Anda di halaman 1dari 4

Keluarga Berencana sebagai Solusi Lemahnya Ketahanan Pangan Indonesia

Kemandirian Bangsa yang menjadi harapan seluruh masyarakat Indonesia masih menghadapi tantangan besar. Kamandirian bangsa dimaknai sebagai kemampuan bangsa untuk berinisiatif, mengatasi masalah, mengambil keputusan dengan rasa percaya diri dan mampu berdiri di atas kekuatan sendiri dengan segala sumberdaya yang dimiliki tanpa tergantung negara lain. Kondisi bangsa Indonesia saat ini, sayangnya masih belum mencapai kemandirian, khususnya menyangkut hubungan international, ekonomi, pengelolaan Sumber Kekayaan Alam. Tidak terkecuali dalam hal kemandirian disektor pangan. Dalam hal ketahanan pangan, hingga saat ini Indonesia masih rentan. Setidaknya masih terdapat penduduk rawan pangan yang masih relatif tinggi (13% dari total penduduk) Indonesia. Sementara produksi pangan juga masih lemah, jauh dibandingkan ketergantungan konsumsi beras dalam pola konsumsi pangan yang masih tinggi. Hal ini terjadi salah diantaranya akibat pola konsumsi yang sangat mengandalkan nasi sebagai konsumsi pokok (139 kg/th), sementara konvesi lahan pertanian sangat tinggi (50 ribu Ha pertahun), sedangkan penambahan lahan baru masih sangat terbatas. Disisi lain Indonesia juga menghadapi tantangan alam berupa daerah yang rawan bencana alam. Permasalahan lainnya yang juga mempengaruhi ketahanan pangan bangsa adalah permasalahan demografi, yang secara umum meliputi kuantitas penduduk, kualitas penduduk dan mobilitas penduduk. Maka pengendalian pertumbuhan penduduk, peningkatan kualitas dan persebaran penduduk yang merata meruapkan suatau kebutuhan yang tidak terlekkan. Sehingga akan dapat memberikan kontribusi positif terhadap ketahanan pangan yang pada gilirannya akan dpt memperkuat kemandirian bangsa. Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan sensus tahan 2010 sebanyak 237.641.326 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi sebesar 1,49% per tahun. Penduduk yang besar akan menjadi potensi dalam melaksanakan pembangunan bila dapat dikelola dengan baik, akan tetapi akan menjadi beban pemerintah apa bila tidak dapat dikendalikan dengan baik. Karenanya program Keluarga Berencana (KB) yang dikelola oleh BKKBN patut mendapat prioritas dari pemerintah. Apabila pemerintah Indonesia bisa mempertahankan keberhasilan program KB seperti di era Orde Baru, maka Indonesia pada tahun 2020-2030 akan mendapatkan boneus demografi. Hasil sensus penduduk BPS Tahun 2010 menyatakan bahwa median umur penduduk in tahun 2010 adalah 27,2 tahun. Angka ini menunjukkan bahwa penduduk Indonesia termasuk katergori menengah (intermediate). Rasio ketergantungan penduduk Indonesia adalah 51,31. Menunjukkan bahwa setiap 100 orang usi produktif (15-64 tahun) terdapat sekitar 51 orang usia tidak produktif (0-14 dan 65+), yang menunjukkan banyaknya beban tanggungan penduduk. Perkiraan rata-rata umur kawin pertama penduduk laki-laki sebesar 25,7 tahun dan perempuan 22,3 tahun.

Keterkaitan antara kependudukan dan pembangunan harus dilihat dalam dua dimensi, yaitu (1) bagaimana membangun penduduk agar menjadi SDM yang handal, dan (2) bagaimana mengintegrasikan isu kependudukan kedalam arus utama (mainstream) pembangunan dalam meningkatkan pembangunan berwawasan kependudukan. Oleh karena itu, salah satu cara yang dapat ditempuh dalam mendukung ketahanan pangan adalah melalui mensuksekan program yang terkait dengan pengendalian penduduk. Meskipun demikian, sayangnya pengendalian penduduk di Indonesia masih mengalami banyak kendala. Oleh karena itu, maka yang menjadi pokok permasalahan adalah bagaimana mengendalikan pertumbuhan penduduk guna ketahanan pangan dalam rangka kemandirian bangsa? Pokok-pokok Persoalan Disadari sepenuhnya bahwa tidaklah mungkin muncul permasalahan apabila tidak ada persoalan-persoalan yang melatarbelakangi dan menjadi sebab atau pemicu munculnya permasalahan tersebut. Ada beberapa pokok persoalan antara lain sebagai berikut: Kurangnya kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap Keluarga Berencana. Kurangnya jumlah penyuluh lapangan keluarga berencana. Jumlah PLKB pada tahuan 1990 sebanyak 33 ribu. Namun pada tahun 2007 jumlahnya berkurang hingga 28 ribu orang. Lemahnya pelibatan pemerintahan daerah dan berbagai elemen masyarakat dalam kampanye Keluarga Berencana.

Pokok-pokok pemecahan Persoalan Untuk memecahkan beberapa persoalan tersebut maka perlu langkah-langkah nyata, diawali dengan membuat kebijakan, kemudian merumuskan strategi dan upaya agar pokok permasalahan terpecahkan. a. Kebijakan: Revitalisasi Program Keluarga Berencana b. Strategi Kampanye nasional peningkatan kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap Keluarga Berencana. Penambahan jumlah Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana Peningkatan keterlibatan pemerintahan daerah dan berbagai elemen masyarakat dalam kampanye Keluarga Berencana.

c.

Upaya-Upaya yang dilakukan

Upaya-upaya untuk Strategi ke-1: Kampanye nasional peningkatan kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap Keluarga Berencana. BKKN meningkatkan kampanye nasional Keluarga Berencana dengan memanfaatkan berbagai media (Televisi, Cetak, Sosial Media) dan langsung kepada masyarakat, khususnya di pedesaan. Presiden memberikan penghargaan terhadap akseptor KB yang telah menjadi Keluarga Berencana selama waktu tertentu (10, 15, 20 tahun, dll). BKKBN bekerja sama dengan Departemen Kesehatan dan Dinas Kesehatan Propinsi, Kab/Kota memberikan kemudahan akses informasi dan fasilitas pelayanan KB hingga ke pelosok desa. BKKBN melakukan kampanye kesehatan, reproduksi dan Keluarga Berencana kepada para remaja dan pemuda pra-nikah

Upaya untuk Strategi ke-2: Penambahan jumlah Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana. BKKBN melakukan perekrutan Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana secara nasional untuk memenuhi kebutuhan BKKBN memberikan penghargaan terhadap PLKB yang memiliki prestasi dan loyalitas pengabdian BKKBN mengusulkan kepada Presiden dan Kepala Daerah untuk memberikan insentif tambahan bagi PLKB. BKKN membentuk kader Keluarga Berencana disetiap level pemerintahan (Kabupaten, Kecamatan, Kelurahan, RW/RT) yang beranggotakan para akseptor KB untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman

Upaya untuk Strategi ke-3: Peningkatan keterlibatan pemerintahan daerah dan berbagai elemen masyarakat dalam kampanye Keluarga Berencana. Presiden mendesak Kepala Daerah untuk membentuk badan pelaksana program KB di Propinsi dan Kabupaten/Kota. BKKBN dan Kepala Daerah melibatkan elemen masyarakat seperti Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Organisasi Pemuda, Karang Taruna dan Organisasi Perempuan untuk aktif dan bekerjasama dalam mengkampanyekan Keluarga Berencana Presiden dan Kepala Daerah memberikan penghargaan kepada elemen masyarakat yang aktif mengkampanyekan Keluarga Berencana.

Dengan berbagai upaya tersebut diharapkan terwujud strategi penataan ruang guna pembangunan ekonomi dalam rangka ketahanan nasional.

Pokja Ketahanan Nasional, 2012, Modul Ketahanan Nasional 1, 2, 3 LEMHANNAS RI, Jakarta Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1994 Tentang Pengelolaan Perkembangan Kependudukan Pujiastuti, SW. Drg. MM, 2012, Peran Demografi Terhadap Ketahanan Pangan Dalam Rangka Kemandirian Bangsa, Paparan pada PPRA 48 Lemhannas RI, Jakarta, 17 Juli 2012. Salladien, Prof.Dr., 2003, Strategi Pembangunan Kependudukan dan Kebijakan Yang Ditempuh di Era Global (Suatu Kajian dari Sudut Pandang Geografi Manusia), Pidato Pengukuhan Guru Besar Universitas Negeri Malang.

Anda mungkin juga menyukai