GENDER
ISTILAH GENDER
Pertama kali diperkenalkan oleh Robert Stoller (1968) untuk memisahkan pencirian manusia yang didasarkan pada pendefinisian yang bersifat sosial budaya dengan ciri-ciri fisik biologis
Dalam Ilmu Sosial orang yang sangat berjasa dalam mengembangkan istilah dan pengertian gender adalah Ann Oakley (1972) yang mengartikan gender sebagai konstruksi sosial atau atribut yang dikenakan pada manusia yang dibangun oleh kebudayaan manusia
Ciptaan Tuhan Bersifat kodrat Tidak dapat berubah Tidak dapat ditukar Berlaku sepanjang zaman & di mana saja
Buatan manusia Tidak bersifat kodrat Dapat berubah Dapat ditukar Tergantung waktu dan budaya setempat
GENDER
Ciptaan Tuhan Bersifat kodrat Tidak dapat berubah Tidak dapat ditukar Berlaku sepanjang zaman & di mana saja
Buatan manusia Tidak bersifat kodrat Dapat berubah Dapat ditukar Tergantung waktu dan budaya setempat
SIFAT
FUNGSI RUANG LINGKUP TANGGUNG JAWAB
Maskulin
Produksi Publik Nafkah utama
Feminin
Reproduksi Domestik Nafkah tambahan
Istilah Gender mulai terdengar melalui Konferensi Kependudukan dan Pembangunan (ICPD) di Kairo Tahun 1994 Kemudian berkembang di Konferensi Wanita Sedunia ke-4 di Beijing Tahun 1995, yang menghasilkan Beijing Platform for Action yang isinya tentang 12 Critical Area bagi wanita
Selanjutnya Gender menjadi Kesetaraan dan Keadilan Gender/KKG dengan strategi Gender Mainstreaming (Pengarusutamaan Gender/PUG). Istilah itu tercantum dalam Beijing Platform of Action yang berarti Gender
Mainstreaming is a strategy for integrating gender concerns in the analysis formulation & monitoring policies, program & projects
PRODUCTIVE
DOMESTIC WORKER INCOME EARNER BREADWINNER OF THE FAMILY
SOCIAL
Membangun Keharmonisan Kehidupan bebangsa, bernegara dan membangun keluarga berkualitas Jumlah penduduk perempuan hampir setengah (49,9%) dari seluruh penduduk Indonesia dan merupakan potensi yang sangat besar dalam menunjang pembangunan
KESETARAAN GENDER
Kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan pertahanan & keamanan nasional (hankamnas) serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan
KEADILAN GENDER
Suatu Proses dan perlakuan adil terhadap perempuan dan laki-laki. Dengan keadilan gender berarti tidak ada pembakuan peran, beban ganda, subordinasi, marginalisasi dan kekerasan terhadap perempuan maupun laki-laki
EUFORIA GENDER
Pelabelan/Citra Baku/Stereotype
Beban Ganda/Double Burden
Tindak Kekerasan/Violence
MARJINALISASI (PEMINGGIRAN) Upah perempuan lebih kecil Izin usaha perempuan harus diketahui ayah (jika masih lajang & suami jika sudah menikah Permohonan kredit harus seizin suami Pembatasan kesempatan di bidang pekerjaan terhadap perempuan Kemajuan teknologi industri meminggirkan peranserta perempuan
MARJINALISASI
PROSES PEMINGGIRAN AKIBAT PERBEDAAN JENIS KELAMIN YANG MENGAKIBATKAN KEMISKINAN
Contoh: a. Perempuan sbg pencari nafkah tambahan, di sektor produksi/publik, sering dibedakan pendapatannya; b. Revolusi hijau (modernisasi) meminggirkan perempuan di pertanian dan perkebunan membuat perempuan miskin; c. Komandan di militer peluangnya lebih besar pd laki-laki; d. Banyak bidang pekerjaan tertutup bagi pria karena anggapan mereka tidak teliti, cermat dan sabar; e. Guru TK, sekretaris, perawat, konveksi dan PRT dianggap pekerjaan rendah yg berpengaruh pada penggajian.
SUBORDINASI (PENOMORDUAAN) Perempuan Sebagai konco wingking (Orang Belakang) Hak kawin perempuan dinomor duakan Bagian waris perempuan lebih sedikit Perempuan dinomor-duakan dalam peluang di bidang politik, jabatan
SUBORDINASI
MENILAI PERAN JENIS KELAMIN LAIN LEBIH RENDAH
Contoh: a. Banyak kasus dalam tradisi,tafsir keagamaan maupun aturan birokrasi yg meletakan kaum perempuan lebih rendah daripada laki-laki; b. Pekerja perempuan sedikit di posisi pengambil keputusan dan penentu kebijakan; c. Dalam pengupahan, perempuan menikah dianggap lajang karena dianggap mendapat nafkah dari suami dan terkena pajak tinggi; d. Status perempuan dianggap rendah (perempuan tidak menikah atau tidak punya anak dinilai secara sosial lebih rendah daripada laki-laki sehingga muncul alasan utk poligami); e. Pria sbg karumga bermakna pd keterwakilan (Dekel & kredit)
STEREOTYPE (PELABELAN NEGATIF) Perempuan : sumur - dapur - kasur Perempuan : macak - masak - manak Pria: tulang punggung keluarga Pria : Kehebatannya dilekatkan pada kemampuan seksual dan karirnya Pria : Mata Keranjang Janda mudah dirayu
STEREOTIP
PELABELAN/CITRA BAKU YANG BERSIFAT NEGATIF TERHADAP JENIS KELAMIN LAIN
Contoh: a. Pandangan thd peran domestik prp mengakibatkan peran publiknya dianggap perpanjangan peran domestiknya; b. Dianggap pandai merayu prp ditempatkan dibagian penjualan; c. Lk-lk marah dianggap tegas, prp dianggap emosional dan tak bisa menahan diri; d. Label sebagai Ibu Rumah Tangga membatasi gerak prp dlm kegiatan politik, bisnis maupun birokrasi; e. Lk-lk dianggap sebagai pencari nafkah mengakibatkan kerja prp dianggap sambilan sehingga kurang dihargai; f. Lk-lk ramah dianggap perayu. Prp ramah dianggap genit.
DOUBLE BURDEN (BEBAN GANDA) Perempuan bekerja di luar maupun di dalam rumah Laki-laki bekerja masih harus siskamling Perempuan sebagai : perawat, pendidik anak sekaligus pendamping suami, pencari nafkah tambahan Perempuan pencari nafkah utama sekaligus sopir keluarga
DOUBLE BURDEN
BEBAN GANDA PADA SALAH SATU JENIS KELAMIN
Contoh: a. Peran reproduksi dirumah tidak berkurang dengan adanya peran publik dan peran pengelolaan komunitas (walaupun perempuan telah masuk dalam peran publik/meniti karier peran dalam rumah tangga masih besar); b. Pekerjaan dalam rumah tangga, 90% dikerjakan perempuan; c. Setelah makan bersama, Bapak dan anak laki-laki ngloyor begitu saja meninggalkan meja makan;
KONDISI PEREMPUAN
VIOLENCE (KEKERASAN) FISIK & NON FISIK Ekploitasi terhadap perempuan Pelecehan seksual terhadap perempuan Perkosaan Perempuan jadi obyek iklan Pria jadi obyek iklan Pria diharuskan/diharapkan sebagai Pencari nafkah Pria bertubuh pendek dianggap kurang laki-laki, gagal di bidang karir, dilecehkan
VIOLENCE
Contoh: a. Pembedaan karakter feminin dan maskulin memunculkan kekerasan & kesemena-menaan; b. Kekerasan fisik spt perkosaan, pemukulan/penyiksaan, dan non-fisik yg mengakibatkan perasaan tersiksa berupa pelecehan seksual, spt sebutan pd ciri fisik dan status (bahenol, janda kembang), ancaman dan paksaan c. Bisa di dalam rumah tangga (KDRT) atau ditempat umum. d. Pemaksaan/pengabaian alat kontrasepsi; e. Sikap berasosiasi pernyataan hasrat seks (suitan, kerdipan); f. Pornografi; dsb.
Nilai sosial dan budaya patriarkhi; Produk dan peraturan perundang-undangan yang masih bias gender; Pemahaman ajaran agama yang tidak komprehensif dan cenderung parsial; Kelemahan kurang percaya diri, tekad & inkonsistensi kaum perempuan sendiri dlm memperjuangkan nasibnya; Persepsi dan pemahaman para pengambil keputusan, TOMA-TOGA terhadap arti dan makna KKG.
Strategi untuk mewujudkan kesetaraan & keadilan gender melalui kebijakan & program yang memperhatikan pengalaman, aspirasi, kebutuhan & pengalaman perempuan & laki-laki ke dalam perencanaan, pemantauan & evaluasi dari seluruh kebijakan & program di berbagai bidang kehidupan & pembangunan
WOMEN EMPOWERMENT (PEMBERDAYAAN PEREMPUAN) Usaha sistematis dan terencana untuk memperbaiki kondisi dan posisi perempuan dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat
Diskriminasi berdasarkan Gender terjadi pada seluruh aspek kehidupan di seluruh dunia Kesenjangan Gender dalam kesempatan dan kontrol atas sumber daya, ekonomi, kekuasaan dan politik terjadi dimana-mana
Perempuan dan anak perempuan menanggung beban paling berat akibat ketidak setaraan yang terjadi
MAKA
Kesetaraan Gender menjadi persoalan pokok pembangunan Kesetaraan Gender memperkuat negara untuk berkembang, mengurangi kemiskinan, dan memerintah secara efektif Mempromosikan kesetaraan gender adalah bagian utama pembangunan
Keberhasilan pembangunan nasional di Indonesia, baik oleh pemerintah, swasta maupun masyarakat sangat tergantung dari peran serta laki-laki dan perempuan sebagai pelaku dan pemanfaat pembangunan Hingga saat ini peran perempuan belum dioptimalkan, oleh karena itu program pemberdayaan perempuan menjadi agenda bangsa dan memerlukan dukungan semua pihak
ISU-ISU PEREMPUAN
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Masalah kemiskinan Trafiking perempuan dan anak KDRT TKW Luar Negeri HIV/Aids Narkoba dan pornografi
1. Pengarusutamaan Gender (PUG/GMS) 2. Penyadaran gender di masyarakat 3. Pembaharuan dan Pengembangan Hukum dan Peraturan Perundang-undangan yang memberikan perlindungan terhadap perempuan 4. Advokasi, Fasilitasi dan Mediasi 5. Pengembangan Kemitrasejajaran Harmonis 6. Sistem Informasi Gender 7. Pengembangan Sistem Penghargaan
KESIMPULAN
Gender itu laki-laki dan perempuan. Proses penyadaran masyarakat tentang gender membutuhkan waktu yang panjang. Proses penyadaran gender harus dimulai dari unit terkecil, yaitu keluarga. Laki-laki dan perempuan memang berbeda, tetapi tidak boleh dibeda-bedakan.
PENUTUP
TERIMA KASIH
LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN MEMANG BEDA, TETAPI TIDAK UNTUK DIBEDA- BEDAKAN