Anda di halaman 1dari 3

ANALISIS DATA Pada pengamatan dominansi apikal, tanaman yang digunakan adalah tanaman cabai yang dibagi dalam

tiga perlakuan antara lain tanaman A dibiarkan tumbuh apa adanya, tanaman B dipotong tunas apikalnya, dan tanaman C dipotong tunas apikalnya lalu bekasnya diberi lanolin yang mengandung auksin 0,01%. Pada tanaman A, pengamatan pertama, tidak terdapat tunas lateral yang tumbuh meskipun kondisi tanaman segar. Pada tanaman B, kondisi tanaman segar dan terdapat tunas lateral yang tumbuh. Tunas lateral yang tumbuh pada tanaman B berjumlah 3 yaitu pada tanaman B1 terdapat 1 tunas lateral yang letaknya nomor 1 dari atas sedangkan pada tanaman B2 terdapat 2 tunas lateral yaitu tunas ke-1 dan tunas ke-2. Tunas lateral pada tanaman B3 mati. Pada tanaman C, kondisi tanaman layu. Tunas lateral yang tumbuh pada tanaman C ini berjumlah 4 tunas. Pada tanaman C1,tumbuh 1 tunas lateral pada ketiak nomor 2, pada tanaman C2 tumbuh 3 tunas pada ketiak nomor 1, 2, dan 3 sedangkan pada tanaman C 3 tidak terdapat tunas lateral yang tumbuh. Pada pengamatan kedua, tanaman A masih dalam kondisi segar. Dari ketiga tanaman yaitu tanaman A1, A2, dan A3 sama-sama tidak terdapat tunas lateral yang tumbuh. Pada tanaman perlakuan B, kondisi tanaman juga msih segar. Tunas lateral pada tanaman B1 tumbuh sebanyak 2 tunas yaitu pada ketiak ke-1 dan ke-2. Pada tanaman B2, tunas lateral yang tumbuh menjadi sebanyak 2 tunas yaitu pada ketiak ke-1 dan ke-2 yang ukurannya bertambah besar dari ukuran semula. Pada tanaman B3, tunas lateral mati dan tidak ada tunas baru yang tumbuh. Pada perlakuan ketiga yaitu tanaman C, kondisi tanaman masih segar. Pada tanaman C1 tumbuh 2 tunas lateral yaitu pada ketiak ke-1 dan ke-2. Pada tanaman C2, jumlah tunas lateral yang tumbuh adalah 4 tunas pada ketiak ke-1, ke-2,ke-3,dan ke4 dengan ukuran yang semakin besar dari ukuran pengamatan pertama. Pada pengamatan untuk ketiga kalinya, tanaman pada perlakuan pertama yaitu tanaman A kondisinya masih segar dan tetap tidak terdapat tunas lateral yang tumbuh. Pada tanaman perlakuan kedua yaitu tanaman B, kondisi tanaman masih segar dan tunas lateral yang tumbuh pada tanaman B 1 dan B2 tetap tumbuh dengan baik seperti pada pengamatan kedua. Pada tanaman C kondisi tanaman

segar dan mulai tumbuh tunas lateral baru. Pada tanaman C1 terdapat 2 tanaman yaitu tanaman a dan tanaman b dengan tunas lateral yang tumbuh masing-masing pada ketiak ke-1 dan ke-2. Pada tanaman C2, keempat tunas lateral yang tumbuh semakin besar. Dan pada tanaman C3, baru tumbuh tunas lateral berjumlah 4 tunas pada ketiak ke-1, ke-2, ke-3, dan ke-4. Pada pengamatan keempat, ketiga tanaman perlakuan dalam kondisi segar. Tanaman pada perlakuan A masih tidak menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan tunas lateral. Pada tanaman perlakuan B, tidak terdapat tunas lateral baru. Kedua tunas lateral yang tumbuh pada tanaman B1 dan B2 tumbuh semakin besar. Pada tanaman perlakuan C, juga tidak terdapat pertumbuhan tunas yang baru. Semua tunas lateral yang telah tumbuh sebelumnya semakin tumbuh besar. PEMBAHASAN Hormon tumbuhan (fitohormon) adalah zat kimia yang berperan dalam proses pertumbuhan tumbuhan. Fitohormon mempengaruhi bentuk tumbuhan, pembentukan biji, dan pembentukan organ-organ tumbuhan. Terdapat 5 kelas utama dalam hormon tumbuhan yaitu asam absisat, auksin, sitokinin, etilen, dan giberelin. Salah satu hormon yang berperan dalam pertumbuhan memanjang adalah hormon auksin. Auksin terdapat di meristem apikal dan dapat menyebabkan terjadinya dominansi apikal (Dahlia, 2010). Hubungan antara auksin dengan dominansi apikal pada suatu tanaman telah dibuktikan pada suatu penelitian. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pucuk tanaman dibuang sehingga tumbuh tunas di ketiak daun. Pemotongan pada pucuk daun dan ujung tanaman diberi blok agar yang mengandung auksin. Ternyata tidak terjadi pertumbuhan tunas pada ketiak daun. Hal ini membuktikan bahwa auksin di apikal menghambat tumbuhnya tunas lateral (Dahlia, 2010). Hasil pengamatan pada percobaan kali ini menunjukkan hasil yang hampir sama dengan hasil penelitian yang telah dijabarkan di atas. Tanaman pada perlakuan A yaitu tanaman yang dibiarkan tumbuh apa adanya. Setelah beberapa kali dilakukan pengamatan ternyata tidak terdapat tunas lateral yang tumbuh sama sekali. Peristiwa ini menunjukkan bahwa telah terjadi dominansi apikal dimana

hormon auksin yang diproduksi di meristem apikal tunas apikal berkadar cukup tinggi sehingga mampu menghambat pertumbuhan tunas lateral. Berbeda dengan perlakuan B dan C dimana pada kedua tanaman perlakuan tersebut terdapat tunas lateral yang tumbuh. Pemotongan tunas apikal tanaman menyebabkan produksi auksin berhenti sehingga rendahnya kadar auksin pada tunas lateral mampu membuat tunas lateral tumbuh. Konsentrasi optimal auksin untuk pertumbuhan tunas lateral jauh lebih rendah daripada kebutuhannya untuk pemanjangan batang. Aliran auksin dari tunas apikal menuju dasar tanaman diperkirakan untuk mempertahankan konsentrasi auksin dalam mencegah pertumbuhan tunas lateral. Penghentian produksi auksin dengan pemotongan tunas mampu mengurangi penyediaan auksin pada daerah lateral dan dengan demikian dapat mengurangi peluang untuk pencegahan pertumbuhan tunas lateral (Hopkins, 2008). Pada dasarnya, mekanisme kerja auksin yaitu menginisiasi pemanjangan sel dengan mempengaruhi pengendoran dinding sel. Auksin memacu protein tertentu yang ada di membrane plasma sel tumbuhan untuk memompa ion H + ke dinding sel. Ion H+ ini mengaktifkan enzim tertentu sehingga memutuskan beberapa ikatan silang hydrogen rantai molekul selulosa penyusun dinding sel. Sel tumbuhan kemudian memanjang akibat air yang masuk secara osmosis. Setelah pemanjangan ini, sel terus tumbuh dengan mensintesis kembali material dinding sel dari sitoplasma (Dahlia, 2010).

Dahlia. 2001. Fisiologi Tumbuhan. Malang: UM Press. Hopkins, William G.; Huner, Norman P. A. 2008. Introduction to Plant Physiology. USA: The University of Western Ontario.

Anda mungkin juga menyukai