Anda di halaman 1dari 5

Semoga dengan rasa syukur itu, Allah berkenan menambahkan nikmatNya kepada kita semua dan kita pun

menjadi semakin takwa kepada-Nya.


Shalawat serta salam senantiasa kita sampaikan ke haribaan
junjungan umat, pemimpin sejati, Rasulullah Muhammad saw., pembawa
cahaya kebenaran yang menerangi segenap penjuru alam. Semoga
dengan shalawat yang terus kita sampaikan kepada baginda Rasul, kita
diberikan kekuatan oleh Allah swt. istiqamah menempuh jalan yang
diajarkannya dan mendapat syafaat kelak di yaumul hisab..... amin.
Pada hari ini, khatib menyampaikan khutbah Jumat dengan judul :

5 (Lima) Tingkatan Kualitas Shalat


Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah SWT.
Masing-masing kita sudah sangat memahami bahwa Shalat
merupakan ibadah yang tidak boleh tidak dilakasanakan.
Bagaimanapun kondisi kita, jika waktu shalat telah tiba, maka kita
wajib menjalankannya.
Ternyata,

dalam

dilaksanakan

pelaksanaannya,

berbeda-beda.

Atau,

kualitas

shalat

seseorang

yang

yang
shalat,

shalatnya terkadang berkualitas tinggi, terkadang rendah. Ini


Jamaah Jumat yang berbahagia
Rasa syukur tak terhingga sudah sepantasnya kita panjatkan ke
hadirat Allah swt. atas limpahan segala nikmat yang kita peroleh tiada
putusnya, baik yang kita sadari maupun yang tidak pernah kita sadari.

tergantung situasi dan kondisi hati dan raga ketika shalat.


Jamaah Jumat Rahimani rahimakumullah
Dalam

hal kualitas

shalat,

Ibnul

Qayyim

al-Jauziyah

mengklasifikasi orang yang shalat kedalam lima kelas. Kelima


kelas tersebut antara lain:
1. Muaqqab
Muaqab artinya disiksa. Hm, kok yang menjalankan shalat
disiksa sih? Ya, begitulah, Kawan. Dalam al-Quran jelas ada
informasi bahwa kecelakaan bagi orang yang suka shalat, yaitu
yang lalai dan riya (lihat Q.S. al-Maun [107]: 4-6!).






4. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,
5. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,
6. orang-orang yang berbuat riya[1603],
[1603] Riya ialah melakukan sesuatu amal perbuatan tidak untuk
mencari keridhaan Allah akan tetapi untuk mencari pujian atau
kemasyhuran di masyarakat.

Kriteria mushalli yang muaqqab yang dijelaskan oleh Ibnul


Qayyim adalah orang yang mengabaikan aturan-aturan seputar
shalat dari mulai waktu shalat, wudlu, sampai rukun-rukun shalat.
Shalatnya hanya sekedar untuk memenuhi kewajiban (formalitas).
Orang seperti ini cenderung malas menjalankan ibadah shalat.
Kalau pun tetap mendirikan shalat, tetapi shalatnya berlangsung
apa adanya. Kalau mereka shalat berjamaah, setelah imam
mengucapkan salam, mereka serta merta keluar dari masjid.
Terkesan mau cepat selesai, bahkan sepertinya tidak mau

berlama-lama atau tidak betah berhadapan dengan Allah, Tuhan


yang diakuinya selama ini.
2. Muhasab
Muhasab berarti dihisab. Maksudnya adalah shalatnya
diperhitungkan oleh Allah. Orang ini mampu menjaga waktu
shalat, wudlu, syarat-syarat dan rukun-rukun shalat, tetapi masih
terbatas pada aspek zhahiriyahnya saja. Sedangkan aspek ruhiyah
(kekhusyuan) kurang diperhatikan sehingga ketika shalat
dijalankan, pikirannya dipenuhi oleh lamunan-lamunan tak
berarti, dipenuhi oleh pikiran-pikiran keduniaannya yang
melayang-layang entah kemana.
3. Mukaffar Anhu
Tingkatan ketiga dalam kualitas shalat menurut Ibnul Qayyim
adalah mukaaffar anhu yang artinya diampuni (dihapus) dosa
dan kesalahan. Yang menempati tingkatan ini adalah mereka yang
mampu menjaga shalat dan segala ruang lingkupnya, kemudian ia
bersungguh-sungguh untuk melawan intervensi setan. Ia
berusaha menghalau lamunan dan pikiran yang terlintas,
selanjutnya memfokuskan diri dan jiwanya untuk berhubungan
dengan Allah. Merasa hina di hadapan Allah, merasa banyak salah
dan dosanya.
4. Mutsabun
Tingkatan mutsabun atau yang diberi pahala memiliki ciri-ciri
seperti tingkatan Mukaffar Anhu. Lebihnya adalah ia benar-benar
iqamah (mendirikan shalat). Ia hanyut dan tenggelam dalam

shalat dan penghambaan kepada Allah swt. selanjutnya


memfokuskan diri dan jiwanya untuk berhubungan dengan Allah.
Merasa hina di hadapan Allah, merasa banyak salah dan dosanya.
5. Muqarrab min Rabbihi
Yang terakhir adalah tingkatan yang paling hebat. Mereka yang
menempati tingkatan ini adalah orang yang ketika shalat, hatinya
langsung tertuju kepada Allah. Ia benar-benar merasakan
kehadiran Allah sehingga ia merasa melihat Allah (ihsan).
Tingkatan ini adalah Muqarrab min Rabbihi (didekatkan dari
Allah). Orang yang berada di tingkatan ini bukan hanya mendapat
pahala dan ampunan tetapi ia pun dekat dengan Allah karena
shalat ia jadikan sebagai penyejuk mata dan penentram jiwa.
Jamaah Jumat Rahimani rahimakumullah
Jika kita bermuhasabah (instropekksi diri), berada di tingkatan
yang manakah kualitas shalat kita? Hm, minimal semoga kita
termasuk kelompok Mukaffar Anhu. Maksimal, ya menempati
tingkatan Muqarrab min Rabbihi. Selanjutnya, mari kita berusaha
terus menjaga shalat kita di setiap waktu dan terus berupaya
meningkatkan kualitasnya.
Oleh karena itu, mari menjaga shalat sebagaimana perintah Allah
swt.:

Peliharalah semua shalat(mu) dan (peliharalah pula) shalat


wustha (shalat yang di tengah-tengah dan yang paling utam). Berdirilah
untuk Allah (dalam shalatmu) dengan qanit (artinya penuh ketaatan.
Mematuhi seluruh aturan dalam shalat) ! (Q.S. al-Baqarah [2]: 238).

Khutbah Kedua

Anda mungkin juga menyukai