Anda di halaman 1dari 12

Penelitian Pemanfaatan Radio Frequency Identification (RFID) Dalam Pengelolaan Postal Logistik

Diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Metode Penelitian Di Jurusan Teknik Informatika Politeknik Pos Indonesia

Oleh : BENY SALMONIUS UBRO 1103007

PROGRAM DIPLOMA III JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA POLITEKNIK POS INDONESIA BANDUNG 2013

Penelitian Pemanfaatan Radio Frequency Identification (RFID) Dalam Pengelolaan Postal Logistik
1)

Beny Salmonius Ubro,

1)

Jurusan Teknik Informatika, 2)Mahasiswa Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi dari pemanfaatan teknologi RFID untuk keperluan logistik. Penelitian ini bersifat kumpulan artikel yang didapat dari berbagai sumber untukmengetahui kecocokan dan pemanfaatan teknologi RFID khususnya dalam bidang logistik di postal logistik. Postal logistik merupakan jasa pengiriman barang/paket yang dimana pemanfaatan teknologi sangat penting yaitu untuk mengetahui keberadaan paket yang dikirimkan secara otomatis tanpa harus dicek ulang karena memakai teknologi yang saling teintegrasi satu sama lain. Kata kunci : Teknologi RFID, Postal logistik, integrasi teknologi

Pendahuluan 1. Latar Belakang Bisnis logistik atau jasa pengiriman adalah bisnis yang menjanjikan. Hal ini seiring dengan perkembangan perekonomian global dan juga perubahan pola konsumsi masyarakat. Secara mendasar, wilayah Indonesia yang terdiri atas sedikitnya 13.000 pulau, yang terpisahkan sebagian besar oleh lautan, merupakan lahan dasar bisnis logistik dan pengiriman di negeri ini. Tuntutan kecepatan dan efisiensi telah membuat banyak perusahaan, baik skala kecil, menengah dan besar lebih memilih menggunakan jasa pihak luar untuk mengurus segala hal terkait pengiriman, penyimpanan dan distribusi, daripada melakukannya sendiri. Produk-produk pos seperti kiriman surat/dokumen, paket, dan barang harus memiliki manajemen teknologi dalam pengaturan pengirimannya agar dapat cepat dan tepat sampai. Salah satu kendala yang dihadapi adalah informasi dan pengelolaan informasi yang masih belum tersentuh oleh teknologi pelacakan sehingga membuat bertambahnya waktu pengiriman. Jagung merupakan sumber bahan pakan utama untuk unggas. Penggunaan jagung dalam pakan ayam broiler mencapai 50-60 % dari total pakan (Tangendjaja dan Wina, 2001). Laju peningkatan produksi jagung di Indonesia relatif masih lambat, di sisi lain kebutuhan jagung sebagai bahan baku industri pakan dan industri pangan mengalami peningkatan lebih cepat. Jagung diperkirakan akan semakin sulit diperoleh dalam pasar dunia (Kariyasa, 2003). Banyaknya permintaan jagung dan kurangnya persediaan jagung dalam negeri menyebabkan Indonesia harus mengimpor dari negara lain, padahal Indonesia sebagai negara agraris yang

menghasilkan produk pertanian, seharusnya dapat mencukupi kebutuhan pakan ternak dalam negeri (Sari dan Purwadaria, 2004). Menurut Murni (2008), hasil pertanian dan limbahnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak, karena merupakan bahan pakan yang murah, bernilai gizi dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. Salah satu alternatif limbah pertanian yang bisa dipakai adalah limbah dari biji-bijian. Kendala pemanfaatan limbah pertanian adalah pada umumnya memiliki kandungan protein kasar rendah dan kandungan serat kasar tinggi yang menyebabkan daya cerna menjadi rendah (Sukada dkk., 2007 ; Rokhmani, 2009). Menurut Kompiang dkk. (1994), perlu dilakukan suatu cara untuk meningkatkan nilai gizi bahan pakan dengan menurunkan kandungan serat kasar dan meningkatkan kandungan protein yakni melalui proses fermentasi. Fermentasi juga berfungsi sebagai salah satu cara pengolahan untuk pengawetan dan cara untuk mengurangi zat racun yang dikandung oleh suatu bahan (Rokhmani, 2009). Menurut Sari dan Purwadaria (2004), Aspergillus niger dapat digunakan untuk proses fermentasi karena merupakan salah satu jenis kapang yang dapat memproduksi enzim selulose dan enzim urease. Miskiyah dkk. (2006) melaporkan bungkil kelapa yang difermentasi dengan Aspergillus niger dapat meningkatkan kandungan protein kasar dan menurunkan kadar serat kasar. Salah satu jenis bakteri yang biasa dipakai untuk fermentasi guna menghasilkan asam laktat adalah genus Lactobacillus. Lactobacillus sp. sebagai probiotik berfungsi sebagai penurun kolesterol (Yulinery dkk., 2006).

Tempe adalah salah satu bahan makanan olahan dari kedelai yang di fermentasi dengan jamur Rhizopus oryzae. Tempe merupakan makanan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, karena itu limbah yang dihasilkan industri pengolahan tempe banyak didapatkan dan belum banyak dimanfaatkan sebagai bahan pakan (Ustadzah, 2009). Hasil penelitian Hidanah dkk. (2009), melaporkan bahwa limbah tempe, yang telah difermentasi dengan jamur Aspergillus niger 0,5% dan bakteri Lactobacillus sp 3% berhasil meningkatkan protein kasar yang semula hanya 12, 69% menjadi 15,2%. dan menurunkan kadar serat kasar dari 44, 61% menjadi 40,1 %. Metode Penelitian Penelitian tahap persiapan dan pelaksanaan berturut-turut dilakukan di Laboratorium Makanan Ternak Departemen Ilmu Peternakan dan kandang percobaan Laboratorium Produksi Ternak Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya mulai awal bulan Agustus sampai awal September 2009. Hewan coba adalah ayam pedaging jantan berumur dua minggu dengan Strain Arbor Acress merk dagang CP 707 sebanyak 24 ekor produksi Charoen Pokphan. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan ayam pedaging fase finisher terdiri dari jagung, konsentrat dan bekatul, tepung limbah tempe, Lactobacillus sp. (106 - 108/cc) dan Aspergillus niger (106 - 108/cc) serta air. Tahap Fermentasi Tepung Limbah Tempe Limbah tempe dikukus, kemudian dijemur di bawah sinar matahari sampai kering (kadar air paling tidak sekitar 13-14 %). Setelah kering, digiling menjadi bentuk tepung. Aspergillus niger dan Lactobacillus sp. digunakan dalam proses fermentasi dengan dosis masing-masing 0,5 % dan 3 % beserta air steril 30 % dari berat sampel, lalu disemprotkan ke

tepung tersebut. Pencampuran dilakukan hingga bahan-bahan homogen, lalu dimasukkan ke kantong plastik yang ditusuk-tusuk dengan lidi bagian sampingnya kemudian dilakukan fermentasi fakultatif aerob selama tujuh hari. Setelah selesai, plastik pembungkus dibuka dan isinya diangin-anginkan, lalu dikeringkan dengan oven 60 0 C selama 48 jam (Hidanah dkk., 2009). Tahap Perlakuan pada Hewan Coba Penelitian ini menggunakan 24 ekor ayam broiler jantan yang dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan dengan 6 ulangan. Penentuan ayam untuk masing-masing perlakuan dilakukan dengan pengacakan random sederhana. Sebelum diberi perlakuan, ayam diadaptasikan selama satu minggu di dalam kandang indukan. Kandang indukan berukuran 350 x 120 x 50 cm dan terbuat dari kayu dengan lantai diberi alas sekam 5 -10 cm dilapisi kertas koran, dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta dilengkapi dengan dua buah lampu pijar berkekuatan 100 Watt sebagai pemanas. Satu minggu sebelum ayam datang, kandang dan peralatan dibersihkan. Desinfeksi kandang dengan menggunakan larutan Lysol 3 % dan fumigasi menggunakan KMnO 4 yang dilarutkan dalam larutan Formalin 40 % dengan perbandingan 1:2. Pada saat ayam berumur tiga minggu, ayam dipindahkan dari kandang indukan ke dalam kandang baterai untuk diberi perlakuan selama dua minggu. Adapun perlakuan tersebut adalah : P0 : Diberi pakan tanpa substitusi jagung oleh tepung limbah tempe fermentasi (kontrol) P1 : Diberi pakan dengan substitusi jagung oleh tepung limbah tempe fermentasi sebanyak 5 % dari total ransum

P2 : Diberi pakan dengan substitusi jagung oleh tepung limbah tempe fermentasi sebanyak 10 % dari total ransum P3 : Diberi pakan dengan substitusi jagung oleh tepung limbah tempe fermentasi sebanyak 15 % dari total ransum Setiap perlakuan diberikan pakan dan minum secara ad libitum. Kandang baterai sebagai kandang perlakuan dibuat dari kayu dan dibagi atas 24 petak dengan masing-masing petak berukuran 55 x 45 x 50 cm. Kandang baterai ini dilengkapi dengan tempat pakan dan minum serta tempat penampung kotoran pada bagian bawahnya. Pengamatan penelitian dilakukan terhadap pertambahan berat badan dan konversi pakan. Pertambahan berat badan dihitung dari berat akhir dikurangi berat awal dibagi jumlah hari selama penelitian (Rasyaf, 1994). Pengambilan data terhadap pertambahan berat badan dilakukan dengan menimbang berat badan ayam setiap minggunya, mulai dari sebelum dilakukan penelitian hingga di akhir penelitian. Rumusnya adalah sebagai berikut : Pertambahan berat badan = berat badan akhir berat badan awal waktu pemeliharaan Pengamatan terhadap nilai konversi pakan dilakukan dengan cara menghitung jumlah pakan yang dikonsumsi selama penelitian dibandingkan dengan pertambahan berat badan selama penelitian. Jumlah pakan yang dikonsumsi adalah pakan yang diberikan dikurangi dengan sisa pakan (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006). Sisa pakan masing-masing ayam ditimbang setiap minggunya. Kemudian mengurangkan antara pakan yang diberikan dengan sisanya. Berikut rumus untuk mencari jumlah konsumsi pakan dan nilai konversi pakan :

Konversi pakan == jumlah pakan konsumsi pakan Konsumsi pakan yang diberikan. pertambahan berat badan sisa pakan

Rancangan Penelitian dan Analisis Data Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan Acak Lengkap dengan empat perlakuan dan enam ulangan. Data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan Anova apabila terdapat perbedaan yang nyata, dilanjutkan dengan Uji Duncans dengan tingkat signifikan 5 % (Kusriningrum, 2008). Hasil dan Pembahasan Hasil analisis data menggunakan Anova menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata (p > 0,05) dari hasil tersebut menunjukkan bahwa pemberian tepung limbah tempe fermentasi sampai 15 % sama baiknya dengan penggunaan jagung pada pakan terhadap pertambahan berat badan dan nilai konversi pakan ayam broiler jantan. Tabel 4. 1. Rata-rata pertambahan berat badan kumulatif tiap ekor ayam broiler (gram) Perlakuan P0 P1 P2 P3 X SD 638,33 41,31 636,00 38,47 663,33 38,37 644,17 48,4

Tabel 4. 2. Rata-rata konversi pakan kumulatif tiap ekor ayam broiler Perlakuan P0 P1 P2 P3 X SD 2,07 0,12 2,20 0,11 2,10 0,24 2,18 0,25

Berat badan ayam dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu bangsa ayam (strain), jenis kelamin, cara pemeliharaan, berat hidup, konsumsi pakan dan nutrisi pakan (Rasyaf, 2002). Pertambahan berat badan rata-rata pada perlakuan P0, P1, P2, dan P3 secara berurutan 638,33 gram, 636 gram, 663,33 gram dan 644,17 gram.

Hal ini dapat disebabkan jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ayam tidak banyak berbeda dan karena kandungan sumber energi yaitu protein, karbohidrat, dan lemak dalam pakan perlakuan tidak banyak berbeda pula (Nasution, 2009). Konsumsi pakan pada perlakuan P0, P1, P2 dan P3 secara berurutan yaitu 94,17; 98,81; 101,55 dan 100,24 gram. Menurut Rasyaf (1994), jumlah konsumsi pakan sangat ditentukan oleh kandungan energi dalam ransum. Apabila kandungan energi dalam ransum tinggi maka konsumsi pakan akan turun begitu juga sebaliknya. Tingkat energi metabolisme dalam ransum perlakuan P0, P1, P2 dan P3 secara berurutan yaitu 2.997,35; 2.953,61; 2.964,91; 2.920,49 Kkal/kg. Energi metabolisme menurut Wahyu (2004) selain digunakan untuk keperluan hidup pokok juga diperlukan untuk keperluan produksi sehingga dapat mempengaruhi pembentukan daging. Hasil analisis proksimat protein ransum perlakuan P0, P1, P2 dan P3 secara berurutan yaitu 18,10; 18,37; 19,06 dan 18,91 %. Protein diperlukan ayam broiler untuk pertumbuhan terutama untuk membangun dan membentuk jaringan tubuh (Asmara dkk., 2009). Kandungan serat kasar pada ransum perlakuan P0, P1, P2 dan P3 secara berurutan yaitu 8,65; 8,21; 8,26 dan 8,88 %. Wahyu (2004) menyatakan bahwa ransum yang mengandung serat kasar tinggi seperti selulosa mempunyai energi yang rendah, sehingga hanya sedikit energi yang digunakan untuk pembentukan serta penimbunan lemak. Kandungan lemak dalam ransum perlakuan P0, P1, P2 dan P3 secara berurutan yaitu 6,87; 6,10; 5,27 dan 5,02 %. Pemakaian lemak dalam ransum ayam pedaging perlu dibatasi sebab lemak yang berlebihan tidak dapat dicerna sepenuhnya (Setyani, 2004). Besarnya nilai konversi pakan bergantung pada dua hal yaitu jumlah pakan yang di konsumsi dan pertambahan berat badan yang dihasilkan. Jumlah pakan yang dikonsumsi

tergantung besar hewan, keaktifan, temperatur, lingkungan dan tingkat energi dalam pakan. Jika kebutuhan energi sudah terpenuhi secara naluriah, ayam akan berhenti makan. Nilai konversi pakan buruk atau tinggi berarti broiler membutuhkan pakan lebih banyak untuk pertambahan per kg bobot badan (Kuspartoyo, 1990). Faktor yang mempengaruhi besar kecilnya konversi pakan meliputi daya cerna ternak, kualitas pakan yang dikonsumsi, serta keserasian nilai nutrien yang dikandung pakan tersebut (Anggorodi, 1995). Hasil penelitian jumlah konsumsi pakan pada masing masing perlakuan tidak memberikan perbedaan yang signifikan dan pertambahan berat badan ayam pada masingmasing perlakuan juga tidak berbeda nyata, sehingga didapatkan nilai konversi pakan yang tidak berbeda nyata pada masing-masing perlakuan. Kesimpulan Penggunaan tepung limbah tempe fermentasi yang di fermentasi Aspergillus niger dan Lactobacillus sp. sebagai substitusi jagung sampai persentase 15% dapat diberikan pada ransum ayam broiler karena tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap pertambahan berat badan dan nilai konversi pakan ayam broiler. Daftar Pustaka Anggorodi, R. 1995. Ilmu Makanan Ternak Unggas. Kemajuan Mutakhir. Universitas Indonesia Press. Jakarta Asmara, I. Y., Garnida. D., dan Tanwiriah. W. 2009. Penampilan Broiler yang Diberi Ransum Mengandung Tepung Daun Ubi Jalar (Ipomoea batatas) terhadap Karakteristik Karkas. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Bandung. Hidanah, S., H. Setyono, D. S. Nazar, W. P. Lokapirnasari dan Pratisto. 2009. Potensi Limbah Kulit Ari Kedelai yang diproses secara Kimiawi dan Fermentasi untuk Peningkatan Performans Ayam Pedaging. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Surabaya.

Kariyasa, K. 2003. Keterkaitan Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras di Indonesia. Tesis Magister Sains. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Kartasudjana, R., dan Suprijatna,. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta. Kompiang. 1994. Nutrition Value of Protein Enriched Cassava : Cassapro. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. Kuspartoyo. 1990. Broiler Jantan Lebih Menguntungkan. Swadaya Peternakan Indonesia Edisi Januari Hal.55-66. Kusriningrum. 2008. Perancangan Percobaan. Airlangga University Press. Surabaya. Megawati, L. D. P. 2010. Pemanfaatan Hasil Ikutan Tempe Fermentasi Sebagai Substitusi Jagung Terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging Jantan. Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Surabaya. Miskiyah, I. Mulyawati, dan W. Haliza. 2006. Pemanfaatan Ampas Kelapa Limbah Pengolahan Minyak Kelapa Murni Menjadi Pakan. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Bogor. Murni. R., Suparjo, A. dan Ginting, B. L. 2008. Buku Ajar Pemanfaatan Limbah untuk Pakan. Laboratorium Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Jambi. Nasution, E. Z. J. 2009. Pemanfaatan Tepung Isi Rumen Yang Difermentasi Dengan Probiotik sebagai Substitusi Bekatul terhadap Performan Ayam Pedaging. Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Surabaya. Rasyaf, M. 1994. Bahan Makanan Unggas di Indonesia. Cetakan Ketiga. Kanisius. Yogyakarta. Rasyaf, M. 2002. Beternak Ayam Pedaging. PT. Penebar Swadaya. Jakarta. Rokhmani, S. I. W. 2009. Peningkatan Nilai Gizi Bahan Pakan Dari Limbah Pertanian Melalui Fermentasi. Balai Penelitian Ternak. Bogor. Santoso, U. 1999. Aplikasi teknologi Pembatasan Pakan Pada Industri Broiler. Poultry Indonesia. Sari, L. dan Purwadaria. 2004. Pengkajian Nilai Gizi Hasil Fermentasi Mutan Aspergillus niger pada Substrat Bungkil kelapa dan Bungkil Inti Sawit. Biodiversitas Vol. 5 No. 2 Hal.48-51. Setyani, E. 2004. Pengaruh Tepung Daun Pepaya (Carica papaya) dalam Ransum terhadap Persentase Karkas dan Lemak Abdominal Ayam Pedaging Jantan. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga. Surabaya.

Sukada, I. K., I. N. G. G. Bidura dan D. A. Warmadewi. 2007. Pengaruh Penggunaan Pollard, Kulit Kacang Kedelai dan Pod Kakao Terfermentasi dengan Ragi Tape terhadap Karkas dan Kadar Kolesterol Daging Itik Bali Jantan. Fakultas Peternakan. Universitas Udayana. Denpasar. Bali. Tangendjaja, B. 2006. Inovasi Teknologi dan Pakan Menuju Kemandirian Usaha Ternak Unggas. Balai Penelitian Ternak. Bogor. Tangendjaja B., dan E. Wina. 2001. Limbah Tanaman dan Produk Samping Industri Jagung untuk Pakan. Balai Penelitian Ternak. Bogor. Ustadzah. 2009. Pemanfaatan Tepung Limbah Tempe Fermentasi Sebagai Substitusi Jagung Terhadap Daya Cerna Serat Kasar Dan Bahan Organik Ayam Pedaging Jantan. Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Surabaya. Wahyu, J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Yulinery T., E. Yulianto, dan N. Nurhidayat. 2006. Uji Fisiologis Probiotik Lactobacillus sp. Mar 8 yang Telah Dienkapsulasi dengan Menggunakan Spray Dryer untuk Menurunkan Kolesterol. Bidang Mikrobiologi, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Bogor. Yuwanta,T. 2007. Beternak Ayam Buras. PT. Citra Adi Parama. Klaten.

Anda mungkin juga menyukai