Anda di halaman 1dari 15

5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Definisi Seksio Sesarea Istilah seksio sesarea berasal dari perkataan Latin Caedere yang berarti memotong. Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina. Seksio sesarea atau kelahiran sesarea adalah melahirkan janin melalui irisan pada dinding perut (laparatomi) dan dinding uterus (histerektomi). Defenisi ini tidak termasuk melahirkan janin dari rongga perut pada kasus ruptura uteri atau kehamilan abdominal.8

Gambar 2.1 Persalinan dengan seksio sesarea. Sumber: dikutip dengan perubahan dari Williams Obstetrics Ed. 22, 2007 Seksio sesarea yang diputuskan mendadak tanpa perawatan prabedah yang memadai dan tanpa direncanakan sebelumnya disebut seksio sesarea darurat (emergency caesarean section). Sedangkan seksio sesarea yang sudah direncanakan dan sudah mendapatkan perawatan prabedah yang baik disebut seksio sesarea elektif.7

2.2 Epidemiologi Angka seksio sesarea di sebagian besar negara di dunia lebih tinggi dibandingkan rekomendasi World Health Organization (WHO) yaitu 5 15%. WHO menyatakan tahun 20012003, proporsi seksio sesarea di Kanada 22,5% dan sekitar 8,75% diantaranya berakhir dengan seksio sesarea darurat. Tahun 2004, proporsi seksio sesarea di Inggris 24,5% dengan 7,82% diantaranya mengalami persalinan seksio sesarea darurat.9 Peningkatan angka seksio sesarea juga terjadi di Indonesia. Di Indonesia, seksio sesarea umumnya dilakukan bila ada indikasi medis tertentu, sebagai tindakan mengakhiri kehamilan dengan komplikasi.7 Di Rumah Sakit Umum (RSU) Lubuk Pakam, proporsi persalinan dengan seksio sesarea tercatat 66,14% yaitu sebanyak 254 kasus dari 384 persalinan.4 Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sidikalang, proporsi persalinan seksio sesarea tercatat 36,22% yaitu sebanyak 293 kasus dari 809 persalinan.6 Dalam dua puluh tahun terakhir ini terjadi kenaikan proporsi seksio sesarea dari 5% menjadi 20%, bahkan angka rata-rata seksio sesarea tahun 2005 di Indonesia menurut survey SEA-ORCHID (South East AsiaOptimising Reproductive and Child Health in Developing Countries) adalah 29,6%.10 Berdasarkan Survey Dinas Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 ditemukan 6,8% dari 16,504 persalinan di Indonesia dan sejumlah 7,9% dari 374 persalinan di Kalimantan Barat berakhir dengan seksio sesarea.11 Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan di RSHAM dan RSPM, didapatkan 25,73% dari 1745 persalinan berakhir dengan seksio sesarea darurat.7 2.3
Klasifikasi Seksio Sesarea

Ada beberapa jenis seksio sesarea yaitu seksio sesarea klasik atau corporal yaitu insisi pada segmen atas uterus atau korpus uteri. Pembedahan ini dilakukan bila segmen bawah rahim tidak dapat dicapai dengan aman,

bayi besar dengan kelainan letak terutama jika selaput ketuban sudah pecah.8 Seksio sesarea ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen bawah rahim) merupakan suatu pembedahan dengan melakukan insisi pada segmen bawah uterus. Hampir 99 % dari seluruh kasus seksio sesarea memilih teknik ini karena memiliki beberapa keunggulan seperti kesembuhan lebih baik dan tidak banyak menimbulkan perlekatan.8 Seksio sesarea yang disertai histerektomi yaitu pengangkatan uterus setelah seksio sesarea karena atoni uteri yang tidak dapat diatasi dengan tindakan lain, pada miomatousus yang besar dan atau banyak atau pada ruptur uteri yang tidak dapat diatasi dengan jahitan. Seksio sesarea vaginal yaitu pembedahan melalui dinding vagina anterior ke dalam rongga uterus. Seksio sesarea ekstraperitoneal yaitu seksio yang dilakukan tanpa insisi peritoneum dengan mendorong lipatan peritoneum ke atas dan kandung kemih ke bawah atau ke garis tengah kemudian uterus dibuka dengan insisi di segmen bawah.12 2.4 Faktor yang Berperan dalam Proses Persalinan Hal-hal yang menyebabkan persalinan dilakukan dengan tindakan perabdominam (seksio sesarea) adalah adanya faktor penyulit pada saat persalinan yang berasal dari faktor kekuatan his ibu (power), faktor bayi (passenger), atau faktor jalan lahir (passage).5 Hambatan dalam persalinan normal sering muncul oleh karena adanya faktor-faktor resiko yang kurang terdeteksi dengan baik pada masa kehamilan, sehingga sering terjadi persalinan macet atau persalinan lama. Dalam menangani masalah persalinan macet atau lama, maka untuk menolong keselamatan ibu dan bayi dalam proses persalinan, seringkali dilakukan tindakan persalinan operatif salah satunya dengan tindakan seksio sesarea darurat.7 Faktor-faktor yang berperan dalam proses persalinan adalah faktor yang berasal dari kondisi ibu sendiri dalam menghadapi persalinan dan kondisi janin dalam kandungan, yaitu :5

1.

Faktor kekuatan his (power) Kesulitan dalam jalannya persalinan karena kelainan tenaga his adalah his yang tidak normal, baik kekuatan maupun sifatnya sehingga menghambat kelancaran persalinan. Kelainan his sering dijumpai pada primigravida tua sedangkan inersia uteri (suatu keadaan yang menunjukan kontraksi rahim melemah) sering dijumpai pada multigravida dan grandemulti. Faktor yang memegang peran penting dalam kekuatan his antara lain faktor herediter, emosi, ketakutan serta salah pimpinan persalinan.

2.

Faktor jalan lahir (passage) Faktor jalan lahir yang dapat berpengaruh terhadap terjadinya persalinan tindakan antara lain : ukuran panggul sempit, kelainan pada vulva, kelainan vagina, kelainan serviks uteri, uterus dan ovarium. kelainan-kelainan ini dapat terdeteksi secara dini dengan pemeriksaan kehamilan yang adekuat. Oleh karena itu, faktor pemeriksaan kehamilan sangat penting dalam memperkirakan proses persalinan.

3.

Faktor bayi (passenger) Faktor bayi atau janin sangat berpengaruh terhadap proses persalinan. Pada keadaan normal, bentuk bayi, berat badan, posisi dan letak dalam perkembangannya sampai pada akhir kehamilan dan siap untuk dilahirkan, bayi mempunyai kekuatan mendorong dirinya keluar sehingga persalinan berjalan spontan. Penyulit persalinan yang disebabkan oleh kelainan janin atau bayi (passenger) antara lain : a. b. c. d. e. f. Kelainan pada letak kepala Letak sungsang Letak melintang Presentasi rangkap/ganda Kelainan bentuk dan besar janin Tali pusat menumbung. Kelainan pada faktor bayi yang dapat menyulitkan proses persalinan berhubungan dengan faktor gizi ibu, infeksi bakteri dan

virus selama kehamilan seperti toksoplasma, trauma yang dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan. Kelainan janin selama dalam kandungan dapat terdeteksi secara dini apabila ibu melakukan pemeriksaan kehamilan (ANC) secara rutin minimal 4 kali selama kehamilan, mulai awal kehamilan pada tenaga kesehatan. 2.5 Faktor Determinan Seksio Sesarea Darurat Faktor determinan seksio sesarea darurat adalah faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan pengeluaran janin dengan cara pembedahan yang tidak direncanakan dan tidak mendapatkan perawatan preoperatif yang memadai.7 Faktor-faktor tersebut antara lain: 2.5.1 Faktor Sosiodemografi, yang meliputi: a. Umur Usia ibu memiliki dampak pada hasil akhir kehamilan di kedua ujung usia reproduksi. Remaja lebih besar kemungkinan mengalami anemia dan berisiko tinggi mengalami persalinan prematur, dengan akibat meningkatnya kematian bayi. Saat ini, sekitar 10% kehamilan terjadi pada wanita berusia lebih dari 35 tahun. Wanita berusia lebih dari 35 tahun mungkin mengalami peningkatan resiko penyulit obstetri serta morbiditas dan mortalitas perinatal jika mereka menderita penyakit kronis atau kondisi fisiknya buruk. Akan tetapi, untuk wanita yang beratnya normal dan secara fisik bugar tanpa masalah medis, risiko tampaknya tidak meningkat secara nyata.13 Masih banyak terjadi perkawinan, kehamilan dan persalinan diluar kurun waktu reproduksi yang sehat terutama pada usia muda. Wanita yang berumur 15 tahun atau lebih muda meningkatkan resiko preeklamsia. Wanita yang berumur 35 tahun atau lebih meningkat resikonya dalam masalah-masalah seperti tekanan darah tinggi, gestasional diabetes dan komplikasi selama persalinan.5

10

Pada umur kurang dari 20 tahun, organ-organ reproduksi belum berfungsi dengan sempurna, sehingga jika terjadi kehamilan dan persalinan akan lebih mudah mengalami komplikasi. Selain itu, kekuatan otot-otot perineum dan otot-otot perut belum bekerja secara optimal, sehingga sering terjadi persalinan lama atau macet yang memerlukan tindakan. Faktor resiko untuk persalinan sulit pada ibu yang belum pernah melahirkan pada kelompok umur ibu dibawah 20 tahun dan pada kelompok umur diatas 35 tahun adalah 3 kali lebih tinggi dari kelompok umur reproduksi sehat (2035 tahun).5 b. Tingkat Pendidikan Pendidikan yang ditempuh oleh seseorang merupakan salah satu faktor demografi yang sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan individu maupun masyarakat. Seseorang dengan pendidikan yang tinggi akan mudah menerima informasi-informasi kesehatan dari berbagai media dan biasanya ingin selalu berusaha untuk mencari informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan yang belum diketahuinya. Informasi kesehatan yang cukup terutama pada ibu-ibu hamil, khususnya masalah kehamilan dan persalinan diharapkan akan dapat merubah pola perilaku hidup sehat termasuk dalam perilaku pemeriksaan kehamilan (ANC).5 Persalinan seksio sesarea lebih sering terjadi pada ibu yang mempunyai pendidikan yang lebih rendah.6 Menurut WHO, pendidikan merupakan salah satu sumber pengetahuan seseorang selain yang berasal dari media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, kerabat dekat dan sebagainya. Pengetahuan dapat membentuk keyakinan tertentu sehingga seseorang berperilaku sesuai dengan keyakinan tersebut. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan tentang faktor resiko atau masalah kehamilan penting diketahui oleh ibu, suami dan keluarga. Karena dengan pengetahuan yang baik, seorang ibu hamil

11

akan mengetahui keadaan kehamilannya dan diharapkan dapat berperilaku sehat serta melakukan pemeriksaan kehamilan dengan baik. Selain itu, ibu yang mengetahui keadaan dirinya dan kehamilannya diharapkan dapat menentukan kepada siapa dan dimana akan melahirkan secara aman karena setiap persalinan dapat timbul risiko bahaya bagi ibu dan bayi.13 c. Sumber Pembiayaan Biaya persalinan bersumber dari pendapatan keluarga/biaya sendiri, atau ditanggung oleh pihak asuransi kesehatan baik yang dikeluarkan oleh pemerintah atau perusahaan.4 Dibandingkan dengan persalinan pervaginam, biaya seksio sesarea jauh lebih tinggi. Di Amerika Serikat biaya seksio sesarea lebih kurang 2 sampai 2,5 kali biaya persalinan pervaginam. Di Medan lebih kurang 2,5 sampai 3 kali biaya persalinan pervaginam.6 Sumber pembiayaan ini mencerminkan kemampuan masyarakat dari segi ekonomi dalam memenuhi kebutuhan hidupnya termasuk kebutuhan kesehatan dan pemenuhan zat gizi. Hal ini pada akhirnya berpengaruh pada kondisi kehamilan dan pada faktor kekuatan (power) dalam proses persalinan. Selain itu pendapatan juga mempengaruhi kemampuan dalam mengakses pelayanan kesehatan sehingga adanya komplikasi terutama dari faktor janin (passenger) dan jalan lahir (passage) dapat terdeteksi.5 Selain sumber pembiayaan, tanda-tanda lain dari status sosial ekonomi yang rendah antara lain merokok, akses pelayanan antenatal yang rendah, kehamilan yang tidak terencana, status perkawinan dan konsumsi alkohol. Hal ini sangat berpengaruh terhadap hasil kehamilan dan proses persalinan.13

12

2.5.2 Faktor Mediko-Obstetri, yang meliputi : a. Status Paritas Paritas menunjukkan jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh seorang wanita. Paritas merupakan faktor penting dalam menentukan nasib ibu dan janin baik selama kehamilan maupun selama persalinan.6 Pada ibu dengan primipara yaitu wanita yang melahirkan bayi hidup pertama kalinya karena pengalaman melahirkan belum pernah, maka kemungkinan terjadinya kelainan dan komplikasi cukup besar baik pada kekuatan his (power), jalan lahir (passage) dan kondisi janin (passenger).5 Paritas dapat dikategorikan menjadi 4 kelompok yaitu:4,6 (1) Nullipara adalah ibu dengan paritas 0 (2) Primipara adalah ibu dengan paritas 1 (3) Multipara adalah ibu dengan paritas 25 (4) Grande Multipara adalah ibu dengan paritas > 5. Persalinan yang pertama biasanya mempunyai risiko yang relatif tinggi terhadap ibu dan anak, akan tetapi risiko ini akan menurun pada paritas kedua dan ketiga, dan akan meningkat lagi pada paritas keempat dan seterusnya. Paritas yang paling aman jika ditinjau dari sudut kematian maternal adalah paritas 2 dan 3.14 Resiko untuk terjadinya persalinan seksio sesarea pada primipara 2 kali lebih besar dari pada multipara.6 b. Jarak Persalinan/Kelahiran Seorang wanita yang melahirkan kembali dengan jarak yang pendek dari kelahiran sebelumnya akan memberikan dampak yang buruk terhadap kondisi kesehatan ibu dan bayi. Hal ini disebabkan karena bentuk dan fungsi organ reproduksi belum kembali dengan sempurna, sehingga fungsinya akan terganggu apabila terjadi kehamilan dan persalinan kembali. Jarak kehamilan minimal agar organ reproduksi dapat berfungsi kembali dengan baik adalah 24 bulan. Jarak antar dua persalinan yang terlalu dekat dapat

13

meningkatkan

kejadian

anemia

yang

pada

akhirnya

dapat

menyebabkan BBLR, kelahiran preterm dan lahir mati yang mempengaruhi proses persalinan dari faktor bayi (passenger).5 Jarak persalinan yang terlalu jauh berhubungan dengan bertambahnya umur ibu. Hal ini terjadi karena proses degeneratif yang menyebabkan melemahnya kekuatan fungsi otot uterus dan otot panggul yang sangat berpengaruh pada proses persalinan apabila terjadi kehamilan lagi. Kontraksi otot-otot uterus dan panggul yang lemah menyebabkan kekuatan his (power) pada proses persalinan tidak adekuat, sehingga banyak terjadi partus lama/tak maju.5,6 c. Kadar Hemoglobin Anemia merupakan suatu keadaan dimana jumlah eritrosit yang beredar atau konsentrasi hemoglobin menurun. Sebagai akibatnya, ada penurunan transportasi oksigen dari paru ke jaringan perifer. Selama kehamilan, anemia lazim terjadi dan biasanya disebabkan oleh karena defisiensi besi sekunder terhadap kehilangan darah sebelumnya yang merupakan penyebab tersering defisiensi besi (kehilangan 0,5 mg Fe per mL darah) atau asupan besi (Fe) yang terlalu rendah seperti pada keadaan malnutrisi serta kebutuhan Fe yang meningkat selama kehamilan. Selain itu, defisiensi besi juga dapat disebabkan oleh daur ulang Fe yang berkurang, absorpsi Fe berkurang serta adanya kelainan apotransferin yaitu suatu enzim yang mentranspor Fe ke plasma.15 Seseorang dikatakan anemia bila kadar hemoglobin (Hb) < 10 gr% disebut anemia berat dan bila kadar < 6 gr% disebut anemia gravis. Batas anemia pada ibu hamil di Indonesia adalah < 11 gr%.5 Anemia sendiri jarang menimbulkan krisis kedaruratan akut selama kehamilan, namun pada hakekatnya setiap masalah kegawatan dapat diperberat oleh anemia yang telah ada.4 Kadar Hb yang rendah pada ibu hamil sampai pada bulan-bulan terakhir dan saat mendekati proses persalinan mempengaruhi kerja otot-otot alat reproduksi yaitu otot uterus, otot panggul dan ligament.

14

Hal ini mengakibatkan ibu tidak mempunyai kekuatan his (power) yang adekuat, sehingga dapat menyebabkan pembukaan jalan lahir tidak optimal yang pada akhirnya proses persalinan mengalami kesulitan. Hal ini merupakan komplikasi persalinan yang sering terjadi, Oleh karena itu untuk menyelamatkan ibu dan bayi perlu dilakukan tindakan, salah satunya dengan seksio sesarea darurat.5,7 Menurut catatan dan perhitungan Dep.Kes RI di Indonesia sekitar 67% bumil mengalami anemia dalam berbagai jenjang. Berdasarkan WHO, anemia bumil adalah bila Hb kurang dari 11 gr%. Anemia bumil di Indonesia sangat bervariasi, yaitu:16 1). Hbs 11 gr% 2). Hbs 9-10 gr% 3). Hbs 7-9 gr% 4). Hbs 5-7 gr% normal anemia ringan anemia sedang anemia berat.

Sebagian besar anemia adalah anemia defisiensi Fe yang dapat disebabkan oleh konsumsi Fe dari makanan yang kurang atau terjadi perdarahan menahun akibat parasit, seperti ankilostomiasis. Dari fakta tersebut dapat dikemukan bahwa dasar utama anemia pada bumil adalah kemiskinan sehingga tidak mampu memenuhi standar makanan. Saat persalinan yang disertai perdarahan sekitar 300 cc dan lahirnya plasenta, ibu akan kehilangan Fe sebesar 200 mg dan kelangsungan ini harus mendapat kompensasi dari makanan untuk kelangsungan laktasi. Tingginya anemia pada bumil dapat

mencerminkan ketidakmampuan sosial ekonomi keluarga atau seluruh komponen bangsa karena nilai gizi tidak memenuhi syarat kesehatan. Anemia yang paling banyak ditemukan adalah anemia defisiensi besi sehingga pengobatannya relatif mudah dan murah.16

15

2.5.3 Faktor Pemeriksaan Kehamilan dan Pertolongan Persalinan, yang meliputi : a. Perawatan Kehamilan (Antenatal Care/ANC) Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal seperti yang ditetapkan.17 Standar pelayanan antenatal menurut Depkes RI pada tahun 2000 menjelaskan bahwa pada pemeriksaan dan pemantauan baik pada kunjungan pertama atau kunjungan ulang apabila dilakukan dengan baik dan dicatat semua temuan Pada buku KIA atau kartu ibu maka faktor resiko dapat diketahui. Oleh karena itu, apabila pelayanan dan perawatan antenatal baik sesuai standar yang dianjurkan WHO, maka faktor resiko pada kehamilan dapat terdeteksi sedini mungkin, sehingga penyulit atau komplikasi pada masa kehamilan atau persalinan dapat diminimalkan. Pemeriksaan kehamilan yang direkomendasikan adalah minimal 4 kali selama masa kehamilan.14 Jumlah kunjungan antenatal di Indonesia yang dipakai sebagai pedoman oleh Departemen Kesehatan adalah sebanyak paling sedikit empat kali selama kehamilan. Waktu yang ditetapkan adalah satu kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester ketiga atau tidak ada (nol) kunjungan pada trimester pertama, dua kali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester ketiga.17,18 Pelayanan antenatal selengkapnya mencakup banyak hal yang meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (baik pemeriksaan umum maupun kebidanan), pemeriksaan laboratorium atas indikasi serta

intervensi dasar dan khusus (sesuai resiko yang ada). Namun dalam penerapan operasionalnya dikenal standart minimal 5T, yaitu terdiri dari :18

16

1) 2) 3) 4) 5)

Timbang berat badan, Ukur tinggi badan Ukur tekanan darah Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid (TT) lengkap Ukur tinggi fundus uteri Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan. Jadi berdasarkan beberapa keterangan diatas, maka pelayanan

antenatal berkualitas bila 5 jenis pemeriksaan kehamilan yang dikenal dengan 5T diberikan pada saat pemeriksan kehamilan, waktu kunjungan sesuai dengan umur kehamilan, jumlah kunjungan minimal 4 kali selama kehamilan, pemberian penyuluhan dan adanya upaya rujukan oleh tenaga kesehatan. b. Cara Datang Upaya rujukan adalah suatu upaya yang dilakukan oleh petugas kesehatan (bidan) untuk menyerahkan tanggungjawab atas timbulnya masalah dari suatu kasus kepada yang lebih kompeten, terjangkau dan rasional. Rujukan yang rasional adalah rujukan yang dilakukan dengan mempertimbangkan daya guna (efisiensi) dan hasil guna.7,16 Rujukan obstetri yang paling penting ada 2 yaitu pengiriman penderita (transfer of patient) dan pengalihan pengetahuan dan keterampilan (transfer of knowledge and skill). Dalam pelaksanaan rujukan, alur rujukan yang perlu diperhatikan adalah : tingkat kegawatan penderita, waktu, jarak tempat, sarana yang dibutuhkan serta tingkat kemampuan rujukan. Jenis kasus rujukan dalam bidang obstetri adalah :5,16 1). Rujukan ibu hamil resiko tinggi atau gawat obstetri adalah proses yang ditujukan kepada ibu hamil dengan resiko tinggi dengan kondisi ibu dan janin masih sehat, penderita tidak perlu segera dirujuk. Selama kehamilan dapat disiapkan dan direncanakan persalinan aman dengan tempat dan penolong yang sesuai dengan kondisi ibu. Rujukan dapat dilakukan saat hamil aterm

17

selama in partum atau belum mengalami komplikasi persalinan. Contoh ibu hamil dengan bekas seksio sesarea. 2). Rujukan gawat darurat obstetri (emergensi) adalah rujukan yang harus dilakukan saat itu juga dengan tujuan upaya penyelamatan ibu dan atau bayi. Contoh : ibu dengan perdarahan antepartum, eklamsia, komplikasi obstetri ibu yang dapat terjadi pada semua ibu hamil dan persalinan. 2.5.4 Indikasi Medis Seksio Sesarea darurat Jalan lahir (passage), janin (passenger), kekuatan his ibu (power), psikologi ibu dan penolong persalinan merupakan faktor-faktor yang menentukan keberhasilan suatu persalinan. Apabila terdapat gangguan pada salah satu faktor tersebut akan mengakibatkan persalinan tidak berjalan dengan lancar bahkan dapat menimbulkan komplikasi yang dapat membahayakan ibu dan janin. Seksio sesarea diperbolehkan jika persalinan pervaginam mengandung resiko yang lebih besar bagi ibu atau janin dibandingkan dengan seksio sesarea.20 Keadaan yang menjadi indikasi untuk melakukan pembedahan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi morbiditas dan mortalitas pembedahan. Adapun indikasi dilakukannya seksio sesarea adalah persalinan berkepanjangan, malpresentasi atau malposisi, disproporsi sefalopelvis, distress janin, prolaps tali pusat, plasenta previa, abrupsio plasenta, bedah sesarea ulangan.21 Persalinan berkepanjangan dimana kontraksi dengan kualitas rendah, pembukaan yang tidak berkembang, bayi yang tidak turun meskipun sudah dilakukan usaha untuk mengistirahatkan rahim atau merangsang kontraksi lebih kuat. Malpresentasi atau malposisi dimana letak bayi dalam rahim tidak menguntungkan untuk melahirkan lewat vagina. Contoh malpresentasi adalah posisi transversal, presentasi sungsang. Malposisi mencakup posisi oksiput posterior yang persisten atau asinklitisme. Disproporsi sefalopelvik dimana kepala bayi terlalu besar, struktur panggul ibu terlalu kecil atau kombinasi keduanya. Distress janin dimana perubahan tertentu pada

18

kecepatan denyut jantung janin dapat menunjukkan adanya masalah pada bayi. Perubahan kecepatan jantung ini dapat terjadi jika tali pusat tertekan atau berkurangnya aliran darah teroksigenasi ke plasenta. Memantau respon kecepatan jantung janin terhadap rangsang kulit kepala atau menggunakan pemantauan kejenuhan oksigen janin dapat membantu pemberi perawatan mengetahui apakah bayi mengompensasi keadaan ini dengan baik atau mulai mengalami efek kekurangan oksigen. Jika bayi tidak mampu lagi mengompensasinya, perlu dilakukan seksio sesarea. Prolaps tali pusat dimana jika tali pusat turun melalui leher rahim sebelum si bayi, kepala atau tubuh bayi dapat menjepit tali pusat tersebut dan secara drastis mengurangi pasokan oksigen sehingga mengharuskan dilakukannya melahirkan secara seksio sesarea segera. Plasenta previa dimana plasenta menutupi sebagian leher rahim. Saat leher rahim melebar, plasenta terlepas dari rahim menyebabkan perdarahan yang tidak sakit pada calon ibu. Hal ini dapat mengurangi pasokan oksigen ke janin. Melahirkan lewat vagina yang aman tidak dimungkinkan pada plasenta previa karena plasenta akan keluar sebelum si bayi Abrupsio plasenta dimana plasenta secara dini terlepas dari
dinding rahim. Keadaan ini dapat menyebabkan perdarahan vagina atau perdarahan tersembunyi dengan sakit perut yang spontan. Pemisahan ini merupakan pasokan oksigen ke janin dan bergantung pada seberapa banyak plasenta yang terlepas, perlu dilakukan seksio sesarea.21,22

19

2.6

Kerangka Teori

Gambar 2.2 Kerangka teori

Anda mungkin juga menyukai