Agung Utama Putra (13210037) Asisten: Imran S. Tanggal Percobaan: 9/4/2012 EL2140-Praktikum Elektronika
Laboratorium Dasar Teknik Elektro - Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB
Abstrak Praktikum kali ini memperlihatkan fungsi transistor BJT dan MOSFET sebagai switch dan karakterisitiknya ketika beroperasi sebagai saklar. Kata kunci: transistor, BJT, MOSFET, n-MOS, CMOS, switch. 1. PENDAHULUAN
2.3
Untuk kedua tipe MOSFET, n-MOS bekerja dengan memberikan tegangan positif pada gate, sementara p-MOS bekerja dengan memberikan tegangan negatif pada gate. Transistor n-MOS berlaku sebagai switch dengan membuatnya bekerja pada daerah saturasinya.
Praktikum kali ini memperlihatkan aplikasi transistor sebagai switch. Tujuan praktikum ini: Mengetahui dan mempelajari transistor sebagai switch. fungsi
Mengetahui dan mempelajari karakteristik kerja BJT ketika beroperasi sebagai saklar. Mengetahui dan mempelajari karakteristik kerja MOSFET tipe n-MOS dan CMOS ketika beroperasi sebagai saklar.
Gambar 2: (a) Rangkaian dengan transistor n-MOS, (b) daerah kerja transistor MOSFET
2. 2.1
2.4
RANGKAIAN CMOS
Sebuah switch ideal pada keadaan off harus tidak mengalirkan arus sama sekali, dan pada keadaan on tidak mempunyai keadaan drop.
Rangkaian CMOS adalah rangkaian yang menggunakan transistor n-MOS dan p-MOS digabungkan. Agar CMOS bekerja sebagai switch, daerah kerjanya harus diubah-ubah antara cut-off dan saturasi.
2.2
BJT berfungsi sebagai switch dengan menggunakan titik kerja derah saturasi (untuk kondisi on) dan cut-off (untuk kondisi off). Walaupun begitu, switch ini tidak ideal.
3.
Gambar 1: Daerah kerja BJT
METODOLOGI
Sumber tegangan DC
1
Osiloskop Kit Transistor sebagai Switch Multimeter Analog dan Digital Kabel-kabel
Susun rangkaian seperti Gambar 5. VDD = 5 V. Rvar minimum. Catat VDS dan ID awal.
Turunkan Rvar perlahan hingga lampu padam. Catat IG, ID, VGS, VDS.
Pada tiga nilai pengukuran antara lampu menyala sampai potensiometer maksimum, catat IG dan I D.
Turunkan Rvar perlahan hingga lampu padam. Catat IB, IC, VBE, VCE.
Pada tiga nilai pengukuran antara lampu menyala sampai potensiometer maksimum, catat IB dan I C.
Cara osiloskop
Gunakan generator sinyal sebagai Rin dengan fungsi gelombang segitiga 0-5 V. Hubungkan ke osiloskop.
Gunakan generator sinyal sebagai Rin dengan fungsi gelombang segitiga 0-5 V. Hubungkan ke osiloskop.
Susun rangkaian seperti Gambar 7. VDD = 5 V. Rvar minimum. Catat VDS, IS, dan ID awal.
Turunkan Rvar perlahan hingga lampu padam. Catat IG, ID, VGS, VDS.
Pada tiga nilai pengukuran antara lampu menyala sampai potensiometer maksimum, catat IG dan I D.
4.
2 3 Mati
VCC = 10 V IC Nyala 1 2 3 Mati 1,688 2,006 2,008 2,008 0,36 IB 0,05 1 1,5 2 0,018 VCE 1,46 8,23 VBE 0,664 0,62 IC 1,704 1,812 1,812 1,812 0,334
VCC = 9 V IB 0,05 1 1,5 2 0,017 VCE 0,55 7,41 VBE 0,672 0,62
Cara Osiloskop
Dari data, bisa disimpulkan bahwa VBE minimum yang menyebabkan saturasi (lampu menyala) adalah 0.65 V dan VBE minimum yang menyebabkan cut-off (lampu mati) adalah 0.6 V. Bisa terlihat ada rentang sekitar 0.05 V yang kondisinya tidak bisa ditentukan dengan pasti. Percobaan n-MOS sebagai Switch
3
VCC (V)
Cara Multimeter.
Awal VDS (V) ID (mA) -0,03 -0,03 -0,03 -0,02 IG (mA) 0 0 0 0 Ada arus drain ID (mA) 0,01 0,01 0,01 0,01 VGS (V) 1,87 1,89 1,88 1,865 VDS (V) 5,23 5,99 7,43 8,95
sehingga VOUT jadi sama dengan tegangan ground (0 V). Sebelum tegangan 3 V, transistor n-MOS masih dalam keadaan cut-off sehingga VOUT = VDD. Inverter CMOS Cara Multimeter
VCC = 5 V IS (mA) Ada arus 1 0,01 0,06 0,21 0 IG (mA) 0 0 0 0 VGS [VA] 1,88 2 3 4 VDS [Vout] 5,24 5,2 0,087 0 IS (mA) 0,01 1,21 5,42 1,18 VCC = 10 V IG (mA) 0 0 0 0 VGS [VA] 1,873 3 5 7 VDS [Vout] 10 3,73 1,422 0,133
5 6 7,5 9
5 6 7,5 9
Kurva ID-VGS
7 6
2 3
12 5 4 3 2 1 0 -1 0 5 10 ID (mA) 10 8 6 4 2 0 -2 0 2 4 6
VDS [Vcc = 5] VDS [Vcc = 10]
Dari data bisa dilihat seberapapun nilai VDD yang digunakan, switch dengan n-MOS baru akan aktif saat tegangan VGS melewati batas tertentu (memasuki daerah saturasi). Cara Osiloskop
Dari grafik, bisa terlihat bahwa saat VCC = 5 V, inverter bekerja dengan benar. Saat Vin low (mendekati 0 V), Vout high (mendekati nilai VCC), dan kebalikannya. Untuk VCC = 10 V, data yang dikumpulkan kurang banyak, tetapi cukup menggambarkan bahwa inverter bekerja dengan benar. Cara Osiloskop
Gambar 10: Kurva hasil percobaan 3. Skala horizontal dan vertikal = 1 V/div.
Gambar 12: Kurva hasil percobaan 5. Skala horizontal dan vertikal = 1 V/div.
Maka tegangan threshold-nya: Itu berarti, apabila tegangan input sudah melebih 3 V, transistor n-MOS akan masuk pada saturasi
Dengan cara osiloskop, hasil yang didapatkan cukup mirip dengan percobaan 3. Tetapi, terlihat bahwa grafik lebih curam sehingga daerah yang tidak terdefinisi bisa lebih kecil. Dari grafik didapat:
4
5.
KESIMPULAN
Aplikasi switch bisa menggunakan transistor BJT dan MOFET. Pada rangkaian switch dengan BJT dan nMOS, rangkaian akan memberikan tegangan output mendekati VCC pada saat transistor cut-off, yaitu saat tegangan input mendekati 0. Tegangan output mendekati 0 saat transistor saturasi, yaitu saat tegangan input melewati batas tegangan threshold, sehingga tegangan output akan sama dengan tegangan ground. Pada rangkaian inverter, pada saat tegangan mendekati 0 V, transistor p-MOS akan saturasi dan n-MOS cut-off, sehingga tegangan output sama dengan VCC. Pada saat tegangan input melewati batas tegangan threshold, transistor p-MOS akan cut-off dan n-MOS saturasi, sehingga tegangan output sama dengan ground (0V).
DAFTAR PUSTAKA [1] Adel S. Sedra dan Kennet C. Smith, Microelectronic Circuits, ed 5, Oxford University Press, USA, 2004. Mervin T. Hutabarat, Modul Praktikum Elektronika, Hal. 53-59, Penerbit ITB, Bandung, 2012
[2]