Anda di halaman 1dari 2

Karma di Belakang

Aku sebagai orang yang beragama tidak percaya akan adanya karma. Tulisan ini bukanlah mengangkat tentang apa itu karma, tentang kutukan, pembalasan dendam atau apalah itu namanya. Tulisan ini hanya mengisahkan kejadian hari ini yang sangat menegur diriku yang masih pemalas. Hari ini, 12 April 2013, hari terakhir ujian tengah semester di Departemenku TIN. Mata kuliah yang diujiankan adalah Manajemen Lingkungan Industri. Kalau dilihat dari nama matakuliahnya sudah terbayang pasti tipe tipe mata kuliah seperti apa yang satu ini. Yap, mainly text dan kita harus bisa memahaminya (padahal yang dilakukan mahasiswa adalah mencoba menghapal). Jam 8 pagi tepat, ujian dimulai, lembar soal dibuka satu persatu sampai habis, zonk, sangat tidak diharapkan soal seperti ini yang keluar. Soal semacam ini lah yang bisa menghancurkan nilai. Soal ini bentuknya isian dan tentunya telah memiliki jawaban yang sangat pasti dan istilah ku menyebutnya tak dapat digoyang alias saklek. Perlu diketahui juga bahwa materi untuk periode UTS ini terbilang cukup banyak dan dengan tambahan ekstra pedas, hehe... maksudnya harus dengan tambahan usaha keras untuk bisa memahaminya karena semua materinya berbahasa inggris dengan istilah istilah atau phrase yang lumayan tinggi. Untuk hal seperti itu sebenarnya no excuse. Memang karena aku saja yang malas dan tidak mencicilnya dari awal dan sedikit masa bodoh dengan mata kuliah satu ini. Ya karena mindset yang terbentuk sebelumnya adalah hal terpenting itu pemahaman walaupun materi yang di serap tidak seutuhnya masuk, dengan sedikit logika dan nalar semua pertanyaan pertanyaan essay munkin bisa dijawab dengan lantang dan lugas. Itulah indahnya bermain dengan kata kata. (hahaha... mahasiswa macam apa kau ini????) Oke, temen di sebelah ku sudah selesai sepertinya. Dia dengan tenang duduk dan melipat kedua tangannya di atas meja kemudian menundukkan kepalanya, aku pikir dia mencoba untuk tidur sejenak. Well, setengah pun dari soal belum terjawab dengan perasaan yakin di dada bahwa yang ku jawab itu akan di centang sebagai jawaban yang benar. Sekali lagi bahwa jawaban dari soal itu adalah jawaban pasti seperti 1 juta di kalikan nol hasilnya NOL = ZERO. Apa bloeh buat, akhirnya aku selesai mengisi tempat kosong di soal itu dalam waktu 67 menit. Entah apa yang aku isi di titik titik mengesalkan itu. Yang pasti aku sadar hasilnya tentu sesuai dengan apa yang aku lakukan, sesuai dengan usaha yang aku lakukan untuk menghadapi ujian ini. Kebetulan aku dapat kesempatan duduk di belakang hari ini, tidak ada niat untuk menyontek apapun dari teman sebelah atau di depan, lagipula dengan keterbatasan pengelihatan yang aku miliki, ALLAH mengajarkanku agar tidak memperdulikan jawaban yang tertulis di kertas teman sebelahku saat ujian. Tidak mudah memang duduk di tempat paling belakang, tepatnya di bagian sudut paling belakang seperti ini. Selama 90 menit waktu ujian berlangsung aku bisa melihat ekspresi setiap teman seperjuangan ku. Ada yang gelisah setengah mati, ada yang cuek, ada yang tersenyum bahagia karena apa yang dipelajarinya mungkin masuk di dalam soal soal itu. Ada pula yang selalu menghela nafas dalam dalam kemudian melepaskannya sehingga timbullah suara lepas dari dalam dadanya dan membuatku tersenyum sendiri ketika mendengarnya. Banyak yang melihat kelangit - langit, memejamkan mata, atau terpelongo mengharapkan jawaban jatuh di depan mata mereka. Padahal kalu ditelaah, setiap soal tadi tentu sudah ada jawabannya di dalam materi, dan aku sudah bisa membayangkan seperti apa seharusnya jawaban itu, kalau saja otakku bisa mengingatnya dalam satu malam pasti aku bisa mengerjakan 40 soal itu dalam waktu 15 menit, dan akan menyisakan 75 menit berharga yang pastinya bisa dinikmati ke relung sampai terdalam di hari terakhir UTS. Tapi itu hanyalah khayalan belaka.

Satu persatu teman temanku meninggalkan ruangan, meskipun aku telah menyelesaikannya, aku tetap tidak mau beranjak dari tempat duduk karena memang aku ingin melihat apa yang terjadi sampai detik terakhir ujian ini. Beberapa teman melangkahkan kakinya dengan ringan untuk berdiri, tapi beberpa lagi sangat sulit sepertinya untuk beranjak. Memerlukan energi penuh untuk bisa berdiri dan mengantarkan naskah ujian itu. The last five minnutes, tersisa 3 orang lagi diruangan itu termasuk aku sebagai the big looser today. Sampai akhirnya kami dipaksa untuk meninggalkan ruangan. Dengan tersenyum aku keluar ruangan itu sambil menghela nafas. Kata orang sih itu karma, karna aku selama rentetan jadwal ujian selalu duduk di bagian depan atau ditengah, tiba saja hari ini aku mengubah kebiasaan itu menjadi duduk dibelakang. Istilahnya itu apa ya lupa, karma karena merubah kebiasaan kalo ga salah. Tentu saja aku tak percaya, memang karena aku yang belum maksimal saja mempersiapkan segala kemungkinannya. Sudahlah, tidak usah dibahas lagi, tulisan ini hanyalah sampah yang aku posting agar orang yang membacanya (kalaupun ada yang mau baca, hahaha) bisa mengambil pelajaran diari cerita ku (sekali lagi, kalaupun ada pelajaran itu). Yang terpenting sekarang adalah berdoa, semoga saja nilainya tidak begitu amblas, sehingga masih bisa menimbunnya lagi di periode UAS untuk mendapatkan nilai akhir yang memuaskan. Let see how bad the mark is. Let see how hard should I take the stand to cover it. And let see the last mark Ill get. Keep Optimist! Ciao!

Anda mungkin juga menyukai