Anda di halaman 1dari 5

PERTUMBUHAN DETERMINISME LINGKUNGAN :

Friedr. Ratzel (1844-1904) dan E. Hutington (1876-1947)

Perkembangan geografi lanjut dalam abad ke-19 ada kaitannya dengan teori evolusi. Charles Darwin (1809-1882) menerbitkan bukunya yang berjudul The origin of species by means of natural selection. Teorinya tentang evolusi secara bertahap diterima masyarakat dalam abad ke-19 dan memberikan pengaruh pada kebanyakan geograf di masa itu. Kemudian ada teori relasi manusia dengan mileunya, agar ia dapat lestari hidup. Dengan begitu manusia dituntut untuk menyesuaikan cara hidupnya agar cocok dengan lingkungan tempat ia tinggal. Kehidupan manusia di permukaan bumi sampai taraf tertentu dibentuk oleh jenis milieu alamnya. Lalu geografi dengan alasan tadi dapat dijadikan studi tentang respons manusia terhadap lingkungan alamnya dan lewat perluasan fungsi ini, geografi dapat meramalkan cara-cara manusia merespons lingkungan tempat ia hidup.

Friedrich Ratzel Friedrich Ratzel (1844-1904) sebagai profesor geograf di Leipzig (1886) tertarik pada migrasi spesies hewan dan juga migrasi manusia Eropa ke benua Amerika Utara dan Tengah. Dalam bukunya dua jilid yaitu Anthropogeographie (1882), ditulisnya tentang cara-cara manusia mengelompokkan diri di permukaan bumi, pengaruh dari lingkungan fisis serta migrasi, atas persebaran kelompok manusia. Juga efek dan lingkungan alam. Dickinson dan Wanklyn menyatakan buku-buku Ratzel tidak dapat ditemukan label environmental determinism. Ia melanjutkan menguraikan gagasannya dlam bukunya berjudul Politische Geographie (1897), tentang negara sebagai suatu organisme yang cenderung tumbuh dan berkembangbiak di suatu wilayah. Dari situ lalu muncul konsep tentang Lebensraum yang menurut Ratzel adalah wilayah geografi sebagai sarana organisme tadi untuk berkembang.

Barangkali tidak dapat dihindari bahwa geografi dipandang sebagai suatu telaah tentang interaksi antara manusia dan lingkungannya. Frederic Leplay (1806-1882) sosiolog Prancis pertama yakin bahwa lingkungan fisis menentukan terciptanya tipe mata pencarian manusia dan ini pada gilirannya akan menentukan bentuk organisasi kemasyarakatannya. Karena itu formulanya berupa tempat-pekerjaan-keluarga (placework-family). Henri de Tourtville (1843-1903) dan Edmond Demolins (18521907) adalah para murid Leplay, menyiarkan ajaran tentang determinisme alam yang sederhana. Menurut Demolins, stepa itu cocok untuk kuda; kuda dipakai manusia untuk melaksanakan, mobilitas demi terpeliharanya kontak antarkelompok dan dengan demikian menjamin lestarinya kesatuan kultural.Eksistensi stepa lalu diyakini mampu menciptakan suatu way of life.

Ellen Churchill Semple Ellen Churchill Semple dalarn bukunya berjudul Influences of geographical environment (1911) ditulis bahwa alam di gurun kering mendorong kepekaan manusianya pada wahyu keagamaan. Suhu yang begitu kering dan kekosongan waktu tak menuntut kelana di sana untuk banyak bekerja; akal manusia terangsang untuk banyak bermeditasi dan menyisihkan akal. Buku Semple tersebut di atas diberi subjudul yang bunyinya The basis of Ratzels system of Anthropogeographie. Dalam bab pertama dikemukakan ini: Manusia adalah produk dari permukaan bumi. Ini tidak hanya berarti bahwa ia itu anak dari bumi saja, karena tubuhnya menjadi besar oleh hasil bumi tetapi juga bahwa bumi itu telah melahirkannya, mendidiknya, mengarahkan pikirannya, dan memberikan kepadanya berbagai masalah alam untuk dipecahkannya. Bumi itu tersimpan dalam tulangtulangnya, dagingnya, akalnya, serta jiwanya. Semple dalam uraiannya tentang geografi agama, sampai pada kesimpulan: Di bentang-bentang alam yang monoton, di situ lahirlah agama-agama yang monoteistis; disitu Tuhan diakui sebagai yang Maha Esa, Maha Satu tanpa rival, sama dengan posisi pasir di gurun pasir dan rumput di stepa.

Adapun mengenai agama budha, tulis Semple demikian: budhs itu dilahirkan diwilayah pinggiran pegunungan Himalaya dengan iklim panas yang lembap. Di sana manusia berjuang terus melawan suasana yang mencekam kegiatannya serta pengembangan pribadinya yang wajar. Oleh sebab itulah, budhisme kemudian mendambakan suatu nirwana dimana berhenti segala penderitaan manusia secara pribadi.

Elsworth Huntington Elsworth Huntington (1876-1 947) adalah tokoh geograf dari Amerika yang juga amat dipengaruhi Ratzel, khususnya yang menyangkut peranan ikIim bagi peradaban manusia. Ditulisnya buku The Pulse of the Earth (1907). Disitu diuraikannya bahwa keagungan dan keruntuhan peradaban di benua Eropa ada kaitannya dengan sejarah iklimnya dari abad ke abad. Dalam buku yang diterbitkannya Civilization and climate (1915), Huntington menguraikan bahwa peradaban dapat maju atau mundur lewat respons manusia terhadap iklim. Agak diragukan bahwa perubahan iklim telah berpengaruh atas sfat-sifat umum dari kehidupan disuatu wilayah. Sulit untuk menjamin bahwa perubahan klimatis itu merupakan faktor penyabab utama dari timbul serta tenggelamnya peradaban. Dengan kata lain, Ratzel menguraikan kondisi yang mungkin dihayati manusia Eropa umumnya pada musim semi dan musim panas. Agaknya masih berlau juga argumentasi kuno. Post hoc ergo proper hoc, yaitu: apa-apa yang dimiliki sekarang itu kelanjutan dari yang ada dulu. Huntington yang kemudian terkenal sebagai deteminis iklim, membelokkan gagasannya menjadi suatu teori tentang tantangan; peradaban-peradaban yang besar tidak lahir dalam kondisi-kondisi yang mudah, tetapi justru dalam kondisi yang sulit dan berat.Buku yang ditulis Huntington berjudul Principles of Human geography. Pemikiran-pemikiran dari Huntington kemudian dioper oleh filsuf sejarah lnggris, Arnold Toynbee. Menurut Toynbee, peradaban itu lahirnya tidak dalam kondisi alam yang amat sulit atau amat mudah, tetapi yang sedang. Tentang hal ini geograf Spate menulis beberapa artikel yang berjudul Toynbee and Huntington; a study in determinism dalam majalah Geographic Journal (1952).Peranan determinisme alam dalam sejarah dan

geografi sosial cukup penting, karena banyak membantu usaha para geograf untuk menelusurikausalitas di belakang gejala-geiala alam dan sosial. Naturedeteremutsm vs free will Menurut para determinis dalam lingkungan geografikita cukup mengenal lingkungan alam dengan baik. Memang tokoh Ritter di Jerman sebelum Ratzel sehubungan itu cukup antusias sehingga menulis: Mungkin kelak akan datang saatnya di mana para geograf dengan mata tajam sepertielang akan menelaah realitas fisis dan sosial bersama.Dari telaah yang mendalam itu mereka akan mampumeramalkan masa dengan wilayah yang mereka telaahitu dan sekaligus menyiapkan manusianya untuk menghadapi nasib yang akan mereka terima dari kebijakanSang Pencipta. Tetapi akhirnya determinisme alam mengalami kemunduran.Parageograf dalam abad ke-20 lebih memperhatikan perananmanusia berbudaya dengan bekal free will-nya, sebagaimana ditekankan oleh VidaI de la Blache. Namun determinisme lingkungan yang naif itu tampaknya masih juga diajarkan di kalangan ilmu sosial, seperti sosiologi dan psikologi dengan anggapan bahwa kehidupan manusia banyak bergantungkepada kondisi alam sekitar. Karena pertama para geograf berpaham bahwa sampai taraf tertentu gaya hidup manusia terkena determinisme lingkungan, padahal secara filsafati para determinis lingkungan itu mereka yang percaya pada kebenaran itu. Kedua, meski inspirasi untuk determinisme lingkungan masyknya dalam geografi melalui teori Darwin yang membahas evolusi, kebanyakan geograf yang mengikuti paham ini keliru menangkap salah satu dari gagasan Darwin yang penting, yaitu pengaruh perubahan pada proses evolusi. Padahal Darwin berpendapat bahwa ada organisme-organisme lain yang lestari mereka itu beradaptasi kepada kondisi-kondisi baru yang menghadang mereka, sambil memungkinkan terjadinya mutasi dalam tubuh organisme. Dengan begitu mekanisme evolusi mewujudkan suatu proses skala waktu beroprasinya lebih besar sekali jika dibandingkan dengan skala waktu berkembangnya ilmu pengetahuan dalam masyarakat. Meskipun demikian, sebenarnya dapat diargumentasikan bahwa masyarakatmasyarakat itu pun dapat dipandang sebagai organisme-organisme yang berkembang didalam alam dan perubahan yang terjadi didalamnya itu sudah banyak mengandung

kemungkinan untuk beradaptasi kepada lingkungan. Pengetahuan kita tentang pemanfaatan kemungkinan-kemungkinan yang terdapat dalam urusan kemasyarakatan tidak dapat dipakai untuk membenarkan future outlook. Kenyataannya, adalah suatu keyakinan bahwa manusia dapat berbuat begitu banyak untuk lebih meningkatkan keselarasan ekologis, daripada menjerumuskan diri dalam bencana.

Anda mungkin juga menyukai