Anda di halaman 1dari 5

Penggunaan bahasa dalam ragam ilmiah

Pengertian dan Karakteristik Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah


Bahasa Indonesia sebagaimana bahasa pada umumnya, digunakan untuk tujuan tertentu dan konteks ini akan menentukan ragam Bahasa Indonesia yang harus digunakan. Seseorang yang menggunakan Bahasa Indonesia dalam orasi politik, misalnya, akan menggunakan ragam yang berbeda dari orang lain yang menggunakannya untuk menyampaikan khotbah Jumat atau bahan kuliah. Mahasiswa disadarkan bahwa dalam dunia akademik/ilmiah, ragam bahasa Indonesia yang digunakan adalah ragam ilmiah, yang memiliki ciri khas: cendekia, lugas dan jelas, menghindari kalimat fragmentaris, bertolak dari gagasan, formal dan objektif, ringkas dan padat, dan konsisten. Mahasiswa dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran yang mendukung tumbuhnya pemahaman mereka terhadap pengertian Bahasa Indonesia ragam ilmiah. Bahasa Indonesia ragam ilmiah merupakan salah satu bahasa Indonesia yang digunakan dalam menulis karya ilmiah. Kegiatan ilmiah biasanya bersifat resmi. Sebagai kegiatan yang bersifat resmi, ragam bahasa Indonesia yang digunakan dalam kegiatan ini adalah ragam bahasa Indonesia baku. Bahasa Indonesia ragam ilmiah merupakan ragam bahasa berdasarkan pengelompokkan menurut jenis pemakaiannya dalam bidang kegiatan sesuai dengan sifat keilmuannya. Bahasa Indonesia harus memenuh isyarat diantaranya benar (sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku), logis, cermat dan sistematis. Bahasa Indonesia ilmiah merupakan bahasa yang digunakan dalam menulis karya ilmiah. Mengapa misalkan bahasa Indonesia ini digunakan dalam karya ilmiah. Hal itu dikarenakan bahwa : Karya ilmiah memiliki tujuan dan khalayak sasaran yang jelas. Meskipun demikian, dalam karya ilmiah, aspek komunikasi tetap memegang peranan utama. Oleh karenanya, berbagai kemungkinan untuk penyampaian yang komunikatif tetap harus dipikirkan. Penulisan karya ilmiah bukan hanya untuk mengekspresikan pikiran tetapi untuk menyampaikan hasil penelitian. Kita harus dapat meyakinkan pembaca akan kebenaran hasil yang kita temukan di lapangan. Dapat pula, kita menumbangkan sebuah teori berdasarkan hasil penelitian kita. Jadi, sebuah karya ilmiah tetap harus dapat secara jelas menyampaikan pesan kepada pembacanya.

Meski sama-sama baku, tetapi ada perbedaan dalam penggunaan bahasa Indonesia baku untuk kegiatan kenegaran dengan untuk kegiatan ilmiah. Dalam kegiatan ilmiah, penggunaan bahasa Indonesia yang baku harus sesuai dengan sifat keilmuan yang meliputi: benar, logis cermat dan sistematis. Selain itu, menurut Nazar (2004: 8), penggunaan bahasa Indonesia dalam kegiatan ilmiah, baik apakah itu dalam bentuk tulis maupun lisan, yang juga harus diperhatikan adalah kelengkapan, kecermatan, dan kejelasan pengungkapan ide. Ini dilakukan untuk menghindari terjadinya salah tafsir dalam kegiatan ilmiah. Persyaratan bagi sebuah tulisan untuk dianggap sebagai karya ilmiah adalah sebagai berikut (Brotowidjojo, 1988: 15-16). 1. 2. Karya ilmiah menyajikan fakta objektif secara sistematis atau menyajikan aplikasi hokum alam pada situasi spesifik. Karya ilmiah ditulis secara cermat, tepat, benar, jujur, dan tidak bersifat terkaan. Dalam pengertian jujur terkandung sikap etik penulisan ilmiah, yakni penyebutan rujukan dan kutipan yang jelas. 3. 4. 5. 6. Karya ilmiah disusun secara sistematis, setiap langkah direncanakan secara terkendali, konseptual, dan prosedural. Karya ilmiah menyajikan rangkaian sebab-akibat dengan pemahaman dan alasan yang indusif yang mendorong pembaca untuk menarik kesimpulan. Karya ilmiah mengandung pandangan yang disertai dukungan dan pembuktian berdasarkan suatu hipotesis. Karya ilmiah ditulis secara tulus. Hal itu berarti bahwa karya ilmiah hanya mengandung kebenaran faktual sehingga tidak akan memancing pertanyaan yang bernada keraguan. Penulis karya ilmiah tidak boleh memanipulasi fakta, tidak bersifat ambisius dan berprasangka. Penyajiannya tidak boleh bersifat emotif. 7. Karya ilmiah pada dasarnya bersifat ekspositoris. Jika pada akhirnya timbul kesan argumentatif dan persuasif, hal itu ditimbulkan oleh penyusunan kerangka karangan yang cermat. Dengan demikian, fakta dan hokum alam yang diterapkan pada situasi spesifik itu dibiarkan berbicara sendiri. Pembaca dibiarkan mengambil kesimpulan sendiri berupa pembenaran dan keyakinan akan kebenaran karya ilmiah tersebut.

Bahasa merupakan kunci untuk membuka wawasan dan pengetahuan.,Hanya dengan bahasalah kita dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Walaupun bahasa Indonesia sudah berperan sebagai alat persatuan tetapi belum dapat berperan sebagai pengantar ilmu pengetahuan. Hal tersebut mengharuskan kita menerjemahkan semua buku ilmu pengetahuan di dunia ini ke dalam bahasa Indonesia. Dengan adanya informasi ilmiah dalam bahasa Indonesia tersebut, pasti akan ada kemajuan di bidang ilmu pengetahuan yang berarti meningkatkan mutu bahasa indonesia sebagai bahasa ilmiah. Bahasa dipakai sebagai alat mengungkap gagasan dan pikiran. Dengan begitu bahasa adalah alat komunikasi sekaligus alat untuk memahami isi dari komunikasi itu sendiri. Komunikasi antar-orang, termasuk komunikasi ilmuwan terhadap fenomena alam dan fenomena kebudayaan. Manusia menggunakan bahasa sesuai dengan yang dia ketahui dan yang dirasakan guna menyampaikan gagasan atau menerima gagasan, pemberitahuan, keluh-kesah, pernyataan menghormat, bersahabat, atau pernyataan permusuhan dari orang lain. Siapa dia berkomunikasi dengan siapa, tentang hal apa, di mana, untuk tujuan apa dengan cara bagaimana. Dengan demikian, cara orang mengekspresikan gagasan terkait dengan masalah-masalah di luarnya seperti kesadaran atas status sosial dan tradisi yang berlaku dan diberlakukan. Lewat bahasa yang diketahui, gagasan dan pikiran diformulasi menjadi serangkaian konsep kebahasaan. Konsep bisa berupa kata atau istilah (construct). Kursi misalnya, adalah kata yang artinya tempat duduk. Karena berarti demikian maka kursi difungsikan untuk diduduki, tidak dipanggul. Kalau dipanggul, pasti ada penjelasan lain, misalnya dilakukan oleh sejumlah kuli-kasar untuk dibawa masuk ke rumah, ke mobil cup terbuka. Karena kursi berfungsi sebagai tempat duduk, maka muncul makna baru dari kata kursi itu, misalnya kedudukan. Bahasa Indonesia dikenal sebagi bahasa aglutinatif. Artinya, kosakata dalam bahasa Indonesia dapat ditempeli dengan bentuk lain, yaitu imbuhan. Imbuhan mengubah bentuk dan makna bentuk dasar yang dilekati imbuhan itu .Karena sifat itulah, imbuhan memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan kata bahasa Indonesia. Dengan demikian, sudah selayaknyalah, sebagai pemakainya kita memiliki pengetahuan mengenai ini.Kemampuan berbahasa yang baik dan benar merupakan persyaratan mutlak untuk melakukan kegiatan ilmiah karena bahas merupakan sarana komunikasi ilmiah pokok. Tanpa penguasaan tata bahasa dan kosakata yang baik akan sulit bagi seorang ilmuan untuk mengkomunikasikan gagasannya kepada pihak lain. Dengan bahasa selaku alat komunikasi, kita bukan saja menyampaikan informasi tetapi juga argumentasi, dimana kejelasan kosakata dan logika tata bahasa merupakan persyaratan utama. Artikel ilmiah merupakan sejenis tulisan yang menyajikan atau menganalisis suatu topik secara ilmiah. Keilmiahan suatu tulisan didasarkan pada ragam bahasa yang digunakannya di samping topik yang dikaji terkait dengan kepentingan ilmu. Ragam bahasa artikel ilmiah adalah ragam baku (standar) karena situasi penulisan menuntut keresmian.

Karakteristik Penggunaan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar pada karya Ilmiah Karena keresmian penggunaan bahasa pada artikel ilmiah, para penulis dituntut untuk mampu menggunakan bahasa ragam resmi. Dari perspektif sosiolinguistik, bahasa Indonesia memiliki berbagai ragam mulai dari ragam santai sampai dengan ragam resmi (Suwito, 1983). Dengan demikian, bahasa Indonesia mampu menjadi media penuangan gagasan untuk artikel ilmiah. Pernyataan bahasa Indonesia yang baik dan benar mengandung maksud bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan konteks dan kaidah. Pengertian baik merujuk pada konteks (situasi) dan benar merujuk pada kaidah bahasa (tatabahasa). Dengan demikian, dalam penggunaan bahasa perlu diselaraskan antara situasi penggunaan bahasa dan kaidah penggunaannya. Situasi penggunaan bahasa terkait dengan kondisi (konteks) tulisan dan kaidah penggunaan bahasa terkait dengan tatabahasa yang harus digunakan. Artikel ilmiah merupakan bentuk tulisan yang cara penyajian bahasanya tergolong ke dalam situasi resmi. Dengan demikian, kaidah penggunaan bahasa dalam artikel ilmiah adalah kaidah baku. Secara sosiolinguistis, bahasa yang bersifat resmi termasuk ke dalam bahasa standar (ragam baku). Ragam baku digunakan untuk 1) berkomunikasi yang bersifat resmi, (2) berkomunikasi dalam bidang pendidikan dan pembelajaran, (3) berbicara di muka umum, (4) berbicara dengan orang-orang yang dihormati, dan menguraikan ilmu pengetahuan dan menulis karya ilmiah (Suwito,1983:159; Kridalaksana, 1985:3). Alwi dkk. (1998:13-14) menyatakan bahwa ragam baku memiliki sifat: kemantapan dinamis, kecendekiaan, dan .penyeragaman (lihat juga Moeliono, 1981:91-96; Arifin, 2000:19). Kemantapan dinamis dimaksudkan ragam baku memiliki kaidah yang tetap. Meskipun tetap bukan berarti tidak mengalami perubahan. Ragam baku tidak dapat berubah setiap saat. Sifat cendekia dimiliki ragam baku karena ragam baku mengungkapkan penalaran atau pemikiran yang teratur, logis, dan masuk akal. Selain itu ragam baku berarti penyeragaman kaidah. Lebih lanjut. Alwi dkk. menyatakan bahwa ragam baku berfungsi sebagai: (1) pemersatu, (2) pemberi kekhasan, (3) pembawa kewibawaan, dan (4) kerangka acuan.

Karakteristik penggunaan bahasa Indonesia pada karyal ilmiah tampak pada penggunaan kata, istilah, dan tatabahasa. Penguasaan terhadap ketiga karakteristik tersebut bagi penulis merupakan prasyarat dalam penulisan karya ilmiah. Dengan kata lain, penulis artikel ilmiah perlu menguasai pedoman umum ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan, pedoman pembentukan istilah, pedoman penyerapan kosakata asing, dan tatabahasa, baik untuk penggunaan kalimat maupun struktur kalimatnya.

Anda mungkin juga menyukai