Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
JURNAL PENELITIAN
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang mempunyai nilai ekonomis untuk dikembangkan. Tanaman ini merupakan salah satu komoditas ekspor yang cukup potensial sebagai penghasil devisa negara. Kakao menduduki urutan ke 3 pada sub sektor perkebunan setelah kelapa sawit dan karet. Kakao juga memiliki pasar yang cukup stabil dan harga yang relatif mahal. Sehingga peningkatan kualitas hasil selalu dilakukan agar kakao tetap penting sebagai mata dagang non migas. Pada masa yang akan datang, komoditi biji kako diharapkan menduduki tempat yang sejajar dengan komoditi perkebunan lainnya, seperti kelapa sawit dan karet. Setidaknya perkebunan kakao dapat menyediakan lapangan kerja bagi penduduk di sentra produksi. Usaha yang dapat dilakukan dalam peningkatan dan pengembangan tanaman kakao memerlukan bahan tanam dalam jumlah besar. Salah satu cara perbanyakan tanaman ini adalah dengan menerapkan teknik pembibitan yang efisien dengan menggunakan benih unggul akan menghasilkan bibit yang baik, dengan demikian bibit yang ditanam memenuhi syarat, baik umurnya maupun ukuranya. Bibit yang baik dan bermutu merupakan salah satu syarat penentu keberhasilan dalam setiap usaha budidaya tanam. Demikian juga halnya dengan budidaya tanaman kakao ini perlu ketersediaan bibit bermutu dari varietas unggul. Bahan tanam yang dianjurkan digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman adalah menggunakan benih hibrida yang sudah teruji keunggulannya. Benih hibrida adalah benih yang dihasilkan dari persilangan dua tetua unggul yang diketahui asal usulnya, produktivitas tanaman tinggi dan tahan hama dan penyakit serta mempunyai kandungan lemak yang relatif tinggi (Poedjiwidodo, 1996). Dalam upaya perbanyakan tanaman dengan cara pembiakan generatif atau penyemaian dengan biji biasanya membutuhkan waktu yang lama, tetapi dapat dibiakkan dalam jumlah yang banyak dengan pertumbuhan yang seragam serta memiliki perakaran yang kuat agar tanaman tidak mudah roboh. Maka diperlukan penelitian diantaranya menggunakan medium tanam untuk pembibitan secara generatif (Harmanto, 2001). Medium tanam yang digunakan berupa campuran tanah dengan medium tanam dari bahan organik. Medium tanam yang termasuk dalam kategori bahan organik umumnya berasal dari komponen organisme hidup. Penggunaan bahan organik sebagai medium tanaman jauh lebih unggul dibandingkan dengan bahan yang bukan berasal dari bahan organik. Hal ini dikarenakan bahan organik sudah mampu menyediakan unsur hara bagi tanaman. Selain itu bahan organik juga memiliki pori-pori makro dan mikro yang hampir seimbang sehingga sirkulasi udara yang dihasilkan cukup baik serta memiliki daya serap air yang tinggi. Beberapa jenis medium dari bahan organik yang dapat dijadikan sebagai medium tanam di antanya ampas teh, sekam padi mentah, pupuk kandang ayam, dan kompos. Berdasarkan uraian di atas maka penulis telah melakukan penelitian dengan judul Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.) Pada Medium Campuran Top Soil Dengan Bahan Organik. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pertumbuhan bibit kakao yang paling baik pada medium campuran tanah top soil dengan bahan organik.
Bibit Kakao Menurut Tjitrosoepomo dalam Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (2004) sistematika tanaman kakao sebagai berikut : Divisi : Spermathopyta, Sub Divisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledoneae, Sub kelas : Dialypetalea Ordo: Malvales, Family : Sterculiaceae, Genus : Theobroma, Species : Theobroma cacao L. Salah satu jenis tanaman kakao yang sering dibudidayakan sebagai bahan perbanyakan tanaman melalui biji adalah yang berasal dari jenis Trinitario yang merupakan campuran atau hibrida dari jenis Criolla dan Forastero. Ciri-ciri kakao Trinitario adalah : 1) Pertumbunan tanaman kuat, 2) Poduksi tinggi, 3) Masa berbuah cepat, 4) Ketahanan terhadap serangan hama dan penyakit atau toleran, 5) buahnya berwarna hijau atau merah dan bentuknya bermacam-macam dengan kotiledon berwarna ungu muda sampai ungu tua pada waktu basah. Jenis Trinitario yang paling sering dibudidayakan adalah jenis Upper Amazone Hibryda (kakao induk) (Sunanto, 1992). Menurut Winarno (1995) pertumbuhan dan produktivitas tanaman kakao ditentukan oleh sifat genetik bahan tanam serta interaksinya dengan lingkungan tempat tumbuhnya. Produksi potensialnya ditentukan oleh sifat genetik bahan tanam yang digunakan, sedangkan produksi aktualnya di lapangan ditentukan juga oleh lingkungan tempat tumbuh, baik berupa kesesuaian lahan maupun cara budidaya, Oleh karena itu, dalam rangka pelaksanaan rehabilitas tanaman kakao yang produktivitasnya rendah dapat dilakukan dengan cara klonalisasi dengan menggunakan bahan tanam klonal yang lebih unggul. Tanaman kakao yang diambil benihnya sebaiknya dari kebun induk yang mempunyai sifat-sifat 1) Kondisinya sehat, 2) Pertumbuhan normal dan kokoh, 3) Menghasilkan produksi tinggi antara 70-90 buah/pohon/tahun, 4) Berumur antara 12-18 tahun (Sunanto, 1992). Menurut Suhendi, dkk (2000) untuk perbanyakan secara generatif digunakan bahan tanam berupa benih yang merupakan hasil persatuan antara sel kelamin jantan dengan sel kelamin betina. Perbanyakan tanaman kakao secara generatif tidak dianjurkan menggunakan biji asalan yang apabila ditanam akan menghasilkan
tanaman segregasi yang sangat beragam sehingga produktivitas maupun mutu hasilnya tidak menentu. Pada perbanyakan tanaman kakao generatif bahan tanam dianjurkan adalah benih hibrida yang telah teruji mempunyai keunggulan produksi. Menurut Winarno (1995) keunggulan kakao disebabkan adanya sifat hibrida (Hybrid vigor) yang akan muncul apabila dua tanaman dari populasi yang mempunyai sifat genetik berbeda disilangkan. Beberapa klon hasil pengujian yang mempunyai produktivitas tinggi dan biji besar sampai dengan saat ini masih digunakan sebagai pohon induk dalam kebun benih hibrida antara lain klon ICS 60 dan UIT 1 yang mempunyai berat biji lebih dari 1,50 gram/biji. ktivitas, mutu hasil maupun ketahanan terhadap serangan hama penyakit utama. Medium Tanam Medium tanam diartikan sebagai wadah atau tempat tumbuh tanaman. Sebagai tempat tumbuh yang baik, medium tanam harus dapat mendukung pertumbuhan dan kehidupan tanaman. Oleh karena itu, idealnya suatu medium tanam harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1) Dapat dijadikan tempat berpijak tanaman, 2) Memiliki kemampuan mengikat air dan menyuplai unsur hara yang dibutuhkan tanaman, 3) Mampu mengontrol kelebihan air (drainase) serta memiliki sirkulasi dan ketersediaan udara (aerasi) yang baik, 4) Dapat mempertahankan kelembaban disekitar akar tanaman, 5) Tidak mudah lapuk atau rapuh (Redaksi Penebar Swadaya, 2008). Medium tanam dikatakan berfungsi sebagai : 1) Tempat tumbuh dan kembang tanaman jika tanaman menumbuh dan mengembangkan perakarannya di dalam medium tanam. Interaksi antara perakaran tanaman dengan tanaman menjadi salah satu faktor penentu apakah tanaman akan tumbuh dan berkembang dengan baik atau tidak, 2) Penyedia air dan unsur hara bagai tanaman. Medium tanam menyediakan air, udara, dan unsur-unsur mineral untuk diserap oleh tanaman melalui akar-akarnya (Yuliarti, dan Redaksi Agromedia, 2007). Pada umumnya, semua jenis medium tanam membutuhkan keberadaan air. Air berfungsi untuk mempertahankan tekanan turgor tanaman. Frekuensensi pemberian air pada medium tanam harus dilakukan dengan efektif dan efisien. Efektivitas efisiensi pemberian air bukan berarti membiarkan medium tergenang air karena dapat menyebabkan tanaman terserang penyakit busuk akar atau busuk batang. Namun, kelembaban di sekitar akar juga harus tetap terjaga karena akan berpengaruh terhadap daya absorbsi air dan unsur hara (Redaksi Penebar Swadaya, 2008). Medium tanam untuk bercocok tanam selalu identik dengan tanah. Penggunaan tanah sebagai medium tanam lebih disebabkan kemudahan dalam mendapatkannya. Namun, tanah yang digunakan sebagai medium tanam harus dalam jumlah banyak. Selain itu, penggunaan tanah dalam jungka waktu lama tanpa adanya perawatan intensif juga dapat menurunkan kualitasnya. Akibatnya pertumbuhan dan performa tanaman akan menurun (Yuliarti, dan Redaksi Agromedia, 2007). Kompos, pupuk kandang, limbah bahan organik seperti sekam padi dan ampas teh merupakan beberapa bahan organik yang kerap dicampurkan ke dalam tanah sebagai medium tanam. Hal ini terutama ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan unsur hara pada tanaman. Kualitas medium tanam dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu air, udara, unsur hara, cahaya, suhu, kelembaban, dan pH. Peranan dari faktor tersebut terhadap medium tanam dan tanaman berbeda-beda (Redaksi Penebar Swadaya, 2008). Ampas Teh Menurut Stephen (2004) dalam Nurmayanti (2008), teh mengandung senyawa-senyawa bermanfaat seperti poliefenol, tehofilin, flavonoid, tanin, vitamin C dan vitamin E serta sejumlah mineral Zn, Se, Mo, Ge dan Mg. Kandungan teh yang berupa mineral tersebut merupakan unsur-unsur essensial yang sangat dibutuhkan oleh tanaman apabila kekurangan salah satu dari unsur-unsur tersebut
maka pertumbuhan akan terganggu atau mengalami defisiensi (Dwidjoseputro, 1994 dalam Ningrum, 2010). Komposisi kandungan unsur hara teh setiap 5 kg adalah : Nitrogen (N) 55, 5 g dalam 5 kg kompos, fosfat (P2O5) 32 g dalam 5 kg kompos, Kalium (K2O) 78 g dalam 5 kg kompos, C/ N ratio 11,49%, Karbon Organik 12,64%, Besi (Fe) 0,13%, Timbal (Pb) 0,03%, Tembaga (Cu) 14,16 ppm, Seng (Zn) 44,85 ppm, Magnesium (Mg) 0,03%, Kalsium (Ca) 0,16% (http://indonetwork.co.id). Menurut Anonim (2005) dalam Nurmayanti (2008), bahwa tanin juga merupakan kandungan yang terdapat dalam ampas teh, yang berfungsi mengusir kehadiran semut pada tanaman dan juga untuk menumbuhkan tunas yang masih muda. Sisa teh atau ampas teh ternyata dapat bermanfaat bagi tanaman, yaitu dapat memperbaiki kesuburan tanah, merangsang pertumbuhan akar, batang dan daun, limbah rumah tangga ini dapat digunakan langsung tanpa harus diolah lagi. Ampas teh ini lebih praktis dibandingkan penggunaan kompos. Kandungan yang terdapat di ampas teh selain polypenol juga terdapat sejumlah vitamin B kompleks kira-kira 10 kali lipat sereal dan sayuran. Manfaat ampas teh antara lain: 1) Memperbaiki kesuburan tanah; 2) Merangsang pertumbuhan bunga dan buah; 3) Merangsang pertumbuhan akar, batang dan daun; 4) Memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah (http://indonetwork.co.id). Sekam Padi Sekam padi merupakan limbah yang mempunyai sifat-sifat antara lain : ringan, drainase dan aerasi yang baik, tidak mempengaruhi pH, ada ketersediaan hara atau larutan garam namun mempunyai kapasitas penyerapan air dan hara rendah dan harganya murah. Sekam padi mengandung unsur N sebanyak 1 % dan K 2 % (Rahardi, 1991 dalam Wuryana, 2008). Sekam padi adalah kulit biji padi (Oryza sativa) yang sudah digiling. Sekam mentah mempunyai kelebihan sebagai medium tanam yaitu mudah mengikat air, tidak mudah lapuk, merupakan sumber kalium (K) yang dibutuhkan tanaman, dan tidak mudah menggumpal atau memadat sehingga akar tanaman dapat tumbuh dengan sempurna. Namun, sekam padi mentah cenderung miskin akan unsur hara (Redaksi Penebar Swadaya, 2008). Sekam mentah dapat menciptakan kondisi lingkungan tumbuh khususnya sifat fisik dan kimia tanah yang lebih baik bagi pertumbuhan tanaman karena lebih cepat mengalami proses pelapukan dan dekomposisi, mengandung unsur hara N, P, K, Cl dan Mg (Thomas, 1995). Tinggi bibit yang ditanam pada medium campuran tanah dan sekam padi 1:1 (15,91 cm) lebih tinggi dibandingkan pada medium campuran tanah dan pupuk kandang 1:1 (10,38 cm) (Erlan, 2005). Pupuk Kandang Pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan disebut sebagai pupuk kandang. Kandungan unsur haranya yang lengkap seperti natrium (N), fosfor (P), dan kalium (K) membuat pupuk kandang cocok untuk dijadikan sebagai medium tanam. Unsur-unsur tersebut penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain itu, pupuk kandang memiliki kandungan mikroorganisme yang diyakini mampu merombak bahan organik yang sulit dicerna tanaman menjadi komponen yang lebih mudah untuk diserap oleh tanaman (Redaksi Penebar Swadaya, 2008). Komposisi kandungan unsur hara pupuk kandang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain jenis hewan, umur hewan, keadaan hewan, jenis makanan, bahan hamparan yang dipakai, perlakuan, serta penyimpanan sebelum diaplikasikan sebagai medium tanam (Soeroto, dkk, 1991). Menurut penelitian Wigeno (1995) dalam Yuliarti, dan Redaksi Agromedia (2007), kotoran ayam mengandung N,P, dan K yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kotoran ternak lainnya. Namun perlu diingat, kandungan unsur N yang tinggi menyebabkan proses penguraian kotoran ayam menjadi lebih cepat, sehingga pupuk yang dihasilkan juga lebih panas. Oleh karena itu, pupuk kotoran ayam sebaiknya diberikan dosis yang lebih sedikit.
Pupuk kandang yang akan digunakan sebagai medium tanam harus yang sudah matang dan steril. Hal itu ditandai dengan warna pupuk yang hitam pekat. Pemilihan pupuk kandang yang sudah matang bertujuan untuk mencegah munculnya bakteri atau cendawan yang dapat merusak tanaman (Redaksi Penebar Swadaya, 2008). Kompos Kompos merupakan medium tanam organik yang bahan dasarnya berasal dari proses fermentasi tanaman atau limbah organik, seperti jerami, sekam, daun rumput, dan sampah kota. Kelebihan dari penggunaan kompos sebagai medium tanaman adalah sifatnya yang mampu mengembalikan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat-sifat yang mampu mengembalikan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat-sifat tanah, baik fisik, kimia, mapun biologi. Selain itu, kompos juga menjadi fasilitator dalam penyerapan unsur (N) yang sangat dibutuhkan oleh tanaman (Redaksi Penebar Swadaya, 2008). Manfaat kompos bagi tanaman antara lain : 1) Kompos memberikan nutrisi bagi tanaman; 2) Kompos memperbaiki struktur tanah ; 3) Meningkatkan kapasitas tukar kation; 4) Menambah kemampuan tanah untuk menahan air ; 5) Meningkatkan aktifitas biologi tanah; 6) Kompos mampu meningkatkan pH pada tanah masam; 7) Meningkatkan ketersediaan unsur mikro ; 8) Tidak menimbulkan masalah lingkungan (Yuwono, 2008). Kompos merupakan hasil akhir suatu proses fermentasi tumpukan sampah, serasah tanaman. Ciriciri kompos yang baik adalah berwarna coklat, berstruktur remah, berkonsistensi gembur dan berbau daun lapuk (Yuliarti, 2009). Kandungan bahan organik yang tinggi dalam kompos sangat penting untuk memperbaiki kondisi tanah. Berdasarkan hal tersebut dikenal 2 peranan kompos yakni soil conditioner dan soil ameliorator. Soil condotioner yaitu peranan kompos dalam memperbiki struktur tanah, terutama tanah kering, sedangkan soil ameliorator berfungsi dalam memperbaiki kemampuan tukar kation pada tanah (Redaksi Penebar Swadaya, 2008). Kompos mengandung unsur hara makro primer yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah banyak seperti nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Unsur hara makro sekunder, dibutuhkan dalam jumlah kecil, yaitu seperti sulfur (S), kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Sedangkan unsur hara mikro dibutuhkan dalam jumlah sedikit , seperti Besi (Fe), Tembag (Cu), Seng (Zn), Klor (Cl), Boron (B), Mangan (Mn) dan Molibdenun (Mo) (Yuwono, 2008).
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau kampus Binawidya, Kelurahan Simpang Baru, Kecamatan Tampan, Pekanbaru. Waktu pelaksanaannya berlangsung selama 4 bulan dari 13 Mei 2010 sampai 2 September 2010. 3.2. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah benih kakao varietas Trinitario, Dhitane M-45, tanah top soil, ampas teh, sekam padi, pupuk kandang, kompos, dan polybag ukuran 30 x 25 cm. Alat yang digunakan adalah kotak penyemaian, tali, gembor, penggaris, karung goni dan alat tulis. 3.3. Metode Penelitian Penelitian ini secara eksperimen menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 5 perlakuan dan masing-masing perlakukan diulang 5 kali. Sehingga diperoleh 25 satuan percobaan dengan jumlah keseluruhan 50 tanaman. Pada setiap satuan percobaan terdiri dari 2 tanaman dan ke 2 tanaman ini dijadikan sampel. Perlakuan yang diberikan adalah : A = Tanah top soil (Kontrol); B = Tanah top soil dicampur ampas teh (1:1); C = Tanah top soil dicampur sekam padi (1:1); D = Tanah top soil dicampur pupuk kandang ayam (1:1); dan E = Tanah top soil dicampur kompos (1:1). Data yang di peroleh dari hasil penelitian dianalisis secara statistik menggunakan Analisis Of varience dengan model linear sebagai berikut : Yij = + Ti + ij Dimana : Yij : Hasil pengamatan dari faktor berbagai medium pada taraf ke-i dan ulangan ke-j : Nilai rerata tengah Ti : Pengaruh faktor berbagai medium pada taraf ke-i ij : Pengaruh galat pada faktor berbagai medium pada taraf ke-I dan ulangan ke-j Hasil analisis ragam dilanjutkan dengan uji Duncans New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf 5 %. 3.4. Pelaksanaan Penelitian 3.4.1. Persiapan Lokasi Lahan yang digunakan sebagai tempat penanaman bibit dibersihkan terlebih dahulu dari gulma pengganggu agar tidak mengganggu selama penelitian, pembersihan lahan dilakukan dengan menggunakan cangkul, setelah itu tanah bekas cangkulan diratakan agar susunan polybag rapi dan tidak miring. 3.4.2. Persiapan Medium 3.4.2.1. Medium persemaian Medium semai yang digunakan berupa pasir yang dimasukan ke dalam kotak penyemaian setebal 15 cm. 3.4.2.2. Medium pembibitan Tanah untuk medium pembibitan diambil dari lahan kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau dan jenis tanah yang digunkan adalah tanah top soil jenis inseptisol, tanah diambil pada kedalaman 0-20 cm, dibersihkan dari sisa-sisa akar tanaman kemudian dihancurkan dan diayak. setelah itu tanah dicampur dengan ampas teh, sekam padi, pupuk kandang, dan kompos sesuai
dengan perlakuan. Setelah medium tercampur rata dimasukan ke dalam polybag ukuran 30 x 25 cm hingga 2 cm dibawah permukaan bibir polybag. Lalu polybag disusun pada tempat yang telah disediakan. Jarak antar polybag 30 x 30 cm. 3.4.3. Persiapan Bahan Tanam Persiapan bahan tanam dilakukan dengan cara mengambil benih dari buah yang normal bentuknya, sehat dan cukup tua (masak atau matang dipohon) yang biasanya ditandai dengan warna buahnya kuning, pada kakao yang kulit buahnya merah alurnya berwarna kuning, jika buah diguncangguncang timbul suara yang menandakan bahwa biji-biji kakao tersebut sudah lepas dari rekatan daging buah, jika diketuk-ketuk (ditabuki dengan tangan suara bergema). Benih yang digunakan dalam penelitian ini adalah varietas Trinitario berasal dari PT. Inang Sari Lubuk Basung, Agam, Sumatera Barat. Kulit buah dibuka dengan menggunakan pisau atau dipukul dengan alat pemukul kayu sampai terbelah, kemudian biji dikeluarkan. Setelah biji dipisahkan selanjutnya biji digosok dengan abu dapur atau sekam untuk menghilangkan lendir (pulp) dan dicuci dengan air. Untuk mendapatkan benih yang baik maka dilakukan seleksi biji yaitu 2/3 yang terletak pada bagian tengah, biji tersebut dipilih yang bentuk relatif sama besar dan bebas dari serangan hama dan penyakit. Selanjutnya benih direndam dengan larutan fungisida Dithane M-45 selama 5-10 menit. Biji yang sudah direndam siap untuk disemai. 3.4.4. Penyemaian Sebelum biji disemai medium pasir disiram air agar tidak terbentuk rongga di dalamnya, kemudian buat jarak antar alur 3 cm dan jarak dalam alur 2 cm. Biji ditanam sedalam 2/3 bagian berada dalam medium dengan posisi biji mendatar dan posisi mikropil berada pada bagian bawah, kemudian pemukaan medium ditutup dengan karung goni. Untuk menjaga kelembaban medium persemaian tersebut disiram setiap hari yaitu pada pagi dan sore hari. 3.4.5. Penanaman Benih yang telah berkecambah dengan kriteria telah mengeluarkan radikula sepanjang 1 cm, atau berumur 3 hari kecambah dipindahkan ke medium tanam, dengan cara buat lubang ditengah-tengah medium tumbuh dengan diameter 1 cm dan ke dalaman 2 cm, lalu tanah di sekitar perakaran kecambah dipadatkan kemudian disiram. 3.4.6. Pemeliharaan 3.4.6.1. Penyiraman Penyiraman dilakukan setiap hari pada waktu pagi dan sore hari kecuali hari hujan atau kondisi tanah kapasitas lapang. Penyiraman dilakukan dengan air yang bersih sebanyak 0,5 liter air untuk 50 bibit dengan menggunakan gembor. Penyiraman dilakukan mulai dari persemaian sampai bibit berumur 16 minggu. 3.4.6.2. Penyiangan Penyiangan atau pengendalian gulma dilakukan secara manual dengan mencabut rumput yang tumbuh di dalam dan di luar polybag. Penyiangan dilaksanakan seintensif mungkin tujuannya adalah mencegah persaingan dalam penyerapan air dan unsur hara antara tanaman kakao dengan gulma dan sekaligus mencegah berkembangnya hama dan penyakit yang terdapat pada gulma. 3.4.6.3. Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara kimia dengan menggunakan pestisida anorganik Decis dan Dithane M-45. Penggunaan Decis sebagai pestisida dengan konsentrasi 0,4 ml/liter air. Pengamatan Tinggi Bibit (cm)
Pengukuran tinggi bibit dilakukan dengan menggunakan penggaris dengan cara mengukur bibit dari pangkal batang (permukaan tanah) sampai titik tumbuh. Parameter tinggi tanaman diukur pada minggu ke 2 setelah benih dipindahkan ke medium tanam, dengan interval 2 minggu sekali sampai umur 16 minggu. Lingkar batang (cm2) Pengukuran diameter batang dilakukan dengan menggunakan meteran, yang diukur 2 cm di atas leher akar. Pengamatan ini dilakukan dengan interval 2 minggu sekali sampai umur 16 minggu. Jumlah Daun (helai) Pengamatan jumlah daun dilakukan dengan cara menghitung jumlah daun yang telah ada. Pengamatan jumlah daun dilakukan bersamaan dengan pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan interval 2 minggu sekali sampai umur 16 minggu. Panjang Akar ( cm) Pengamatan panjang akar dilakuakan dengan cara membongkar bibit yang dijadikan tanaman sampel. Akar dicuci bersih dengan cara menyemprotkan air ke akar sampai sisa-sisa tanah hilang dan akar menjadi bersih, setelah itu dikering anginkan, lalu pengukuran dilakukan mulai pangkal batang sampai ujung akar terpanjang. Pengamatan panjang akar dilakukan pada saat tanaman berumur 16 minggu. Volume Akar (cm3) Volume akar dihitung dengan cara memotong bagian akar dari bibit kakao yang telah diukur dan dibersihkan. Akar tersebut dikeringanginkan terlebih dahulu kemudian di masukan ke dalam gelas ukur 1000 ml yang berisi air 250 ml, sehingga didapatkan penambahan volume. Volume akar dapat diperoleh dengan rumus : Volume akar = Volume2 Volume1 Pengamatan volume akar dilakukan setelah tanaman berumur 16 minggu. Ratio Tajuk Akar Pengamatan rasio tajuk akar merupakan perbandingan antara berat kering tajuk dan akar. Akar (sampai batas leher akar) dipisahkan dengan organ bagian atas tajuk. Bagian akar dan tajuk dimasukan ke dalam amplop lalu dimasukan ke dalam oven pada suhu 70 0C selama 2 x 24 jam, kemudian ditimbang berat kering tajuk, dan berat kering akar lalu dibandingkan. Nilai ratio tajuk akar dapat diperoleh dengan rumus : Nilai Ratio Tajuk Akar = ( Berat Kering Tajuk Tanaman)/(Berat Kering Akar Tanaman) Pengamatan ratio tajuk akar dilakukan pada akhir penelitian yaitu pada umur 16 minggu. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Tinggi Tanaman Hasil analisis sidik ragam pada lampiran 2 menunjukkan campuran medium tanah top soil dengan bahan organik berpegaruh nyata terhadap tinggi bibit kakao, untuk lebih jelasnya campuran medium tanah top soil dengan bahan organik terhadap tinggi bibit tanaman kakao yang telah diuji lanjut dengan DNMRT pada taraf 5% dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rerata Tinggi (cm) Bibit Kakao Umur 16 Minggu Di Berbagai Medium Tumbuh Medium Rerata B (Tanah top soil dicampur ampas teh 1:1) 55,60 a A (Tanah top soil) 43,30 b
E (Tanah top soil dicampur kompos 1:1) 40,00 b C (Tanah top soil dicampr sekam padi 1:1) 38,20 b D (Tanah top soil dicampur pupuk kandang 1:1) 32,75 b Keterangan : angka-angka pada kolom dan baris yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama adalah berbeda nyata menurut DNMRT pada taraf 5% Pada Tabel 1 di atas memperlihatkan bahwa tinggi tanaman tertinggi adalah medium tumbuh tanah top soil dicampur ampas teh 1:1 (55,60 cm) sedangkan tinggi tanaman terendah adalah medium tumbuh tanah top soil dicampur pupuk kandang ayam 1:1 (32,75 cm). Medium tumbuh tanah top soil dicampur ampas teh 1:1 (55,60 cm) berbeda nyata dengan medium tumbuh tanah top soil (tanpa perlakuan) (43,30 cm), medium tumbuh tanah top soil dicampur kompos 1:1 (40,00 cm), medium tumbuh tanah top soil dicampur sekam padi (38,20 cm), dan medium tumbuh tanah top soil dicampur pupuk kandang ayam1:1 (32,75 cm). Medium tumbuh tanah top soil dicampur ampas teh 1:1 (55,60 cm) menunjukan tinggi tanaman yang terbesar hal ini diduga karena ampas teh mengadung Nitrogen (N) 55, 5 g dalam 5 kg kompos, fosfat (P2O5) 32 g dalam 5 kg kompos, Kalium (K2O) 78 g dalam 5 kg kompos, C/ N ratio 11,49%, Karbon Organik 12,64%, Besi (Fe) 0,13%, Timbal (Pb) 0,03%, Tembaga (Cu) 14,16 ppm, Seng (Zn) 44,85 ppm, Magnesium (Mg) 0,03%, Kalsium (Ca) 0,16% (http://indonetwork.co.id). Menurut Jumin (2002) nitrogen berfungsi untuk merangsang pertunasan dan penambahan tinggi tanaman. Sejalan dengan pendapat Lingga (2001) menyatakan bahwa nitrogen dalam jumlah yang cukup berperan dalam mempercepat pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, khususnya batang dan daun. Unsur nitrogen berperan dalam pembentukan sel, jaringan, dan organ tanaman. Selain itu, berfungsi sebagai bahan sintesis klorofil, protein dan asam amino. Bersama fosfor nitrogen digunakan untuk mengatur pertumuhan tanaman secara keseluruhan (Yuliarti dan Redaksi Agromedia (2007). Campuran tanah top soil dengan ampas teh 1:1 telah mampu memberikan pengaruh yang fositif yang mana ampas teh mengandung kalium yang cukup tinggi, Menurut Lakitan 2007) kalium tidak disintesis menjadi senyawa organik oleh tumbuhan, sehingga unsur ini tetap sebagai ion di dalam tumbuhan yang berperan sebagai aktivator dari berbagai enzim yang esensial dalam reaksi-reaksi fotosintesis dan respirasi serta enzim yang berperan dalam sintesis pati dan protein, selain itu kalium juga berperan dalam mengatur potensi osmotik sel dan tekanan turgor sel yang berperan penting dalam proses membuka dan menutupnya stomata. Pola pertumbuhan tinggi bibit tanaman kakao akibat campuran tanah top soil dengan bahan organik pada beberapa kali pengamatan (2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16 MST) dapat dilihat pada gambar 1. Gambar 1. Tinggi Bibit Kakao Umur 2-16 Minggu Pada Beberapa Medium Tumbuh Berdasarkan gambar 1 di atas dapat dilihat bahwa tinggi bibit kakao mengalami peningkatan setiap minggunya. Antara minggu kedua sampai minggu kedelapan tinggi tanaman tidak terlalu berbeda, tetapi pada minggu kedelapan sampai minggu keenambelas mengalami peningkatan tinggi tanaman yang lebih baik. Dari gambar 1 di atas dapat dilihat bahwa medium tumbuh campuran tanah top soil dengan ampas teh 1:1 memberikan tinggi tanaman yang terbaik. Hal ini dikarenakan medium tumbuh tanah top soil dicampur ampas teh 1:1 memiliki keadaan fisik yang baik sehingga berpengaruh positif terhadap pertmbuhan bibit kakao. Daya serap dan simpan air pada medium tumbuh tanah top soil dicampur ampas teh lebih baik dibandingkan dengan medium tumbuh lain. Hakim dkk (1986) mengemukakan bahwa ketersediaan unsur hara tanaman tidak terlepas dari kondisi tanah. Jika tanah tersebut mempunyai sifat fisik yang baik maka semakin tinggi porositas
tanah dan daya tanah untuk memegang air juga semakin besar. Keadaan ini menyebabkan ketersediaan air tercukupi, sehingga mendukung pertumbuhan awal bibit. Pertumbuhan awal bibit yang baik sangat menentukan pertumbuhan bibit selanjutnya. Menurut Gardner (1991) menyatakan bahwa kebutuhan untuk hara akan ditranslokasikan dari dalam tanah ke organ tanaman yang memerlukan dan tinggi tanaman didahului dengan terjadinya proses pembelahan dan peningkatan jumlah sel serta pembesaran ukuran. Proses ini memerlukan sintesis protein dan protein ini diperoleh tanaman dari lingkungan seperti bahan organik dari dalam tanah. 4.2. Lingkar Batang Hasil analisis sidik ragam pada lampiran 2 menunjukkan campuran medium tanah top soil dengan bahan organik berpegaruh nyata terhadap lingkar batang bibit kakao, untuk lebih jelasnya campuran medium tanah top soil dengan bahan organik terhadap lingkar batang bibit tanaman kakao yang telah diuji lanjut dengan DNMRT pada taraf 5% dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Rerata Lingkar Batang (cm) Bibit Kakao Umur 16 Minggu Di Berbagai Medium Tumbuh Medium Rerata E (Tanah top soil dicampur kompos 1:1) 3,77 a B (Tanah top soil dicampur ampas teh 1:1) 3,68 ab A (Tanah top soil) 3,64 ab D (Tanah top soil dicampur pupuk kandang 1:1) 3,34 bc C (Tanah top soil dicampur sekam padi 1:1) 3,18 c Keterangan : angka-angka pada kolom dan baris yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama adalah berbeda nyata menurut DNMRT pada taraf 5% Pada Tabel 2 memperlihatkan bahwa medium tumbuh tanah top soil dicapur kompos 1:1 (3,77 cm), tidak berbeda nyata dengan medium tumbuh top soil dicampur ampas teh 1:1 (3,68 cm), medium tumbuh tanah top soil (tanpa perlakuan) (3,64 cm), dan medium top soil dicampur pupuk kandang 1:1 (3,34 cm). Tetapi medium tumbuh tanah top soil dicampur kompos 1:1 (3,77 cm) berbeda nyata dengan medium tumbuh tanah top soil dicampur sekam padi 1:1 (3,18). Hal ini disebabkan medium tumbuh tanah top soil dicampur sekam padi belum terdekomposisi dengan sempurna. Medium tumbuh tanah top soil dicampur kompos 1:1 memperliahatkan lingkar batang yang paling tinggi dibandingkan medium tumbuh yang lain. Hal ini disebabkan medium tumbuh tanah top soil dicampur Kompos mengandung unsur hara makro primer yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah banyak seperti nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Unsur hara makro sekunder, dibutuhkan dalam jumlah kecil, yaitu seperti sulfur (S), kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Sedangkan unsur hara mikro dibutuhkan dalam jumlah sedikit , seperti Besi (Fe), Tembag (Cu), Seng (Zn), Klor (Cl), Boron (B), Mangan (Mn) dan Molibdenun (Mo) (Yuwono, 2008). Tersedianya unsur hara dalam jumlah yang cukup menyebabkan kegiatan metabolisme dari tanaman akan meningkat demikian juga akumulasi asimilat pada daerah batang akan meningkat sehingga terjadi pembesaran pada bagian batang. Menurut Jumin (1986) bahwa batang merupakan daerah akumulasi pertumbuhan tanaman khususnya pada tanaman yang lebih muda sehingga dengan adanya unsur hara yang dapat mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman diantaranya pembentukan klorofil pada daun sehingga akan memacu laju fotosintesis. Semakin laju fotosintesis maka fotosintat yang dihasilkan akhinya akan memberikan ukuran lingkar batang yang besar. Pola pertumbuhan lingkar batang bibit tanaman kakao akibat campuran tanah top soil dengan bahan organik pada beberapa kali pengamatan (2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16 MST) dapat dilihat pada gambar 2. Gambar 2. Lingkar Batang Kakao Umur 1-16 Minggu Pada Beberapa Medium Tumbuh
Berdasarkan gambar 2 di atas dapat dilihat bahwa medium tumbuh tanah top soil dicampur pupuk kandang ayam 1:1 memperlihatkan pertumbuhan lingkar batang yang paling rendah yaitu pada minggu kedua sampai minggu keenambelas, dan pada minggu keenambelas pada medium tumbuh tanah top soil dicampur pupuk kandang ayam mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan medium tumbuh tanah top soil dicampur pupuk kandang 1:1 telah terdokomposisi, sehingga unsur hara yang tersedia pada medium pupuk kandang 1:1 dapat dimanfaatkan oleh tanaman untuk pertumbuhan vegetatifnya seperti N, P, dan K. Pada gambar 2 di atas dapat dilihat bahwa lingkar batang terbesar adalah medium tumbuh top soil dicampur kompos 1:1. Keadaan ini disebabkan karena unsur hara yang disumbangkan kompos tersebut dapat dimanfaatkan tanaman untuk pertumbuhanya. Keseimbangan unsur hara yang diberikan oelh medium tumbuh tanah top soil dicampur kompos 1:1 dapat mendukung perkembangan vegetatif tanaman seperti molibdenum dan boron dapat dimanfaatkan tanaman secara sempurna. Dalam perkembangan lingkar batang bibit tanaman kakao cenderung lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan jumlah daun. Hal ini disebabkan oleh laju dan kuantitas fotosintat yang di pasok dari daun tanaman. Menurut Gardner, dkk (1991) yang menyatakan unsur hara makro dan mikro yang diberikan pada konsentrasi tertentu dapat meningkatkan pembentukan protein, karbohidrat dan lemak yang dibentuk tanaman dalam proses fotosintesis dan asimilatakan digunakan oleh tanaman untuk pembentukan dan perkembangan sel baru. Medium tumbuh top soil dicampur kompos 1:1 menyediakan unsur hara kalium bagi tanaman, unsur K yang diserap tanamanakan menyebabkan tanaman mengalami pembelahan dan pembesaran sel, selain tumbuh memanjang batang tumbuh secara radikal. Pada tanaman kakao yang termasuk tanaman dikotil memiliki kambium vaskuler pada posisi diantara pembuluh floem dan xilem. Kambium ini berperan dalam pembentukan xilem (ke arah internal) dan floem (ke arah eksternal) Lakitan (1996). Kalium merupakan unsur yang mobil di tanaman, dan segera ditranslokasikan ke jaringan meristematik yang muda bila mana jumlahnya terbatas bagi tanaman, kekurangan K dapat menurunkan resistensi tanaman terhadap penyakit, kerusakan pada bagian batang (Nyakpa, 1986). 4.3. Jumlah Daun Hasil analisis sidik ragam pada lampiran 2 menunjukkan campuran medium tanah top soil dengan bahan organik berpegaruh nyata terhadap jumlah daun bibit kakao, untuk lebih jelasnya campuran medium tanah top soil dengan bahan organik terhadap jumlah daun bibit tanaman kakao yang telah diuji lanjut dengan DNMRT pada taraf 5% dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Rerata Jumlah Daun (helai) Bibit Kakao Umur 16 Minggu Di Berbagai Medium Tumbuh Medium Rerata E (Tanah top soil dicampur kompos 1:1) 43,10 a B (Tanah top soil dicampur ampas teh 1:1) 34,50 a C (Tanah top soil dicampur sekam padi 1:1) 25,20 b D (Tanah top soil dicampur pupuk kandang 1:1) 23,50 b A (Tanah top soil) 23,00 b Keterangan : angka-angka pada kolom dan baris yang diikuti oleh huruf kecil yang sama adalah berbeda nyata menurut DNMRT pada taraf 5% Pada Tabel 3 di atas memperlihatkan bahwa medium tumbuh tanah top soil dicampur kompos 1:1 (43,10 helai), medium tumbuh tanah top soil dicampur ampas teh 1:1 (34,50 helai) berbeda nyata terhadap jumlah daun bila dibandingkan dengan medium tumbuh tanah top soil dicampur sekam padi 1:1 (25,20 helai), medium tumbuh tanah top soil dicampur pupuk kandang 1:1 (23,50 helai),
dan medium tumbuh tanah top soil (tanpa perlakuan) (23,00 helai). Hal ini diduga bahwa kompos mengandung C-Organik 4,83-8,00%, Nitrogen 0,10-0,51%, P2O5 0,35-1,12%, K2O 0,32-0,80%, Ca 1,00-2,09%, Fe 0,50-0,64%, Al 0,50-0,92%, Mn 0,02-0,04% (Musnamar, 2003 dalam Yuwono, 2008) dan ampas teh mengandung Nitrogen (N) 55, 5 g dalam 5 kg kompos, fosfat (P2O5) 32 g dalam 5 kg kompos, Kalium (K2O) 78 g dalam 5 kg kompos, C/ N ratio 11,49%, Karbon Organik 12,64%, Besi (Fe) 0,13%, Timbal (Pb) 0,03%, Tembaga (Cu) 14,16 ppm, Seng (Zn) 44,85 ppm, Magnesium (Mg) 0,03%, Kalsium (Ca) 0,16% (http://indonetwork.co.id). Sehingga jumlah daun pada medium tumbuh tanah top soil dicampur kompos 1:1 (43,10 helai) lebih baik dibandingkan medium tumbuh yang lain. Pada tabel 3 memperlihatkan bahwa medium tumbuh tanah top soil dicampur kompos 1:1, dan tanah dicampur ampas teh 1:1 memberikan jumlah daun yang terbesar, hal ini disebabkan karena kedua medium tersebut mengandung nitrogen yang tinggi. Pembentukan daun pada bibit kakao membutuhkan unsur hara esensial yang diantaranya adalah nitrogen. Terbentuknya daun bibit kakao melalui proses pembelahan dan pembesaran sel tanaman. Unsur hara nitrogen sangat berperan dalam proses pembelahan dan pembesaran sel. Sehingga kekurangan unsur nitrogen akan menghambat pembentukan daun. Menurut Hakim (1986) nitrogen berfungsi dalam pembentukan sel-sel klorofil, dimana klorofil berguna dalam proses fotosintesis sehingga dibentuk energi yang diperlukan untuk aktifitas pembelahan, pembesaran, dan pemanjangan sel. Hal ini juga dikemukakan oleh Lakitan (1996) unsur hara yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan daun adalah nitrogen. Kandungan nitrogen yang terdapat dalam tanah akan dimanfaatkan oleh tanaman kakao dalam pembelahan sel. Pembelahan sel tiga lapis sel terluar pada permukaan ujung batang. Pembelahan oleh pembesar sel-sel yang muda akan membentuk primodia daun. Pola pertumbuhan jumlah daun bibit tanaman kakao akibat campuran tanah top soil dengan bahan organik pada beberapa kali pengamatan (2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16 MST) dapat dilihat pada gambar 3. Gambar 3. Jumlah Daun Bibit Kakao Umur 1-16 Minggu Pada Beberapa Medium Tumbuh Berdasarkan gambar 3 di atas dapat dilihat bahwa pertumbuhan jumlah daun bibit kakao mengalami peningkatan setiap minggunya. Pertumbuhan jumlah daun yang terbaik adalah medium tumbuh tanah top soil dicampur kompos 1:1 dan medium tumbuh tanah top soil dicampur ampas teh 1:1. Hal ini dikarenakan unsur hara tersedia pada medium tumbuh tersebut terutama nitrogen dan fosfor cukup untuk melakukan pembelahan dan pembersaran sel yang menyebabkan daun muda lebih cepat mencapai bentuk yang sempurna, disamping itu keadaan fisik medium tumbuh tersebut berpengaruh positif terhadap ketersediaan unsur hara dan perkembangan akar lebih baik. Ketersediaan unsur hara yang seimbang akan memperlancar proses fotosintesis dan menyebabkan laju proses fotosintesis meningkat, sehingga fotosintat yang dihasilkan juga meningkat. Hasil fotosintat ini selanjutnya ditraslokasikan ke organ-organ pertumbuhan diantaranya titik tumbuh yang selanjutnya digunakan dalam pembentukan daun. Proses pembentukan daun tidak terlepas dari peranan unsur nitrogen dan fosfor yang terdapat dalam medium tumbuh tersebut. Unsur ini berperan dalam membentuk sel-sel baru dan merupakan salah satu komponen penyusun senyawa organik dalam tanaman seperti asam amino, asam nukleat, klorofil, ADP dan ATP. Metabolisme akan terganggu jika kekurangan nitrogen (Nyakpa, dkk, 1986). 4.4. Panjang Akar Hasil analisis sidik ragam pada lampiran 2 menunjukkan campuran medium tanah top soil dengan
bahan organik berpegaruh nyata terhadap panjang akar bibit kakao, untuk lebih jelasnya campuran medium tanah top soil dengan bahan organik terhadap lingkar batang bibit tanaman kakao yang telah diuji lanjut dengan DNMRT pada taraf 5% dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rerata Panjang Akar (cm) Bibit Kakao Umur 16 Minggu Di Berbagai Medium Tumbuh Medium Rerata B (tanah top soil dicampur ampas teh 1:1) 39,50 a C (tanah top soil dicapur sekam padi 1:1) 38,56 a E (tanah top soil dicampur kompos 1:1) 34,39 ab A (tanah top soil) 31,96 b D (tanah top soil dicampur pupuk kandang ayam 1:1) 17,62 c Keterangan : angka-angka pada kolom dan baris yang diikuti oleh huruf kecil yang sama adalah berbeda nyata menurut DNMRT pada taraf 5% Pada Tabel 4 di atas memperlihatkan bahwa medium tumbuh tanah top soil dicampur ampas teh 1:1 (39,50), medium tumbuh tanah top soil dicampur sekam padi 1:1 (38,56) berbeda nyata bila dibandingkan dengan medium tumbuh tanah top soil dicampur pupuk kandang ayam 1:1 (17,62), tetapi tidak berbeda nyata bila dibandingkan dengan medium tumbuh tanah top soil (tanpa perlakuan) (31,96), medium tumbuh tanah top soil dicampur kompos 1:1 (34,39). Hal ini diduga bahwa medium tumbuh ampas teh mengandung unsur hara yang cukup untuk menunjang pertumbuhan tanaman. Menurut Khazali dkk (2009) dalam Ningrum, (2010) cara lain yang biasa digunakan untuk meningkatkan efesiensi nutrisi tanaman apabila tanah dilindungi atau ditutup dengan bahan organik. Keuntungan penutupan tanah (pemakain mulsa) bahan organik dapat memperbaiki kelembaban, menjaga pemadatan, dan menambah humus tanah. Salah satu contoh pemberian mulsa atau penutup tanah adalah ampas teh. Lakitan (1996) mengatakan bahwa laju pemanjangan akar juga dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor lingkungan. Faktor internal yang mempengaruhi adalah pasokan fotosintat (umumnya dalam bentuk sukrosa) dari daun. Faktor lingkungan yang mempengaruhi antara lain suhu tanah, dan kandungan air tanah. Ampas teh dapat digunakan atau dimanfaatkan untuk pertumbuhan tanaman karena ampas teh mengandung karbohidrat yang berperan untuk pembentukan klorofil pada daun daun yang mengalami pertumbuhan di tempat yang gelap (Dwidjoseputro, 1994 dalam Ningrum, 2010). Menurut Sarif (1986) unsur hara N yang diserap oleh tanaman berperan dalam menunjang pertubuhan vegetatif tanaman seperti akar. Unsur P berperan dalam pembentukan sistem perakaran yang baik. Unsur K yang berada pada ujung akar merangsang proses pemanjangan akar. 4.5. Volume Akar (cm3) Hasil analisis sidik ragam pada lampiran 2 menunjukkan campuran medium tanah top soil dengan bahan organik berpegaruh nyata terhadap volume akar bibit kakao, untuk lebih jelasnya campuran medium tanah top soil dengan bahan organik terhadap lingkar batang bibit tanaman kakao yang telah diuji lanjut dengan DNMRT pada taraf 5% dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Rerata Volume Akar Bibit Kakao Umur 16 minggu Di Berbagai Medium Tumbuh Medium Rerata A (tanah top soil) 99,40 a E (tanah top soil dicampur kompos 1:1) 91,80 ab B (tanah top soil dicampur ampas teh 1:1) 68,00 bc C (tanah top soil dicampur sekam padi 1:1) 39,80 c D (tanah top soil dicampur pupuk kandang ayam 1:1) 39,60 c Keterangan : angka-angka pada kolom dan baris yang diikuti oleh huruf kecil yang sama adalah
berbeda nyata menurut DNMRT pada taraf 5% Pada Tebel 5 di atas memperlihatkan bahwa medium tumbuh tanah top soil (tanpa perlakuan) (99,40), berbeda nyata bila dibandingkan dengan medium tumbuh tanah top soil dicampur dengan pupuk kandang ayam 1:1 (39,60), medium tumbuh tanah top soil dicampur sekam padi 1:1 (39,80), namun tidak berbeda nyata bila dibandingkan dengan medium tumbuh tanah top soil dicampur 1:1 kompos (91,80), medium tumbuh tanah top soil dicampur ampas teh 1:1 (68,00). Volume akar merupakan faktor penting dalam pertumbuhan tanaman yang mencerminkan kemampuan penyerapan unsur hara serta metabolisme yang terjadi pada tanaman. Lakitan (2007) menyatakan sebagian besar unsur yang dibutuhkan tanaman diserap dari larutan tanah melalui akar. Dari tabel diketahui bahwa medium tumbuh tanah top soil (tanpa perlakuan) memberikan pengaruh positif terhadap volume akar. Volume akar sangat erat hubungannya dengan unsur hara makro dan mikro, dimana menurut Sarif (1986) bahwa unsur N yang diserap tanaman berperan dalam menunjang pertumbuhan vegetatif tanaman seperti akar. Unsur P berperan dalam pembentukan sistem perakaran yang baik. Unsur K yang berada pada ujung akar merangsang pemanjangan akar. Menurut Foth (1994) volume air yang cukup dapat menyediakan kebutuhan fosfor karena merupakan unsur hara immobil (tidak dapat diedarkan) dalam tanah. Semakin bersifat mobil unsur hara tersebut dalam air tanah maka semakin mudah hara tersebut bergerak kearah akar dan diserap oleh tanaman. 4.6. Ratio Tajuk dan Akar Hasil analisis sidik ragam pada lampiran 2 menunjukkan campuran medium tanah top soil dengan bahan organik berpegaruh nyata terhadap ratio tajuk dan akar bibit kakao, untuk lebih jelasnya campuran medium tanah top soil dengan bahan organik terhadap lingkar batang bibit tanaman kakao yang telah diuji lanjut dengan DNMRT pada taraf 5% dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Rerata Ratio Tajuk Akar Bibit Kakao Umur 16 Minggu Di Berbagai Medium Tumbuh Medium Rerata C (tanah top soil dicampur sekam padi 1:1) 10,45 a D (tanah top soil dicampur pupuk kandang ayam 1:1) 8,71 ab E (tanah top soil dicampur kompos 1:1) 8,61 ab B (tanah top soil dicampur ampas teh 1:1) 7,83 ab A (tanah top soil) 5,92 b Keterangan : angka-angka pada kolom dan baris yang diikuti oleh huruf kecil yang sama adalah berbeda nyata menurut DNMRT pada taraf 5% Tabel 6 di atas memperlihatkan bahwa medium tumbuh tanah top soil dicampur sekam padi 1:1 (10,45) berbeda nyata bila dibadingkan dengan tanah top soil (tanpa perlakuan) (5,92), namun tidak berbeda nyata bila dibandingkan dengan medium tumbuh tanah top soil dicampur ampas teh 1:1 (7,83), medium tumbuh tanah top soil dicampur kompos 1:1 (8,61), medium tumbuh tanah top soil dicampur pupuk kandang ayam 1:1 (8,71). Dari hasil sidik ragam di atas, medium tumbuh tanah top soil dicampur pupuk kandang ayam 1:1 memberikan pengaruh yang lebih baik walaupun secara statistik tidak berbeda nyata, hal ini diduga karena unsur hara pada medium tumbuh tersebut dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Perbandingan tajuk akar mempunyai pengertian bahwa pertumbuhan suatu tanaman diikuti dengan pertumbuhan bagian tanman lainya, dimana tajuk akan meningkat secara ratio tajuk akar mengikuti peningkatan berat akar (Gardner, dkk, 1991). Jumin (2002) menyatakan bahwa pesatnya pertumbuhan vegetatif tanaman tidak terlepas dari ketersediaan unsur hara di dalam tanah. Ketersediaan unsur hara akan menentukan produksi berat
kering tanaman yang merupakan hasil dari tiga proses yaitu proses penumpukan asimilat melalui proses fotosintesis, respirasi dan akumulasi senyawa orgnik. Berat kering merupakan akumulasi senyawa organik yang dihasilkan oleh sintesis senyawa organik terutama air dan karbohidrat yang tergantung pada laju fotosintesis tanaman tersebut, sedangkan fotosintesis dipengaruhui oleh kecepatan penyerapan unsur hara di dalam tanaman melalui akar (Lakitan, 1996). Nyakpa, dkk (1986) menambahkan bahwa pertumbuhan tanaman dicirikan dengan pertambahan berat kering tanaman. Keter sediaan hara yang optimal bagi tanaman akan diikuti peningkatan aktifitas fotosintesis yang meghasilkan asimilat yang mendukung berat kering tanaman.
5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, campuran medium top soil dicampur ampas teh 1:1 memperlihatkan pengaruh berbeda nyata terhadap pertumbuhan bibit kakao pada parameter tinggi tanaman, lingkar batang, jumlah daun, panjang akar, volume akar dan ratio tajuk akar. Campuran medium yang memberikan pengaruh lebih baik adalah medium tanah top soil dicampur ampas teh 1:1. 5.2. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan untuk mendapatkan pertumbuhan bibit kakao yang baik, dapat menggunakan medium tumbuh tanah top soil dicampur ampas teh 1:1.
DAFTAR PUSTAKA
Balai Penelitian Tanah, 2005. Pupuk Organik Tingkatkan Produksi Pertanian. www.pustakadeptan.go.id. 6 Juni 2009 Erlan. 2005. Pengaruh Berbagai Media terhadap Pertumbuhan Bibit Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpha (Scheff.) Boerl.) di Polibag. Jurnal Akta Agrosia Vol. 7 No.2 hlm 72-75 Foth, H.D. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah (Edisi Terjemahan Soenartono Adisoemarto). Erlangga. Jakarta Gardner, F.P., R.B. Peace dan R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya (Edisi Terjemahan oleh Herawati Susilo dan Subiyanto) Jakarta: Universitas Indonesia Press 428 Hakim, N, M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.R. Saul, M.A. Diha, H.M. Bailey. 1986. DasarDasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung.
Harmanto, N. 2001. Mahkota Dewa Obat Pusaka Para Dewa. Agromedia Pustaka, Jakarta. Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta Http://Indonetwork.Co.Id/Anugerah_Lintas/427705/Kompos-Ampas-Teh.Htm Diakses Pada Tanggal 26 Februari2010 Jumin, H.B. 1986. Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologi. Rajawali. Jakarta Jumin, H.B. 2002. Dasar-Dasar Agronomi. Rajawali. Jakarta Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. . 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta Lingga, P. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. Ningrum, F.G.K. 2010. Efektivitas Air Kelapa dan Ampas Teh Terhadap Pertumbuhan Tanaman Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) Pada Media Tanam yang Berbeda. Skripsi program studi pendidikan biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah. Surakarta Nyakpa, M.Y., N. Hakim, A.M. Lubis, M.A. Pulung, G.B. Hong, A.G. Amrah, A. Musnawar. 1986. Kesuburan Tanah. Unipersitas Lampung. Bandar Lapung Nurmayanti, T.R. 2008. Efektivitas Air Kelapa dan Ampas Teh Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sri Rejeki (Aglonema donna carmen) Pada Media Tanam yang Berbeda. Skripsi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah. Surakarta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004. Panduan Lengkap Budidaya Kakao. Agromedia Pustaka. Jakarta. Poedjiwidodo, Y. 1996. Sambung Samping Kakao. Trubus Agriwidya, Ungaran. Redaksi Penebar Swadaya. 2008. Media Tanam untuk Tanaman Hias. Penebar Swadaya. Jakarta. Sarif, S. 1986. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung Soeroto, R., B, Rifai, dan I,S, Prawira, 1991. Ilmu Memupuk. C.V. Yasaguna. Jakarta. Suhendi D., Agung Wahyu Susilo, dan Surip Maward. 2000. Kompabilitas Persilangan Beberapa Klon Kakao (Theobroma cacao L.), Pelita Perkebunan. 16; (2) 85-91. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember. Sunanto, H. 1992. Cokelat (Budidaya, Pengolahan Hasil, dan Aspek Ekonominya). Kanisius. Yogyakaryta Sutedjo, M.M.; A.G. Kartasapoetra dan R.D.S. Sastroatmodjo, 1991. Mikrobiologi Tanah. PT. Rieneka Cipta, Jakarta Thomas. 1995. Pengaruh Mulsa terhadap Pertumbuhan dan Efisiensi Penggunaan Air pada Bibit Karet Klon GT 1. Sembawa, Sumatera Selatan Winarno, H. 1995. Klon-klon Unggul Untuk Mendukung Klonalisasi Kakao Lindak. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao. 11; (2).77-81 Wuryan. 2008. Pengaruh Media Sekam Padi Terhadap Pertumbuhan Tanaman Hias Pot Spathiphyllum. Penelitian Hortikultura. Cipanas. Diakses pada tanggal 26 Februari 2010. Yuliarti, N., dan Redaksi Agromedia. 2007. Media Tanam dan Pupuk untuk Athurium Daun. Agromedia Pustaka. Jakarta. Yuliarti, N. 2009. 1001 Cara Membuat Pupuk Organik. Lily Publisher. Yogyakarta. Yuwono, D. 2008. Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta