Anda di halaman 1dari 14

1.

Dermatitis Atopik
Wolff K, Johnson RA, Suurmond D, 2008. Fitzpatrick Color Atlas & Synopsis of Clinical Dermatology 7 ed. McGrawHill. Chapter 14 p 147-158 Emmy S, Sri Linuwih, I Made Wisnu, 2005. Penyakit Kulit Yang Umum Di Indonesia. Medical Multimedia Indonesia. hal 14-16 Solidaritas 2002 FK UGM, 2008. Art of Therapy. Pustaka Cendekia Press. Hal 359

DEFINISI: Penyakit kulit yang kronis residif yang merupakan dermatitis tersering dijumpai pada anak. PATOFISIOLOGI: Penyebab utama adalah hasil interaksi faktor genetik (IgE) yang bereaksi spesifik terhadap alergen lingkungan yang menyebabkan kulit kering sehingga barrier kulit rusak,selain itu berbagai faktor internal dan eksternal sangat mempengaruhi perkembangannya. KLASIFIKASI: Secara klinis diklasifikasikan ke dalam 3kelompok: 1. Bentuk bayi/infantil (2 bulan s/d 2 tahun) : lesi muncul di pipi, diaper area, dan pada permukaan ekstensor, dengan ukk berupa eritema berbatas tegas, papul vesikel miliar disertai erosi, eksudasi,dankrusta. 2. Bentuk anak-anak ( 2 tahun s/d 12 tahun) : predileksi di daerah fleksural ( lipat siku, lipat lutut, tengkuk) dengan ukk berupa papul-papul miliar , plak likenifikasi, tidak eksudatif. 3. Bentuk dewasa : predileksi sama dengan bentuk anak dengan ukk berupa Likenifikasi dan ekskoriasi DIAGNOSIS: Kriteriamayor: Pruritus MorfologiDanDistribusi LesiYangKhas Dermatitis KronikYangSeringKambuh Riwayat Atopik PadaPenderitaMaupunPadaKeluarganya. Kriteria minor : Xerosis Keratosis Pilaris Hiperlinearis Palmaris ( GarisgarisYangDalamPadaPalmar) DermatitisPadaTanganDanKaki DermatitisPadaAreolaMammae Konjungtivitis Dermatografisme Putih KecenderunganMendapatInfeksi KulitYangBerulang DennieMorganSign : LipatanPadaKelopakMataBawahPadBayi AtauAnak Pytiriasis Alba Facial Pallor PenggelapanPadaDaerah Periorbital DermatitisPadaLipatan Leher Anterior Keratokonus Anterior

Diagnosis bisa ditegakkan bila didapatkan 3 kriteriamayordan3 kriteria minor DIAGNOSIS BANDING: Pada bentuk akut harus dibedakan dengan DKA, DKI,dan impetigo Pada bentuk kronik dengan skuama harus dibedakan dengan dermatitis seboroik dan psoriasis. Pada orang dewasa juga harus dibedakan dengan dermatitis numularis. TERAPI: Nonmedikamentosa: anjurkan pasien untuk menjaga kelembaban dan tidak menggaruk lesi serta menghindarkan diri dari alergen, iritan, faktor lingkungan; dan memperbaiki kebiasaan hidup . Medikamentosa : Obat sistemik Antihistamin (AH). Sebaiknya pada anak dipilih antihistamin jenis klasik yang bersifat sedatif, contohnya klorfeniramin maleat (klorfenon) dan hidroksisin. Antihistamin nonsedasi dipilih untuk dewasa atau yang bekerja, diantaranya adalah seterisin, loratadin, terfenadin, dan feksofenadin, Antibiotik. Diberikan pada DA dengan infeksi sekunder, seperti eritromisin, kloksasilin, metisilin, atau sefalosporin, maksimal selama 2 minggu. Kortikosteroid. Digunakan pada DA berat dan luas yang sukar diatasi dengan AH dan kortikosteroid topikal. Efek samping pada anak adalah supresi pada axis hipotalamus-pituitari-adrenal korteks (HPA) dan gangguan pertumbuhan tulang. Prednison dengan dosis terapi 2 mg/kg BB cukup bermanfaat. Obat topikal Kortikosteroid topikal. Merupakan obat pilihan untuk DA.Dianjurkan dimulai dari potensi yang ringan sampai sedang misalnya hidrokortison, atau mometason furoat. Pada kasus yang berat dapat diberikan potensi kuat, tetapi setelah 1 minggu dosis diturunkan perlahan-lahan. Pelembab (moisturizing) Berbagai pelembab dapat digunakan, antara lain gliserin, propilen glikol, urea, lanolin, vaselin, dan minyak tumbuhan. Antibiotik topikal. Digunakan bila terdapat infeksi sekunder ringan. Dipilih antibiotik yang tidak digunakan pada terapi sistemik, yaitu golongan asam fusidat 5%, mupirosin 2%, dan kombinasi neomisin-basitrasin-polimiksin B.

2. Dermatitis Seboroik
Wolff K, Johnson RA, Suurmond D, 2008. Fitzpatrick Color Atlas & Synopsis of Clinical Dermatology 7 ed. McGrawHill. Chapter 22 p 219-225 Emmy S, Sri Linuwih, I Made Wisnu, 2005. Penyakit Kulit Yang Umum Di Indonesia. Medical Multimedia Indonesia. hal 24 Solidaritas 2002 FK UGM, 2008. Art of Therapy. Pustaka Cendekia Press. Hal 363

DEFINISI: Dermatitis yang terjadi di daerah seborrhoik (daerah yang memiliki banyak kelenjar keringat) DIAGNOSIS: Anamnesis : Subjektif, terasa gatal terutama saat berkeringat, perjalanan penyakit bersifat kronik residif UKK: biasanya berupa eritema dengan skuama berminyak. Klinis dibagi ke dalam 2 tipe yaitu tipe infant dengan puncaknya pada umur 6-8 minggu terutama pada kepala dan wajah. Terjadi skuama kekuningan dan kumpulan debris epitel yang melekat pada kulit. Tipe adult dengan puncaknya pada umur 18-40 tahun. Bentuk yang ringan adalah pitiriais sika yang hanyamengenaikulit kepala berupa skuama halus dan kasar. Bentuk yang berminyak disebut pitiriasis steatoides, dapat disertai eritema dan krusta tebal. Rambut pada tempat tersebut mempunyaikecenderungan rontok, mulai dari bagian verteks dan frontal, disebut alopesia seboroika. Pada bentuk yang berat terdapat bercak-bercak berskuama dan berminyak disertai eksudasi dan krusta tebal, meluas ke dahi dan retroaurikuler. Pada bentuk yang lebih berat lagi, seluruh kepala tertutup krusta kotor dan berbau tidak sedap. Pada daerah supraorbital, skuama halus dapat terlihat di alis mata, kulit di bawahnya eritematosa dan gatal disertai bercak kekuningan. Dapat pula terjadi blefaritis. Pada daerah pipi, hidung, dan dahi, kelainan dapat berupa papul. Distribusi : kulit kepala, wajah, badan, daerah intertrigo,dandaerah genitalia DIAGNOSIS BANDING: Psoriasis vulgaris di daerah kulit kepala Dermatitis atopikpadabayi Dermatofitosis (tinea capitis, facialis,dancorporis) Kandidiasis intertrigo TERAPI: Lesi di kulit kepala : pada orang dewasa dapat digunakan shampoo yang mengandung selenium sulfide 1%-2.5%, imidazoles, benzoyl peroxide, salicylic acid zinc pyrithione (Selsun), dikeramaskan dan didiamkan selama 10- 15 menit kemudian baru dibilas. Bisa juga dipakai shampoo ketokonazol 2% (Zoloral) dipakai semalaman sebelum tidur lalu dibilas keesokan paginya. Lesi di wajah : krim hidrokortison 1% sampai lesi membaik kemudian ditaper menjadi 1 kali sehari selama 1 minggu lalu minggu berikutnya dioles selang seling hari selama 1 minggu lalu dihentikan bisa juga dipakai krim ketokonazol (Zoloral) 2 kali sehari serlama 2-4 minggu. Lesi di daerah badan : gunakan kortikosteroid krim potensi sedang sampai kuat (Locoid atau Esperson) 2 kali sehari untuk seminggu kemudian diganti dengan hidrokortison krim 1% sampai lesi sembuh.

Lesi di intertrigo : gunakan kortikosteroid potensi ringan (hidrokortison krim 1%) bersamaan dengan anti jamur topikal dalam sediaan krim (Nizoral) 2 kali sehari selama 2 minggu. Lesi di bulu mata: cuci dengan air biasa atau dengan Johnson Baby Shampoo.

3. Dermatitis Kontak Iritan


Wolff K, Johnson RA, Suurmond D, 2008. Fitzpatrick Color Atlas & Synopsis of Clinical Dermatology 7 ed. McGrawHill. Chapter 46 p 396-401 Emmy S, Sri Linuwih, I Made Wisnu, 2005. Penyakit Kulit Yang Umum Di Indonesia. Medical Multimedia Indonesia. hal 11-12 Solidaritas 2002 FK UGM, 2008. Art of Therapy. Pustaka Cendekia Press. hal 360

DEFINISI: kelainan kulit yang bersifat polimorfi sebagai akibat terjadinya kontak dengan bahan eksogen seperti bahan kimia, agen biologik atau dari faktor endogen seperti fungsi barrier kulit. PATOFISIOLOGI: Bahan iritan akan merusak kulit, lapisan lemak permukaan kulit hilang, kandungan air berkurang, sehingga kulit menjadi kering, mudah retak dan terjadi dermatitis. Bahan yang seringmenyebabkanDKI adalah Kosmetik Sabun, Detergen,Dan Hand Cleaners AsamDanBasa Solvents Atau Bahan Pelarut Dalam Industri DIAGNOSIS: Anamnesis : adanya riwayat kontak dengan bahan tersebut di atas, pekerjaan atau hobi, subjektif terasa gatal, panas, dan nyeri. Pada yang akut, lesi muncul segera setelah kontak dengan iritan, umumnya iritan kuat seperti asam atau alkali. Pemeriksaan fisik : pada lesi yang akut dijumpai lesi eritematosa berbatas tegas dengan edema superfisial yaitu timbulnya vesikulasi atau bulla, terbatas pada tempat kontak, rasanya gatal dan nyeri. Pada dermatitis kontak iritan dengan iritan yang bersifat keras atau kuat, dapat menyebabkan timbulnya erosi sampai dengan nekrosis tanpa papula dengan konfigurasi bizarre atau linear. Pada lesi yang kronik, didapatkan kulit yang kering, eritema, skuama, hiperkeratosis, likenifikasi, dengan batas kelainan tidak tegas. Bila kontak terus-menerus, kulit dapat retak seperti fissure misalnya pada tangan dan kaki. Pemerikasaan penunjang : Patch dan prick test Dermatofitosis : batas tegas, tepi aktif,dan baguan tengah menyembuh Selulitis : lebih didominasi rasa nyeri dan disertai gejala konstitusional (demam dll) TERAPI: Nonmedikametosa: Hindari kontak dengan bahan iritan Pemakaian bahan pelindung seperti sarung tangan sewaktu bekerja Medikametosa: Pada fase akut, kompres dengan kompres basah, dapat dilakukan dengan air matang selama 5-15 menit, 2x sehari. Tujuannya untuk membersihkan, mengeringkan, dan mengurangi perdangan. Dapat juga dengan larutan burrowi atau larutan kaliumpermanganate1/5000 Pada fase subakut, gunakan steroid topikal dengan basis krim dan salep untuk fase kronik. Lihat lokasi lesi untuk menentukan jenis steroid yang digunakan misalnya pada

daerah lipatan dan wajah gunakan steroid topikal yang lemah sedangkan di daerah plantar atau ekstensor gunakan steroid yang cukup kuat, sedangkan untuk lesi yang luasdanberatgunakansteroid sistemik. Berikan antihistamin sistemik sedatif 3x1 bila terdapat gatal yang cukup berat.

4. Dermatitis Kontak Alergi


Wolff K, Johnson RA, Suurmond D, 2008. Fitzpatrick Color Atlas & Synopsis of Clinical Dermatology 7 ed. McGrawHill. Chapter 13 p 136-146 Emmy S, Sri Linuwih, I Made Wisnu, 2005. Penyakit Kulit Yang Umum Di Indonesia. Medical Multimedia Indonesia. hal 11-12 Solidaritas 2002 FK UGM, 2008. Art of Therapy. Pustaka Cendekia Press. hal 362

DEFINISI : Reaksi radang pada kulit yang disebabkan oleh zat alergenik berdasarkan mekanisme hipersensitivitas tipe IV. Bahan yang sering menyebabkan DKA adalah: logam, karet, tanaman, kosmetik dan obat. DIAGNOSIS: Anamnesis : adanya riwayat penyakit serupa karena DKA hanya terjadi pada orang yang sudah tersensitisasi., riwayat pekerjaan atau hobi, subjektif terasa gatal, panas, dan nyeri.. Pada yang akut, lesi muncul lambat 24-48 jam setelah kontak Pemeriksaan fisik : pada lesi yang akut terdapat eritem berbatas tegas, terdapat edema, di atasnya terdapat vesekel dan papul. Pada lesi akut yang parah, terdapat bula, erosi, dan krusta. Pada lesi subkronik didapatkan plak eritem dengan skuama, kadang terdapat papul-papul eritem kecilkecil di sekitarnya. Pada lesi yang kroniuk terdapat plak likenifikasi dengan skuama, kskoriasi, eritema, dan pigmentasi Pemeriksaan Penunjang : Patch dan prick test DIAGNOSIS BANDING: Dermatofitosis : batas tegas, tepi aktif,danbaguantengahmenyembuh Selulitis : lebih didominasi rasa nyeri dan disertai gejala konstitusional (demam dll) TERAPI: Nonmedikametosa: Hindari kontakdenganbahanallergen Medikametosa: Pada fase akut, kompres dengan kompres basah, dapat dilakukan dengan air matang selama 5-15 menit, 2x sehari. Tujuannya untuk membersihkan, mengeringkan, dan mengurangi perdangan. Dapat juga dengan larutan burrowi atau larutan kaliumpermanganate1/5000 Pada fase subakut, gunakan steroid topikal dengan basis krim dan salep untuk fase kronik. Lihat lokasi lesi untuk menentukan jenis steroid yang digunakan misalnya pada daerah lipatan dan wajah gunakan steroid topikal yang lemah.

5. IMPETIGO VESIKOBULOSA (cacar monyet)


Wolff K, Johnson RA, Suurmond D, 2008. Fitzpatrick Color Atlas & Synopsis of Clinical Dermatology 7 ed. McGrawHill. Chapter 177 p 1696-1699 Emmy S, Sri Linuwih, I Made Wisnu, 2005. Penyakit Kulit Yang Umum Di Indonesia. Medical Multimedia Indonesia. hal 39 Solidaritas 2002 FK UGM, 2008. Art of Therapy. Pustaka Cendekia Press. hal 328

DEFINISI: Impetigo merupakan bentuk pioderma superfisialis yang sering dijumpai dan terbatas pada lapisan epidermis. Penyebab tersering adalah Staphylococcus aureus grup faga II. DIAGNOSIS Anamnesis : subjektif, terasa gatal UKK : makula eritematosa yang dengan cepat akan menjadi vesikel, bula dan bula hipopion. Bula mudah pecah karena letaknya subkorneal, meninggalkan skuama anular dengan bagian tengah eritema (kolaret), dan cepat mengering. Lesi dapat melebar membentuk gambaran polisiklik. Distribusi : di daerah intertrigo, ketiak, dada, dan punggung. Pemeriksaan penunjang : gram terdapat kokus gram positif DIAGNOSIS BANDING: DKA, herpes simpleks, ekskoriasi, dermatitis perioral, pemfigoid bulosa TERAPI: Nonmedikamentosa: Menjaga kebersihan dan hygiene perorangan serta mengatasi faktor predisposisi. Medikametosa: Topikal: Kompres terbuka:larutan permanganas kalikus 1/5000,larutan rivanol 1 . Diberikan pada keadaan akut, madidans dan krusta tebal serta lekat. Antibiotik topikal: salap/krim asam fusidat 2%, salap mupirosin 2%, salep basitrasin dan neomisin, dioles 2x/hr Sistemik: Penisilin G prokain dan semisintetiknya: amoksisilin, 30-50 mg/kgBB/hr, 3x/hr, flukloksasilin, 50 mg/kgBB/hr, 4x/hr, atau dikloksasilin 25 mg/kg BB/hr, 4x/hr, selama 7 hari. Dapat juga diberikan eritromisin, 30-50 mg/kgBB/hr, 3x/hr, selama 7 hari.

6. Impetigo Krustosa
Wolff K, Johnson RA, Suurmond D, 2008. Fitzpatrick Color Atlas & Synopsis of Clinical Dermatology 7 ed. McGrawHill. Chapter 177 p 1696-1699 Emmy S, Sri Linuwih, I Made Wisnu, 2005. Penyakit Kulit Yang Umum Di Indonesia. Medical Multimedia Indonesia. hal 40 Solidaritas 2002 FK UGM, 2008. Art of Therapy. Pustaka Cendekia Press. hal 328

DEFINISI: Impetigo merupakan bentuk pioderma superfisialis yang sering dijumpai dan terbatas pada lapisan epidermis. Penyebab tersering adalah Staphylococcus aureus dan Streptococcus B hemolyticus group A. DIAGNOSIS Anamnesis : subjektif, terasa gatal UKK : makula eritematosa kecil sekitar 1-2 mm. Kemudian secara cepat terbentuk vesikel atau pustul yang mudah pecah dan meninggalkan erosi. Cairan serosa dan purulen akan membentuk krusta tebal berwarna kekuningan yang memberi gambaran karakteristik seperti madu (honey coloured). Lesi akan melebar dan dapat bergabung membentuk daerah krustasi yang lebar. Eksudat dengan mudah menyebar secara oto-inokulasi. Distribusi : di daerah wajah, terutama sekitar lubang hidung dan mulut Pemeriksaan penunjang : gram terdapat kokus gram positif DIAGNOSIS BANDING: DKA, herpes simpleks, ekskoriasi, dermatitis perioral, pemfigoid bulosa TERAPI: Nonmedikamentosa: Menjaga kebersihan dan hygiene perorangan serta mengatasi faktor predisposisi. Medikametosa: Topikal: Kompres terbuka:larutan permanganas kalikus 1/5000,larutan rivanol 1 . Diberikan pada keadaan akut, madidans dan krusta tebal serta lekat. Antibiotik topikal: salap/krim asam fusidat 2%, salap mupirosin 2%, salep basitrasin dan neomisin, dioles 2x/hr Sistemik: Penisilin G prokain dan semisintetiknya: amoksisilin, 30-50 mg/kgBB/hr, 3x/hr, flukloksasilin, 50 mg/kgBB/hr, 4x/hr, atau dikloksasilin 25 mg/kg BB/hr, 4x/hr, selama 7 hari. Dapat juga diberikan eritromisin, 30-50 mg/kgBB/hr, 3x/hr, selama 7 hari.

7. Stevens Johnson Syndrome


Wolff K, Johnson RA, Suurmond D, 2008. Fitzpatrick Color Atlas & Synopsis of Clinical Dermatology 7 ed. McGrawHill. Chapter 39 p 350-355 Emmy S, Sri Linuwih, I Made Wisnu, 2005. Penyakit Kulit Yang Umum Di Indonesia. Medical Multimedia Indonesia. hal 82-83 Solidaritas 2002 FK UGM, 2008. Art of Therapy. Pustaka Cendekia Press. hal 370

DEFINISI: Sindroma kelainan kulit berupa eritema, vesikel/bula, dapat disertai purpura yang mengenai kulit, selaput lender orifisium, dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari baik sampai buruk. DIAGNOSIS: Anamnesis: terdapat riwayat pemakaian obat tertentu yang dapat menimbulkan erupsi kulit. Obat yang sering menimbulkan SJS adalah antibiotic seperti penisilin dan derivat semisintetiknya, golongan sulfa, streptomisin, tetrasiklin, NSAID, karbamazepin, klorpromazin dan kinin. Meskipun tidak selalu dikarenakan alergi terhadap obat. Trias diagnostik SJS : 1. Kelainan kulit berupa eritema, papul, vesikel, lesi iris, dan bula yang kemudian pecah hingga terjadi erosi luas. Dapat disertai purpura. Lesi timbul akut, tersebar simetris,dangeneralisata 2. Kelainan mukosaterutama di mulut dan lubang genital, kadang di hidung dananus. Berupa vesikel, bula, erosi, ekskoriasi, krusta hitam 3. Kelainan mata dengan bentuk yang paling sering adalah konjungtivitis kataralis DIAGNOSIS BANDING: TEN TERAPI: Hentikan obat yang dicurigai, Atasi keadaan gawat darurat (ABC), Pasang infus untuk keseimbangan cairan dan elektrolit juga untuk memasukkan obat. Medikamentosa : Berikan deksametason 4-6 x 5 mg iv untuk orang dewasa dan pada anak berikan bolus iv 1 mg/kg BB. Antibiotik sistemik bila terdapat tanda-tanda infeksi. Rawat inap.

8. Skabies
Wolff K, Johnson RA, Suurmond D, 2008. Fitzpatrick Color Atlas & Synopsis of Clinical Dermatology 7 ed. McGrawHill. Chapter 208 p 2030-2032 Emmy S, Sri Linuwih, I Made Wisnu, 2005. Penyakit Kulit Yang Umum Di Indonesia. Medical Multimedia Indonesia. hal 72

DEFINISI: Merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var. hominis dan produknya ke dalam epidermis. DIAGNOSIS: Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal. Ada 4 tanda kardinal pada skabies yaitu: Gatal pada malam hari (pruritus nokturna), Menyerang manusia secara berkelompok, Ditemukan terowongan (kunikulus) pada tempat predileksi Ditemukan tungau. Tempat predilek: di tempat dengan stratum korneum yang tipis yaitu: sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku, lipat ketiak, areola mame, umbilikus, bokong, genitalia eksterna (pria) dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki. TERAPI: Belerang endap (sulfur presipitatum) dengan kadar 5-10% dalam bentuk salap atau krim, digunakan selama 3 hari berturut-turut, lalu dibersihkan. Krim permetrin 5% dioleskan selama 8-14 jam, dievaluasi seminggu kemudian Krim atau losio gameksan 1%, pemberian cukup sekali Emulsi benzil benzoat 10% diberikan selama 24 jam, lalu dibersihkan.

9. Kandidiasis Kutis
Wolff K, Johnson RA, Suurmond D, 2008. Fitzpatrick Color Atlas & Synopsis of Clinical Dermatology 7 ed. McGrawHill. Chapter 189 p 1824-1828 Emmy S, Sri Linuwih, I Made Wisnu, 2005. Penyakit Kulit Yang Umum Di Indonesia. Medical Multimedia Indonesia. hal 34-35 Solidaritas 2002 FK UGM, 2008. Art of Therapy. Pustaka Cendekia Press. hal 349

DEFINISI: Merupakan infeksi jamur yang bersifat akut atau subakut, disebabkan oleh Candida spp terutama C. albicans. DIAGNOSIS: Anamnesis : Subjektif berupa rasa gatal, kemerahan pada kulit, dan nyeri yang membakar. Pada anak dengan diaper dermatitis terdapat keluhan rewel dan gangguan BAB maupun BAK. Terdapat faktor predisposisi berupa kelembaban yang berlebihan seperti pada pemakaian diaper, pemakaian gips, atau pada pasien yang harus tirah baring lama, adanya maserasi pada kulit, pasien dengan status immunocompromise, riwayat diabetes mellitus, obesitas, hiperhidrosis, dan pada pemakai glukokortikoid topikal maupun sistemik dalam jangka waktu lama. UKK : lesi eritematosa berbatas tegas, bersisik atau basah dikelilingi satelit berupa papul eritematosa, vesikel, atau pustula yang bila pecah akan meninggalkan daerah erosif dengan pinggir kasar dan berkembang seperti lesi primer. Distribusi : daerah dengan kelembaban tinggi yaitu daerah intertrigo ( aksila, intergluteal, lipat payudara, interdigital ), lipat kulit kuku, daerah perineum pada pemakai diaper,dandi daerah punggung pada pasien dengan tirah baring lama Pemeriksaan penunjang : KOH 10% dari pustula atau sisik di tepi lesi dimana terdapat gambaran hifa dan pseudohifa. TERAPI: Menghindari atau menghilangkan faktor predisposisi. Untuk lesi basah dapat digunakan kompres dengan larutan kalium permanganas 1/5000 atau larutan Burowi selama 20-30 menit beberapa kali sehari. Untuk selaput lendir larutan gentian violet 0,5-1% dioleskan sehari 2 kali selama 3 hari. Obat topikal lainnya: Krim,salap dan emulsi nistatin; krim imidazol 2x/hari untuk lesi kulit terbatas, Bila diperlukan dapat diberikan terapi sistemik : flukonazol 50 mg/hari atau 150mg/minggu, atau itrakonazol 2x100 mg/hari atau ketokonazol 200 mg/ hari.

10. PITIRIASIS VERSIKOLOR


Wolff K, Johnson RA, Suurmond D, 2008. Fitzpatrick Color Atlas & Synopsis of Clinical Dermatology 7 ed. McGrawHill. Chapter 189 p 1829-1830 Emmy S, Sri Linuwih, I Made Wisnu, 2005. Penyakit Kulit Yang Umum Di Indonesia. Medical Multimedia Indonesia. hal 33 Solidaritas 2002 FK UGM, 2008. Art of Therapy. Pustaka Cendekia Press. hal 344

DEFINISI: Infeksi jamur pada lapisan kulit superfisial, kronik, yang disebabkan oleh pertumbuhanberlebihan dari jamur Mallasezzia furfur DIAGNOSIS: Anamnesis : Subjektif terasa gatal tapi sifatnya ringan. Pasien umumnya dating dengankeluhangangguankosmetis. UKK : makula kecoklatan atau kekuningan pada kulit yang pucat dan hipopigmentasipada kulit berwarna, batas tegas, bentuk bulat atau oval, ukuran bervariasidenganskuamahalus di atasnya. Distribusi : dapat terjadi di manasaja di permukaan kulit terutama di daerah dada danpunggung,serta daerah berminyak seperti wajah. Pemeriksaan penunjang : a. Finger nail sign (+) b. KOH 20% dari kerokan skuama : gambaran hifa pendek dan spora bulat berkelompok (spaghettiandmeatball) c. LampuWood: fluoresensi kuningkeemasan DIAGNOSIS BANDING: Vitiligo : makula depigmentasi (putih), batas tegas, tanpaskuama Pityriasis alba : lebih sering terjadi pada orang berkulit gelap, terutama pada anak-anak dengan predileksi di daerah wajah, makula hipopigmentasi dengan batas tidak tegas, KOH(-) Hipopigmentasi paska inflamasi : terdapat riwayat peradangan terutama paska dermatitis kronik di daerah yang mengalami hipopigmentasi, tanpa skuama, KOH(-) Dermatitis seborrhoik : lesi eritemadenganskuamaberminyak Paska psoriasis TERAPI: Topikal: Sampo selenium sulfide 1,8%, 15-30 menit sebelum mandi, 1x/hari, atau sampo ketokonazol 2%. Solusio tiosulfas natrikus 25% dioleskan 2x/hari setelah mandi selama 2 minggu, krim mikonazol. Pemakaian krim menyulitkan bila lesi luas.

Sistemik: Ketokonazol 200 mg/hari selama 10 hari. Itrakonazol 200 mg/hari selama 5-7 hari, Rekurensi dapat dicegah dengan penggunaan obat topikal 2x/minggu atau 1x/bulan, atau sistemik ketokonazol 400 mg/hari sekali sebulan. Gejala sisa hipopigmentasi akan menghilang secara perlahan.

Anda mungkin juga menyukai