Anda di halaman 1dari 21

Rizkiyani Harminingtyas (09.

6117) Materi 11 dan 12

Uji untuk k Sampel


Analisis variansi satu arah Kruskal Wallis dan analisis variansi ranking dua arah Friedman sebatas menyimpulkan ada tidaknya perbedaan median antar k sampel. Oleh karena itu, diperlukan suatu uji statistik yang dapat menunjukkan urutan dari k populasi yang diwakili k sampel tersebut. Misalnya, suatu eksperimen dilakukan untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan direktif, suportif dan partisipatif terhadap efektivitas kerja pegawai. Peneliti berharap untuk menolak hipotesis bahwa efektivitas kerja pegawai akan sama untuk semua gaya kepemimpinan. Berdasarkan pengalaman maupun teori, tingkat efektivitas kerja akan berbeda sesuai dengan gaya kepemimpinan yang diterapkan (hipotesis alternatif). Oleh sebab itu, diperlukan suatu uji statistik yang dapat menunjukkan urutan tingkatan efektivitas kerja pegawai. Menurut Siegel & Castellan (1988: 189) statistik uji yang dapat digunakan untuk menentukan urutan k sampel independen adalah uji U Mann-Whitney dan uji Jonckheere. Sementara itu, untuk k sampel berhubungan dapat digunakan uji Wilcoxon dan uji Page.

a. Uji untuk k Sampel Independen Uji Jonckheere


Uji Jonckheere untuk alternative berurut adalah mirip dengan uji Kruskal-Wallis, tetapi mempunyai hipotesis alternative yang spesifik. Misalnya dalam sebuah riset tentang kemujaraban sejenis obat, peneliti ingin tahu apakah data sampel menunjukkan bahwa peningkatan dosis dibarengi dengan peningkatan reaksi. Atau seorang pendidik mungkin ingin tahu apakah tingkat-tingkat gangguan dalam ujian yang diklasifikasikan dari ringan, sedang dan berat mengakibatkan makin turunnya nilai-nilai. Sampel dapat diukur dari skala ordinal, interval, maupun rasio. Asumsi-asumsi yang harus dipenuhi dalam uji Jonckheere: 1. Data terdiri dari k sampel acak berukuran n1, n2, ..nk yang berturut-turut berasal dari populasi 1,2,..., k.

2. Nilai-nilai pengamatan antara sampel tidak berkaitan (saling bebas). 3. Pengamatan saling bebas dengan respon subjek ke-n tidak tergantung pada respon subjek sebelumnya untuk setiap kasus pada setiap sampel. 4. Data diukur dengan skala ordinal, interval atau rasio. Struktur data Grup 1 X 11 2 X 12

k X 1k
X 2k

X 21
X n11

X 22

X n2 2

X nk k

Langkah-langkah: 1. Menentukan hipotesis H0 : Populasi memiliki median yang sama H1 : Populasi memiliki median yang berurutan Atau secara matematis dapat ditulis: H0 : 1 = 2 = ... = k H1 : 1 < 2 < ... < k 2. Menentukan taraf nyata : 3. Menentukan statistik uji a. Jika k=3 serta n1, n2, dan n3 < 8
J U ij
i j k k 1

i 1 j i 1

U
U
k

ij

b. Jika k= 4, 5, atau 6 serta ukuran sampel (njs) adalah sama dan <7
J U ij
i j k k 1 ij

i 1 j i 1

c. Jika banyaknya grup (k) dan banyaknya pengamatan dalam setiap grup sangat besar

di mana:

)]

4. Menentukan wilayah kritis a. Jika k=3 serta n1, n2, dan n3 < 8 Tolak H0 jika Jhitung > J,n1,n2,n3 b. Jika k= 4, 5, atau 6 serta ukuran sampel (njs) adalah sama dan <7 Tolak H0 jika Jhitung > J,n1,..,n6 c. Jika banyaknya grup (k) dan banyaknya pengamatan dalam setiap grup sangat besar Tolak H0 jika J* > ztabel 5. Melakukan perhitungan a. Buat tabel dua arah dengan k kolom yang merepresentasikan grup yang urut berdasarkan hipotesis skor dari median paling kecil ke hipotesis median paling besar b. Hitung statistik Mann-Whitney count dengan rumus: ( di mana Xia,jb bernilai: 1 jika Xia < Xjb jika Xia = Xjb 0 jika Xia > Xjb perlu diketahui bahwa: i<j Xia adalah nilai pengamatan ke-h pada kelompok ke-i Xjb adalah nilai pengamatan ke-g pada kelompok ke-j c. Hitung statistik uji Jonckheere sesuai statistik uji yang digunakan 6. Kesimpulan Pengambilan kesimpulan berdasarkan kriteria pengambilan keputusan. )

Contoh Soal:

Svenningsen melaporkan hasil dari penelitian mengenai titrasi asam-basa dalam ginjal yang dilakukan pada 24 bayi yang dipilih secara acak dari populasi 516 bayi yang baru lahir. Bayibayi yang diteliti dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan analisis kimiawi pada tes urine yang dilakukan sebagai berikut: Tabel 1. Hasil Analisis Kimiawi 24 Urine Bayi Kelompok I (bayi cukup bulan/normal) 4.5 3.9 5.0 4.8 4.1 4.6 Kelompok II (bayi prematur) Kelompok III (bayi prematur dengan asidosis berumur 1-3 minggu) 7.3 8.4 6.9 7.3 8.2 6.2 8.2 7.9

4.1 3.9 3.2 4.6 5.1 4.9 5.0 4.3 5.2 5.3

Uji H0 tidak ada perbedaan dalam populasi melawan H1 terdapat penurunan nilai kimiawi dari Kelompok III ke Kelompok I secara berurut. Jawab: a. Hipotesis H0 : Kelompok-kelompok bayi berdasarkan analisis kimiawi pada urinenya tidak ada kecenderungan menurun H1 : Kelompok-kelompok bayi berdasarkan analisis kimiawi pada urinenya ada kecenderungan menurun dari kelompok III ke Kelompok I Atau secara matematis dapat ditulis: H0 : I = II = III H1 : I < II < III b. = 5% = 0,05 c. Statistik uji: d. Wilayah kritis : Tolak H0 jika J* > z0,05=1,645 e. Penghitungan Dapat dilihat di Tabel 2: Tabel 2. Hasil Analisis Kimiawi 24 Urine Bayi

Kelompok I i j 1 2 6 8,5 3,5 5 7,5 5,5 1 3 8 8 8 8 8 8 2 3 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 80

II

III

4.5 3.9 5.0 4.8 4.1 4.6

4.1 3.9 3.2 4.6 5.1 4.9 5.0 4.3 5.2 5.3

7.3 8.4 6.9 7.3 8.2 6.2 8.2 7.9

Uij

36

48

J= 36 + 48 + 80 = 164

[ *

) ,

( (

)] ), ( ), ( )-+

f. Keputusan Gagal Tolak H0 karena J*= -0,017 < z-0,05= -1,645 g. Kesimpulan Median kelompok-kelompok bayi berdasarkan analisis kimiawi pada urinenya tidak ada kecenderungan menurun

b. Uji untuk k Sampel Dependen Uji Page


Analisis varians dua arah Friedman menguji hipotesis bahwa k median populasi yang saling berhubungan dengan hipotesis alternatif k median populasi berbeda. Terkadang para peneliti menginginkan hasil yang lebih spesifik yaitu apakah sampel pertama, kedua,

ketiga dan seterusnya memiliki median yang berurutan. Pengujian tentang k median populasi dengan hipotesis alternatif k median populasi berurutan dari k sampel yang berhubungan ini telah diteliti oleh E. B. Page pada tahun 1963. Oleh karena itu pengujiannya disebut uji Page. Asumsi-asumsi yang harus dipenuhi: 1. Data terdiri dari k (k > 3) sampel yang berhubungan atau terdapat k pengulangan. 2. Data diukur dengan skala ordinal, interval maupun rasio. 3. Peneliti harus menentukan sampel mana yang diprioritaskan yaitu sampel dengan jumlah nilai data terbesar. Langkah-langkah: 1. Menentukan hipotesis H0 : Populasi memiliki median yang sama H1 : Populasi memiliki median yang berurutan Atau secara matematis dapat ditulis: H0 : 1 = 2 = ... = k H1 : 1 < 2 < ... < k 2. Menentukan taraf nyata : 3. Menentukan statistik uji a. N < 20 ketika k = 3 atau N < 12 untuk 4 < k < 10 di mana: L : Statistik Uji Page Rj : jumlah peringkat pada kolom ke-j b. N > 20 ketika k = 3

dengan ( ( ( 4. Menentukan wilayah kritis ) ) )

a. N < 20 ketika k = 3 atau N < 12 untuk 4 < k < 10 Tolak H0 jika Lhitung > L;k,n b. N > 20 ketika k = 3 Tolak H0 jika zL > z 5. Melakukan perhitungan a. Data dibuat dalam tabel dua arah dengan N baris (subjek) dan k kolom (kondisi atau variabel). Pengurutan kondisi-kondisi tersebut harus disusun berdasarkan apriori yang spesifik. b. Data di setiap baris diberi peringkat sendiri-sendiri dari 1 sampai k. Data dengan nilai paling kecil diberi ranking 1 dan nilai terbesar diberi ranking k. c. Jumlahkan peringkat setiap kolom (Rj) d. Hitung statistik Uji Page 6. Kesimpulan Pengambilan kesimpulan berdasarkan kriteria pengambilan keputusan. Contoh Soal: Seorang pekerja laboratorium di suatu rumah sakit mengadakan suatu penelitian tentang serum bilirubin pada 10 orang bayi normal. Data petugas itu ada di Tabel 3. Apakah data ini sudah memberikan cukup bukti untuk menunjukkan adanya tingkat penurunan level serum bilirubin dari waktu ke waktu untuk bayi antara usia 4-10 hari? Tabel 3. Level Serum Bilirubin Pada 10 Bayi Normal (Miligrams Per 100 Cc) Kasus 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Umur (Hari) 6 7 8 4.10 5.00 5.00 13.20 11.00 8.20 16.80 15.60 11.70 4.00 3.50 1.66 3.10 3.00 2.60 7.45 7.00 3.60 6.15 7.00 3.80 9.90 9.40 10.50 15.40 10.20 8.30 6.80 4.60 4.20

4 10.80 12.50 13.70 11.50 10.20 8.00 10.80 14.90 16.20 10.80

5 6.15 11.80 16.80 6.80 6.40 7.85 11.10 10.80 16.40 10.00

9 3.40 6.80 12.50 1.60 2.20 4.00 4.30 7.70 10.70 3.80

10 2.60 6.00 10.55 1.60 1.98 3.00 5.60 7.60 7.40 3.50

Jawab: a. Hipotesis

H0 : Median serum bilirubin untuk bayi dengan umur 4 sampai 10 hari adalah sama H1 : Median serum bilirubin untuk bayi dengan umur 4 hari lebih rendah dari 5 hari, umur 5 hari lebih rendah dari 6 hari, dan seterusnya hingga umur 9 hari lebih rendah dari 10 hari Atau secara matematis dapat ditulis: H0 : 4 = 5 = 6 = 7 = 8 = 9 = 10 H1 : 4 < 5 < 6 < 7 < 8 < 9 < 10 b. = 5% = 0,05 c. Statistik uji:

d. Wilayah kritis : Tolak H0 jika Lhitung > L0,05;7,10 = 1180 e. Penghitungan Tabel 4. Pengurutan Level Serum Bilirubin Pada 10 Bayi Normal Kasus 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Ri Umur (Hari) 7 3 4,5 7 4 6,5 5 5 4 5 4 5 4 4 5 4 3 5 3 5 4 49,5 40,5

4 7 6 4 7 7 7 6 7 6 7 64

5 6 5 6,5 6 6 6 7 6 7 6 61,5

8 4,5 3 2 3 3 2 1 5 2 3 28,5

9 2 2 3 1,5 2 3 2 2 4 2 23,5

10 1 1 1 1,5 1 1 3 1 1 1 12,5

f. Keputusan Gagal tolak H0 karena Lhitung =868,5 < L0,05;7,10 = 1180 g. Kesimpulan Median serum bilirubin untuk bayi dengan umur 4 sampai 10 hari adalah sama

Uji Korelasi a. Uji Korelasi Rank Spearman (rs)


Penggunaan: 1. Digunakan untuk mengukur keeratan hubungan antara dua variabel kontinu X dan Y dengan memberi peringkat pada masing-masing variabel 2. Variabel X dan Y sekurang-kurangnya diukur dengan skala ordinal 3. Dua variabel itu (X dan Y) tidak mempunyai joint normal distribution dan conditional variance tidak diketahui sama 4. Digunakan untuk mengukur konsistensi peringkat yang telah diberikan pada pengamatan yang ada pada masing-masing variabelnya 5. Dipergunakan apabila pengukuran kuantitatif secara eksak tidak mungkin/sulit dilakukan. Misalnya: mengukur tingkat moral, tingkat kesenangan, dan tingkat motivasi. 6. Koefisien korelasi rank Spearman disimbolkan dengan rs. Koefisien korelasi rank Spearman untuk populasi dinyatakan dengan s. Kelebihan: 1. Hubungan antara variabel X dan Y tidak harus linier. Jika data menunjukkan hubungan nonlinier, maka korelasi peringkat cenderung lebih dipercaya daripada korelasi biasa. 2. Asumsi kenormalan distribusi X dan Y tidak diperlukan. 3. Data-data yang dikumpulkan tidak harus numerik melainkan hanya berupa peringkat saja. 4. Apabila data berupa data interval maupun data rasio, maka data diubah menjadi data ordinal dalam bentuk ranking. Langkah-langkah: 1. Menentukan pasangan hipotesis H0 : Tidak ada korelasi antara variabel X dan Y H1 : Terdapat korelasi antara variabel X dan Y Atau secara matematis dapat ditulis: H0 : rs = 0 H1 : rs 0

2. Menentukan taraf signifikansi 3. Menentukan statistik uji a. 4 < n < 50 ( di mana: di : perbedaan peringkat untuk setiap pasang observasi n : jumlah pasangan observasi b. 4 < n < 50 dan jika proporsi nilai pengamatan yang sama banyak, maka nilai rs (koefisien korelasi Spearman) dihitung dengan rumus: dengan: di mana: T : faktor koreksi t : banyaknya pengamatan yang berangka sama pada suatu peringkat tertentu c. n > 50 4. Menentukan wilayah kritis a. 4 < n < 50 Tolak H0 jika rs > rs tabel b. n > 50 Tolak H0 jika zhitung > z 5. Melakukan penghitungan a. Nilai pengamatan dari dua variabel yang akan diukur hubungannya diberi peringkat (1 sampai n). Bila ada nilai pengamatan yang sama dihitung peringkat rata-ratanya. b. Setiap pasang peringkat dihitung perbedaannya (di). )

c. Perbedaan setiap pasang peringkat tersebut dikuadratkan (di2) dan dihitung jumlahnya ( )

d. Hitung nilai koefisien korelasi rank Spearman dengan statistik uji yang digunakan 6. Kesimpulan Kesimpulan diambil berdasarkan kriteria keputusan Nilai rs : Berkisar antara -1 < rs < 1 : rs =1 : hubungan positif sempurna antara X dan Y dan dapat diartikan pemberian peringkat sejalan rs = -1 : terdapat hubungan antara X dan Y tetapi pemberian peringkat bertolak belakang rs = 0 : tidak ada korelasi antara X dan Y

Contoh Soal: Suatu SMA ingin mengetahui ada tidaknya hubungan antara kemampuan berbahasa dan matematis siswa. Hal tersebut diteliti dari nilai ujian semester mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Matematika yang telah dilakukan. Sepuluh siswa telah dipilih secara acak. Nilai ujian Bahasa Indonesia dinyatakan dengan X dan nilai ujian Matematika dinyatakan dengan Y. Hasil penelitiannya sebagai berikut: Tabel 5 Nilai Ujian Bahasa Indonesia dan Matematika Siswa A B C D E F G H I Bahasa Indonesia X 65 70 76 75 80 78 83 84 85 Matematika Y 30 25 35 40 38 42 48 50 55

J Jawab: a. Hipotesis

90

45

H0 : Tidak ada korelasi antara kemampuan berbahasa dengan kemampuan matematis siswa H1 : Ada korelasi antara kemampuan berbahasa dengan kemampuan matematis siswa b. = 5% = 0,05 c. Statistik uji:
( )

d. Wilayah kritis : Tolak H0 jika rs > r0,025;10 = 0,648 e. Penghitungan Tabel 6. Perangkingan Nilai Ujian Bahasa Indonesia dan Matematika Bahasa Indonesia Matematika X Peringkat Y Peringkat A 65 1 30 2 B 70 2 25 1 C 76 4 35 3 D 75 3 40 5 E 80 6 38 4 F 78 5 42 6 G 83 7 48 8 H 84 8 50 9 I 85 9 55 10 J 90 10 45 7 Koefisien Korelasi Spearman dapat dihitung dengan: ( ( ) ) Siswa d -1 1 1 -2 2 -1 -1 -1 -1 3 d2 1 1 1 4 4 1 1 1 1 9

f. Keputusan : Tolak H0 karena rs = 0,855 > r0,025;10 = 0,648 g. Kesimpulan Ada korelasi positif yang nyata antara kemampuan berbahasa dengan kemampuan matematis siswa

b. Uji Koefisien Korelasi Kendall ()


Koefisien korelasi rank Kendall () merupakan pengembangan dari koefisien korelasi rank Spearman (rs). Koefisien korelasi ini digunakan pada pasangan variabel atau data X dan Y dalam hal ketidaksesuaian rank, yaitu untuk mengukur ketidakteraturan. Kelebihan dibanding rs adalah bahwa menghasilkan estimator unbiased untuk populasi, sedangkan rs tidak menghasilkan estimasi koefisien korelasi peringkat populasi. Asumsi : 1. Data yang akan diuji adalah random sampel dari n observasi berpasangan (Xi , Yi). Setiap pasangan observasi menggambarkan pengukuran dari dua unit asosiasi (sampel) yang sama 2. Skala pengukuran minimal adalah skala pengukuran ordinal Langkah-langkah : 1. Menentukan hipotesis a) (Dua arah) H0 : Tidak ada hubungan antara X dan Y H1 : Ada hubungan searah atau berlawanan arah antara X dan Y ( 0) b) (Satu arah) H0 : Tidak ada hubungan antara X dan Y H1 : Ada hubungan searah arah antara X dan Y ( > 0) c) (Satu arah) H0 : Tidak ada hubungan antara X dan Y H1 : Ada hubungan berlawanan arah antara X dan Y ( < 0) 2. Menentukan taraf nyata : 3. Menentukan statistik uji a. N < 30 dan tidak ada peringkat yang bernilai sama dalam observasi X maupun Y ( di mana: : Statistik Uji Korelasi Kendall ) ( )

S : statistik untuk jumlah konkordansi dan diskordansi C : banyaknya pasangan kondkordansi D : banyaknya pasangan diskordansi N : jumlah pasangan X dan Y b. N < 30 dan ada peringkat yang bernilai sama dalam observasi X atau Y

dengan:

TX = t (t-1), t adalah banyak observasi berangka sama dalam tiap kelompok angka sama pada variabel X TY = t (t-1), t adalah banyak observasi berangka sama dalam tiap kelompok angka sama pada variabel Y

c. N > 30

dengan

4. Menentukan wilayah kritis a. (Dua arah) i. N < 30

( (

) )

Tolak H0 jika hitung > /2;n atau hitung < -/2;n ii. N > 30 Tolak H0 jika z > z/2 atau z > -z/2 b. (Satu arah) ( > 0) i. N < 30 Tolak H0 jika hitung > ;n ii. N > 30 Tolak H0 jika z > z c. (Satu arah) ( < 0) i. N < 30 Tolak H0 jika hitung < -;n

ii.

N > 30 Tolak H0 jika z < -z

5. Melakukan perhitungan a. Berilah peringkat observasi-observasi pada variabel X dari 1 hingga N. Begitu juga dengan observasi-observasi variabel Y. Jika ada nilai yang sama, maka peringkatnya adalah rata-rata dari peringkat untuk nilai-nilai yang sama itu. b. Observasi-observasi pada variabel X disusun ulang sehingga berada pada urutan peringkat yang wajar yaitu 1,2,...,N. c. Susun ulang data observasi Y agar bersesuaian dengan variabel X yang telah disusun ulang dalam urutan wajar tadi. d. Hitung harga S untuk urutan peringkat Y. S adalah jumlah konkordasi (+1 untuk setiap pasang peringkat dalam urutan wajar ) dan diskordasi (-1 untuk setiap pasang peringkat dalam urutan tak wajar). e. Hitung statistik uji korelasi Kendall 6. Kesimpulan Pengambilan kesimpulan berdasarkan kriteria pengambilan keputusan.

Contoh Soal: Suatu SMA ingin mengetahui ada tidaknya hubungan searah antara kemampuan berbahasa dan matematis siswa. Hal tersebut diteliti dari nilai ujian semester mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Matematika yang telah dilakukan. Sepuluh siswa telah dipilih secara acak. Nilai ujian Bahasa Indonesia dinyatakan dengan X dan nilai ujian Matematika dinyatakan dengan Y. Hasil penelitiannya sebagai berikut: Tabel 5 Nilai Ujian Bahasa Indonesia dan Matematika Siswa A B C D E F Bahasa Indonesia X 65 70 76 75 80 78 Matematika Y 30 25 35 40 38 42

G H I J Jawab: a. Hipotesis

83 84 85 90

48 50 55 45

H0 : Tidak ada korelasi antara kemampuan berbahasa dengan kemampuan matematis siswa H1 : Ada korelasi searah antara kemampuan berbahasa dengan kemampuan matematis siswa b. = 5% = 0,05 c. Statistik uji:
( )

d. Wilayah kritis : Tolak H0 jika hitung > 0,05;10 = 0,467 e. Penghitungan Berdasarkan Tabel 6 (Perangkingan Nilai Bahasa Indonesia dan Matematika untuk Uji Koefisien Korelasi Spearman), maka kita susun ulang variabel X (Nilai Ujian Bahasa Indonesia) ke dalam urutan yang wajar menjadi: Tabel 7. Pengurutan Peringkat Nilai Ujian Bahasa Indonesia dan Matematika Siswa A B D C F E G H I J Bahasa Indonesia X Peringkat 65 1 70 2 75 3 76 4 78 5 80 6 83 7 84 8 85 9 90 10 Matematika Y Peringkat 30 2 25 1 40 5 35 3 42 6 38 4 48 8 50 9 55 10 45 7

Untuk menghitung nilai S, kita lihat variabel Y, hitung nilai konkordasi dan diskordasinya. Misal : AB = -1 ; AD = +1 ; ... ; AJ = +1; BD = +1 ; ... ; IJ = -1. Atau secara lebih mudah adalah menghitung berapa jumlah urutan wajar untuk pasangan pengamatan A dengan pengamatan-pengamatan setelahnya dan berapa yang tidak wajar, begitu seterusnya untuk pengamatan B, C, dst hingga pasangan pengamatan terakhir yaitu IJ.

S = (8 1) + (8 - 0) + (5 2) + (6 0) + (4 1) + (4 0) + (2 1) + (1 1) + (0 - 1) = 31 Sehingga koefisien korelasi Kendall (): ( f. Keputusan : Tolak H0 karena hitung = 0,69 > 0,05;10 = 0,467 g. Kesimpulan : Ada korelasi searah antara kemampuan berbahasa dengan kemampuan matematis siswa ) ( )

c. Koefisien Korelasi Parsial Kendal


Koefisien korelasi ini adalah kelanjutan dari koefisien korelasi Kendall () namun perbedaannya adalah digunakan untuk variabel yang lebih dari dua dan dilihat hubungannya secara parsial. Misalkan kita mendapatkan ranking untuk N subyek dari tiga variabel: X, Y dan Z. Kita hendak menentukan korelasi antara X dan Y jika Z disisihkan (dibuat konstan). Langkah-langkah : 1. Menentukan hipotesis a) (Dua arah) H0 : xy,z = 0 H1 : xy,z 0 b) (Satu arah) H0 : xy,z < 0 H1 : xy,z > 0 c) (Satu arah) H0 : xy,z > 0 H1 : xy,z < 0 2. Menentukan taraf nyata : 3. Menentukan statistik uji a. N < 20

di mana:

xy,z : korelasi antara X dan Y ketika ada perlakuan (kontrol) untuk Z xy xz yz b. N > 20 : korelasi antara X dan Y : korelasi antara X dan Z : korelasi antara Y dan Z

dengan

4. Menentukan wilayah kritis 1. (Dua arah) i. N < 20

( (

) )

Tolak H0 jika hitung > 1-/2;n atau hitung < -1-/2;n ii. N > 20 Tolak H0 jika z > z1-/2 atau z > -z1-/2 2. (Satu arah) ( > 0) i. N < 20 Tolak H0 jika hitung > 1-;n ii. N > 20 Tolak H0 jika z > z1- 3. (Satu arah) ( < 0) i. N < 20 Tolak H0 jika hitung < - 1-;n ii. N > 20 Tolak H0 jika z < - z1- 5. Melakukan perhitungan a. Tentukan dua variabel X dan Y yang saling berhubungan dan variabel Z yang mendapatkan perlakuan. b. Beri peringkat 1 sampai N untuk setiap variabel

c. Hitung nilai xy , xz , dan yz menggunakan rumus Kendall: Tidak ada peringkat yang sama ( Ada peringkat yang sama )

d. Hitung statistik uji korelasi partial Kendall 6. Kesimpulan Pengambilan kesimpulan berdasarkan kriteria pengambilan keputusan.

Contoh Soal: Suatu SMA ingin mengetahui ada tidaknya hubungan searah antara kemampuan berbahasa dan seni siswa apabila kemampuan matematis dianggap konstan. Hal tersebut diteliti dari nilai ujian semester mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dan Kesenian yang telah dilakukan. Sepuluh siswa telah dipilih secara acak. Nilai ujian Bahasa Indonesia dinyatakan dengan X, nilai ujian Matematika dinyatakan dengan Y, dan nilai ujian Kesenian dinyatakan dengan Z. Hasil penelitiannya sebagai berikut: Tabel 8 Nilai Ujian Bahasa Indonesia, Matematika, dan Kesenian Siswa A B C D E F G H I J Jawab: Bahasa Indonesia X 65 70 76 75 80 78 83 84 85 90 Matematika Y 30 25 35 40 38 42 48 50 55 45 Kesenian Z 60 64 63 70 62 80 76 73 68 65

a. Hipotesis H0 : Tidak ada korelasi antara kemampuan berbahasa dan kemampuan seni siswa apabila kemampuan matematis dianggap konstan H1 : Ada korelasi searah antara kemampuan berbahasa dan kemampuan seni siswa apabila kemampuan matematis dianggap konstan b. = 5% = 0,05 c. Statistik uji:

d. Wilayah kritis : Tolak H0 jika hitung > 0,95;10 = 0,413 e. Penghitungan Buat peringkat masing-masing: Tabel 9. Pengurutan Peringkat Nilai Ujian Bahasa Indonesia dan Matematika Siswa B A C E D F J G H I xy = 0,69 Bahasa Indonesia X Peringkat 70 2 65 1 76 4 80 6 75 3 78 5 90 10 83 7 84 8 85 9 Matematika Y Peringkat 25 1 30 2 35 3 38 4 40 5 42 6 45 7 48 8 50 9 55 10

Tabel 10. Pengurutan Peringkat Nilai Ujian Kesenian dan Matematika Siswa B A C E D F J G H I yz = 0,42 Matematika Y Peringkat 25 1 30 2 35 3 38 4 40 5 42 6 45 7 48 8 50 9 55 10 Kesenian Peringkat 4 1 3 2 7 10 5 9 8 6

Z 64 60 63 62 70 80 65 76 73 68

Tabel 11. Pengurutan Peringkat Nilai Ujian Bahasa Indonesia dan Kesenian Siswa A B C D E F G H I J xz = 0,29 Bahasa Indonesia X Peringkat 65 1 70 2 76 4 75 3 80 6 78 5 83 7 84 8 85 9 90 10 Kesenian Peringkat 1 4 3 7 2 10 9 8 6 5

Z 60 64 63 70 62 80 76 73 68 65

( f. Keputusan :

)(

Gagal tolak H0 karena hitung = 0,0003 < 0,95;10 = 0,413 g. Kesimpulan : Tidak ada korelasi antara kemampuan berbahasa dan kemampuan seni siswa apabila kemampuan matematis dianggap konstan

Anda mungkin juga menyukai