Anda di halaman 1dari 3

Makna Denotasi dan Makna Konotasi (1) Makna denotasi adalah makna kata atau kelompok kata yang

didasarkan atas penunjukan yang lugas pada sesuatu di luar bahasa atau yang didasarkan atas konvensi tertentu dan bersifat objektif. Contoh: (2) Selama dua hari ia mengayuh bahtera di laut lepas. bahtera -> perahu atau kapal Para petani gagal panen karena padi mereka diserang tikus. tikus -> salah satu binatang pengerat Makna konotasi adalah tautan pikiran yang menimbulkan nilai rasa pada seseorang ketika

berhadapan dengan sebuah kata makna yang ditambahkan pada makna denotasi. Contoh: Selamat mengayuh bahtera kehidupan. bahtera -> kehidupan berumah tangga. bahtera bermakna konotasi tinggi (nilai rasa tinggi) KPK mengalami kesulitan menangkap tikus-tikus yang menggerogoti uang negara. tikus-tikus ->koruptor tikus-tikus bermakna konotasi kasar (tidak baik) Perubahan Makna Kata (1) Perluasan makna (Generalisasi) Generalisasi adalah suatu proses perubahan makna kata dari yang khusus ke yang lebih umum atau dari yang lebih sempit ke yang lebih luas. Contoh: (2) Kata bapak dahulu bermakna ayah, sekarang semua orang yang lebih tinggi kedudukannya disebut bapak. Kata berlayar dahulu bermakna mengarungi laut dengan kapal yang memakai layar, Penyempitan makna (Spesialisasi)

sekarang mengarungi laut dengan semua jenis kapal, tanpa layar sekalipun. Spesialisasi adalah proses penyempitan makna kata. Contoh: (3) (4) Kata sarjana dahulu bermakna cendekiawan, sekarang gelar kesarjanaan. Kata pembantu dahulu bermakna semua orang yang membantu, sekarang hanya terbatas pada pembantu rumah Ameliorasi Kata istri dianggap lebih dan terhormat daripada bini. Kata melahirkan dianggap lebih baik daripada beranak. Kata tunawisma dianggap lebih baik daripada gelandangan. Peyorasi

tangga. Ameliorasi adalah makna yang baru dianggap lebih baik daripada makna yang lama. Contoh:

Peyorasi adalah proses perubahan makna kata menjadi lebih jelek atau lebih rendah daripada makna semula. Contoh: (5) Kata cerai dirasakan lebih kasar daripada kata talak. Kata mendengkur dirasakan lebih kasar daripada kata nyenyak. Kata penjara dirasakan lebih kasar daripada kata lembaga pemasyarakatan. Sinestesia

Sinestesia adalah perubahan makna kata akibat pertukaran tanggapan dua indra yang berbeda. Contoh: Kata-katamu sungguh sangat pedas untuk didengar. Pendengaranmu sungguh sangat tajam. Kata pedas seharusnya ditanggapi oleh indra perasa (bibir/mulut) tetapi justru ditanggapi oleh indra pendengaran. Begitu pula kata tajam seharusnya ditanggapi oleh indra perasa (kulit), tetapi justru ditanggapi oleh indra pendengaran. (6) Asosiasi la memberi amplop kepada petugas sehingga urusannya cepat selesai. Kata amplop berasosiasi dengan sogok atau Asosiasi adalah perubahan makna kata akibat persamaan sifat. Contoh: suap.

Nilai matematika ku merah.

Kata merah berasosiasi dengan jelek, tidak baik. Sinonim, Antonim, Homonim, Homofon, Homograf, Polisemi, dan Hipernim/Hiponim (1) Sinonim Sinonim adalah kata-kata yang sama atau hampir sama maknanya. Suatu kata dapat dikatakan bersinonim apabila kata-kata tersebut dapat saling menggantikan dalam kalimat yang sama. Contoh: Tidak ada manusia yang hidup abadi atau kekal di dunia ini. Para penonton sepak bola dengan riang gembira menyaksikan tim kesebelasannya memasukkan bola ke gawang

lawan. (2) Antonim Antonim adalah kata-kata yang berlawanan maknanya. Contoh: Perbuatan baik dan buruk selama hidup di dunia akan kita pertanggungjawabkan kelak di akhirat. Nilai bahasa Indonesia pada semester genap dan semester ganjil tidak boleh kurang dari 7 (tujuh), jika Anda ingin

masuk PTN melalui jalur PMDK. (3) Homonim Homonim adalah dua kata atau lebih yang tulisan dan lafalnya sama tetapi artinya berbeda. Contoh: Genting rumah itu banyak yang pecah. genting = atap Akibat kecelakaan lalu-lintas, kini keadaannya sangat genting. genting = gawat

(4) Homograf Homograf adalah dua kata atau lebih yang tulisannya sama tetapi lafal dan artinya berbeda. Contoh: Banyak pejabat teras yang menyalahgunakan kedudukannya. teras : pejabat inti Teras rumahnya kini penuh dengan bunga anthorium. teras : bagian halaman

(5) Homofon Homofon adalah dua kata atau lebih yang lafalnya sama tetapi tulisan dan artinya berbeda. Contoh: Bunga kol itu bermanfaat untuk mencegah penyakit kanker. kol: nama sayuran Kini mobil colt sudah semakin jarang kita jumpai. colt: merek kendaraan

(6) Polisemi Polisemi adalah kata yang memiliki banyak makna tetapi makna saling berhubungan. Contoh: Daun pintu itu penuh dengan ukiran. Daun pisang kelutuk sangat baik untuk membungkus pepes ikan. Hubungan makna: keduanya mengandung makna

lebar. (7) Hipernim dan Hiponim Hipernim adalah kata yang maknanya mencakup beberapa kata lain. Contoh. Ada berbagai macam jenis unggas, yakni itik, ayam, dan angsa. Yang termasuk logam mulia adalah emas, perak, dan platina. Kelapa, palem, pinang, dan enau termasuk tumbuhan palma. Mengintip, melirik, memandang, dan memperhatikan masih dikategorikan melihat.

Hiponim adalah kata yang maknanya telah tercakup pada kata yang lain. Contoh:

Kata baku dan tidak baku Kata baku adalah kata yang penulisannya sesuai dengan ketentuan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Di dalam KBBI, kata yang tidak baku tidak diberikan definisi atau penjelasan tetapi diberi tanda panah untuk merujuk kata yang baku. Contoh: khutbah lobang Istilah Istilah adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu. Contoh: Bangunan yang kokoh itu dirancang oleh seorang wastudiawan yang piawai. Makna istilah wastudiawan atau arsitek adalah ahli perancang bangunan (istilah dalam bidang teknik). -> -> khotbah lubang

Objek wisata budaya seperti candi dan keraton harus tetap dilestarikan.

Makna istilah wisata budaya adalah wisata untuk mengenali hasil budaya (istilah dalam bidang pariwisata). Kalimat Efektif dan Tidak Efektif Kalimat efektif adalah kalimat yang singkat, jelas, padat, lengkap, dan dapat menyampaikan informasi secara tepat. Contoh: (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Perkembangan teknologi komunikasi sangat pesat. Beberapa prasasti ditemukan di Sumatra Selatan. Beberapa sebab terjadinya kalimat tidak efektif adalah: Makna tidak logis atau tidak sepadan Saya saling bersalaman (tidak efektif). Kami saling bersalaman (efektif). Bentuk kata tidak sejajar la membeli buku itu karena telah diketahui bahwa buku tersebut bagus (tidak efektif). la membeli buku itu karena telah mengetahui bahwa buku tersebut bagus (efektif). Menggunakan subjek ganda Majalah itu saya sudah baca (tidak efektif). Saya sudah membaca majalah itu (efektif). Bentuk jamak yang diulang atau berlebihan (pleonasme) Para hadirin dimohon berdiri (tidak efektif). Hadirin kami mohon berdiri (efektif). Penggunaan kata depan yang tidak perlu. Kepada siswa kelas XII dimohon berkumpul di lapangan (tidak efektif). Semua siswa kelas XII kami mohon berkumpul di halaman (efektif). Salah nalar Mobil Pak Adi Sanjaya mau dijual (tidak efektif). Pengaruh bahasa daerah atau bahasa asing Para tamu undangan sudah pada hadir (tidak efektif). Tamu undangan sudah hadir (efektif) Kontaminasi/kerancuan Nilainya sangat baik sekali (tidak efektif). Nilainya baik sekali (efektif). Nilainya sangat baik (efektif).

Misalnya:

Misalnya:

Misalnya:

Misalnya:

Misalnya:

Misalnya: Mobil Pak Adi Sanjaya akan dijual (efektif). Misalnya:

Misalnya:

Anda mungkin juga menyukai