Anda di halaman 1dari 3

BAB II ISI

Cita-cita luhur para pendiri republik ini, 60 tahun yang lalu, yang dipaterikan di dalam Pembukaan UUD 1945, untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia, merupakan amanat bangsa yang harus ditunaikan. Cita-cita ini kemudian menjelma menjadi kuwajiban konstitusi bagi negara untuk memenuhinya, sebagaimana yang tercantum di dalam UUD 1945 pasal 31, ayat 3, : Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur di dalam undang-undang. Kewajiban konstitusi ini secara khusus mengamanatkan kepada negara untuk memprioritaskan penyediaan anggaran pendidikan, sesaui dengan keluhuran cita-cita kemerdekaan dan pendirian negara. Kuwajiban konstitusi tersebut dengan jelas dinyatakan di dalam UUD 1945, pasal 31, ayat 4 : Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurangkurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. Dihadapkan dengan realitas sosial historis masyarakat Indonesia di bidang pendidikan pada saat ini, maka cita-cita luhur tersebut, bukannya semakin mendekat. Bahkan nampak semakin menjauh. Demikian pula cita-cita keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, yang merupakan Sila kelima dari Pancasila, termasuk dalam keadilan pendidikan, semakin memprihatinkan. Meningkatnya beban masyarakat atas semakin mahalnya beaya pendidikan yangmengakibatkan tidak terjangkaunya pendidikan oleh sebagian anggota masyarakat telah menyebabkan terlantarnya anak-anak usia sekolah di beberapa daerah di Indonesia tanpa memperoleh pelayanan pendidikan yang memadai. Demikian pula rusak dan tidak terawatnya gedung-gedung sekolah dasar menyebabkan anak-anak tidak dapat melakukan kegiatan belajar dengan tenang dan nyaman. Situasi ketidak tersediaan fasilitas pendidikan secara memadai ini lebih menyedihkan di daerah konflik maupun yang tertimpa bencana, semisal di Nias dan Aceh. Kebijakan pemerintah tentang evaluasi tahap akhir belajar, status guru dan kebijakan dan praktek-praktek komersialisasi perbukuan akhir-akhir ini semakin meresahkan masyarakat. Situasi seperti ini menyebabkan terjadinya problem availability, accessability,acceptability dan Adaptability dalam pendidikan. Problem ketersediaan dan keterjangkauan akhir-akhir menjadi keprihatinan masyarakat luas. Baik pada peringkat pendidikan dasar, menengah maupun pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi mendapat sorotan tajam oleh karena perkembangan otonomi pendidikan tinggi yang diatur dengan PP No. 61, tahun 1999. Otonomi pendidikan tinggi ini ditunjang dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, UU No 20, tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, terutama pada pasal 50 ayat 6, yang menyatakan yang dimaksud dengan otonomi perguruan

tinggi adalah kemandirian perguruan tinggi untuk mengelola sendiri lembaganya. Di dalam penjelasan pasal 53 ayat 1 dinyatakan badan hukum pendidikan dimaksudkan sebagai landasan hukum bagi penyelenggara dan/atau satuan pendidikan, antara lain, berbentuk Badan Hukum Milik Negara (BHMN). Perkembangan yang terjadi selanjutnya adalah terjadinya privatisasi pendidikan dengan melakukan komodifikasi pendidikan, yang menyebabkan pendidikan menjadi sangat mahal, dan tidak terjangkau oleh masyarakat luas, terutama kelompok miskin. Hal ini terjadi antara lain karena akibat dari legalnya komersialisasi pendidikan dengan berbagai modus operandinya. Negara sebagai pembuat dan pengontrol kebijakan belum cukup memberikan perlindungan terhadap ekspansi kapitalisme global ke dunia pendidikan. Sehingga produk perundang-undangan yang semestinya bersifat melindungi untuk pemerataan pendidikan bagi warga negara, belum terumuskan secara efektif. (Pujo Priyono, op cit). Sinyalemen tentang munculnya neoliberalisme dalam wajah pendidikan ini juga dinyatakan oleh Indira Permatasari, di dalam tulisannya yang bertajuk Pendidikan Dasar Gratis Sudah Saatnya Diberlakukan, ketika mengemukakan bahwa tidak jarang pemerintah mengeluarkan ungkapan bahwa masyarakat harus diberdayakan, termasuk membayar sendiri pendidikannya. (Kompas, 3 Mei 2005, hal 39). Bahkan panel diskusi yang diselenggarakan Harian Kompas dalam rangka menyambut hari Pendidikan Nasional 2005 yang bertajuk Menagih Tanggung Jawab Negara dalam (Pembeayaan) Pendidikan menyinyalir bahwa kini ada kecenderungan dunia pendidikan kita ramai-ramai terjebak ke arah komersialisasi. Pendidikan kini sudah menjadi sebuah komoditas yang di- perjualbeli-kan. (Harian Kompas,3 Mei 2005, hal 37). Kecenderungan privatisasi, komersialisasi dan komodifikasi pendidikan ini sangat merugikan masyarakat luas dan berlawanan dengan konstitusi dan juga dengan hakekat pendidikan sebagai hak asasi manusia yang harus dihormati, dipenuhi dan dilindungi oleh.
http://books.google.co.id/books?id=N2cLtNT63W8C&pg=PA118&dq=hak+asasi+manusia+atas+pendidik an&hl=id&sa=X&ei=oHzVT5D7LIrNrQeFy8D8Dw&ved=0CDMQ6AEwAA#v=onepage&q=hak%20asasi%20 manusia%20atas%20pendidikan&f=false http://books.google.co.id/books?id=CN4AKakbBfkC&pg=PA76&dq=hak+asasi+manusia+adalah&hl=id&s a=X&ei=XH3VTzNK4O3rAfh0cD8Dw&ved=0CEcQ6AEwBQ#v=onepage&q=hak%20asasi%20manusia%20adalah&f=false http://habibch.wordpress.com/2008/02/17/pendidikan-untuk-semua-hak-atas-pendidikan-sebagai-hakasasi-manusia/ http://edukasi.kompasiana.com/2011/02/12/pencapaian-program-wajib-belajar-9-tahun/ http://gumonounib.wordpress.com/2010/09/19/permasalahan-mutu-dalam-wajib-belajar-pendidikandasar-9-tahun/ http://books.google.co.id/books?id=KKtwSpbWe4IC&pg=PA58&dq=hak+atas+pendidikan&hl=id&sa=X& ei=HovVTXKEsaGrAeX4qX8Dw&ved=0CDMQ6AEwAQ#v=onepage&q=hak%20atas%20pendidikan&f=false

http://books.google.co.id/books?id=Y1oghffVI2cC&pg=PA320&dq=hak+atas+pendidikan&hl=id&sa=X&e i=HovVT-XKEsaGrAeX4qX8Dw&ved=0CEMQ6AEwBA#v=onepage&q=hak%20atas%20pendidikan&f=false http://books.google.co.id/books?id=_dZ247rCydIC&pg=PA136&dq=hak+atas+pendidikan&hl=id&sa=X& ei=HovVT-XKEsaGrAeX4qX8Dw&ved=0CFoQ6AEwCA#v=onepage&q=hak%20atas%20pendidikan&f=false

Anda mungkin juga menyukai