Anda di halaman 1dari 6

KEKUATAN DAN KEUTAMAAN KARAKTER SEBAGAI HASIL DARI DAYA-DAYA SPIRITUAL Muhammad Khalish N, 1206258345 Judul : KEKUATAN DAN

KEUTAMAAN KARAKTER SEBAGAI HASIL DARI DAYA-DAYA SPIRITUAL : Bagus Takwin

Pengarang

Data publikasi : PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN TERINTEGRASI A (buku ajar 1), tahun 2011

Pendahuluan Kita tahu bahasa segala kegiatan atau aktivitas dan cara berpikiri kita akan mempengaruhi kepribadian kita. Hal yang tampil dilingkungan kita pun bisa membentuk kepirbadian kita. Kepribadian tersebut bisa menjadi positif dan negatif. Tapi hal tersebut adalah sesuatu hal relatif dan tergantung dari lingkungan. Contoh, bilsa kita hidup di daerah damai dan tanpa pencuri maka kepribadian klepto atau kegiatan pencurian merupakan hal negatif. Tapi sebaliknya bisa hidup di daerah pencuri maka kepribadian damai dan jujur adalah hal negatif bagi mereka. Karena itu para pemikir dan ahli filsuf memikirkan bagaimana memperibaiki hal tersebut. Zaman dengan keadaan demikan disebut dark age atau zaman kegelapan. Maka seebelum datangnya pendidikan karakter, manusia masih susah membedakan antara baik dan mana yang tidak sesuai dengan lingkungan sosial. Karena pada dasarnya karakter berasal dari kepribadian seseorang tapi yang sudah dipilah dan disesuaikan dengan norma yang berlaku. Hal itu yang disebut dengan pendidikan karekter. Ilmu pertama disampaikan di zaman dahulu oleh para cendikiawan adalah ilmu pendidikan, contoh pada zaman china yang diakui sebagai zaman paling tua sebelum menjadi negara utuh ajaran confuciusadalah ajaran memjadi seorang lelaki sejati, perumpuan berbakti, rakyat yang beradab dan pemerintahan yang baik. Hal ini semua mengacu pada pendidikan karekter. Kerana demikian timbul kesepakatan antara cedikia dan mengacu pada agama (spiritual) dibentuklah pendidikan karakter dengan peraturan normatif. Lalu setalah itu pendidikan ini menjadi pendidikan psikologi posif yang mempelajari komponen karater dan cara hidup bahagia. Segala sesuatu memiliki kekuatan dan keutamaan, begitu juga pada karakter. Karakteryang dibentuk bisa menjadi kuat atau bahkan lemah. Karenanya perlu diadakan pelatihan dan pengembangan karakter, agar terbentuknya karakter yang kuat.

Kriteria karakter yang kuat Seperti yang sudah dijelaskan bahwa ada karakter yang kuat. Berikut ialah kriteria dari karakter yang kuat. 1. Karakter yang ciri-ciri (keutamaan yang dikandung)-nya memberikan sumbangan terhadap pembentukan kehidupan yang baik untuk diri sendiri dan sekaligus untuk orang lain. 2. Ciri-ciri atau kekuatan yang dikandungnya secara moral bernilai sebagai sesuatu yang baik bagi diri sendiri dan orang lain, bahkan walaupun tak ada keuntungan langsung yang dihasilkannya. 3. Penampilan ciri-ciri itu tidak mengganggu, membatasi atau menghambat orang-orang di sekitarnya. 4. Kekuatan karakter tampil dalam rentang tingkah laku individu yang mencakup pikiran, perasaan, dan tindakan, serta dapat dikenali, dievaluasi dan diperbandingkan derajat kuatlemahnya. 5. Karakter yang kuat dapat dibedakan dari ciri-ciri yang berlawanan dengannya. 6. Kekuatan karakter diwadahi oleh model atau kerangka pikir ideal. Keutamaan Menurut penjelasan Peterson dan Seligman (2004) mengenai karakter yang kuat, mereka mengatakan bahwa karakter yang kuat adalah karakter yang bercirikan keutamaan-keutamaan yang merupakan keunggulan manusia. Di sini keutamaan sebagai kekuatan karakter dibedakan dari bakat dan kemampuan. Jelas bahwa keutamaan sudah dimiliki pada setiap diri seseorang. Dari keutamaan timbulah kekuatan, dan kekuatan akan bisa menjadi besar atau menjadi kecil. Karena itu hal tersebut bisa dilatih atau bahkan bisa menurun akibat tidak pernah dikembangkan. Maka sangatah penting untuk kita melakukan pelatihan dan pengembangan karakter. Sebelumnya perlu diketahui apa saja yang menjadi keutamaan dan kekuatan karakter. keutamaan pada manusia dibagi menjadi enam kelompok: (1) Kebijaksanaan dan pengetahuan keuatamaan ini berkaitan dengan fungsi kognitif, yaitu tentang bagaimana mendapatkan dan menggunakan pengetahuan. Keutamaan ini terdiri dari enam kekuatan, yaitu (1) rasa ingin tahu atau minat terhadap dunia, (2) mencintai pembelajaran, (3) berpikir kritis dan keterbukaan, (4) orisinalitas dan kecerdasan praktis, (5) kecerdasan sosial atau kecerdasan

emosional, dan (6) perspektif atau kemampuan memahami beragam perspektif yang berbeda dan menyinergikannya untuk pencapaian hidup yang baik. (2) Kesatriaan (courage); keutamaan melibatkan kemauan kuat untuk mencapai suatu tujuan meskipun mendapat halangan atau tentangan, baik eksternal maupun internal. Keutamaan ini mencakup tiga kekuatan, yaitu (1) keberanian, (2) ketabahan atau kegigihan, dan (3) integritas, jujur dan menampilkan diri apa adanya. (3) Kemanusiaan dan cinta; merupakan keuatamaan yang mencakup kemampuan interpersonal dan bagaimana menjalin pertemanan dengan orang lain. Kekuatan-kekuatan yang tercakup dalam keutamaan ini adalah (1) kebaikan dan kemurahan hati; selalu memiliki waktu dan tenaga untuk membantu orang lain, dan (2) mencintai dan membolehkan diri sendiri untuk dicintai. (4) Keadilan; hal ini merupakan keutamaan yang mendasari kehidupan yang sehat dalam suatu masyarakat. Ada tiga kekuatan yang tercakup dalam di sini: (1) kewarganegaraan atau mampu mengemban tugas, berdedikasi dan setia demi keberhasilan bersama, (2) fairness dan kesetaraan; memperlakukan orang lain secara setara atau tidak membeda-bedakan perlakuan yang diberikan pada setiap orang; serta (3) kepemimpinan. (5) Pengelolaaan diri (temperance); Pengelolaaan diri adalah keutamaan untuk melindungi diri dari segala akibat buruk yang mungkin terjadi di kemudian hari karena perbuatan sendiri. Di dalamnya tercakup kekuatan (1) pengendalian-diri atau kemampuan menahan diri; (2) kehati-hatian; dan (3) kerendahan hati. (6) Transendensi.

Merupakan keutamaan yang menghubungkan kehidupan manusia dengan seluruh alam semesta dan memberi makna pada kehidupan. Dalam keutamaan ini ada (1) penghargaan terhadap keindahan dan kesempurnaan; (2) rasa syukur atas segala hal baik; penuh harapan, optimis dan berorientasi ke masa depan; (3) spiritualitas; memiliki tujuan yang menuntun kepada kebersatuan dengan alam semesta; (4) pemaaf dan pengampun; (5) menikmati hidup dan punya selera humor yang memadai; serta (6) memiliki semangat dan gairah besar untuk menyongsong hari demi hari.
Keutamaan dan kekuataan jelaslah sangat diperlukan pendidikan karakter yang sebenarnya pendidikan karakter ini sudah dilakukan sejak lama yaitu pada zaman reinaisans. Isi pendidikan karakter merupakan pedekatan idealis-spiritualis atau bisa disebut pendidikan normatif.

Dari penjelasan diatas kita dapat mengetahui apa saja yang menjadi keutamaan dan kekuatan karakter yang pada dasarnya sudah dimiliki pada setiap individu itu sendiri. Untuk itu menurut aristoteles perlu adanya pemahaman pada diri sendri dan pembiasaan melakukan keutamaan tersebut agar semakin terlihat keutamaan pada manusia. Dengan semakin terlihatnya keutamaan maka akan timbullah kekuatan yang semua itu akan mencapai Eudaemonia (kehidupan yang dicapai dengan keutamaan dan kekuatan karakter manusia). Karakter dan Spiritualitas Seperti yang sudah dijelaskan bahwa pendidikan karakter mengacu pada agama (spiritualitas) dan semua hal tersebut bertujuan pada kebahagian. Tapi segala sesuatu harus memiliki batasan yang jelas agar tetap pada jalur yang sudah dibentuk. Karena itu para pendahulu yang sebelumnya belum memiliki agama menyadari akan suatu kekuatan besar dan membatasi. Hal ini terjadi karena melihat lingkungan dan interaksi dengan alam semesta. Dengan ini agama muncul dan menuntun mereka. Pada dasarnya agama juga merupakan pendidikan karakter sebelum pendidikan karakter itu ada untuk membentuk komponen spiritualitas pada diri manusia. Tapi agama zaman itu belum tersebar luas maka timbullah pemikiran-pemikiran tersebut. Setelah mereka memeluk agama maka mereka kaji lagi pendidikan karakter dan menjadikan sebagai aturan dan batasan. Jelas bahwa spiritualitas sangat berperan disini, walaupun orang tersebut tanpa agama tapi komponen spiritualitas dia tetap ada dalam pemikiranya untuk memahami segala hal baik dan segala hal buruk. Jadi pada dasarnya manusia sudah tahu mana yang baik dan mana yang buruk karena spritualitas tersebut. Pandangan lain menunjukkan bahwa spiritualitas tidak terpisah dari kehidupan sehari-hari. Ia adalah pengalaman yang terjadi di tengah keseharian hidup manusia. Spiritualitas memberikan kedalaman dan integritas kepada kehidupan manusia sebagai makhluk yang hidup dalam kebudayaan, tempat, dan waktu tertentu (Buku ajar 1 MPKT A halaman 7) Jelas bahwa terbukti spiritualitas sudah ada dalam diri manusia itu sendiri. Tapi itu muncul bila ada dorongan untuk mencapai kebahagian. Dan semua orang yakin bahwa kebahagian diraih dengan usaha dan syarat tertentu. Karena bila dibuat alur cerita, dari spiritual menyambung pada keutamaan manusia itu sendiri mengembangkannya lalu membentuk kepribadian dari segala faktor dan setalah itu dibentuk dengan pendidikan karakter. Dengan pendidikan itu maka timbulah piikiran positif yang merupakan pejalaran akhir mencapai kebahagian dan energi untuk mengerak kita kearah bahagia tersebut. Sangatlah penting berpikir positif dalam menjalani kehidupan. Tapi didunia ini menganut hal yang disebut keseimbangan, jadi tidak hanya perpikir negatif ada perlunya untuk menciptakan strategi yang sesuai dalam menjalani hal yang terburuk pun.

Kebahagiaan Seligman dan Peterson (2004) memaparkan berbagai hasil penelitian yang menunjukkan keberadaan potensi setiap keutamaan dan kekuatan itu pada diri manusia. Dengan demikian, setiap manusia memiliki potensi untuk mencapai eudaemonia Eudaemonia (kehidupan yang dicapai dengan keutamaan dan kekuatan karakter manusia).; setiap orang punya potensi untuk bahagia dan menjalani hidup yang baik. Tinggal bagaimana mengaktualisasinya. Seligman (dalam Edge, 23 Maret 2004) menyebutkan tiga kebahagiaan, yaitu (1) memiliki makna dari semua tindakan yang dilakukan, (2) mengetahui kekuatan tertinggi, dan (3) menggunakannya untuk melayani sesuatu yang dipercayai sebagai hal lebih besar dari diri sendiri. Jelas, tiga bentuk kebahagiaan ini erat kaitannya dengan keutamaan dan kekuatan manusia. Tidak ada jalan potong untuk mempersingkat pencapaian kebahagiaan, tegas Seligman. Kebahagiaan hanya dapat dicapai dengan memandang hidup sebagai hal yang bermakna dan berharga, mengenali diri dan menemukan kekuatan-kekuatan kita, lalu memanfaatkan kekuatan-kekuatan kita untuk kepentingan yang lebih besar. Jadi, jika ingin bahagia, mulailah dengan belajar berpikir positif, memandang hidup dan orang lain sebagai hal yang baik; memaknai dunia dan seisinya sebagai kebaikan yang dianugrahkan kepada kita. Tak pula pemikiran negatif untuk menciptakan strategi terbaik dalam pencapaian kebahgian.

DAFTAR PUSTAKA Catatan Bagus Takwin. 2008. http://bagustakwin.multiply.com/journal/item/8?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem . Tanggal akses: 16 februari 2013. Darminta, J. 2006. Praksis Pendidikan Nilai. Yogyakarta: kanisius. A Koesoema, Doni. 2007. Pendidikan Karakter. Jakarta: PT Grasindo SELIGMAN, M. (2005). AUTHENTIC HAPPINESS: USING THE NEW POSITIVE PSYCHOLOGY TO REALIZE YOUR POTENTIAL FOR LASTING FULFI LLMENT (EVA YULIA NUKMAN, PENERJEMAH). BANDUNG: PT. MIZAN PUSTAKA.

Anda mungkin juga menyukai