Anda di halaman 1dari 11

BELAJAR

A. Pengertian Belajar Banyak sekali definisi dari pengertian belajar , dan berikut ini adalah beberapa pendapat atau pandangan-pandangan menurut para ahli Skinner, dalam bukunya educational psychology: the teaching-teaching process, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi yang berlangsung secara progresif . Chaplin dalam dictionary of psychology yaitu membuat 2 macam rumusan. Rumusan pertama, belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan kedua belajar adalah proses memperoleh responrespon sebagai akibat adanya latihan khusus. Hitzman (1978) dalam buku the psychology of learning and memory. Berpandangan bahwa perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut ,baru dapat dikatakan belajar apabila mempengaruhi organisme. Dan para pakar psikologi belajar itu menambahkan bahwa pengalaman hidup sehari-hari dalam bentuk apapun dapat diartikan sebagai belajar karena berpengaruh pada pembentukan kepribadian organisme yang bersangkutan. Witting (1981) mendefinisikan dalam bukunya psychology of learning belajar ialah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman. Dengan demikian, witting lebih menekankan pada behaviour repertoire change,yakni perubahan yang menyangkut aspek psikofisik organisme bukan behaviour change. Reber (1989) dalam kamusnya, dictionary of psychology. Membatasi belajar dengan merumuskan 2 macam definisi. Yang pertama belajar adalah proses memperoleh pengetahuan. Sehingga dipandangan para ahli kurang representatif karena tidak memasukan keterampilan non kognitif. Yang kedua, belajar yaitu suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat. Dalam hal ini memiliki 4 macam istilah esensial yang perlu untuk dipahami. Berikut istilah-istilah tersebut: 1) Relatively permanent (yang secara umum menetap). Yang bermakna bahwa perubahan yang berupa sementara seperti nperubahan karena mabuk,lelah jenuh ,dan perubahan karena kematangan fisik bukanlah termasuk belajar. 2) Response potentiality (kemampuan bereaksi). Merupakan pengakuan terhadap adanya perbedaan antara belajar dan penampilan atau kinerja hasil-hasil belajar. Hal ini merefleksikan keyakinan bahwa belajar itu merupakan peristiwa hipotesis yang hanya dapat dikenali melalui perubahan kinerja akademik yang dapat diukur.

Page 1

3) Reinforced (yang diperkuat). Bermakna bahwa kemajuan dari proses belajar mungkin akan musnah atau sangat lemah apabila tidak diberi penguatan. 4) Practice (praktek atau latihan) menunjukkan bahwa proses belajar membutuhkan latihan yang berulang-ulang untuk menjamin kelestarian kinerja akademik yang telah dicapai siswa. Timbulnya perbedaan pendapat disebabkan adanya perbedaan sudut pandang.akan tetapi dapat disimpulkan secara umum belajar merupakan tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan kognitif. B. Tujuan Belajar Belajar merupakan kegiatan penting yang harus dilakukan setiap orang secara maksimal untuk dapat mengusai atau memperoleh sesuatu. Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan keterampilan, dan sebagainya. 1. Belajar adalah suatu usaha. Perbuatan yang dilakukan secara sungguh-sungguh, dengan sistemamatis dengan mendayagunakan semua potensi yang dimiliki, baik fisik ,mental serta dana, panca indera , otak dan anggota tubuh lainnya , demikian pula aspek-aspek kejiwaan intelegensi, bakat, motivasi, minat dan sebagainya. 2. Belajar bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri antara lain tingkah laku. Misalnya seorang anak kecil yang belum memasuki sekolah bertingkah laku manja, egois, cengeng, dan sebagainya. Kemudian setelah beberapa bulan masuk sekolah dasar,tingkah lakunya berubah menjadi anak yang tidak lagi cengeng, lebih mandiri, dan dapat bergaul dengan baik dengan temantemannya. Hal ini menunjukkan bahwa anak tersebut telah belajar dari lingkungan yang baru. 3. Belajar bertujuan mengubah kebiasaan, dari yang buruk menjadi baik. Contohnya mengubah kebiasaan merokok menjadi tidak merokok, menghilangkan ketergantungan pada minum-minum keras, atau mengubah kebiasaan anak yang sering keluyuran, dapat dilakukan dengan suatu proses belajar. 4. Belajar bertujuan untuk mengubah sikap dari negatif menjadi positif, tidak hormat menjadi hormat, benci menjadi sayang, dan sebagainya. Misalnya seorang remaja yang tadinya selalu bersikap menentang orang tuanya dapat diubah menjadi lebih hormat dan patuh pada orangtua. 5. Belajar bertujuan untuk meningkatkan keterampilan atau kecakapan. Misalnya dalam hal olahraga, kesenian, jasa, tehnik, pertanian, perikanan, pelayaran, dan sebagainya. Seorang yang terampil main bulu tangkis, bola, tinju, maupun cabang olahraga lainnya sebagian besar ditentukan oleh ketekunan belajar dan

Page 2

latihan yang sungguh-sungguh. Demikian pula halnya dengan keterampilan bermain gitar, piano, menari, melukis, bertukang, membuat barang-barang kerajinan, semua perlu usaha dengan belajar yang serius, rajin dan tekun. 6. Belajar bertujuan untuk menambah pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu. Misalnya seorang anak yang awalnya tidak bisa membaca, menulis, dan berhitung, menjadi bisa karena belajar. Dari uraian diatas dapat diketahui belajar adalah kegiatan manusia yang sangat penting dan harus dilakukan selama hidup, karena melalui belajar manusia dapat melakukan perbaikan dalam berbagai hal yang menyangkut kepentingan hidup. Dengan kata lain, dengan belajar manusia dapat memperbaiki nasib, mencapai cita-cita, dan memperoleh kesempatan yang lebih luas untuk berkarya. Pengertian belajar yang secara umum disepakati secara luas adalah bahwa pada dasarnya belajar merujuk pada suatu perubahan. Akan tetapi tidak semua perubahan dalam tingkah laku, sikap, ataupun kebiasaan dapat disebut sebagai hasil belajar. Contohnya keadaan mabuk akibat minum minuman keras dapat menyebabkan perubahan tingkah laku dan sikap, tetapi tidak dapat disebut sebagai hasil belajar. Oleh sebab itu marilah kita lihat lebih dalam mengenai ciri-ciri belajar. C. Ciri-ciri Belajar Ciri-ciri belajar adalah sebagai berikut. 1. Perubahan yang terjadi secara sadar. Individu yang belajar akan mengalamin perubahan, sekurang-kurangnya individu telah merasakan terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Contohnya seorang anak yang mulai bisa menulis akan memiliki kebiasaan baru membuat coretan-coretan tulisan atau huruf- huruf yang ia pelajari 2. Perubahan dalam belajar bersifat aktif dan positif Belajar seharusnya membuat seseorang lebih baik atau lebih cakap dalam bekerja. Contohnya jika seorang balajar computer, lama kelamaaan ia akan semakin mahir dalam menggunakan computer, misalnya dapat mengetik lebih cepat dan lebih sedikit membuat kesalahan. Perubahan-perubahan itu bertujuan memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian semakin banyak atau semakin intensif usaha belajar itu dilakukan maka akan semakin baik perubahan yang diperoleh. 3. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan atau proses belajar berikutnya. Misalnya seorang anak yang belajar menulis, awalnya hanya mengenal huruf atau abjad,

Page 3

kemudian berkembang menjadi kata, selanjutnya akan berkembang lagi menjadi kalimat, hingga akhirnya ia dapat membuat sebuah karangan. Kemudian kemampuan tersebut masih dapat dikembangkan lagi sesuai dengan usaha belajar yang dilakukan oleh individu tersebut. 4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara. Ilmu pengetahuan yang kita peroleh relative akan selalu melekat dalam ingatan kita, meskipun pengetahuan itu diperoleh melalui pengalaman. Misalnya jika mula-mula tidak bisa naik sepeda, setelah belajar maka kita bisa naik sepeda, dan hasil dari belajar itu umumnya adalah permanen. 5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah Maksud dari pernyataan tersebut adalah bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi disebabkan adanya tujuan yang akan dicapai. Perubahan dalam belajar terarah pada perubahan tingkah laku, yang benar-benar bisa disadari. Contohnya belajar menjahit akan terlihat hasilnya misalnya pada hasil jahitan yang semakin rapi. 6. Perubahan mencakup seluruh tingkah laku. Perubahan dalam belajar mencakup seluruh aspek tingkah laku individu. Misalnya perbuatan, perkataan, sikap, dan kebiasaan. Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, kita melihat bahwa definisi belajar cenderung menitik beratkan pada usaha tiap individu yang seringkali berkaitan dengan ketekunan, keteguhan hati, dan intensitas belajar itu sendiri. D. Keterkaitan antara Belajar dan Kematangan Ada 2 aspek membelajarkan anak didik,yaitu aspek kematangan (maturation) dan aspek belajar (learning). Kematangan terjadi akibat adanya perubahan-perubahan kuantitatif di dalam jasmani dan kualitatif terhadap struktur tersebut. Sedangkan, belajar merupakan perubahan terus-menerus terjadi didalam individu yang tidak ditentukan oleh unsur keturunan,tetapi ditentukan oleh faktor ekstern E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar Di klasifikasi menjadi 2 yaitu: Faktor dari luar diri pelajar. Faktor ini sangatlah banyak seperti halnya keadaan tempat,suhu,cuaca,alat-alat tulis dan lain-lain. Faktor dari dalam pelajar. Faktor ini juga sama banyaknya dengan faktor ekstern. Di antaranya,bakat,intelegensi,motif dan lain-lain.

Page 4

Berikut ini adalah sedikit pembahasan tentang faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pelajar. (A) INTELEGENSI I. Pengertian intelegensi Intelegensi (kecerdasan) merupakan kemampuan yang dibawa sejak lahir yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Intelegensi tinggi dapat juga dikatakan ketika sesorang mampu menyelesaikan masalah dengan cepat dan berhasil begitupun sebaliknya. Seseorang dapat dikatakan bodoh atau tidak cerdas ketika seseorang mengalami kesulitan dalam memecahkan masalahnya. Teori-teori intelegensi

II.

Dan berikut merupakan pembahasan konsep tentang teori-teori intelegensi yang digolongkan menjadi 5 kelompok. Teori-teori yang bersifat spekulatif. Teori-teori yang bersifat pragmatik. Teori-teori yang berdasarkan analisis faktor,yang disebut teori-teori faktor. Teori-teori yang bersifat operasinonal. Teori-teori yang berdasarkan fungsional.

Teori-teori bersifat spekulatif Spearman dalam buku the ability of man ( 1927) membagi pembahasan intelegensi umum,intelegensi sebagai kesatuan daya-daya jiwa yang formal dan intelegensi sebgai taraf umum daya-daya jiwa khusus. Teori-teori bersifat pragmatis Dikutip oleh loevinger (1954) menyatakan bahwa Intelegensi adalah apa yang diukur oleh test intelegensi. Teori-teori faktor Teori-teori faktor berdasarkan pada kenyaataan untuk menyelediki dan mencari sifat hakikat. Ada beberapa pandangan teori para ahli yang cukup terkenal merintis teori faktor a. Teori spearman Bahwa tingkah laku manusia dimungkinkan oleh 2 faktor. Faktor umum yaitu faktor yang mendasar tingkah laku seseorang. Sedangkan faktor khusus sebagai faktor yang berfungsi pada tingkah laku-tingkah laku tertentu. b. Teori thomson,faktor umum itu tidak ada,yang ada hanyalah faktor khusus.

Page 5

c. Teori cyrill butt, tetapi dai menambahkan bahwa munculnya sifat kelompok d. Teori thurstone, menolak faktor umum ,adapaun itu hanyalah faktor kelompok yang memilki 7 macam, yaitu faktor ingatan ,verbal, bilangan, kelancaran, penalaran, persepsi dan keruangan. e. Teori guilford Guiford telah sampai pada kesimpulan bahwa intelegensi mengandung 3 aspek, yaitu: 1) operations,aspek ini menunjukkan pada berbagai cara beroperasinya intelegensi. 2) products,aspek product menunjuk pada macam-macam yang dihasilkan oleh kegiatan intelektual. 3) contens, aspek ini menunjukkan pada apa isi kegiatan intelektual itu yang mencakup : figural,symbolic,semantic dan behavioral. Teori-teori yang bersifat operasional Konsep ini disusun berdasarkan bahwa sesuai dengan aturan,dan tidak melenceng dari suatu kaidah atau norma. Teori-teori yang bersifat fungsional Disusun atas pemikiran atau analisis mngenai bagaimana fungsinya intelegensi itu lalu dirumuskan sifat atau definisinya. III. Penelitian mengenai intelegensi Secara garis besar usaha penelitian para ahli untuk memahami intelegensi dapat digolongkan menjadi dua kelompok,yaitu usaha-usaha untuk menyusun alat pengukur (test) intelegensi dan usaha untuk mencari informasi mengenai hubungan intelegensi itu dengan berbagai faktor. 1) Penyusunan tes intelegensi Sifat umum usaha pengukuran psikologis dengan menggunakan berbagai test psikologis ialah membandingkan individu yang di tes dengan norma tertentu. Dan pada umumnya norma yang digunakan ialah intelegensi kelompok sebaya.dan dari situ munculnya konsep intelegensi quotient (IQ). IQ diperoleh dari ratio antara umur mental (mental age) dengan umur kronologis (chronological age). Walaupun terdapat berbagai test namun prinsipnya sama.

IQ =

2) Penelitian tentang korelasi intelegensi dengan faktor lain Pada umumnya penelitian ini bertujuan untuk mendapatakan informasi mengenai variabel-variabel yang mempengaruhi perkembangan intelegensi itu. Dan secara garis

Page 6

besar bahwa perkembangan dan fungsi intelegensi dipengaruhi oleh 2 kelompok faktor, yaitu faktor-faktor yang berasal dari individu dan dari dari luar individu. Sehingga hasil-hasil penelitian tersebut,intelegensi seringkali digunakan sebagai prediktor yang penting dalam kegiatan seleksi dan penempatan,baik di dunia kerja maupun pendidikan. Namun, hasil pengukuran intelegensi memiliki kelemahan,yang akhirnya memunculkan faktor yang menentukan intelegensi. IV. Faktor-faktor yang menentukan intelegensi o Faktor pembawaan merupakan potensi diri seseorang, adalah faktor pertama yang berperan dalam intelegeni seseorang yang membawa sifat-sifat dan potensi tertentu sejak lahir. o Faktor kematangan terjadi karena pertumbuhan jasmani dan rohani yang berasal dari dalam. o Faktor pembentukkan,yakni perkembangan yang dipengaruhi keadaankeaadan dari luar atau lingkungan.

(B) BAKAT (APTITUDE) Pembahasan mengenai bakat, biasa dikatakan sama tuanya dengan peradaban manusia. Sejak dulu manusia telah berusaha menggarap masalah ini, walaupun hingga saat ini hasilnya masih belum memuaskan. Urgensi untuk menggarap masalah ini masih tetap ada sampai sekarang, terlebih dalam hubungannya dengan pendidikan dan pemilihan lapangan kerja. Suatu pandangan umum mengatakan bahwa seseorang akan lebih berhasil jika ia belajar dalam bidang yang sesuai dengan bakatnya. Berbagai hasil penelitian memberi bukti akan kebenaran anggapan tersebut. (C) EMOSI Gangguan emosi yang serius sering muncul pada anak-anak remaja. Mereka mengalami depresi, kecemasan yang berlebihan tentang kesehatan sampai pikiran bunuh diri atau mencoba bunuh diri. Banyak anak remaja yang terlibat dalam kenakalan remaja, bertingkah laku aneh, minum minuman keras, kecanduan obat bius, alkohol, sehingga memerlukan bantuan yang serius. (D) MOTIF, NEEDS, DAN MOTIVASI 1. Motif 1.1 Pengertian motif Motif adalah keadaan dalam diri orang yang mendorong orang bersangkutan untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu guna mencapai suatu tujuan. Jadi, motif bukanlah hal yang dapat diamati, tetapi hal yang dapat disimpulkan adanya karena sesuatu hal yang dapat diamati.

Page 7

1.2 Macam-macam motif a) Menurut Woodworth dan Marquis (1955,h.301-333) motif itu dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu motif atau kebutuhan organis, motif-motif darurat, dan motif-motif obyektif. b) Penggolongan yang lain didasarkan atas terbentuknya motif-motif itu. Berdasarkan atas hal ini dapat dibedakan adanya tiga macam motif, yaitu motif-motif bawaan [Motif yang dibawa sejak lahir], Motif yang diisyaratkan secara biologis artinya ada dalam warisan biologis manusia.dan motif-motif yang dipelajari [Motif-motif yang timbulnya karena dipelajari]. c) Berdasarkan atas alasannya, maka orang membedakan adanya dua motif, yaitu (1) motif-motif ekstrinsik, yaitu motif-motif yang berfungsi karena adanya perangsang dari luar. (2) motif-motif intrinsik, yaitu motif-motif yang berfungsi tanpa rangsangan dari luar, karena memang dalam diri individu sendiri telah ada dorongan itu. d) Ada juga ahli-ahli yang yang menggolongkan motif-motif itu menjadi dua macam atas dasar isi atau persangkut-pautannya, yaitu Motif jasmaniah [Refleks,Instink,Otomatisme,Nafsu], Motif rokhaniah, yaitu kemauan. Kemauan ini terbentuk melalui empat momen, seperti momen timbulnya alasan, momen pilih, momen putusan, momen terbentuknya kemauan.

2. Kebutuhan (needs) Needs adalah keadaan yang menimbulkan motivasi. Needs merupakan potensialiatas tetap yang dimotivasi dengan cara tertentu, atau suatu kecenderungan relatif permanen di dalam diri seseorang yang termotivasi dengan cara-cara tertentu. Timbulnya kebutuhan dalam diri seseorang adalah menunjukkan bahwa orang itu termotivasi dengan cara tertentu. Kebutuhan dipengaruhi oleh faktor-faktor internal maupun eksternal. Beberepa kebutuhan timbul berdasarkan kondisi-kondisi fisiologis, misalnya kebutuhan lapar. 3. Motivasi 3.1 Pengertian motivasi Menurut McDonal; Motivasi adalah perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan. Mtif adalah setiap kondisi atau keadaan pada diri seseorang atau suatu organismeyang menimbulkan kesiapaan untuk memulai atau melanjutkan suatu atau seperangkat tindakan atau perilaku.Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif atau motif-motif yang menjadi tindakan atau perilaku untuk memuaskan atau memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan.

Page 8

3.2 Elemen-elemen Motivasi a) Elemen dasar; Berupa perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang, berupa keadaan tidak puas,atau ketegangan psikologis. b) Elemen luar; Merupakan tujuan yang ingin dicapai seseorang. Tujuan itu sendiri berada diluar diri seseorang, namun mengarahkan tingkah laku untuk mencapainya. 3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi a) Cita-cita atau aspirasi siswa; yaitu tampak pada keinginan anak sejak kecil seperti keinginan akan belajar berjalan,membaca, menyanyi dan sebagainya. b) Kemampuan siswa; Keberhasilan atau kemampuan siswa yang tinggi dalam menyelesaikan suatu tugas dengan baik, dapat menimbulakan perasaan yang puas dan menyenangkan. c) Kondisi siswa; Meliputi kondisi jasmani dan rohani. Seorang siswa yang sedang sakit, lapar, marah-marah akan mengganggu perhatian belajar dia. d) Kondisi Lingkungan; Keadaan alam, lingkungan tempat tinggal,pergaulan se sebaya dan kehidupan kemasyarakatannya. 3.4 Peran motivasi dalam belajar dan pembelajaran a) Motivasi menentukan penguat belajar; Motivasi dapat menentukan hal-hal apa di lingkungan yang dapat memperkuat perbuatan belajar. Hal ini tidak cukup dengan memberikan sumber-sumber belajar melainkan yang lebih penting adalah mengaitkan isi dari pad pelajaran dengan perangkat apa pun yang berada paling dekat dengan siswa di lingkungannya. b) Motivasi memperkuat tujuan belajar; Suatu proses belajar akan lebih mudah terjadi apabila kita memahami apa tujuan pelajaran itu. c) Motivasi belajar menentukan ragam kendali rangsangan belajar; Motivasi yang dimiliki individu tidak hanya memperjelas tujuan pelajaran yang diikuti, tetapi juga dapat digunakan untuk memilih hal-hal mana dari stimulus yang diperolehnya, yang berkaitan dengan pelajaran tersebut dan mana yang tidak. d) Motivasi menentukan ketekunan belajar; motivasi menyebabkan seseorang tekun akan belajar ,sebaliknya seseorang yang kurang akan motivasi maka ia tidaka tahan lama akan belajar. 3.5 Peranan guru dalam memotivasi belajar siswa a) Mengenal setiap siswa yang diajarnya secara pribadi b) Memperlihatkan interaksi yang menyenangkan sehingga menimbulkan suasana aman di kelas dan menciptakan suasana sehat dalam kelas. c) Menguasai berbagai metode dan teknik mengajar dan menggunakannya secara tepat,sehingga guru dapat mengubah teknik belajarnya sesuai dengan suasana kelas.

Page 9

d) Menjaga suasana kelas agar siswa terhindar dari konflik dan frustasi, sebab hal tersebut dapat menyebabkan gairah belajar siswa menurun. e) Memperlakukan siswa sesuai dengan keadaan dan kemampuannya.

E. KONSEP DIRI (SELFf-CONCEPT) Konsep diri merupakan pikiran atau persepsi seseorang tentang dirinya sendiri,serta merupakan salah satu yang mempengaruhi tingkah laku. Para pendidik sadar akan dampak dari konsep diri dan harga diri terhadap tingkah laku anak di dalam kelas dan terhadap prestasinya. Berikut ciri-ciri dari konsep diri : Terorganisasikan; Seorang individu mengumpulkan banyak informasi yang dipakai untuk membentuk persepsi tentang dirinya sendiri. Multifaset; Individu akan mengkatagorikan persepsi diri itu dalam beberapa wilayah (area), seperti penerimaan sosial, ketertarikan fisik, dan akademis. Stabil; konsep diri secara umum adalah stabil akan tetapi area-area konsep diri itu dapat berubah dan tersusun secara hirarkis; yaitu Konsep diri umum, Konsep diri sosial, Konsep diri fisik. Berkembang; Konsep diri akan berkembang sesuai dengan umur, kematangan atau pengalaman, dan lingkungannya. Evaluatif; Individu tak hanya membentuk deskripsi dirinya pada situasi yang istimewa, tetapi juga mngadakan penilaian terhadap dirinya sendiri

Terdapat 3 faktor yang membentuk pengembangan konsep diri yakni; Pengalaman-pengalaman sekolah, Pola pengasuhan anak, Dan perkembangan dan pertumbuhan fisik. Menurut coopersmith (1967) terdapat tiga kondisi antara konsep diri dengan pola pengasuhan anak,yaitu : Penerimaan orang tua terhadap anak-anaknya, Ketegasan orang tu terhadap batasan-batasan dan peraturan yang jelas, dan Penghargaan orang tua terhadap kebebasan anak untuk bertindak di dalam batasan-batasan yang telah ditentukan.

Page 10

Daftar pustaka

Nursalim, mochamad. 2007. Psikologi Pendidikan. Surabaya: Unesa University Press Ngalim , Purwanto. 2000. Psikologi pendidikan.Bandung: PT Remaja Rosdakarta

Page 11

Anda mungkin juga menyukai