Anda di halaman 1dari 4

v

TUJUAN

ADSORPSI PADA LARUTAN

Mengamati peristiwa adsorbsi suatu larutan pada suhu tetap oleh padatan. TEORI Adsorbsi adalah peristiwa penyerapan cairan pada permukaan zat penyerap (adsorbsi). Zat yang diserap disebut adsorbat. Zat padat terdiri dari atom-atom atau molekul-molekul yang saling tarik menarik dengan daya tarik Van Der Waals. Kalau ditinjau molekul-molekul di dalam zat padat, maka gaya tarik menarik antara satu molekul dengan molekul yang lain disekelilingnya adalah seimbang. Sebab gaya tarik yang satu akan dinetralkan oleh yang lain yang letaknya simetri (atau resultantenya = 0). Lain halnya dengan molekul-molekul yang letaknya dipermukaan, gaya tarik kedua molekul tersebut tidak seimbang karena pada salah satu arah disekeliling molekul tersebut tidak ada molekul lain yang menariknya. Akibatnya zat tersebut akan menarik molekul-molekul gas aatau solute kepermukaannya. Fenomena ini disebut adsorbsi. Adsorbsi dipengaruhi : - Macam adsorben - Macam zat yang diadsorbsi (Adsorbat) - Konsentrasi masing-masing zat - Luas permukaan - Temperatur - Tekanan Untuk adsorben dengan luas permukaan tertentu, makin tinggi konsentrasi adsorbat makin besar zat yang dapat diserap. Proses adsorbsi berada dalam keadaan setimbang apabila kecepatan desorbsi sama dengan kecepatan adsorbsi. Apabila salah satu zat ditambah atau dikurangi maka akan terjadi kesetimbangan baru. Desorbsi adalah kebalikan adsorbsi, yaitu peristiwa terlepasnya kembali adsorbat dari permukaan adsorben. Adsorbsi isotermis adalah adsorbsi yang terjadi pada temperatur tetap. Untuk menerangkan fenomena adsorbsi secara kuantitatif kita mendasarkan pada teori termodinamika dari Gibbs dan Vant Hoff. A. Persamaan empiris dari Adsorbsi isotermis Freundlich : /n = k Cn n log C + log k = log X - log n
22

dimana, X = berat zat (solut) yang teradsorbsi (gram) m = berat adsorben (gram) C = konsentrasi larutan setelah diadsorbsi (setelah setimbang) k = konstanta Freundlich n = konstanta lain B. Persamaan teoritis dari adsorbsi Langmuir : = dimana, N = mol asam yang teradsorbsi per gram karbon aktif C = konsentrasi akhir dari asam dalam mol/liter K = konstanta Langmuir Nm = jumlah mol yang diperlukan untuk membuat lapisan tunggal pada karbon aktif. + N

Baik persamaan Freundlich maupun persamaan Langmuir hanya sesuai/cocok jika zat yang diserap membentuk lapisan tunggal (monolayer) pada permukaan adsorben. Kedua isoterm tersebut tidak cocok lagi pada tekanan yang lebih tinggi, karena lapisan adsorbat yang terserap tidak lagi berbentuk lapisan tunggal, tetapi menjadi lapisan multi molekuler. Untuk kondisi ini, isoterm yang lebih sesuai dipakai adalah isoterm BET (Brunauer Emmet and Teller). Isoterm ini dibuat atas dasar anggapan bahwa kekuatanyang ada dipakai untuk kondensasi dan energi ikat adsorbsi multimolekuler. Kalor adsorbsi gas pada lapisan kedua, ketiga dst dianggap sama dengan kalor pencairan gas. Adsorbsi larutan oleh zat padat ada 3 kemungkinan : a. Adsorbsi positif Apabila solut relatif lebih besar teradsorbsi daripada adsorbent. Contoh: zat warna oleh aluminium atau Chromium. b. Adsorbsi negatif Apabila solvent relatif lebih besar teradsorbsi daripada solute dalam larutan. Contoh: Alkaloid dengan karbon aktif c. Berdasarkan kondisi kita mengenal dua jenis adsorpsi 1. Adsorbsi fisika (physisorption)
23

Apabila adsorbsi berjalan pada temperatur rendah dan prosesnya reversible jumlah asam yang hilang karena diadsorb = pengurangan konsentrasi asam dalam larutan. 2. Adsorbsi kimia (chemisorption, activated adsorbsion) Apabila adsorbsi berjalan pada temperatur tinggi disertai dengan reaksi kimia yang irreversibel. ALAT 1. Kertas Saring 2. Labu erlenmeyer 7 buah 3. Cawan porselin 1 buah 4. Corong 1 buah 5. Pipet ukur 1 buah 6. Buret 1 buah 7. Statif/klem 1 buah 8. Bunsen/kaki tiga/kasa 1 buah 9. Gelas arloji 1 buah 10. Labu takar/gelas ukur 50 ml, 100 ml. BAHAN 1. NaOH 0,1 N 2. Asam Asetat 3. Carbon aktif 4. HCL 5. Indikator PP/MO CARA KERJA Sebagai adsorben dipakai karbon aktif dan sebagai adsorbat dipakai suatu asam (ditentukan oleh asisten, misal asam asetat). 1. Panaskan karbon dalam cawan porselin, jaga jangan sampai membara, kemudian didinginkan dalam desikator. Masukkan dalam enam buah labu erlenmeyer dengan berat karbon masing-masing 1 gram. 2. Buatlah larutan asam asetat dengan konsentrasi 0,15; 0,12; 0,09; 0,06; 0,03 dan 0,015 N. Larutan ini dibuat dari pengenceran larutan 1 N. Masukkan larutan tersebut ke dalam Erlenmeyer yang telah berisi karbon aktif.
24

3. Satu erlenmeyer yang tidak ada karbon aktifnya diisi 25 ml 0,03M larutan asam asetat, contoh ini akan dipakai sebagai kontrol. 4. Tutup semua labu tersebut dan kocoklah secara periodik selama 30 menit,kemudian biarkan diam untuk paling sedikit 1 jam agar terjadi kesetimbangan. 5. Saringlah masing-masing larutan memakai kertas saring halus, buang 10 ml pertama dari filtrat untuk menghindarkan kesalahan akibat adsorbsi karena kertas saring. 6. Titrasi 25 ml larutan filtrat dengan 0,1 N NaOH baku dengan indikator PP. Lakukan 2 kali untuk masing-masing larutan TUGAS 1. Hitung konsentrasi akhir dari asam asetat dari masing-masing tabungnya. 2. Hitunglah jumlah mol sebelum dan sesudah adsorbsi dan hitung pula jumlah mol yang telah teradsorbsi. 3. Hitunglah mol asam yang teradsorbsi per gram karbon aktif pada masing-masing tabung. 4. Hitunglah jumlah mol yang diperlukan untuk membuat lapisan tunggal pada karbon aktif (Nm) dengan membuat grafik C/N versus N. PERTANYAAN 1. Apakah beda adsorpsi dan absorpsi? Berikan 2 contoh masing-masing! 2. Jelaskan pengaruh macam adsorben, macam adsorbat, konsentrasi masing-masing zat, luas permukaan, temperatur dan tekanan terhadap adsorpsi. 3. Sebutkan kegunaan sehari-hari peristiwa adsorpsi! Berikan contohnnya! PUSTAKA 1. Alberty, R.A, 1987, PhysicalChemistry,7th, John Wiley and Sons 2. Atkins, P.W., 1995, Physical Chemistry, 5th edition, Oxford 3. Daniels, 1970, Experimental Physical Chemistry, ed. 7

25

Anda mungkin juga menyukai