Anda di halaman 1dari 1

TAJUK RENCANA

| Sabtu, 03 November 2012 |

Peran Strategis Buruh


Sejak awal tahun, buruh di sejumlah kota dan kawasan industri berkali-kali berunjuk rasa menuntut perbaikan upah dan kesejahteraan. Unjuk rasa buruh kemarin kembali terjadi, kali ini di Jakarta. Mereka meminta kenaikan upah minimum, penghapusan tenaga alih daya, dan jaminan kesehatan. Tuntutan buruh dapat dipahami. Setiap orang pasti berkeinginan mendapat kehidupan lebih baik. Begitu juga buruh, mereka ingin meningkatkan kesejahteraan diri dan keluarganya. Apalagi mereka juga mengetahui ekonomi Indonesia tumbuh dengan ditunjang konsumsi dalam negeri dan investasi asing. Ada pertumbuhan ekonomi yang tinggi, bahkan tahun depan diperkirakan 6,3-6,8 persen. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kemarin menyetujui kenaikan 7,25 persen besaran kebutuhan hidup layak menjadi Rp 1.978.789. Besaran ini menjadi dasar penghitungan upah minimum tahun depan, selain memasukkan besaran inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain, para pengusaha pemberi kerja dihadapkan pada situasi tidak mudah. Produk mereka harus bersaing di dalam negeri dengan produk asal impor ataupun produk yang sama di pasar luar negeri. Mereka mengeluhkan tidak adanya kepastian hukum dalam berinvestasi dan berproduksi. Ada kesan, tidak ada perlindungan dari pemerintah bagi pengusaha dalam unjuk rasa buruh yang menggunakan tekanan dan pemaksaan sehingga mengganggu produksi. Dalam pertemuan para duta besar negara-negara Uni Eropa dengan Kompas, Kamis lalu, mereka menanyakan kebijakan perburuhan dalam kaitan dengan investasi. Kita sepakat, keunggulan Indonesia tidak boleh terusmenerus berdasarkan upah buruh murah. Kita selalu diingatkan, daya saing Indonesia saat ini dan ke depan ada pada peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja. Pemerintah dalam sistem hubungan kerja di Indonesia menjadi jembatan antara buruh dan pengusaha. Karena itu, pemerintah di tingkat pusat ataupun di tingkat kabupaten/kota dan provinsi harus mengawasi secara ketat pelaksanaan undang-undang. Misalnya, memastikan buruh tak jadi korban praktik buruk sejumlah perusahaan alih daya. Pemerintah harus bersikap adil dan tegas kepada kedua belah pihak. Jangan isu upah menjadi alat politik, terutama untuk memenangi pilkada. Pemerintah membutuhkan pengusaha dalam menciptakan lapangan kerja, sementara buruh adalah modal dasar pertumbuhan ekonomi. Gerakan buruh jangan jadi alat politik praktis, tetapi harus untuk kepentingan nasional demi kesejahteraan bersama. Apa pun, buruh dan pengusaha saling membutuhkan. Nilai tambah dan nilai lebih harus dinikmati bersama. Dari sudut pandang itu, pemerintah dituntut membuat kebijakan yang mendorong pengusaha membuat pelatihan dan pendidikan yang meningkatkan keterampilan dan produktivitas pekerja. Dengan begitu, Indonesia tumbuh berkelanjutan berbasis perusahaan yang berdaya saing dan buruh yang makmur.

Anda mungkin juga menyukai