnya dengan nama Tari Sambut Sepintu Sedulang. Jika di lihat dari idiom-idiom dan symbol-symbol yang tercermin, baik melalui gerakan tarinya maupun alunan dan syair musiknya, Tari Sambut Sepintu Sedulang tidak hanya telah mewakili negeri sepintu sedulang namun juga dapat di jadikan sebagai cerminan adat istiadat masyarakat propinsi kepulauan bangka belitung.

13

Semula Tari Sambut Sepintu Sedulang di ciptakan oleh seniman kelahiran pangkalpinang yang kini berusia 68 tahun yakni Mukhtar Accros untuk kepentingan gelar acara pernikahan Putri Bupati Bangka yang kala itu di jabat oleh djarap , namun seiring berjalannya waktu, inspirasi Muchtar Acros bersama seniman lainnya,diantaranya Parlind Hutagalung, Murmahudi serta budayawan Samsi dan Almarhumah Ermanila Hamid, kala itu pun berkembang. Di dasari oleh pemikiran bahwa masyarakat Bangka adalah masyarakat yang berbudaya, tari sambut sepintu sedulang yang mencerminkan adat istiadat masyarakat Bangka yang ramah tamah, sopan santun, gembira dan bahagia, tulus dan terbuka terhadap siapa saja, khususnya tamu istimewa yang datang berkunjung ke negeri sepintu sedulang semakin di paten kan dan di perkenalkan kepada masyarakat luas termasuk sering kali di tampilkan pada saat menyambut tetamu agung Mulai dari Presiden,menteri dan tamu tamu yang di anggap istimewa lainnya baik yang berasal dari luar maupun dari dalam daerah. Tidak hanya itu, Tari Sambut sepintu sedulang juga di perkenalkan hingga ke negeri sriwijaya Palembang sumatera selatan, Tepat pada tanggal 10 juli tahun 1985, saat sumatera selatan masih berkuasa atas pulau Timah ini. Dan sejak itulah , masyarakat baik di dalam maupun di luar daerah bangka semakin mengenal tari sambut sepintu sedulang sebagai tari tradisi penyambutan tetamu agung yang ada di kabupaten Bangka, bahkan saat ini hampir seluruh komunitas seni yang ada khususnya di pulau Bangka mempelajari dan menampilkan tari sambut sepintu sedulang ketika mereka di

14

percayakan menyambut tamu agung yang datang melalui upacara penyambutan di bandara depati amir pangkalpinang maupun di tempat-tempat lainnya. Tari sambut sepintu sedulang, setiap ragam gerak dan syair musiknya masing-masing memiliki arti tersendiri, seperti yang di jelaskan Sang Koreografer Muchtar Accros. Di awali dari gerak silat yang di lakukan oleh 2 hingga 4 orang dengan bersenjatakan tombak atau menggunakan parang merupakan bentuk kesigapan dan tanggung jawab masyarakat Bangka yang akan selalu melindungi, memberi rasa aman kepada siapa saja yang datang berkunjung ke pulau Bangka,sedangkan dalam gerak tarinya yang gemulai namun tegas mencerminkan keanggunan dan keramah tamahan gadis-gadis Bangka serta kegagahan pemuda-pemuda bangka sebagai wujud penghormatan kepada para tamu yang datang berkunjung kepulau Bangka, serta busana yang di tampilkan diantaranya persembahan sekapur sirih yang di letakkan di kedalam tepak, tabur kembang rampai dan beras kunyit yang di letakkan di dalam bokor yang di bawa oleh penari wanita yang berkostum pengantin paksian berwarna merah dan ungu serta tudung dulang dan paying lilin yang di bawa oleh penari pria yang berkostum telok balanga, sebagai wujud penghormatan masyarakat Bangka yang senantiasa akan selalu memberikan yang terbaik kepada para tamu yang datang berkunjung.

Hal ini sekaligus juga mengingatkan kita semua akan pesan yang di sampaikan oleh bapak pendiri bangsa Indonesia sang Proklamator Soekarno yang dengan tegas mengatakan

15

Bangsa Indonesia jangan sekali-sekali melupakan sejarah karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai karya massa lalu.

Selain disambut dengan tari-tarian, penyambutan tamu lainya dilakukan dengan cara upacara adat. Sedikit berbeda tujuannya dengan penyambutan dengan tarian-tarian. Pada penyambutan menggunkan upacara adat ini cenderung pada kepercayaan bukan hanya hiburan semata. Tujuannnya adalah untuk menjaga atau melindungi sang tamu dari roh-roh jahat. Seperti halnya yang dilakukan suku Alifuru yang berada di Dusun Selumena, Pulau Seram, Maluku dalam menyambut tamu dengan melakukan upacara Waku-Waku. Budaya sambut tamu yang dilakukan oleh bangsa Indonesia secara turun temurun juga tercermin dalam Pancasila sebagai dasar negara pada sila kedua, yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab. Pada sila ini memuat 10 butir. Dimana dalam butir-butir tersebut secara tersirat digambarkan bagaimana seharusnya bangsa Indonesia bersikap kepada orang lain terlebih tamu. Berikut ini meupkan butir-butir dari sila kemanusiaan 1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

16

2. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya. 3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia. 4. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira. 5. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain. 6. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. 7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan. 8. Berani membela kebenaran dan keadilan. 9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia. 10. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

17

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Setelah membahas makalah tentang Kebudayaan Sambut Tamu dan Kemanusiaan Indonesia dapat disimpulkan bahwa Indonesia sangat memegang teguh adat istiadat dan kebudayaan yang ada oleh semua warga negara. Salah satu tradisi kebudayaan yang masih dipegang teguh adalah kebudayaan menyambut tamu. Bangsa Indonesia tetap menjungjung tinggi adat ketimuran, yang masih memiliki sopan santun atau unggah ungguh saat bertamu ataupun menerima tamu. Budaya sambut tamu yang dilakukan oleh bangsa Indonesia secara turun temurun juga tercermin dalam Pancasila sebagai dasar negara pada sila kedua, yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab. Pada sila ini memuat bagaimana seharusnya bangsa Indonesia bersikap kepada orang lain terlebih tamu. 4.2 Saran Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adnya kritikan dan saran agar pada pembuatan pada makalah-makalah selanjutnya dihasilkan tulisan yang lebih baik.

18

DAFTAR PUSTAKA Darmodiharjo, Darji. (1981). Santiaji Pancasila. Surabaya: Usaha Nasional. Djamal, D. (1984). Pokok-pokok Bahasa Pancasila. Jakarta: Remaja Karya. Herimanto dan Winarno. 2008. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta Timur : Bumi Aksara. http://id.Ilmu Budaya Dasar FORUM KAJIAN ILMU_files Salam, H. Burhanuddin. 1998. Filsafat Pancasilaisme. Rineka Cipta: Jakarta Setiadi, Elly M. 2005. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Bandung : Genesindo. Sutono. (1980). Dikat Filsapat Pancasila. Yogyakarta: Universitas Gajahmada. Thalib, Muhammad. 1999. Doktrin Zionisme dan Idiologi Pancasila. Windah Press: Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai