Anda di halaman 1dari 9

TINJAUAN PUSTAKA MASTITIS

1. Definisi Mastitis merupakan suatu proses peradangan pada satu atau lebih segmen payudara yang mungkin disertai infeksi atau tanpa infeksi. Dalam proses ini dikenal pula istilah stasis ASI, mastitis tanpa infeksi, dan mastitis terinfeksi. Apabila ASI menetap di bagian tertentu payudara, karena saluran tersumbat atau karena payudara bengkak, maka ini disebut stasis ASI. Bila ASI tidak juga dikeluarkan, akan terjadi peradangan jaringan payudara yang disebut mastitis tanpa infeksi, dan bila telah terinfeksi bakteri disebut mastitis terinfeksi. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis laktasional atau mastitis puerperalis. Kadangkadang keadaan ini dapat menjadi fatal bila tidak diberikan tindakan yang adekuat. 2. Etiologi Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan pada kulit yang normal yang paling sering yaitu Staphylococcus aureus, ada juga penyebab lainnya dari golongan: Escherecia coli dan Streptococcus. Kadang-kadang ditemukan pula mastitis tuberkulosis yang menyebabkan bayi dapat menderita tuberkulosa tonsil. Bakteri seringkali berasal dari mulut bayi dan masuk ke dalam saluran air susu melalui sobekan atau retakan di kulit (biasanya pada puting susu).Mastitis biasanya terjadi pada wanita yang menyusui dan paling sering terjadi 3-4 minggu setelah melahirkan. Mastitis disebabkan oleh karena menyusui yang kurang sering/tidak lama. Hal ini bisa terjadi pada ibu yang sibuk, bayi tidur pada malam hari, perubahan rutinitas dan ibu yang stress. Pengalihan yang kurang baik pun dapat menjadi faktor penyebab mastitis, yang diakibatkab karena menghisap tidak efektif, tekanan pada pakaian dan tekanan jari waktu menyusui. Jaringan payudara yang rusak dapat mengakibatkan trauma pada payudara, sehingga memungkinkan terjadinya mastitis. 3. Patofisiologi Penimbunan ASI pada ductus lactiferous di payudara menyebabkan bengkak dan keras, sehingga terdapat sensasi nyeri pada ibu. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya radang apabila

terdapat porte d'entre dari kuman penyebab, yaitu putting susu yang luka, retak atau lecet. Kuman ini menjalar ke duktulus-duktulus dan sinus. Dari tingkat radang ini akan cepat menjadi abses, karena oleh radang duktulus-duktulus menjadi edematous, air susu terbendung, dan air susu yang terbendung itu segera bercampur dengan nanah dan memudahkan terjadinya infeksi pda payudara. 4. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala mastitis antara lain : 1. Payudara yang terbendung membesar, membengkak, keras dan sangat nyeri. 2. Payudara dapat terlihat merah, mengkilat dan puting teregang menjadi rata. 3. ASI tidak mengalir dengan mudah, dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap ASI sampai pembengkakan berkurang. 4. Ibu akan tampak seperti sedang mengalami flu, dengan gejala demam, rasa dingin disertai dengan kenaikan suhu dan tubuh terasa pegal dan sakit. 5. Komplikasi 1) Penghentian menyusui dini Mastitis dapat menimbulkan berbagai gejala akut yang membuat seorang ibu memutuskan untuk berhenti menyusui. Penghentian menyusui secara mendadak dapat meningkatkan risiko terjadinya abses. Selain itu ibu juga khawatir kalau obat yang mereka konsumsi tidak aman untuk bayi mereka. Oleh karena itu penatalaksanaan yang efektif, informasi yang jelas dan dukungan tenaga kesehatan dan keluarga sangat diperlukan saat ini. 2) Abses Abses merupakan komplikasi mastitis yang biasanya terjadi karena pengobatan terlambat atau tidak adekuat. Bila terdapat daerah payudara teraba keras , merah dan tegang walaupun ibu telah diterapi, maka kita harus pikirkan kemungkinan terjadinya abses. Kurang lebih 3% dari kejadian mastitis berlanjut menjadi abses. Pemeriksaan USG payudara diperlukan untuk mengidentifikasi adanya cairan yang terkumpul. Cairan ini dapat dikeluarkan dengan aspirasi jarum halus yang berfungsi sebagai diagnostik sekaligus terapi, bahkan mungkin diperlukan aspirasi jarum secara serial. Pada abses

yang sangat besar terkadang diperlukan tindakan bedah. Selama tindakan ini dilakukan ibu harus mendapat antibiotik. ASI dari sekitar tempat abses juga perlu dikultur agar antibiotik yang diberikan sesuai dengan jenis kumannya. 3) Mastitis berulang/kronis Mastitis berulang biasanya disebabkan karena pengobatan terlambat atau tidak adekuat. Ibu harus benar-benar beristirahat, banyak minum, makanan dengan gizi berimbang, serta mengatasi stress. Pada kasus mastitis berulang karena infeksi bakteri diberikan antibiotik dosis rendah (eritromisin 500 mg sekali sehari) selama masa menyusui 4) Infeksi jamur Komplikasi sekunder pada mastitis berulang adalah infeksi oleh jamur seperti candida albicans. Keadaan ini sering ditemukan setelah ibu mendapat terapi antibiotik. Infeksi jamur biasanya didiagnosis berdasarkan nyeri berupa rasa terbakar yang menjalar di sepanjang saluran ASI. Di antara waktu menyusu permukaan payudara terasa gatal. Puting mungkin tidak nampak kelainan. Ibu dan bayi perlu diobati. Pengobatan terbaik adalah mengoles nistatin krem yang juga mengandung kortison ke puting dan areola setiap selesai bayi menyusu dan bayi juga harus diberi nistatin oral pada saat yang sama. 6. Penatalaksanaan Medis a. Tata Laksana Suportif Tata laksana mastitis dimulai dengan memperbaiki teknik menyusui ibu. Aliran ASI yang baik merupakan hal penting dalam tata laksana mastitis karena stasis ASI merupakan masalah yang biasanya mengawali terjadinya mastitis. Ibu dianjurkan agar lebih sering menyusui dimulai dari payudara yang bermasalah. Tetapi bila ibu merasa sangat nyeri, ibu dapat mulai menyusui dari sisi payudara yang sehat, kemudian sesegera mungkin dipindahkan ke payudara bermasalah, bila sebagian ASI telah menetes (let down) dan nyeri sudah berkurang. Posisikan bayi pada payudara sedemikian rupa sehingga dagu atau ujung hidung berada pada tempat yang mengalami sumbatan. Hal ini akan membantu mengalirkan ASI dari daerah tersebut. Ibu dan bayi biasanya mempunyai jenis pola kuman yang sama, demikian pula pada saat terjadi mastitis sehingga proses menyusui dapat terus dilanjutkan dan ibu tidak perlu khawatir terjadi transmisi bakteri ke bayinya. Tidak ada bukti terjadi gangguan kesehatan pada bayi yang terus menyusu dari

payudara yang mengalami mastitis. Ibu yang tidak mampu melanjutkan menyusui harus memerah ASI dari payudara dengan tangan atau pompa. Penghentian menyusui dengan segera memicu risiko yang lebih besar terhadap terjadinya abses dibandingkan yang melanjutkan menyusui. Pijatan payudara yang dilakukan dengan jari-jari yang dilumuri minyak atau krim selama proses menyusui dari daerah sumbatan ke arah puting juga dapat membantu melancarkan aliran ASI. Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah ibu harus beristirahat, mengkonsumsi cairan yang adekuat dan nutrisi berimbang. Anggota keluarga yang lain perlu membantu ibu di rumah agar ibu dapat beristirahat. Kompres hangat terutama saat menyusu akan sangat membantu mengalirkan ASI. Setelah menyusui atau memerah ASI, kompres dingin dapat dipakai untuk mengurangi nyeri dan bengkak. Pada payudara yang sangat bengkak kompres panas kadang membuat rasa nyeri bertambah. Pada kondisi ini kompres dingin justru membuat ibu lebih nyaman. Keputusan untuk memilih kompres panas atau dingin lebih tergantung pada kenyamanan ibu. Perawatan di rumah sakit dipertimbangkan bila ibu sakit berat atau tidak ada yang dapat membantunya di rumah. Selama di rumah sakit dianjurkan rawat gabung ibu dan bayi agar proses menyusui terus berlangsung. b. Penggunaan obat-obatan Meskipun ibu menyusui sering enggan untuk mengkonsumsi obat, ibu dengan mastitis dianjurkan untuk mengkonsumsi beberapa obat sesuai indikasi. c. Analgesik Rasa nyeri merupakan faktor penghambat produksi hormon oksitosin yang berguna dalam proses pengeluaran ASI. Analgesik diberikan untuk mengurangi rasa nyeri pada mastitis. Analgesik yang dianjurkan adalah obat anti inflamasi seperti ibuprofen. Ibuprofen lebih efektif dalam menurunkan gejala yang berhubungan dengan peradangan dibandingkan parasetamol atau asetaminofen. Ibuprofen sampai dosis 1,6 gram per hari tidak terdeteksi pada ASI sehingga direkomendasikan untuk ibu menyusui yang mengalami mastitis.

d. Antibiotik Jika gejala mastitis masih ringan dan berlangsung kurang dari 24 jam, maka perawatan konservatif (mengalirkan ASI dan perawatan suportif) sudah cukup membantu. Jika tidak terlihat perbaikan gejala dalam 12 24 jam atau jika ibu tampak sakit berat, antibiotik harus segera diberikan. Jenis antibiotik yang biasa digunakan adalah dikloksasilin atau flukloksasilin 500 mg setiap 6 jam secara oral. Dikloksasilin mempunyai waktu paruh yang lebih singkat dalam darah dan lebih banyak efek sampingnya ke hati dibandingkan flukloksasilin. Pemberian per oral lebih dianjurkan karena pemberian secara intravena sering menyebabkan peradangan pembuluh darah. Sefaleksin biasanya aman untuk ibu hamil yang alergi terhadap penisillin tetapi untuk kasus hipersensitif penisillin yang berat lebih dianjurkan klindamisin. Antibiotik diberikan paling sedikit selama 10 14 hari. Biasanya ibu menghentikan antibiotik sebelum waktunya karena merasa telah membaik. Hal ini meningkatkan risiko terjadinya mastitis berulang. Tetapi perlu pula diingat bahwa pemberian antibiotik yang cukup lama dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi jamur pada payudara dan vagina. Pada penelitian yang dilakukan Jahanfar diperlihatkan bahwa pemberian antibiotik disertai dengan pengosongan payudara pada mastitis mempercepat penyembuhan bila dibandingkan dengan pengosongan payudara saja. Sedangkan penelitian Jimenez dkk. memperlihatkan bahwa pemberian Lactobacillus salivarius dan Lactobacillus gasseri mempercepat perbaikan kondisi klinik pada kasus mastitis yang sementara mendapat antibiotik. e. Pemantauan Respon klinik terhadap penatalaksanaan di atas dibagi atas respon klinik cepat dan respon klinik dramatis. Jika gejalanya tidak berkurang dalam beberapa hari dengan terapi yang adekuat termasuk antibiotik, harus dipertimbangkan diagnosis banding. Pemeriksaan lebih lanjut mungkin diperlukan untuk mengidentifikasi kuman-kuman yang resisten, adanya abses atau massa padat yang mendasari terjadinya mastitis seperti karsinoma duktal atau limfoma non Hodgkin. Berulangnya kejadian mastitis lebih dari dua kali pada tempat yang sama juga menjadi alasan dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk menyingkirkan kemungkinan adanya massa tumor, kista atau galaktokel.

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN MASTITIS A. Pengkajian / Pengumpulan Data Pengkajian merupakan langkah pertama dalam manajemen kebidanan. Pengkajian dilaksanakan secara umum meliputi aspek biopsikososial spiritual yang komprehensif, data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber dari pasien, keluarga, tenaga kesehatan, catatan medik,catatan perawatan dan hasil pemeriksaan penunjang. 1. Data Subjektif a. Identitas pasien terdiri dari : nama pasien, umur, kebangsaan / suku,agama, pendidikan, pekerjaan. b. Anamnese terdiri dari : 1) Keluhan utama 2) Riwayat persalinan ini 3) Riwayat persalinan dan nifas yang lalu 4) Riwayat persalinan, nifas terdahulu (kalau ada) 5) Riwayat penggunaan kontrasepsi 6) Pola istirahat dan nutrisi 7) Eliminasi 8) mobilisasi 9) rencana menyusui pengalaman 10) data psikologis 11) pengetahuan ibu 2. Data Objektif a. Pemeriksaan 1) Keadaan umum, kesadaran, keadaan emosional 2) Tanda vital : tekanan darah, suhu tubuh dan pernafasan 3) berat badan 4) Pemeriksaan fisik : a) Muka : mengantuk/tidak

b) Mata : konjungtiva, sclera c) Mulut : lembab/tidak d) Payudara : simetris/tidak, bengkak/tidak, warna, teraba benjolan/tidak, jika ditekan nyeri, putting menonjol, pengeluaran ASI sedikit e) Ekstremitas atas dan bawah : oedema, ada tanda human/tidak f) Abdomen : distensi, kandung kemih, palpasi : ukuran TFU, kontraksi, nyeri tekan g) Anogenital terdiri dari : Infeksi vulva, perineum : jahitan, oedema, tanda infeksi, kelainan. h) Bonding skor b. Pemeriksaan Laboratorium c. Pemeriksaan penunjang B. Analisa Data Dasar Hasil dari perumusan masalah merupakan keputusan yang ditegakkan yang disebut dengan diagnosa kebidanan. 1. Kondisi pasien yang terkait dengan masalah 2. Masalah utama dan penyebab utama masalah potensial 3. Kebutuhan pasien C. Deteksi Dini Anamnesa Apa ibu mengeluh demam, menggigil, nyeri pada payudara, payudara tersa panas, bengkak pada payudara, riwayat putting susu lecet Data objektif S : lebih dari 38 derajat celcius, n: 90 x/menit, pada payudara yang terinfeksi berwarna kemerahan, teraba massa, Dari data penunjang dapat dideteksi dengan biopsy.

D. Prediksi Menyusun Rencana Dibuat untuk setiap permasalahan sesuai kebutuhan serta tindakan yang spesifik, perencanaan harus dikembangkan pada pasien dan keluarga, rencana asuhan kebidanan pada ibu dengan suspect kondiloma akuminata adalah sebagai berikut : 1. Mendiagnosa dan penanganan secara dini 2. Jelaskan tentang kondisi ibu 3. Rujuk ibu atau kolaborasi dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan E. Menilai keberhasilan Pasien mendapat penanganan lebih lanjut pada fasilitas kesehatan yang diperlukan. F. Tindakan Penatalaksanaan Penatalaksanaan tindakan disesuaikan dengan rencana yang telah disusun, beberapa prinsip dalam melaksanakan tindakan kebidanan sebagai berikut : 1. Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang keadaan ibu saat ini a) b) Menjelaskan pada ibu bahwa ibu mengalami mastitis yaitu bengkak keras dan nyeri serta merah meradang Mengajarkan pada ibu cara mencegah terjadinya mastitis yaitu ibu harus menyusui bayinya tanpa jadwal dan cara menyusui yang benar, melakukan perawatan payudara selam menyusui, ibu harus menggunakan BH yang menyangga c) memberi KIE ibu agar minum yang banyak 2. Menjelaskan pada ibu cara mengurangi rasa nyeri sebelum dan sesudah menyusui yaitu dengan cara : a) Kompres dingin payudara ibu sebelum menyusui b) masase punggu ibu agar merangsang pengeluaran air susu b) Membasahi putting susu dengan ASI agar bayi mudah untuk menyusui, jika ibu merasa sangat nyeri payudara boleh diistirahatkan tetapi ASI tetap disusukan c) Kompres dingin payudara ibu setelah menyusui e) Pakai BH yang menyangga, gunakan yang menekan 3. Jelaskan pada ibu cara perawatan payudara selama menyusui

a) Menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan payudara selama menyusui b) Mengajarkan pada ibu cara melakukan perawatan payudara selama menyusui c) Mengobservasi ibu saat melakukan perawatan payudara 4. Menjelaskan pada ibu tentang teknik menyusui yang bena a) Menjelaskan pada ibu pentingnya cara menyusui yang benar b) Mengajarkan pada ibu cara menyusui yang benar c) Mengobservasi ibu cara menyusui 5. Memberikan obat antipiretik untuk menghilangkan rasa nyeri a) Memberi paracetamol 500 mg setiap 3 x sehari 6. Rujuk ibu ke dokter untu mendapat antibiotic. VI. EVALUASI 1. Ibu mengerti keadaanya saat ini 2. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan bidan 3. Ibu berjanji akan melakukan atau menjelaskan semua anjuran yang diberikan oleh bidan 4. Ibu bisa melakukan perawatan payudara selama menyusui 5. Ibu bisa melakukan teknik menyusui yang benar 6. Ibu berjanji akan mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan

Anda mungkin juga menyukai