Anda di halaman 1dari 26

BAB III SEJARAH DAN PERKEMBANGAN HARIAN KOMPAS SERTA REPUBLIKA DAN GAMBARAN UMUM PEMBERITAAN TERORISME DI INDONESIA

3.1. Sejarah berdirinya harian kompas Kompas berdiri 28 Juni 1965, yang diprakarsai oleh PK Ojong dan Jakob Oetama, selain itu peran August Parengkuan dan Indra Gunawan Juga tidak kalah besar dalam membangun Kompas. Dari waktu ke waktu harian ini mampu hadir dengan sajian yang memikat pembacanya. Keberhasilan ini tidak lepas dari kepandaian PK Ojong dan Jakob Oetama dalam memimpin, hingga Kompas menjadi Koran terbesar baik dari oplah maupun pemasukan iklan (Bambang Sadono, dkk, 1996: 3). Pada saat berdirinya Kompas, kondisi perpolitikan Indonesia tidak menentu karena beberapa kali sistem pemerintahan mengalami perubahan. Yang menjadi ciri utama dari sistem politik demokrasi terpimpin adalah dominasi peranan Presiden, terbatasnya peranan partai politik,

berkembangnya pengaruh komunis dan meluasnya peranan ABRI sebagai unsur sosial politik. Pada umumnya demokrasi terpimpin dikatakan orang sebagai periode terburuk bagi sejarah perkembangan pers di Indonesia. Perlakuan penguasa terhadap pers Indonesia telah melampaui batas-batas toleransi, penguasa demokrasi terpimpin memandang pers semata-mata dari sudut kemampuan dalam memobilisasi massa dan opini publik. Pers

64

65 dianggap sebagai alat revolusi yang besar pengaruhnya untuk menggerakkan atau meradikalisasi massa, oleh karena itu rezim demokrasi terpimpin

merasa perlu menguasai seluruh pers yang ada. Dalam kenyataannya tidak memperbaiki kehidupan sosial, ekonomi dan politik tetapi untuk revolusi kekuasaan rezim itu sendiri (Ahmad Zaini Abar, 1995: 60).

3.1.1. Pemberedelan harian kompas Sekitar tahun 1960-1965, penerbitan pers Indonesia tidak menunjukkan perkembangan yang stabil sebagai pencerminan keadaan umum. Peta ideologi pers Indonesia saat itu menjadi dua golongan yaitu, pertama pers komunis dengan pers simpatisannya termasuk golongan ini adalah pers nasionalis sayap kiri yang menduduki posisi dominan dalam menciptakan opini publik dan politik serta mempengaruhi kebijakan pemerintah. Kedua, pers dalam posisi periferal yaitu pers anti komunis, yang termasuk didalamnya adalah pers agama seperti Kompas yang beraviliasi dengan partai Katolik (terbit 28 Juni 1965). Boleh dikatakan Kompas sebagai pers yang moderat dalam menghadapi aksi-aksi politik partai komunis Indonesia (PKI), dan pers kelompok BPS (Badan Pendukung Soekarnoisme) (Ahmad Zaini Abar,1995: 51). Pada saat demokrasi terpimpin banyak terjadi pemberedelan terhadap pers, baik sifatnya sementara maupun untuk selamanya. Pemberedelan itu dilakukan tanpa ada ketentuan yang jelas, seperti

66 pemberedelan terhadap tujuh surat kabar pada bulan januari 1978 dan Kompas termasuk didalamnya. Dengan ketentuan yang tidak jelas kepala Dinas Penerangan Lakusda Jaya, memberi informasi bahwa pada tanggal 20 januari 1978 malam harinya pukul 20.25 waktu setempat dan hari berikutnya tanggal 21 Januari 1978 surat kabar Kompas dilarang terbit. Mengenai keputusan tertulisnya akan dikeluarkan Departemen Penerangan sampai surat kabar itu diijinkan terbit kembali (A.B. Lapihan, dkk, 2002: 201). Dengan ketidak pastian ijin terbit yang dilakukan oleh Departemen Penerangan, maka sudah jelas kerugian material dirasakan pihak perusahaan. Sebagai contoh sebelum diberedel, Kompas mencapai puncak dengan tiras 293.000 eksemplar namun setelah terbit kembali pada tanggal 25 Februari 1978 tiras yang dimiliki tinggal 272.387 eksemplar. Ini disebabkan situasi yang belum menentu sehingga masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap surat kabar Kompas, maka yang terjadi tiras cenderung menurun sampai situasi stabil dan Kompas mendapat kepercayaan dari masyarakat..

3.1.2. Perkembangan harian Kompas Kedekatan Kompas dengan partai Katolik berlanjut sampai pada tahun 1971. Hubungan antara surat kabar dan partai politik masa itu meningkat, sementara pemerintah berusaha memperkecil loyalitas primordial antara keduanya. Dua tahun kemudian pemerintah

67 mengikis partai-partai politik dengan memaksa mereka (kecuali Golongan Karya), melebur menjadi dua yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) (Junarto Imam Prakoso, 1997: 117). Hubungan antara Kompas dengan partai Katolik juga

diungkapkan oleh Frans Seda, seorang tokoh partai Katolik: Hubungan akrab antara Kompas dan partai berlangsung terus hingga 1971, pada saat itu terjadi restrukturisasi perpolitikan partai. Setelah itu masing-masing berjalan sendiri (Kompas dan partai Katolik), meskipun sejumlah prinsip-prinsip dasar masih dijaga oleh Kompas. Ketika saya dan Kasimo masih aktif dalam partai, interaksi antara keduanya masih tetap intensif. Tahun 1968 saya berhenti dari kepemimpinan partai dan kemudian hubungan itu semakin longgar, kemudian hubungan keduanya lebih didasarkan pada kapasitas pribadi. Semenjak itu Kompas menjadi profesional dengan sedikit atau pengaruh dari partai (Agus Sudibyo, dkk, 2001: 8).

Meskipun beberapa kali, Kompas harus berbenturan dengan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah, maka hal ini tidak menyurutkan Kompas sebagai koran terbesar Indonesia untuk berkembang. Menurut David T Hill, Kompas adalah koran berkualitas dengan tiras terbesar di Asia tenggara, Kompas memulai dengan 5.000 eksemplar penjualan meningkat secara konsisten karena, Kompas berhasil meraih reputasi yang baik dari laporan yang mendalamnya (Junarto Imam Prakoso, 1997: 116). Didominasi segmen pasar kelas menengah dan atas, Kompas membangun basis dukungan pelanggan yang loyal. Pada tahun 1990an Kompas menjadi induk bagi 38 anak perusahaan, kemudian yang

68 dikenal dengan Kelompok Kompas Gramedia (KKG) yang bergerak dibidang percetakan dan termasuk jajaran 40 teratas konglomerat negara. Pada tahun 1993, P T Cisi Raya Utama pernah mengkalkulasi pendapatan P T Kompas Media Nusantara, penerbit harian Kompas sudah mencapai angka Rp. 240.000.000.000 dengan laba bersih sekitar Rp.30.000.000.000-Rp.35.000.000.000. Sementara asetnya

diperkirakan Rp. 150.000.000.000-Rp.160.000.000.000, lembaga riset ini memperkirakan pada tahun 1994 Kompas akan mengalami kenaikan pendapatan sebesar 10%-11%. Kompas dengan kelompok Kompas Gramedia (KKG) juga memperluas peluang di bisnis lain. Pada tahun 1972, dibentuk P T Transito Asri Media yang merupakan anak perusahaan untuk mendistribusikan buku-buku impor dan lokal pada jaringan toko buku yang dimilikinya sendiri. Khusus di bisnis medianya, Kelompok ini selain Harian Kompas sendiri juga mempunyai The Jakarta Post, Tabloid Nova, Citra, dan Majalah Hai serta Jakarta-Jakarta. Ekspansi bisnis Kelompok Kompas Gramedia tidak terbatas hanya dibidang usaha penerbitan saja, pada tahun 1978 kelompok perusahaan ini juga memasuki bisnis perhotelan. Dibawah bendera P T Grahawita Santika kemudian berkembang menjadi Santika Group, termasuk dalam jajaran Hotel berbintang dan tersebar di berbagai wilayah pulau Jawa dan Bali (Bambang Sadono, dkk, 1996: 32).

69 2.1.3. Peranan harian Kompas dan Republika sebagai media cetak Secara global peranan harian Kompas dan Republika adalah sama dengan surat kabar lainnya. Apabila dilihat dari kelompoknya, maka Kompas dan Republika termasuk pers nasional yang memiliki sasaran khalayak menengah ke atas. Kedudukan dan fungsi Harian Kompas dan Republika dalam masyarakat sama pentingnya dengan peranan komunikasi itu sendiri. Harian Kompas dan Republika tidak hanya sebagai chanel of communication semata-mata berfungsi sebagai pembawa pesan kepada komunikan, namun lebih dari itu sekaligus berperan sebagai sumber pesan yang pada dasarnya merupakan esensi atau isi/kandungan pesan itu sendiri. Peranan Harian Kompas dan Republika serta media massa lainnya, yang paling dominan adalah sebagai agen of change. Letak peranannya adalah membantu dan mempercepat proses peralihan masyarakat, dari masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern (F. Rachmadi, 1990:17). 2.1.3.1. Peranan harian Kompas sebagai media cetak Dari kedua media tersebut membawa karakter masingmasing sebagai media cetak. Harian Kompas dengan motto Amanat Hati Nurani Rakyat, mampu membuktikan sebagai koran terbesar baik dari segi oplah maupun pemasukan iklan. Prinsip-prinsip profesional, mendahulukan mutu, penuh

tanggung jawab, sebagai alat pemberitaan, kontrol sosial,

70 pembentuk opini, bermoral dalam pelayanan pada pelanggan, beretika dalam menyelenggarakan usaha dan menjaga

indepedensi. Jadi sebagai media cetak Kompas bisa dibilang sukses dengan Kelompok Kompas Gramedia (KKG), meliputi devisi pers daerah, surat kabar, majalah, perdagangan, percetakan, properti, penerbitan dan devisi lembaga keuangan. Pesatnya laju Kompas dalam bisnis media membuatnya menjadi gurita bisnis media. Dengan menyebarnya penerbitan Kelompok Kompas Gramedia ke pelosok daerah posisinya di bisnis pers semakin mantap, sehingga menjadi pertimbangan tersendiri bagi

masyarakat dalam mengambil keputusan sebagai (Bambang Sadono. SY, Dkk, 1996:31). 3.2.Sejarah berdirinya harian Republika

bacaan

Republika terbit pada 4 Januari 1993, yang lahir dalam keadaan Indonesia yang terus berubah. Perubahan tersebut hampir melanda semua aspek kehidupan baik dibidang politik, ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, sosial serta budaya. Republika adalah sebuah nama yang diberikan oleh presiden Soeharto, memilih untuk ikut mempersiapkan masyarakat Indonesia dalam memasuki pembangunan dinamis (Bambang Sadono, dkk, 1996: 36). Dengan ambisi komersial, perspektif politik, koneksi yang baik harian ini muncul untuk menghadapi tantangan yang diidentifikasikan para peserta

71 seminar Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) pada tahun 1991. Melalui Yayasan Abdi Bangsa Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), membangun Republika menjadi bagian dari media massa Indonesia dan berfungsi sebagai penopang agar langkah itu bermanfaat bagi kesejahteraan bersama. Lahirnya Republika dianggap memberikan harapan baru bagi komunitas Islam untuk tidak lagi berada di pinggiran.

3.2.1. Konteks Islam dalam Republika Perkembangan masyarakat modern tidak lepas dari

perkembangan media massa. Proses komunikasi antarpersona yang dilakukan secara face-to-face, tidak sanggup lagi menampung hubungan interaksi antar manusia dalam masyarakat yang semakin maju. Yang dibutuhkan masyarakat sekarang ini, adalah media massa yang sanggup merekam kebutuhan masyarakat baik berita dari dalam maupun luar negeri. Dengan melihat kondisi seperti itu, Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) mempelopori terbitnya harian Republika yaitu sebuah media massa yang mengemas berita dengan nuansa keislaman. Bisa dikatakan seperti itu, hal ini sesuai dengan pernyataan B.J. Habibie sebagai ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI)

mengatakan bahwa perang terhadap kebodohan dan kemiskinan adalah tugas cendekiawan muslim. Dalam kesempatan yang sama pula Republika melaporkan bahwa : Umat Islam tidak perlu takut dan rendah diri, banyak contoh membuktikan bahwa orang Islam juga sanggup

72 menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi modern (Ahmad Bahar, 1995: 41). Parni Hadi sebagai pemimpin harian Republika, adalah seorang wartawan senior yang pernah bekerja di kantor berita ANTARA. Dalam susunan redaksionalnya Parni Hadi juga melibatkan seperti Adi Sasono merupakan tokoh organisasi Lembaga Study pembangunan, intelektual muslim Nurcholis Madjid, serta para akademisi yang terhormat seperti pakar ilmu politik Universitas Gajah Mada M. Amien Rais, Prof. Edi Sedyawati dari Universitas Indonesia, Rektor serta ahli Hukum Islam, Qurais Syihab (Junarto Imam Prakoso, 1997: 113). Adanya jajaran redaksional di harian Republika yang diisi para intelektual negeri kita, diharapkan harian ini mampu mengisi kekosongan pers nasional yang bernafaskan Islam. Sebelum Republika lahir sudah ada beberapa terbitan Islam baik berbentuk harian, mingguan, Tabloid maupun Majalah. Akan tetapi eksistensinya boleh dikatakan kurang terasa dan bermakna secara informatif, kultural bahkan politik. Dilihat dari segi oplahnya sangat kecil dan penggarapannya kurang profesional serta profitnya boleh dikatakan rugi. Dalam konteks ini kita bisa menduga, bahwa tidak majunya harian Islam, dikarenakan kurang luasnya pemikiran Islam selama berabadabad (Yudi Latif dan Idi Subandy Ibarahim, 1997: 24). Dalam hal ini dapat dilihat adanya arus kesadaran baru, harapan dan optimisme oleh sebagian masyarakat muslim dengan hadirnya

73 media yang bernafaskan Islam. Sebagai medium komunikasi dan informasi yang berkualitas untuk pengembangan dunia Islam telah terwujud dengan adanya harian Republika. Melalui media inilah diharapkan nanti akan dapat mentransfer berbagai informasi baru dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi, ekonomi dan bisnis, manajemen, politik modern, nilai-nilai modern serta penyebaran dakwah secara luas.

3.2.2. Perkembangan harian Republika Dengan dukungan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), Surat Ijin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) mudah diperoleh. Habibie sebagai ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) mendapat dukungan dari mantan presiden kedua R I, Soeharto untuk mengembangkan Republika yang dianggap membawa aspirasi mayoritas jurnalis serta intelektual Islam yang liberal dan sekular dalam mengangkat isu maupun peristiwa. Republika hadir bukan hanya untuk memberi saluran bagi aspirasi umat Islam yang selama beberapa waktu terhambat, namun juga informasi yang dibutuhkan masyarakat secara pluralisme. Kalangan umat juga antusias memberi dukungan atas saham-saham P T Abdi Bangsa T.bk, sebagai penerbit Republika yang dibagi-bagi menjadi 51 % untuk Yayasan sendiri, 20 % untuk karyawan dan sisanya 29 % untuk dijual secara publik khususnya masyarakat Islam.

74 Penjualan saham Republika tergolong unik, yaitu 1 lembar saham dijual kepada satu keluarga sehingga penjualan saham ke publik ini saja sebuah terobosan baru dalam sejarah pers nasional. Dengan kata lain Republika akan di miliki sekurang-kurangnya 2,9 juta muslim di Indonesia. Apabila melihat fenomena yang ada, biasanya kepemilikan saham hanya dimiliki oleh penanam modal dan karyawan pers saja. Strategi penjualan saham ke publik ini secara langsung maupun tidak langsung menciptakan Image bahwa masyarakat muslim akan merasa memiliki koran tersebut. Pada bulan Agustus 1993, penjualan Republika mencapai angka 125.000 eksemplar. Dengan pencapaian angka seperti itu, Partni Hadi selaku pemimpin Redaksi mengklaim bahwa sudah ada 1,3 juta lembar saham yang terjual. Tidak dapat dibantah lagi bahwa Republika dapat dikelompokkan sebagai koran berkualitas, yang diproduksi secara profesional, berwawasan liberal dan diinformasikan oleh nilai-nilai Islam Progresif (Junarto Imam Prakoso, 1997: 118). Pada tahun yang sama dengan disain blok yang tak lazim digunakan media pada umumnya mengantarkan Republika menjadi juara pertama dalam Lomba Perwajahan Media Cetak. Sedang pada tahun 1995, Republika membuka situs web di Internet dan pada tahun 1997 pertama kali mengoperasikan Sistem Cetak Jarak Jauh (SCJJ). Pendekatan juga dilakukan pada komunitas pembaca dan menjadi salah satu koran pertama yang menerbitkan halaman khusus daerah.

75 Dalam jangka waktu dua tahun, harian ini meningkatkan hasil penjualannya menjadi 160.000 eksemplar. Begitu juga dari sisi penghasilan iklannya, akibat oplah yang berkembang cukup dinamis maka sejumlah iklan besar pun banyak dipasang di harian Republika. Sementara iklan mini juga ikut menghiasi halaman secara teratur (Ahmad Bahar, dkk, 1996: 160).untuk meningkatkan kualitas Republika melakukan penyempurnaan, misalnya dalam desain tampilan.

Perwajahan Republika dirancang dengan konsep sederhana dan praktis, faktor penting dari konsep sederhana tersebut berarti Republika mudah dibaca dan peletakannya tidak membingungkan. 2.1.3. Peranan harian Kompas dan Republika sebagai media cetak Secara global peranan harian Kompas dan Republika adalah sama dengan surat kabar lainnya. Apabila dilihat dari kelompoknya, maka Kompas dan Republika termasuk pers nasional yang memiliki sasaran khalayak menengah ke atas. Kedudukan dan fungsi Harian Kompas dan Republika dalam masyarakat sama pentingnya dengan peranan komunikasi itu sendiri. Harian Kompas dan Republika tidak hanya sebagai chanel of communication semata-mata berfungsi sebagai pembawa pesan kepada komunikan, namun lebih dari itu sekaligus berperan sebagai sumber pesan yang pada dasarnya merupakan esensi atau isi/kandungan pesan itu sendiri. Peranan Harian Kompas dan Republika serta media massa lainnya, yang paling dominan adalah sebagai agen of change. Letak

76 peranannya adalah membantu dan mempercepat proses peralihan masyarakat, dari masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern (F. Rachmadi, 1990:17). 2.1.3.2. Peranan Republika sebagai media cetak Sebagai media cetak harian Republika tidak mau kalah dengan harian lain yang berskala nasional. Harian Republika dengan motto Mencerdaskan Kehidupan Bangsa yang

menunjukkan semangat dalam mempersiapkan masyarakat yang terus berubah. Keterbukaan dan perubahan telah dimulai sehingga tidak ada langkah kembali, karena sebelumnya sudah sepakat untuk mencapai tujuan. Republika sebagai salah satu bagian dari media massa Indonesia, berfungsi sebagai penopang agar langkah itu bermanfaat bagi kesejahteraan bersama. Dibidang politik Republika tetap mendorong

demokratisasi dan optimalisasi lembaga-lembaga negara dan mengangkat partisipasi politik semua lapisan masyarakat. Budaya Republika yang mendukung sikap keterbukaan dan apresiasi terhadap bentuk-bentuk kebudayaan yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, tidak hanya menghadirkan hiburan, ulasan dan menampilkan berita yang spektakuler, namun juga mempertajam kepekaan hati serta bersikap kritis terhadap bentuk-bentuk kebudayaan yang secara langsung atau tidak.

77 Banyak pendapat yang muncul mengenai keberadaan koran ini, ada yang bilang beritanya berani, sebagian lagi menyebutkan sebagai koran masa depan. Memang Republika berbeda dengan koran lain, hal ini dapat dilihat dalam pengemasan, pendalaman dan penyajian berita. Republika cenderung lebih menyajikan berita secara atraktif, jelas dan

tuntas sehingga tidak banyak mengeluarkan energi untuk memahaminya (Bambang sadono, SY, dkk, 1996: 37). Bahasa dan gaya penuturannya diupayakan populer, berkesan tidak kaku tanpa mengabaikan kaidah bahasa.

Ditunjang berita yang tuntas pada satu halaman tanpa bersambung ke halaman lain, dengan demikian pembaca memiliki waktu lebih banyak untuk mencari informasi dihalaman lain. Topik yang dipilih adalah topik-topik yang dekat dan berdampak langsung terhadap pembaca. Diantara topik yang ditampilkan Republika antara lain resonansi, hikmah, solilokni, wacana, tajuk ataupun yang disajikan dalam lembar khusus. Selain dari topik tersebut harian Republika juga menambah suplemen didalamnya seperti tekad, rekor, manajer, trande teknologi, dialog Jumat yang diasuh beberapa ulama besar Indonesia secara bergantian. Unsur keislaman diharian Republika sangat dominan, sebab Republika hadir dalam belantika pers Nasional dengan

78 latar belakang sosial-politik yang sangat penting. Republika lahir diatas upaya refleksi kegagalan pers Islam sebelumnya, dan memformulasikan peran surat kabar Islam tanpa terjebak dalam perilaku partisan yang eksplisit. Tepat apabila masyarakat membutuhkan surat kabar kosmopolitan seperti Republika ini, unsur kedekatan terhadap pembaca menjadi tujuan utama sehingga masyarakat merasakan keadaan yang dituangkan dalam tulisan (Agus Sudibyo, dkk, 2001: 11).

3.3. Gambaran umum harian Kompas dan Republika dalam memberitakan terorisme di Indonesia Goncangan dahsyat bom 11 September 2001 belum terhapus dari memori kita, dan dunia memperingati tepat selang satu bulan dan satu hari runtuhnya menara kembar World Trade Center (WTC) dan Pentagon di New York Amerika Serikat. Sekarang dunia kembali dikejutkan dengan meledaknya bom di Bali, salah satu kota wisata dunia tepatnya tanggal 12 Oktober 2002. Ledakan bom ini mampu menyita perhatian masyarakat baik dalam maupun luar negeri, sebab lebih kurang 182 orang meninggal dan sekitar 132 orang luka-luka (Kompas, 14 Oktober 2002). Akibat lain yang ditimbulkan dari ledakan bom ini adalah hancurnya bangunan di sekitar

79 tempat ledakan serta kerusakan fasilitas publik lainnya seperti, empat bangunan runtuh, dua puluh rusak berat, dua puluh tujuh mobil dan tujuh motor hancur. Begitu pula mobil-mobil yang sedang parkir di depan kafe itu ikut melayang sampai enam meter, dan toko penjual cinderamata yang berderet sepanjang jalan mengalami kerusakan serta kaca dan tembok rumah penduduk pada radius dua kilometer ikut retak. Di beberapa jalan sekitar lokasi berserakan mata uang baik rupiah maupun dolar, khususnya di depan kantor Bank Panin (Republika, 14 Oktober 2002). Ledakan dahsyat tersebut terjadi di beberapa tempat di Denpasar, ledakan pertama sekitar pukul 23.30. waktu setempat, bom meledak diatas trotoar di Jl. Raya Puputan Renon sekitar 100 meter dari kantor Konsulat Amerika Serikat dan dalam ledakan ini tidak menimbulkan korban. Ledakan kedua terjadi di kawasan Jl Legian, Kuta tepatnya di depan Padys Club, beberapa detik kemudian terdengar kembali dentuman keras dari Sari Club. Di Diskotik inilah korban berjatuhan, sebab kekuatan bom dirasakan sampai radius 10 Kilometer. Korban yang meninggal tidak dapat dikenali ini disebabkan selain terbakar tubuh mereka sudah tidak utuh lagi, sehingga kesulitan dalam mengidentifikasi korban. Korban ledakan terbesar berasal dari warga Australia, sebab kafe Sari Club sebagai pusat ledakan dan juga menjadi tempat hiburan wisatawan Australia. Untuk lebih rincinya tentang berapa banyak ledakan bom Bali berikut jumlah menurut asal Negaranya. Tabel 3 Daftar korban bom Bali berdasarkan asal negara

80 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Negara asal Australia Indonesia Inggris Swedia Amerika Serikat Jerman Belanda Denmark Selandia Baru Perancis Afrika selatan Jepang Korea Selatan Brazil Canada Ekuador Italia Polandia Portugal Singapura Taiwan Total Jumlah (orang) 89 38 22 9 7 6 4 3 3 3 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 199 Prosentase 44.72 % 19.10 % 11.06 % 4.52 % 3.52 % 3.02 % 2.01 % 1.51 % 1.51 % 1.51 % 1.01 % 1.01 % 1.01 % 1.01 % 0.50 % 0.50 % 0.50 % 0.50 % 0.50 % 0.50 % 0.50 % 100 %

Sumber data : Jawa Pos 12 Mei 2003 (Wahyudi Purnomo dan Yusuf Hidayat, 2003: 80).

Dilihat dari banyaknya warga asing sebagai korban tidak mungkin apabila ledakan tersebut tanpa disengaja, karena sepertinya mereka (para turis) yang menjadi sasaran utama dari bom tersebut. Pengeboman nampaknya tidak lagi menjadi peristiwa yang langka di negara kita, ironisnya sampai sekarang masih banyak kasus yang belum terungkap siapa pelakunya. Terhitung mulai tahun 1957-2002, lebih kurang terjadi dua puluh kali pengeboman di Indonesia (Kompas, 17 November 2002). Selama pemerintahan Megawati sendiri telah terjadi ledakan bom sebanyak 16 kali ledakan. Melihat banyaknya korban bom yang meledak mempunyai daya ledak tinggi, namun pada awal terjadi ledakan terdapat silang pendapat

81 tentang bahan yang digunakan. Dari pihak kepolisian memberi pengakuan bahwa bahan peledaknya adalah jenis C4 (C four), bahan ini merupakan pengembangan dari peledak T N T (Trinitrotoluence) yang ditambah dengan jenis R D X sehingga hasil campuran bahan ini mempunyai daya ledak yang tinggi (Kompas 17 Oktober 2002). Tentang bahan peledak yang mampu mengguncangkan Indonesia itu, Z.A Maulani (Mantan KA. BAKIN era Habibie) berpendapat bahwa bom Bali merupakan pekerjaan pelaku yang profesional. Beberapa pertimbangan yang menjadi dasar penyimpulan analisis tersebut diantaranya, sebagai berikut: 1. Ledakan itu mengakibatkan ratusan orang menjadi korban, termasuk puluhan mobil terbakar dan puluhan bangunan rusak porak-poranda. 2. Radius kerusakan yang ditimbulkan begitu luas, dalam istilah militer bom ini mempunyai demolisi sampai 200 meter. Padahal granat 108 mm hanya mempunyai radius kerusakan 50 meter, jadi bisa dibilang kekuatan bom ini setara belasan granat 108 mm dijadikan satu. Bisa juga bahan peledak ini tidak diproduksi Indonesia hanya pihak luar negeri seperti Amerika Serikat yang mampu membuat jenis C4 ini. Selain dari profesinalnya pelaku peledakan, Maulani juga

menambahkan bahwa Bom yang digunakan termasuk golongan micro nuke atau yang dikenal dengan istilah Special Atomic Demolition Munition (SADM). Daya ledak jenis ini setara dengan 4 ton T N T, negara-negara yang

82 mempunyai SADM adalah Amerika serikat, Inggris, Perancis, Israel dan rusia (Republika 17 Oktober 2002). Kekejaman bom bali mendapat reaksi keras baik dari dalam maupun luar negeri, spekulasi tentang para pelaku pengeboman menghiasi hampir semua media massa. Sebagian besar percaya bahwa para pelaku bom Bali, adalah kelompok-kelompok radikal Islam yang belakangan ini tumbuh subur di Indonesia. Kepercayaan ini bukan hanya didasarkan pada sikap dan perilaku kelompok tersebut, tetapi juga dipengaruhi oleh berbagai statement para kepala negara asing yang menuduh jaringan Al Qaeda berada dibalik serangan bom Bali tersebut. Tidak mengherankan apabila media massa membuat kilas balik dugaan keterlibatan kelompok-kelompok ini dalam berbagai aksi kekerasan di Indonesia, seperti Laskar Jihad dalam perang etnis dan agama di Ambon, Front Pembela Islam (FPI) dalam berbagai pengrusakan tempat-tempat hiburan malam di Jakarta. Media massa juga pernah mengangkat berbagai organisasi, jaringan latihan perang yang mereka lakukan (Muhamad Asfar dan M. Khaiyan, 2003: 107). Sebaliknya sebagian meyakini bahwa para pelaku bom Bali bukanlah berasal dari kekuatan Islam Radikal, tetapi konspirasi internasional sebagai jalan untuk menjatuhkan Islam. Tidak ada bukti bahwa kelompok Islam Radikal yang berada dibalik kasus bom di Indonesia. Ketika rakyat Palestina melakukan perlawanan, sekedar untuk mempertahankan hak daerah yang dijajah oleh Israel, maka media massa internasional mempublikasikan

83 Palestina sebagai negara teroris (Republika, 18 Oktober 2002). Pencitraan tersebut yang sedang diberikan terhadap negara Indonesia, sebagai konsekuensi dari aksi kelompok yang dianggap radikal dan wajar jika media mempunyai keberpihakan terhadap golongan tertentu. Untuk menangkap pelaku peledakan di Bali, aparat kepolisian melakukan investigasi terus menerus. Usaha keras polisi mendapat hasil dengan tertangkapnya salah satu pelaku bom Bali yaitu Amrozi yang dianggap sebagai pelaku pengeboman. Dia ditangkap polisi di rumah orang tuanya, pada hari selasa 5 November 2002. dia tidak melakukan sama sekali, bahkan petugas dibiarkan menggeledah rumah orang tuanya untuk mencari bukti lain (Republika, 9 November 2002). Sebagian penduduk setempat tidak percaya bahwa Amrozi yang melakukan peledakan di Bali, di desanya Amrozi hanya dikenal sebagai montir sepeda motor dan orang yang taat menjalankan sholat lima waktu. Tidak itu saja, Amrozi juga termasuk pengurus pondok pesantren Al-Islam Tenggulun, Lamongan, Jawa Timur yang didirikan kakaknya H. Jafar Soddiq. Mabes Polri memberikan keterangan mengenai kronologis

penangkapan Amrozi sebagai berikut (Republika, 14 November 2002) : 1. Tanggal 5 November 2002, Mabes Polri dan Polda Jawa Timur menangkap Amrozi di rumahnya desa Tenggulun, Pacitan, Lamongan, Jawa Timur.

84 2. Tanggal 7 November 2002, Kapolri Jenderal Dai Bachtiar mengatakan bahwa Amrozi yang menjadi penanggung jawab lapangan peledakan di Kuta. 3. Tanggal 8 November 2002, Amrozi dinyatakan resmi sebagai tersangka peledakan bom Bali 4. Tanggal 9 November 2002, Ustad Zakaria selaku pemimpin pondok pesantren Al-Islam diminati keterangan sehubungan dengan kedekatan Amrozi. 5. Tanggal 10 November 2002, Brigjen Edward Aritonang polisi telah menemukan residu di rumah Amrozi 6. Tanggal 11 November 2002, polisi juga menemukan M-16, FN dan Amunisi di Hutan Dadapan, Lamongan, Jawa Timur. 7. Tanggal 12 November 2002, polisi kembali Pondok Pesantren Al-Islam dan ditemukan pralon yang mirip barang penemuan polisi di hutan Dadapan, serta polisi menetapkan kedua adik Amrozi yaitu Ali Imron dan Ali Fauzi sebagai tersangka Imam Samudra yang di duga sebagai pelaku utama pengeboman, hari Kamis 21 November 2002 tertangkap tim investigasi gabungan polri di pelabuhan Merak, Banten. Imam Samudra yang mempunyai nama lain Abdul Aziz, diduga juga terlibat dalam peledakan bom di malam Natal Tahun 2000, ditangkap sekitar pukul 17.30 waktu setempat ketika menumpang bus Kurnia di dermaga I pelabuhan Merak. Bus yang ditumpangi Imam Samudra ini antri mengatakan

85 untuk memasuki kapal Feri yang dijadwalkan ke Lampung pukul 17.45 (Kompas, 22 November 2002). Setelah menangkap Imam Samudra, polisi juga menangkap Amin, pada hari kamis Malam di Rumah sakit yang sedang menunggui anaknya yang baru lahir. Bukan itu saja polisi juga menangkap Rouf, pada hari selasa dan Yudi pada hari Rabu di Ciruas, Serang, Banten. Ketiga orang tersebut yang menyertai Imam Samudra ke Bali dalam proses peledakan bom di Kuta. Keberhasilan ini merupakan pengembangan tim investigasi dari interogasi mereka terhadap Amrozi salah seorang tersangka yang tertangkap 5 November 2002 lalu. Dalam pengakuannya, untuk mendanai biaya operasional peledakan bom Bali Imam Samudra dan kawan-kawannya melakukan perampokan toko emas Elita Indah di pusat perdagangan Royal, Serang, Banten pada akhir Maret 2002 (Republika 23 November 2002). Kemampuan Imam Samudra dalam merakit bom tidak diragukan lagi, selain bom bali juga pernah terlibat dalam peledakan bom di Gereja Santa Anna, Duren Sawit, Gereja HKBP Jakarta dan Gereja di Batam, termasuk peledakan bom di Atrium Senen Jakarta. Kepandaian dalam merakit bom ini didapat di Afghanistan, sebelumnya sempat tinggal di Johor Malaysia selama 6,5 tahun. Setelah itu ia kembali ke Afghanistan selama 2,5 tahun baru kemudian di sana belajar senjata api, merakit bom dan menjinakkan ranjau. Tahun 2000 ia kembali ke Indonesia untuk melakukan observasi dalam rangka melakukan aksi jihad (Republika, 23 November 2002) .

86 Dalam keberhasilannya menangkap pelaku peledakan bom Bali, Perdana Menteri Australia John Howard memberikan penghargaan kepada pemerintah Indonesia (Kompas 25 November 2002). Berikut ini diagram para jaringan tersangka peledakan bom di Bali dan kaitannya dengan beberapa peristiwa pengeboman di Jakarta versi Mabes Polri.

87 Tabel 4 Jaringan tersangka peledakan bom di Kuta Bali dan Jakarta versi Mabes Polri
Osama bin Laden Al Qaedah

Hambali,
Asal Jawa Barat Perancang peledakan bom Bali

Prof. Ashari

Warga Malaysia hli b h

Sketsa empat

Umar (1)
Asal Pemalang Peran tidak jelas

Teuku Idris
Asal Aceh Peran tidak jelas

Imam Samudra
Asal Jawa Tengah diduga perakit

Amrozi
Asal Lamongan pembeli bahan peladak dan

Ali Imron
Asal Lamongan pelaksana lapangan dan pemilik senjata api

Mukhlas
Asal Lamongan pemegang dan penyalur dana operasi peledakan

Dul Matin
Asal Jawa Tengah peran tidak jelas

Umar (2)
Asal Bali peran tidak jelas

Dedi Setiono

Musa

Abdul Jabar

Asep
al Darwin
al Abdullah

Rusli Al Ibrahim Al Diki

Taufik bin Abd. Halim Al Dany

Agung Al dedi Maular

Silverster Tendean Penjual bahan peledak

Tafsir Penampung jok mobil L300

Nurminda

Marno

Yadi

Komar

Taufik

* Gereja Katedral

* Gereja Oika * Gereja Santa ana Kumene * Gereja St. Yosep * Gereja Kolonial * Gereja Anglikan

Bisa jadi tersangka * Gereja HKBP * Plasa Atrium membantu menyiapkan senjata dan amunisi di hutan Dadapan bisa jadi tersangka

Sumber data : Kompas, 17 Nopember 2002

88 Kecenderungan pemberitaan tentang ledakan di Kuta, Bali adalah tindakan terorisme, seperti berita yang diturunkan oleh harian Kompas 14 Oktober 2002. Dengan mengutip pernyataan dari Menkopolkam Susilo Bambang Yudhoyono, mengatakan bahwa: Terorisme sudah ada di sekeliling kita, di depan mata kita. Jangan kita kehilangan hati nurani dan akal sehat. Karena itu harus kita cegah dan tangkal. Apabila tetap terjadi, harus kita tindak secara tegas.

Dari pernyataan tersebut diangkat Kompas sebagai headline, sehingga dalam membingkai berita tentang bom Bali Kompas condong bahwa tindakan tersebut sebagai bentuk terorisme. Di hari yang sama Republika tidak secara tegas memberitakan bom Bali sebagai tindakan terorisme. Adapun dalam penelitian ini, penulis akan menganalisis berita tentang bom Bali selama tiga bulan dimulai dari bulan Oktober-Desember 2002. Untuk membandingkan berita-berita bom Bali ini, maka penulis akan mengangkat berita yang isinya sama namun dimaknai secara berbeda oleh media. Bahwa media mempunyai frame yang berbeda dalam mengemas berita untuk ditampilkan kepada pembaca. Adapun berita yang akan dianalisis adalah sebagai berikut:

89 Tabel. 5 Pemberitaan tentang terorisme di surat kabar Kompas dan Republika Surat Kabar Kompas Tanggal 14 Oktober 2002 Judul Berita Indonesia Dalam Bahaya Presiden Kutuk keras Aksi peledakan Bom Menkopolkam: Terorisme di Depan Mata Kita Baasyir dipanggil sebagai tersangka Baasyir : kesaksian Umar Al Faruq palsu Jamaah Islamiyah masuk daftar PBB Abubakar Baasyir dipindah ke Jakarta, bentrokan polisi, massa tak terhindarkan Amrozi penanggung jawab lapangan Polisi publikasi enam wajah tersangka Imam Samudra ditangkap di Merak Sabtu hitam di Legian Baasyir jadi tersangka Baasyir minta Faruq dihadirkan JI resmi masuk daftar teroris PBB Baasyir dibawa paksa ke Jakarta Polisi lacak kaitan Amrozi-Baasyir Polisi umumkan 6 tersangka baru Imam Samudra tertangkap

18 Oktober 2002 19 Oktober 2002 27 Oktober 2002 29 Oktober 2002 8 Nopember 2002 18 Nopember 2002 22 Nopember 2002 14 Oktober 2002 18 Oktober 2002 19 Oktober 2002 27 Oktober 2002 29 Oktober 2002 8 Nopember 2002 18 Nopember 2002 22 Nopember 2002

Republika

Anda mungkin juga menyukai