Anda di halaman 1dari 3

PASAR UANG DI INDONESIA

Pasar Uang (Money Market) adalah suatu tempat pertemuan abstrak dimana para pemilik dana (lender) dapat menawarkan kepada calon peminjam dana (borrowing), baik secara langsung maupun melalui perantara. Ciri-ciri transaksi pasar uang yaitu jangka waktu dana yang pendek (1 hari 1 tahun), tidak terikat pada tempat tertentu. Tujuan transaksi pasar uang adalah untuk pengelolaan likiditas dan memproleh pendapatan dari net iterest margin dalam aktifitas kredit. Fungsi dari pasar uang adalah sebagai sarana alternatif bagi lembaga keuangan, perusahaan non-keuangan dan peserta - peserta lainnya baik dalam memenuhi kebutuhan dana jangka pendek maupun dalam rangka memijamkan dana atas kelebihan likuiditasnya. Pasar uang juga berfungsi sebagai sarana pengendali moneter dalam melaksanakan operasi pasar terbuka. SBI (Serrifikat Bank Indonesia) sebagai salah satu instrumen dalam melakukan operasi pasar terbuka digunakan untuk kontraksi moneter. Lembaga-lembaga yang aktif di pasar uang adalah bank komersial, lembaga keuangan bukan bank, pemilik atau penyalur dana dalam jumlah besar, dan bank sentral pemerintah. Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter melalui pengendalian suku bunga (target suku bunga). Stance kebijakan moneter dicerminkan oleh penetapan suku bunga kebijakan (BI Rate). BI Rate tercermin dari suku bunga pasar uang jangka pendek yang merupakan sasaran operasional kebijakan moneter. Sejak 9 Juni 2008, BI menggunakan suku bunga Pasar Uang Antara Bank (PUAB) overnight (o/n) sebagai sasaran operasional kebijakan moneter. Agar pergerakan suku bunga PUAB o/n tidak terlalu melebar dari anchor-nya (BI Rate), Bank Indonesia selalu berusaha untuk menjaga dan memenuhi kebutuhan likuiditas perbankan secara seimbang sehingga terbentuk suku bunga yang wajar dan stabil melalui pelaksanaan Operasi Moneter (OM).

Operasi Moneter adalah pelaksanaan kebijakan moneter oleh Bank Indonesia dalam rangka pengendalian moneter melalui Operasi Pasar Terbuka (OPT) dan Standing Facilities. OPT merupakan

kegiatan transaksi di pasar uang yang dilakukan atas inisiatif Bank Indonesia dalam rangka mengurangi (smoothing) volatilitas suku bunga PUAB o/n. Sementara instrumen Standing Facilities merupakan penyediaan dana rupiah (lending facility) dari Bank Indonesia kepada Bank dan penempatan dana rupiah (deposit facility) oleh Bank di Bank Indonesia dalam rangka membentuk koridor suku bunga di PUAB o/n. OPT dilakukan atas inisiatif Bank Indonesia, sementara Standing Facilities dilakukan atas inisiatif bank. Penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) sebesar 25 basis poin (bps) dari 6,75% ke posisi 6,5% akan menciptakan peluang bagi sektor multifinance dan properti dalam melakukan peningkatan di sektor kredit pembiayaan dan juga untuk mengantisipasi peningkatan risiko kredit bermasalah (NPL). Namun jika dengan turunnya Bi rate tidak diikuti dengan turunnya suku bunga kredit maka BI sedang membenahi dan menelaah data Suku Bunga Dasar Bank (SBDK). Keputusan turunnya BI rate diambil setelah bank sentral memberikan sinyal-sinyal pelonggaran suku bunga lantaran inflasi yang terkendali. Penentuan suku bunga periode Oktober ini cukup krusial. Sejak bulan lalu, pasar keuangan Indonesia mengalami guncangan. Itu ditandai jatuhnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Langkah penurunan BI rate ini juga mengindikasikan tekanan di pasar uang sudah mereda. Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Dengan mempertimbangkan berbagai faktor lain dalam perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan. Sebaliknya, Bank Indonesia akan menurunkan BI rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan. Bank Indonesia mendorong kegiatan di pasar uang antar bank dengan menaikkan batas bawah koridor suku bunga operasi moneter atau deposit facilities yang semula 100 basis basis poin menjadi 150 basis poin di bawah BI Rate, menurut pejabat bank. Langkah ini dinilai dapat menggairahkan transaksi pasar uang antarbank (PUAB) karena kelebihan likuiditas perbankan dapat disalurkan ke pasar uang antarbank. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) akhirnya menurunkan bunga penjaminan bank umum dalam rupiah turun 25 basis poin dari 7,25% menjadi 7% . Suku bunga penjaminan simpanan valuta asing

bahkan turun 75 basis poin dari 2,75% menjadi 2% . Adapun suku bunga penjaminan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) turun 25 basis poin menjadi 10% dari 10,25%. (www.indonesiafinancetoday.com) Menurut Gubernur BI Darmin Nasution, Inflasi di 2011 akan lebih rendah di bawah 5% dan juga di 2012 seiring dengan koreksi harga komoditas global. Dalam hal ini BI terus mengikuti tingginya ketidakpastian dan menurunnya pasar keuangan global karena hutang di Eropa. Namun Perhatian terutama ditujukan kepada dampak jangka pendek terutama bursa saham. BI memperhatikan pembalikkan modal asing di pasar keuangan domestik. Tekanan inflasi global mereda seiring dengan melemahnya perekonomian global. Namun inflasi di emerging market termasuk Indonesia masih tinggi. BI menilai ke depan pertumbuhan ekonomi negara maju akan turun yang berpengaruh pada lesunya volume perdagangan dunia. Namun BI meyakini pertumbuhan ekonomi dan perbankan dalam negeri masih kuat. Ekonomi domestik di 2011 akan tumbuh 6,6% dan 6,5% di 2012 ditopang konsumsi yang kuat dan investasi meningkat namun ekspor akan menghadapi tantangan. Menurut Pengamat pasar uang Monex Investindo Futures, Johanes Ginting, Bank Indonesia secara mengejutkan memangkas tingkat suku bunga untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua tahun guna memacu pertumbuhan seiring melemahnya pemulihan global dan melambatnya laju inflasi.

Anda mungkin juga menyukai