Anda di halaman 1dari 1

ESILO Media Aspirasi Rakyat

Khasiat Tanaman Kelor


Tanaman kelor, pasti tidak asing lagi bagi anda, oleh sebagian besar masyarakat Indonesia tanaman ini kerap dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, sebagian memanfaatkannya untuk pagar hidup dan tanaman pembatas, oleh masyarakat dibeberapa wilayah daun dan buah kelor telah dimanfaatkan sebagai sayuran, meski demikian hingga kini belum banyak yang menge-tahui aneka khasiat yang terkan-dung dalam tanaman kelor. Tanaman kelor (Moringa oleifera) yang dikenal dengan nama murong atau barunggai, sementara itu, di Sulawesi disebut kero, wori, kelo, atau keloro merupakan tanaman perdu dengan tinggi sampai 10 meter, berbatang lunak dan rapuh, dengan daun sebesar ujung jari berbentuk bulat telur dan tersusun majemuk. Daunnya berwarna hijau pucat menyirip ganda dengan anak daun menyirip ganjil dan helaian daunnya bulat telur, bunga kelor berupa malai yang keluar dari ketiak daun, sedangkan buahnya menggantung sepanjang 20-45 cm dan isinya sederetan biji bulat, tetapi bersayap tiga. Kelor berbunga sepanjang tahun dan tumbuh subur mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 700 m di atas permukaan laut. Menurut sejarahnya, tanaman kelor atau marongghi, berasal dari kawasan sekitar Himalaya dan India, kemudian menyebar ke kawasan di sekitarnya sampai ke Benua Afrika dan Asia-Barat. Oleh masyarakat di pedesaan, penanaman kelor yang paling umum dengan cara setekan batang tua atau cukup tua, yang langsung ditancapkan ke dalam tanah, cara lain adalah dengan semaian biji tua, namun cara ini umumnya jarang dipergunakan sebab membutuhkan waktu lebih lama. Membudidayakan pohon kelor cukup mudah sebab tanaman ini sangat toleran terhadap lingkungan tumbuhnya, serta tidak membutuh-kan banyak pupuk dan jarang diserang hama (oleh serangga) ataupun penyakit (oleh mikroba). Berdasarkan pengalaman para petani kelor yang sudah lama ber-kecimpung, diketahui bahwa pemu-pukan yang baik adalah berasal dari pupuk organik, khususnya berasal dari kacang-kacangan (misal kacang hijau, kacang kedelai ataupun kacang panjang) yang ditanamkan sekitar pohon kelor dan pupuk kandang. Tanaman ini ternyata juga ber-khasiat obat, karena mengandung beberapa zat kimia untuk menyem-buhkan berbagai penyakit. Bagian tanaman yang bisa dimanfaatkan mulai dari akar, batang, daun, dan bijinya. Daun kelor mengandung alkalid moringin, moringinan, dan pterigos-permin. Kandungan pterigospermin yang bersifat merangsang kulit (rubifasien) dapat digunakan sebagai param yang menghangat-kan dan mengobati kelemahan anggota tubuh seperti tangan atau kaki. Jika daun segarnya dilumatkan, lalu dibalurkan ke bagian tubuh yang lemah, maka bisa mengurangi rasa nyeri karena bersifat analgesik. Selain itu, daun kelor berkhasiat sebagai pelancar air susu ibu (ASI), oleh karena itu, untuk melancarkan ASI, seorang ibu menyusui dianjurkan makan daun kelor yang disayur. Daunnya ditambah dengan kapur sirih, juga merupakan obat kulit seperti kurap dengan cara digosokkan. Akar kelor pun memiliki khasiat yang tidak kalah dari daunnya, campuran akar kelor bersama kulit akar pepaya kemudian digiling-dihancurkan, banyak digunakan untuk obat luar (balur) penyakit beri-beri dan sebangsanya. Sedangkan sebagai obat dalam, air rebusan akar ampuh untuk obat rematik, epilepsi, antiskorbut, diuretikum, sampai ke obat gonorrhoea. Bahkan, biji tua bersama dengan kulit Sejak awal tahun 1980-an oleh Jurusan Teknik Lingkungan ITB, biji kelor digunakan untuk penjernihan air permu-kaan (air kolam, air sungai, air danau sampai ke air sungai) sebagai pengendap (koagulans) dengan hasil yang memuaskan. Akar tanaman kelor juga dikenal berkhasiat sebagai peluruh air seni, peluruh dahak, atau obat batuk, peluruh haid, penambah nafsu makan, dan pereda kejang. Kemudian buah kelor diketahui mengandung alkaloida morongiona yang bersifat merangsang pencerna-an makanan. Buah kelor ini biasa-nya disayur asam sebagai sayur yang lezat bagi masyarakat di pedesaan. Oleh karena rangkaian penelitian terhadap manfaat tanaman kelor mulai dari daun, kulit batang, buah sampai bijinya, sejak awal tahun 1980-an telah dimulai. Saat itu fokus penelitian ditujukan kepada program pengadaan air jernih untuk para pe-mukim di kawasan pantai atau pesi-sir, khususnya di kawasan transmig-rasi yang mengandalkan air payau atau gambut berwarna kecoklatan sebagai sumber air minum. Hasil penelitian Madsen dan Dchlundt serta Grabow dan kawan-kawan menunjukkan bahwa serbuk biji kelor mampu menumpas bakteri Escherichia coli, Streptococcus fae-calis dan Salmonella typymurium. Karena itu di Afrika, biji kelor dimanfaatkan untuk mendeteksi pencemaran air oleh bakteri-bakteri tadi. Caranya, yaitu dengan mengen-dapkan air keruh yang diduga terce-mar, kemudian ditaburi serbuk biji kelor sebanyak 200 mg/liter dan diaduk sampai larut. Kelor yang kita manfaatkan untuk berbagai keperluan, ternyata memi-liki beragam khasiat untuk peng-obatan, selain mudah didapatkan pengobatan dengan tanaman herbal tentunya akan meminimalkan efek samping yang bisa ditimbulkan bila menggunakan obat-obatan kimia.* edy (dirangkum dari berbagai sumber)

http://www.ymp.or.id/esilo

Powered by Joomla!

Generated: 18 April, 2012, 12:03

Anda mungkin juga menyukai