Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
I. PENDAHULUAN .......................................................................... II. MEMILIH MASALAH ...................................................... III.STUDI PENDAHULUAN .......................................................... IV.MERUMUSKAN ANGGAPAN DASAR ....................................... V. HIPOTESIS ................. ........................................................ VI.MENENTUKAN DAN MENYUSUN INSTRUMEN .... .................. VII.PENGUMPULAN DATA ...... .............................................. VIII.PERANCANGAN PERCOBAAN ...................... ........................ IX. PRINSIP DASAR PERANCANGAN PERCOBAAN.................... X. PERCOBAAN SATU FAKTOR .................. ............................... XI. UJI LANJUT .......... ................................................................... XII.PERCOBAAN BERFAKTOR .............................. ...................... XIII. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ................................... XIV. KOMUNIKASI HASIL PENELITIAN ........................................ DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... LAMPIRAN........................................................................................
1 5 7 8 9 10 13 16 20 23 36 43 57 62 64 65
I. PENDAHULUAN
Penelitian merupakan suatu usaha dari manusia untuk mengisi kekosongan dalam ilmu pengetahuan. syarat-syarat antara lain: 1. Sistematis, yaitu memiliki pola ilmiah dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang kompleks, hingga tercapai tujuan secara efektif dan efisien. 2. Berencana, bahwa penelitian tersebut sudah dipikirkan sebelumnya berdasarkan teori-teori yang ada dan bukan penelitian yang mendadak tanpa sistem yang jelas. 3. Mengikuti konsep ilmiah, yaitu mengikuti cara-cara yang sudah ditentukan dengan menggunakan prinsip berdasarkan ilmu pengetahuan. Metode Penelitian digunakan untuk membantu mempertajam bakat serta kemampuan seseorang untuk mengadakan penelitian. Peneliti adalah orang yang melaksanakan pekerjaan penelitian mulai dari menemukan masalah, mengerjakan, mendapatkan hasil sampai pembuatan laporan hasil tersebut. Dalam melakukan penelitian, peneliti membutuhkan : teori, masalah, rencana, hipotesis, data, fasilitas dan kebebasan. Syarat peneliti yang baik ada sebelas yang biasa disebut dengan 11i, yaitu: 1. intelegence (kecerdasan) 2. interest (keingin tahuan) 3. imagination (daya khayal) 4. inventive (daya cipta) 5. informative (mengumpulkan keterangan-keterangan) 6. initiative (inisiatif) 7. industrious (berusaha) 8. intense observation (pengamatan yang intensif) 9. integrity (kejujuran) 10. infectious enthusiasm (antusiasme yang tinggi) 11. indefatigable writer (selalu menulis/mempublikasikan) Penelitian yang baik memiliki
Selain kesebelas syarat tersebut, akan lebih lengkap jika juga memiliki syarat keduabelas, yang merupakan syarat yang biasanya muncul jika telah terpenuhi syarat-syarat sebelumnya, yaitu incentive atau imbalan. Imbalan ini dapat bersifat fisik ataupun psikis. Secara garis besar penelitian terbagi dua bagian, yaitu basic research dan aplyed research. Basic research biasanya dilakukan untuk kepentingan peneliti saja sebagai penelitian pendahuluan untuk melaksanakan penelitian lanjutan. Basic research dapat berupa penelitian historik, deskriptif maupun eksperimental. Sedangkan aplyed research merupakan penelitian yang bertujuan praktis, untuk diterapkan ditengah masyarakat yang sesuai dengan bidang ilmu yang diteliti. Jenis penelitian ditinjau dari caranya terdiri dari: 1. Operation Research dan action research adalah suatu penelitian yang dilakukan oleh seorang yang bekerja mengenai apa yang sedang ia laksanakan tanpa mengubah sistem pelaksanaannya. Operation Research lebih merupakan kegiatan yang sedang berlangsung, yaitu penelitian dilakukan bukanlah menciptakan yang baru semata, tetapi menempel pada suatu kegiatan yang sedang berlangsung. Action research menunjuk pada action atau tindakan, yaitu penelitian yang dilakukan secara khusus diamati terus menerus, dilihat plus minusnya, kemudian diadakan pengubahan terkontrol sampai pada upaya maksimal dalam bentuk tindakan yang paling tepat. 2. Eksperimen suatu penelitian yang dilakukan dengan sengaja memberikan suatu perlakuan terhadap objek penelitian kemudian diteliti bagaimana akibatnya dari perlakuan yang diberikan. Jika ditinjau dari tujuannya, penelitian dapat dibagi 3, yaitu: penelitian eksploratif, penelitian developmental dan penelitian verifikatif. Penelitian eksploratif adalah penelitian yang dilakukan untuk menggali secara luas tentang sebab-sebab atau hal-hal yang mempengaruhi terjadinya sesuatu. Misalnya disuatu daerah ditemukan terjadi kematian hewan unggas secara berturut-turut dalam jumalh besar,
sehingga menarik perhatian para dokter hewan untuk meneliti sebabmusabab terjadinya musibah tersebut. Penelitian developmental atau penelitian pengembangan adalah penelitian yang dilakukan dalam rangka mengembangkan suatu program atau teknologi yang sudah ada ke arah yang lebih baik. Penelitian ini termasuk dalam action research. Misalnya teknologi fermentasi pada bahan pakan yang berserat tinggi. Semula orang hanya mengenal fermentasi dengan menggunakan urea, namun sekarang berkembang dengan penggunaan mikroba-mikroba yang banyak Penelitian verifikatif diproduksi dalam bentuk kemasan-kemasan praktis dan mudah penggunaannya. adalah penelitian yang dilakukan untuk mengecek kebenaran hasil penelitian lain. Misalnya penelitian tentang penggunaan silase jerami jagung pada ternak kambing yang telah dilakukan di daerah Pariaman, ingin diteliti kembali oleh peneliti lain dengan perlakuan yang sama di daerah Padang.
Langkah 4a Hipotesis Langkah 5 Memilih Pendekatan Langkah 6a Menentukan Variabel Langkah 6b Menentukan Sumber Data
Langkah 7 Menentukan dan menyusun alat dan bahan Langkah 8a Memberikan perlakuan (penelitian eksperimen) Langkah 8b Mengumpulkan Data Langkah 9 Analisis data Langkah 10 Menarik kesimpulan Langkah 11 Menyusun laporan
Contoh: Sapi FH produksi susunya rendah jika dipelihara di Indonesia, sedangkan dinegeri asalnya tinggi. Mengapa? (ada kesenjangan). Ditinjau dari sumbernya, masalah penelitian dapat diperoleh dari : laporan penelitian, diskusi-diskusi, seminar, keinginan masyarakat, intuisi atau faktor kebetulan, seperti penemuan penicillin hasil penelitian orang lain, hasil analisis bidang ilmu, pengalaman, pengamatan lingkungan.
Dari hal-hal tersebut di atas, biasanya masalah penelitian dipilih oleh peneliti karena alasan-alasan: mempunyai nilai penelitian,
memungkinkan untuk dilaksanakan (sarana, prasarana, dan sumber data), sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuni oleh peneliti. sesuai dengan minat peneliti bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan praktek.
Sedangkan dalam memilih suatu masalah penelitian, maka seorang (atau beberapa) orang peneliti harus memperhatikan: keaslian masalah penelitian, nilai up to date nya, keilmiahannya.
Permasalahan dalam penelitian sering juga disebut dengan istilah problema atau problematik. Secara garis besar ada 3 gejala problematik, yaitu: 1. Problema untuk mengetahui status dan mendeskripsikan fenomena (penelitian deskriptif)k, termasuk juga penelitian historis dan filosofis. 2. Problema untuk membandingkan dua fenomena atau lebih (penelitian komparasi), Dalam penelitian ini peneliti berusaha mencari persamaan dan perbedaan dari suatu fenomena yang ada, saelanjutnya mencari arti atau manfaat dari adanya persamaan dan perbedaan yang ada. 3. Problema untuk mencari hubungan antara dua fenomena (penelitian korelasi). sebab-akibat. Ada dua macam korelasi, sejajar dan
Meskipun sudah diperoleh suatu masalah untuk diteliti, sebelum mengadakan penelitian yang sesungguhnya, peneliti perlu mengadakan studi pendahuluan. Studi pendahuluan diperlukan untuk menjajagi kemungkinan diteruskannya pekerjaan meneliti, juga untuk mencari informasi yang diperlukan oleh peneliti agar masalahnya menjadi lebih jelas.
Setelah dilakukan studi pendahuluan, maka masalah yang akan diteliti akan menjadi jelas. Dan masalah yang telah dipilih harus dirumuskan agar penelitian dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Perumusan masalah merupakan pedoman bagi peneliti sehingga jelas darimana harus memulai, kemana harus pergi dan dengan apa. Perumusan masalah, harus dilakukan dengan kondisi sebagai berikut: 1. masalah dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, 2. harus jelas dan padat, 3. harus berisi implikasi adanya data untuk memecahkan masalah, 4. harus merupakan dasar dalam membuat hipotesis, 5. harus menjadi dasar judul penelitian. Perumusan masalah harus sinkron dengan merumuskan judul. Judul sebaiknya ditulis selengkap mungkin sehingga dengan membaca judul orang dapat mengetahui kehendak peneliti dengan kegiatan yang akan dilakukan dalam penelitian. Judul harus memenuhi kaidah-kaidah: singkat, padat, tepat, menarik, dan menimbulkan keinginan orang yang membaca untuk mengetahui lebih mendalam. Setelah ada perumusan masalah, dalam penulisan selanjutnya harus disinkronkan atau berkaitan erat dengan tujuan penelitian dan kesimpulan hasil penelitian nantinya.
IV. MERUMUSKAN ANGGAPAN DASAR Anggapan dasar adalah suatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang akan berfungsi sebagai hal-hal yang dipakai untuk tempat berpijak bagi peneliti di dalam melaksanakan penelitiannya. Setelah masalah dirumuskan, selanjutnya dipikirkan gagasan tentang letak persoalan atau masalahnya dalam hubungan yang lebih luas. Dalam hal ini, peneliti harus dapat memberikan sederetan asumsi dasar yang kuat tentang kedudukan permasalahannya. Asumsi yang harus diberikan tersebut diberi nama asumsi dasar atau anggapan dasar, yang merupakan landasan teori di dalam meyakinkan pembaca akan kepentingan penelitian yang dilaksanakan. Peneliti perlu merumuskan anggapan dasar yang berguna untuk: i. dasar berpijak yang kukuh bagi masalah yang sedang diteliti, sehingga memperkuat permasalahan yang dipilih. ii. mempertegas variabel atau peubah yang menjadi pusat perhatiannya. iii. membantu peneliti dalam memperjelas penetapan objek penelitian, wilayah pengambilan data atau lokasi penelitian, instrumen pengumpulan data iv. Guna menentukan dan merumuskan hipotesis. Didalam penyusunan proposal atau skripsi, anggapan dasar terdapat pada Bab II, Bab Tinjauan Pustaka. Merumuskan suatau anggapan dasar bukanlah pekerjaan yang mudah. Ini membutuhkan suatu pemikiran, renungan dan analisis masalah. Untuk itu diperlukan latihan, membiasakan dan banyak melihat contoh-contoh. anggapan dasar antara lain adalah: 1. Dengan banyak membaca. 2. Dengan banyak mendengar berita 3. Dengan banyak berkunjung, 4. Dengan mengadakan pendugaan. Cara menentukan dalam yang
V. HIPOTESIS
Jika anggapan dasar merupakan dasar pikiran yang memungkinkan kita mengadakan penelitian tentang permasalahan kita, maka hipotesis merupakan kebenaran sementara yang ditentukan oleh peneliti, tetapi masih harus dibuktikan atau di tes atau diuji kebenarannya. Hipotesis merupakan pedoman bagi peneliti untuk menentukan arah, sehingga ada yang menuntut kegiatan kita. penelitian menggunakan hipotesis. Namun tidak semua
MEMILIH PENDEKATAN
Yang dimaksud pendekatan disini adalah metode atau cara mengadakan penelitian, baik eksperimen maupun non eksperimen. Selain itu juga menunjukkan jenis atau tipe penelitian yang diambil.
Data benar
Kesimpulan sesuai
Jenis-jenis instrumen berdasarkan metode pengumpulan datanya yang biasa digunakan dibidang peternakan antara laini: 1. Kuesioner, yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang halhal yang diketahui. a. Dipandang dari cara menjawab, terdiri dari: a.Kuesioner terbuka, yang memberi kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya. b. Kuesioner tertutup, yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih b. Dipandang dari jawaban yang diberikan, terdiri dari: a. kuesioner langsung, yaitu responden menjawab tentang kuesioner tidak langsung, jika responden menjawab tentang dirinya b. orang lain. c. Dipandang dari bentuknya, terdiri dari: c. d. e. Kuesioner pilihan ganda, termasuk dalam kuesioner tertutup. Kuesioner isian, yang dimaksud adalah kuesioner terbuka Kuesioner check list
10
f. Rating scale 2. Interviu, sering juga disebut wawancara atau kuesioner lisan. Ditinjau dari pelaksanaannya, dibedakan atas: a. Interviu bebas (inguide interview) b. Interviu terpimpin (guide interview) c. Interviu bebas terpimpin, yaitu kombinasi antara a dan b. 3. Observasi, disebut juga pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Baik dengan atau tanpa alat bantu. Observasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: a. Observasi non sistematis, yang dilakukan tanpa menggunakan instrumen atau alat pengamatan. b. Observasi sistematis, yang dilakukan dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan. 4. Skala bertingkat, yaitu suatu ukuran subjektif yang dibuat berskala. Contoh-contoh Judul penelitian : Pengaruh penyimpanan epididimis sapi pada suhu 5oC setelah dipotong terhadap kualitas mani. Instrumen/materi penelitian: Penelitian ini menggunakan epididimis sapi yang berumur 3-4 tahun setelah dipotong yang diambil dari rumah potong hewan setelah sapi dipotong, zat warna eosin (ml) dan NaCl fisiologis 50 ml. Peralatan dst....... yang digunakan adalah haemacytometer 1 set, mikroskop 1 buah, kertas pH universal 1 kotak, tabung reaksi 5 ml,
11
BAGIAN ISI PROPOSAL (USULAN) PENELITIAN I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Perumusan Masalah C. Tujuan penelitian D. Hipotesis E. Manfaat Penelitian II. TINJAUAN PUSTAKA A. (Tentang objek penelitian) B. (Tentang perlakuan penelitian jika penelitian eksperimen) C. (Tentang bagian-bagian yang mempengaruhi perlakuan untuk penelitian eksperimen atau yang mempengaruhi peubah yang diukur untuk penelitian sosial/survey, jika ada) D. (Tentang variabel yang diukur, setiap sub bab dapat terdiri dari satu variabel atau sekaligus seluruh variabel yang diukur)) E. (Dan lain-lain yang dirasa perlu) III. MATERI DAN METODE PENELITIAN (Untuk Penelitian eksperimen) A. Materi Penelitian B. Metode Penelitian 1. Rancangan Penelitian 2. Pelaksanaan Penelitian 3. Peubah Yang Diukur 4. Waktu dan Tempat Penelitian III. METODOLOGI PENELITIAN (Untuk Penelitian Sosial/Survai) A. Materi Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian 2. Deskripsi Populasi/Sampel Penelitian B. Metode Penelitian 1. Metode Pengumpulan Data/Sampel 2. Peubah Yang di Ukur 3. Analisis Data 4. Waktu dan Tempat Penelitian DAFTAR PUSTAKA
Metode Pen.dan Rancob by Zasmeli.S
12
VII.
PENGUMPULAN DATA
Menyusun instrumen adalah pekerjaan penting di dalam langkah penelitian. Akan tetapi mengumpulkan data jauh lebih penting lagi, terutama apabila peneliti menggunakan metode-metode yang memiliki cukup banyak celah untuk dimasuki unsur minat peneliti. Mengamati bukanlah sekedar menatap atau memperhatikan, tetapi mengumpulkan data adalah mengamati peubah atau variabel yang akan diteliti dengan metode yang telah ditentukan, baik interviu, tes, observasi, kuesioner dan sebagainya. Dengan metode apapun, pengumpul data harus dilatih terlebih dahulu, agar diperoleh data yang sesuai dengan harapan. Yang penting bagi penelitian adalah bahwa metode-metode tersebut dilaksanakan secara objektif, tidak dipengaruhi oleh keinginan pengamat. Rancangan Penelitian Berdasarkan proses pengumpulan data, secara umum penelitian pertanian dapat dikategorikan ke dalam 2 kategori, yaitu penelitian percobaan (Eksperimen) dan penelitian survey (Non Eksperimen). Pada kategori pertama, untuk mengumpulkan data peneliti memberikan suatu perlakuan terhadap objek penelitian, kemudian mengamati dan mengukur pengaruh dari perlakuan tersebut. Sedangkan pada kategori kedua, peneliti tidak melakukan apa-apa terhadap objek penelitian, melainkan langsung mengamati objek penelitian dan mengumpulkan data sesuai dengan informasi yang dibutuhkannya. Rancangan Penelitian dibutuhkan untuk memperoleh sebanyak mungkin keterangan atau fakta yang diperlukan bagi pemecahan masalah yang sudah dirumuskan. Dalam mencapai tujuan ini perlu dipertimbangkan faktor-faktor kendala yang membatasi kemudahan dalam melaksanakan percobaan. Untuk itu, rancangan yang baik adalah bersifat antara lain : - efektif, yaitu sesuai dengan tujuan dan kegunaan penelitian - efisien, yaitu memiliki ketepatan yang tinggi tetapi hemat dalam menggunakan waktu, biaya, tenaga dan bahan penelitian
Metode Pen.dan Rancob by Zasmeli.S
13
- sederhana, yaitu mudah diselenggarakan dan mudah dianalisis. Agar suatu penelitian memberikan fakta yang dapat diolah dan digunakan untuk menarik kesimpulan yang sahih, maka dalam merancang suatu penelitian, haruslah dipertimbangkan tiga prinsip pokok, yaitu: pengulangan (replication), pengacakan (randomization), dan pengendalian lokal (local control) Pengulangan dilakukan agar data yang akan dianalisis lebih mendekati pada populasi, berdasarkan sampel yang digunakan. Jumlah pengulangan sifatnya fleksibel, tergantung kepada tujuan penelitian, aspek statistik, maupun aspek ekonomi. Pengacakan dimaksudkan untuk menjamin bahwa setiap objek percobaan mendapatkan kesempatan yang sama, atau objektif dalam penempatannya pada satuan-satuan percobaan. Sesuai dengan prinsip pengendalian lokal, dalam penelitian eksperimen digunakan perancangan lingkungan, yaitu usaha untuk mengendalikan kesalahan suatu penelitian (galat percobaan) dengan melakukan pengelompokkan terhadap satua-satuan percobaan yang relatif lebih seragam. Apabila bahan atau lingkungan percobaan relatif seragam, atau dapat diusahakan seragam, maka penelitian dapat dilakukan tanpa pengelompokan dan rancangan yang digunakan disebut Rancangan Acak Lengkap (RAL). Apabila keseragaman satuan-satuan percobaan tidak dapat diusahakan, maka pengelompokkan harus dilakukan, rancangan yang digunakan adalah RAK (Rancangan Acak Kelompok) atau RBL (rancangan Bujursangkar Latin). Dari setiap rancangan lingkungan di atas, dapat pula disusun berdasarkan penempatan perlakuan untuk rancangan yang memiliki perlakuan 2 faktor atu lebih. Rancangan perlakuan tersebut yang umum digunakan adalah rancangan faktorial (RF), rancangan petak terbagi (RPT), dan rancangan kelompok terbagi (RKT).
14
15
Untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ini tidak harus secara langsung dan tidak dapat dijawab secara umum. Di sinilah rancangan percobaan digunakan sehingga dapat memainkan peranan penting dalam proses pengembangan dan proses mencari dan memecahkan kesulitan guna meningkatkan penelitian. Secara garis besar penelitian terbagi dua bagian, yaitu basic research dan aplyyed research. Basic research biasanya dilakukan untuk kepentingan peneliti saja sebagai penelitian pendahuluan untuk melaksanakan penelitian lanjutan. Basic research dapat berupa penelitian historik, deskriptif maupun eksperimental. Sedangkan aplyyed research merupakan penelitian yang bertujuan praktis, untuk diterapkan ditengah masyarakat yang sesuai dengan bidang ilmu yang diteliti. Berdasarkan proses pengumpulan data, secara umum penelitian pertanian dapat dikategorikan ke dalam 2 kategori, yaitu penelitian percobaan (Eksperimen) dan penelitian survey (Non Eksperimen). Pada kategori pertama, untuk mengumpulkan data peneliti memberikan suatu perlakuan terhadap objek penelitian, kemudian mengamati dan mengukur pengaruh dari perlakuan tersebut. Sedangkan pada kategori kedua, peneliti tidak melakukan apa-apa terhadap objek penelitian, melainkan langsung mengamati objek penelitian dan mengumpulkan data sesuai dengan informasi yang dibutuhkannya. Mengaumpulkan data bukanlah sekedar mengamati dengan menatap atau memperhatikan, tetapi mengumpulkan data adalah mengamati peubah atau variabel yang akan diteliti dengan metode yang telah ditentukan, baik interviu, tes, observasi, kuesioner dan sebagainya. Dengan metode apapun, pengumpul data harus dilatih terlebih dahulu, agar diperoleh data yang sesuai dengan harapan. Yang penting bagi penelitian adalah bahwa metode-metode tersebut dilaksanakan secara objektif, tidak dipengaruhi oleh keinginan pengamat. Rancangan Penelitian dibutuhkan untuk memperoleh sebanyak mungkin keterangan atau fakta yang diperlukan bagi pemecahan masalah yang sudah dirumuskan. Untuk mencapai tujuan ini perlu dipertimbangkan
16
faktor-faktor kendala yang membatasi kemudahan dalam melaksanakan percobaan. Untuk itu, rancangan yang baik adalah bersifat antara lain : a. efektif, yaitu sesuai dengan tujuan dan kegunaan penelitian b. efisien, yaitu memiliki ketepatan yang tinggi tetapi hemat dalam menggunakan waktu, biaya, tenaga dan bahan penelitian c. sederhana, yaitu mudah diselenggarakan dan mudah dianalisis. Dengan demikian, rancangan yang baik adalah yang mempertimbangkan hal-hal tersebut di atas. Dalam bidang ilmu eksakta, khususnya program studi Produksi Ternak, umumnya penelitian yang dilakukan adalah kategori penelitian eksperimen. percobaan. a. Perlakuan (Treatment) Perlakuan dapat diartikan sebagai sekumpulan kondisi-kondisi tertentu yang diberikan kepada setiap satuan percobaan dengan tujuan melihat pengaruh yang ditimbulkan oleh masing-masing kondisi tersebut dalam ruang lingkup rancangan yang dipakai. b. Satuan percobaan Adalah satuan terkecil dari bahan percobaan yang memperoleh perlakuan. Sebagai contoh sejumlah ayam broiler dalam satu unit kandang, satu ekor sapi atau satu plot tanaman hijauan makanan ternak. Erat hubungannya dengan ini adalah satuan pengamatan, yaitu satuan terkecil dari objek yang diamati. Satuan pengamatan dalam keadaan tertentu sama dengan satuan percobaan, seperti halnya satu ekor sapi. Namun secara umum satuan pengamatan merupakan bagian dari satuan percobaan, seperti halnya seekor puyuh, seekor ayam broiler/petelur, satu rumpun hijauan dalam satu plot dan lain-lain. c. Galat percobaan Adalah ukuran keragaman diantara semua pengamatan dari satuansatuan percobaan yang mendapat perlakuan sama. Misalnya dua unit
Metode Pen.dan Rancob by Zasmeli.S
17
kandang yang berukuran dan memiliki jumlah ayam yang sama, mendapat perlakuan yang sama, tetapi tidak memberikan respon yang sama. Keragaman ini bisa ditimbulkan oleh dua hal. Pertama adalah akibat adanya perbedaan yang memang sudah ada di dalam bahan percobaan itu sendiri, dan yang kedua adalah akibat kekurang cermatan peneliti dalam menyelenggarakan percobaan sehingga kondisi-kondisi yang harusnya diciptakan sama tidak terpenuhi dengan sempurna. Dalam setiap percobaan, kesalahan atau galat percobaan harus diusahakan sekecil-kecilnya dengan menyediakan bahan percobaan yang seragam dan menggunakan rancangan percobaan yang tepat. Pengendalian galat dengan rancangan percobaan berarti merancang model analisa sedemikian rupa sehingga sumber-sumber galat dapat diidentifikasi dan disisihkan dari galat yang sebenarnya.
18
Agar suatu penelitian atau percobaan memberikan fakta yang dapat diolah dan digunakan untuk menarik kesimpulan yang sahih, maka dalam merancang suatu penelitian, haruslah dipertimbangkan tiga prinsip pokok, yaitu: pengulangan (replication), pengacakan (randomization), dan pengendalian lokal (local control) Pengulangan (replication) Pengulangan dilakukan agar data yang akan dianalisis lebih mendekati pada populasi, berdasarkan sampel yang digunakan. Jumlah pengulangan sifatnya fleksibel, tergantung kepada tujuan penelitian, aspek statistik, maupun aspek ekonomi. Pengulangan bertujuan untuk : a. Menduga ragam dari galat percobaan b. Menduga galat baku (standard error) dari rataan perlakuan c. Meningkatkan ketepatan percobaan d. Memperluas bervariasi.
Metode Pen.dan Rancob by Zasmeli.S
presisi
kesimpulan
percobaan
yaitu
melalui
19
Pengacakan (randomization) Pengacakan yaitu setiap unit percobaan harus memiliki peluang yang sama untuk diberi suatu perlakuan tertentu, untuk menjamin bahwa setiap objek percobaan mendapatkan kesempatan yang sama, atau objektif dalam penempatannya pada satuan-satuan percobaan. Pengacakan perlakuan pada unit-unit percobaan dapat menggunakan tabel bilangan acak, sistem lotere secara manual atau dapat juga menggunakan komputer. Pengendalian lokal (local control) Pengendalian lokal atau pengendalian lingkungan, yaitu usaha untuk mengendalikan keragaman yang muncul akibat keheterogenan kondisi lingkungan dengan melakukan pengelompokkan terhadap satuasatuan percobaan yang relatif lebih seragam. Usaha-usaha pengendalian lingkungan yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan pengelompokkan (blocking) satu arah, dua arah, maupun multi arah. Pengelompokkan dikatakan baik jika keragaman di dalam kelompok lebih kecil dibandingkan dengan keragaman antar kelompok Pembuatan kelompok biasanya lebih didasarkan pada kondisi atau karakteristik objek percobaan yang digunakan dengan syarat kelompok tidak berinteraksi dengan perlakuan. Apabila bahan atau lingkungan percobaan relatif seragam, atau dapat diusahakan seragam, maka penelitian dapat dilakukan tanpa pengelompokan dan rancangan yang digunakan disebut Rancangan Acak Lengkap (RAL). Apabila keseragaman satuan-satuan percobaan tidak dapat diusahakan, maka pengelompokkan harus dilakukan, rancangan yang digunakan adalah RAK (Rancangan Acak Kelompok) atau RBSL (rancangan Bujursangkar Latin). Dari setiap rancangan lingkungan di atas, dapat pula disusun berdasarkan penempatan perlakuan untuk rancangan yang memiliki perlakuan 2 faktor atu lebih. Rancangan perlakuan tersebut yang umum
20
digunakan adalah rancangan faktorial (RF), rancangan petak terbagi (RPT), dan rancangan kelompok terbagi (RKT). Selain prinsip pengulangan (replication), pengacakan (randomization), dan pengendalian lokal (local control), terdapat lagi beberapa prinsip tambahan dalam rancangan percobaan. Salah satu diantaranya adalah prinsip efisien. Suatu rancangan dikatakan lebih efisien dari rancangan lain apabila galat percobaan rancangan pertama lebih kecil dari galat percobaan rancangan kedua. Dalam laporan hasil penelitian (Skripsi) , uraian mengenai rancangan percobaan untuk penelitian eksperimen diletakkan pada Bab III, sebagaimana berikut: III. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi Penelitian B. Metode Penelitian 1. Rancangan Penelitian 2. Pelaksanaan Penelitian 3. Peubah Yang Diukur 4. Waktu dan Tempat Penelitian
21
Pengacakan
dilakukan
sekaligus
pada
20
satuan
22
Tulislah di kertas yang tersedia perlakuan P2 sebanyak lima buah dan perlakuan lainnya juga masing-masing lima buah. Lebih bagus jika pada kertas langsung ditulis ulangannya, contoh : P11 berarti perlakuan P1 ulangan kesatu. Setelah itu lakukan pengacakan seperti dengan mengocok ke 20 kertas dan keluarkan satu persatu. Kertas yang keluar pertama berarti perlakuan yang harus ditempatkan pada satuan percobaan yang pertama (No.urut 1), begitu juga seterusnya sampai semua kertas habis dan seluruh satuan percobaan sudah diberi perlakuan.
1 6 11 16
2 7 12 17
3 8 13 18
4 9 14 19
5 10 15 20
Gambar. Lay Out Penelitian. 2. Tabulasi data. Tabel. Tabulasi Data Percobaan RAL. Ulangan Perlakuan 1 2 3 4 P1 Y11 Y12 Y13 Y14 P2 Y21 Y22 Y23 Y24 P3 P4 P5 Total Rataan Y.1 .1 Y.2 .2 Y.3 .3 Y.4 .4 Y.. .. Y31 Y41 Y32 Y42 Y33 Y43 Y34 Y44
3. Model linier dan tabel sidik ragam Bentuk umum dari model linier rancangan acak lengkap (RAL) adalah sebagai berikut: Yij = + i + ij
23
Yij
i ij
= pengaruh perlakuan taraf ke - i = galat percobaan pada satuan percobaan ulangan ke - j perlakuan ke-i
Tabel . Sidik Ragam Rancangan Penelitian. Sumber Keragaman Perlakuan Galat/Sisa Total Derajat Bebas p-1 p(u-1) pu-1 Jumlah Kuadrat JKP JKG JKT Kuadrat Tengah KTP KTG Nilai F hitung KTP/KTG Nilai F tabel 5% 1%
= JKT
= JKP
Y ij2 - FK
= Jumlah Kuadrat Perlakuan 1 = Y i.2 - FK u = Jumlah Kuadrat Galat = JKT JKP = JKP/p-1 = JKG/p(u-1)
p : Jumlah Perlakuan u : Jumlah ulangan 4. Pengujian Hipotesis dan Kesimpulan Hipotesis harus ditentukan sebelum dilakukan pengujian, hipotesis merupakan kebenaran sementara yang ditentukan oleh peneliti, tetapi
24
masih harus dibuktikan atau di tes atau diuji kebenarannya. Hipotesis merupakan pedoman bagi peneliti untuk menentukan arah, sehingga ada yang menuntut kegiatan kita. Apabila kita berhadapan dengan model percobaan yang tetap, hipotesis nol (H0 ) yang diajukan sebelum percobaan adalah tidak adanya perbedaan pengaruh perlakuan terhadap hasil pengamatan. Lawannya adalah hipotesis alternatif ( Ha ), yaitu setidaknya ada sepasang perlakuan yang berbeda. Hipotesis ini dapat dituliskan sebagai berikut : H0 : 1 = 2 = ... = p ; p = jumlah perlakuan Ha : i p ;i = perlakuan; p = jumlah perlakuan Dari perhitungan untuk melengkapi Tabel Sidik Ragam, akan diperoleh nilai Fhit (F hitung) dari perbandingan antara KTP/KTG. Nilai Fhit dihitung untuk dibandingkan dengan nilai F Tabel sehingga dapat dilakukan pengujian hipotesis dan membuat kesimpulan. Nilai F Tabel dapat dilihat pada buku-buku teks Statistika atau Rancangan Percobaan, contohnya dalam buku Steel and Torie dapat dilihat pada lampiran Tabel A6. Cara melihat nilai F Tabel adalah sebagai berikut : db pe- Peluang nilai F yang nyebut
lebih besar 0,100 0,050 0,025 0,010 0,005
...
. . . .
. . 120 Nilai F tabel, dilihat berdasarkan db (Derajat bebas) pembilang yaitu db perlakuan yang kita uji dengan db penyebut, yaitu db Galat. Nilai yang
25
digunakan adalah nilai pada peluang nilai F yang lebih besar 0,050 dan 0,010. Kondisi yang mungkin terjadi dari hasil perbandingan antara F Tabel dengan F hitung adalah : 1. F hit < F Tabel 2. Fhit > F Tabel Kesimpulan : 1. Jika F hit < F Tabel artinya : tidak adanya perbedaan pengaruh perlakuan terhadap hasil pengamatan (non significant) dilambangkan dengan ns. 2. Jika Fhit > F Tabel artinya : setidaknya ada sepasang perlakuan yang berbeda pengaruhnya terhadap hasil pengamatan. a. Jika F hit > F tabel pada peluang F yang lebih besar 0,050, maka perbedaan pengaruhnya disebut berbeda nyata
*
H0 diterima H0 ditolak
(significant), pada tabel Sidik Ragam dilambangkan dengan . b. Jika F hit > F tabel pada peluang F yang lebih besar 0,010, maka perbedaan pengaruhnya disebut berbeda sangat nyata (highly significant) dilambangkan dengan . Contoh : Suatu penelitian dilakukan untuk melihat pengeruh dosis obat cacing terhadap pertambahan berat badan sapi Peranakan Simental. Sebagai taraf perlakuan dipilih dosis obat cacing sebanyak 30 ml, 40 ml, 50 ml dan 60 ml, sehingga perlakuannya adalah sebagai berikut : P1 P2 P3 P4 = pemberian dosis obat cacing 30 ml/500 kg = pemberian dosis obat cacing 40 ml/500 kg = pemberian dosis obat cacing 50ml/500 kg = pemberian dosis obat cacing 60 ml/500 kg
**
26
Berikut ini adalah rata-rata pertambahan berat badan sapi P. Simental (gram/hari) sesuai perlakuan pemberian obat cacing: Perlakuan P1 P2 P3 P4 Jumlah FK = 1 44 52 68 66 230 2 56 47 53 54 210 10982 20 442 61798 1517.8 1 5 1 5 60886 605.8 1517.8 912 605.8 3 912 16 KTP KTG Ftabel 5% = 3.24 Ftabel 1% = 5.29 = 201.9333 605.8 X 2512 + + 3132 60280.2 Ulangan 3 4 51 55 53 47 71 48 54 71 229 221 = 60280.2 562 60280.2 + + 682 5 45 47 48 68 208 Jumlah Rataan 251 246 288 313 1098 50.2 49.2 57.6 62.6 219.6
JKT = = = JKP =
+ -
60280.2
= = = JKG = = KTP =
X -
304430 60280.2
60280.2
KTG =
57
Fhit =
201.93 57
3.54
27
Kesimpulan : Fhit>5% berarti H0 ditolak Bahwa ada perbedaan pengaruh yang nyata dari Artinnya : dosis pemberian obat cacing terhadap pertambahan berat badan sapi Peranakan Simental.
Kel II
9 10 11 12
Kel III
Kel IV
13 14 15 16 17 18 19 20
Kel V
28
Tulislah di kertas yang tersedia perlakuan P1 sebanyak lima buah. Setelah itu lakukan pengacakan dengan mengocok ke 5 kertas dan keluarkan satu persatu. Kertas yang keluar pertama berarti perlakuan yang harus ditempatkan pada satuan percobaan yang pertama (No.urut 1) pada kelompok I, begitu juga seterusnya sampai semua Perlakuan sudah menempati satuan percobaan pada kelompok I. Demikianlah sterusnya untuk kelima buah kelompok yang ada. Kel I
1 2 3 4
Kel II
5 6 7 8
Kel III
9 10 11 12
Kel IV
13 14 15 16
Kel V
17 18 19 20
P4 P3 P1 P2
P2 P3 P4 P1
P4 P1 P2 P3
P4 P2 P3 P1
P1 P2 P3 P4
Gambar. Lay Out Penelitian. 2. Tabulasi data. Tabel. Tabulasi Data Percobaan RAK. Perlakuan P1 P2 P3 P4 Total Rataan Kelompok 3 4 Y13 Y23 Y33 Y43 Y.3 .3 Y14 Y24 Y34 Y44 Y.4 .4 Jumlah Rataan Y1. Y2. Y3. Y4. Y.. .. 1. 2. 3. 4.
3. Model linier dan tabel sidik ragam Bentuk umum dari model linier rancangan acak kelompok (RAK) adalah sebagai berikut:
Yij = + j + i + ij
29
j i ij
= pengaruh perlakuan kelompok ke - j = pengaruh perlakuan taraf ke - i = galat percobaan pada satuan percobaan kelompok ke - j perlakuan taraf ke-i
Tabel . Sidik Ragam Rancangan Penelitian dengan RAK. Sumber Keragaman Kelompok Perlakuan Galat/Sisa Derajat Bebas k-1
p-1
(p-1)(k-1)
Nilai F tabel 5% 1%
= Faktor Koreksi
2
JKT
= JKP
Y ij2 - FK
JKK
30
5. Pengujian Hipotesis dan Kesimpulan Hipotesis harus ditentukan sebelum dilakukan pengujian, hipotesis merupakan kebenaran sementara yang ditentukan oleh peneliti, tetapi masih harus dibuktikan atau di tes atau diuji kebenarannya. Hipotesis merupakan pedoman bagi peneliti untuk menentukan arah, sehingga ada yang menuntut kegiatan kita. Apabila kita berhadapan dengan model percobaan yang tetap, hipotesis nol (H0 ) yang diajukan sebelum percobaan adalah tidak adanya perbedaan pengaruh perlakuan atau kelompok terhadap hasil pengamatan. Lawannya adalah hipotesis alternatif (Ha), yaitu setidaknya ada sepasang perlakuan atau kelompok yang berbeda. Hipotesis dilakukan pada perlakuan dan kelompok. Hipotesis ini dapat dituliskan sebagai berikut : Pengruh perlakuan : H0 : 1 = 2 = ... = p ; p = jumlah perlakuan Ha : i p Pengaruh kelompok : H0 : 1 = 2 = ... = k ; k = jumlah kelompok Ha : j k Kesimpulan dari ;j = kelompok; k = jumlah kelompok hasil percobaan sama halnya dengan ;i = perlakuan; p = jumlah perlakuan
pengambilan kesimpulan pada percobaan dengan RAL, tetapi kesimpulan diambil berdasarkan hasil perbandingan F hit pada perlakuan dan kelompok.
31
Latihan: Dari hasil penelitian yang berjudul Pengaruh pemberian Bioplus terhadap pertambahan berat badan sapi Pesisir masa pertumbuhan, diperoleh pertambahan berat badan sapi sebagai berikut (kg/minggu) Ulangan 2 3 2.11 1.99 1.84 1.98 1.86 1.98 9.77 2.13 1.81 2.12 1.87 9.92 Jumlah 4 1.94 1.95 2.12 1.98 1.71 9.70 7.78 7.86 7.86 7.93 7.51 38.94 Rataan 1.95 1.97 1.97 1.98 1.88
Perlakuan P1 P2 P3 P4 P5 Jumlah
C. RANCANGAN BUJUR SANGKAR LATIN (RBSL) Rancangan ini digunakan apabila satuan-satuan percobaan tidak dapat diusahakan seragam, sehingga harus dilakukan pengelompokan, sedangkan pengelompokkan tersebut harus dilakukan dua arah (ada 2 hal dalam lingkungan percobaan yang harus dikelompokan). Dalam rancangan ini, pengelompokkan dilakukan berdasarkan baris dan kolom, jumlah perlakuan, jumlah kolom dan jumlah baris haruslah sama, itulah sebabnya rancangan ini disebut bujur sangkar latin. Dalam bidang peternakan, umumnya digunakan pada objek percobaan ternak besar. Pengacakan dilakukan pada kelompok secara dua arah pada kolom dan baris, sehingga masing-masing perlakuan ada pada setiap baris dan kolom. 1. Model Additif linier
Yijk = + i + j + k + ijk
Keterangan :
i j
= rata-rata umum
= Pengaruh perlakuan ke i = Pengaruh baris ke j
32
k ijk
= Pengaruh kolom ke k
= galat percobaan
2. Tabulasi data Baris 1 2 3 4 Jumlah Rataan Perlakuan A B C D I Y(i)11 Y(i)21 Y(i)31 Y(i)41 Y..1 Y ..1 Kolom II III Y(i)12 Y(i)13 Y(i)22 Y(i)23 Y(i)32 Y(i)33 Y(i)42 Y(i)43 Y..2 Y..3 Y ..2 Y ..3 Jumlah Y(1).. Y(2).. Y(3).. Y(4).. Rataan Y (1).. Y (2).. Y (3).. Y (4).. IV Y(i)14 Y(i)24 Y(i)34 Y(i)44 Y..4 Y ..4 Jumlah Y.1. Y.2. Y.3. Y.4. Y Rataan
Y .1. Y .2. Y .3. Y .4.
3. Tabel Sidik Ragam Sumber Keragaman Perlakuan Baris Kolom Galat/Sisa Total Perhitungan : FK, JKT dan JKP sama dengan RAL dan RAK JKP JKBaris JKKolom JKG = = =
1 p 1 p
. j.
- FK
2
..k
- FK
33
4. Koefisien Keragaman (KK) Salah satu yang perlu dilihat dalam perhitungan data peubah yang diukur adalah KK, yaitu hasil perbandingan antara akar kuadrat tengah sisa dengan rata-rata umum dari data, yang dinyatakan dalam persen. Nilai KK dapat menggambarkan seberapa besar keragaman data yang telah diperoleh dari hasil pengukuran. Semakin kecil nilai KK, menunjukkan data untuk perlakuan yang sama relatif seragam. KK =
KTG X 100% Y ..
34
XI. UJI LANJUT Setiap hasil penelitian eksperimen yang menggunakan rancangan percobaan, dengan rancangan lingkungan RAL, RAK ataupun RBL akan menghasilkan kesimpulan yang didasarkan perbandingan antara F hitung dengan F table dari hasil Uji F. Jika F hitung < dari F Tabel atau Hipotesis Nol diterima, maka kesimpulan hasil penelitian hanya didasarkan atas hasil Uji F tersebut. Namun jika F hitung > dari F table atau Hipotesis Nol ditolak, karena hasil menunjukkan perbedaan yang nyata (signifikan), maka kesimpulan harus diambil berdasarkan hasil Uji Lanjut. Uji Lanjut bertujuan untuk menguji perbedaan antar perlakuan dari hasil penelitian, kecuali jika penelitian hanya memiliki dua taraf perlakuan tidak diperlukan Uji Lanjut. Karena Uji Lanjut bertujuan untuk menguji perbedaan antar perlakuan, maka sering juga disebut dengan istilah Pembandingan Ganda. Uji Lanjut Pembandingan Ganda yang biasa digunakan ada 3 macam. Yaitu Uji Beda Nyata Terkecil (BNT), Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) dan Uji Berganda Duncan (DMRT). 1. Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) (LSD). Uji ini adalah prosedur perbandingan dari nilai tengah perlakuan (ratarata perlakuan) dengan menggunakan gabungan kuadrat tengah sisa (KTG/S) dari hasil Sidik ragam. Nilai uji menggunakan nilai-nilai pada Table t. Rumus yang digunakan adalag sebagai berikut : BNT = t/2 , dbs. Sy atau Least Significant Difference
35
hendak diuji, selisih yang dicari adalah yang berjarak 1 rangking, misalnya rangking I dengan II, rangking II dengan III, dst.
4. Bandingkan selisih tersebut dengan nilai uji BNT . 5. Jika rata-rata perlakuan lebih kecil (<) dibanding nilai uji, maka
dikatakan bahwa antara kedua perlakuan tidak ada pengaruh yang nyata (tidak berbeda nyata), jika rata-rata perlakuan lebih besar (>) dibanding nilai uji, maka. dikatakan bahwa antara kedua perlakuan ada pengaruh yang nyata (berbeda nyata).
6. Hasil uji lanjut kemudian ditampilkan dalam skripsi dengan
tanda superskrip disebelah kanan dari rata-rata perlakunn yang diuji. Contoh : Diketahui bahwa Rangking rataan konversi ransum dari ternak puyuh pada suatu penelitian adalah sebagai berikut : A = 4.77 C = 4.97 B = 5.54 D = 5.66 Selisih antara rataan perlakuan : A-C = 0.20 C - B = 0.57 B-D = 0.12 Nilai uji pembanding : BNT = t/2 , dbs. Sy = t/2 , dbs
2 KTG u t/2 = nilai Tabel t pada tingkat kepercayaan () 0.05 pada uji satu arah atau 0.025 pada uji dua arah, pada derajat bebas sisa sesuai yang dihasilkan pada Tabel Sidik Ragam, dengan db=16
2(0.033) 5 = 2.12X 0.115 = 0.2436 Selisih antararataan perlakuan dibandingkan dengan nilai uji:
= 2.12 X
A - C ns
36
B - C* B - Dns
Jika antara dua nilai tengah (rataan) perlakuan didapatkan hasil yang tidak berbeda nyata maka diantara kedua perlakuan tersebut diberi garis yang sama atau huruf superkrip yang sama. Contoh : A C B D atau A
a
Sehingga dalam skripsi ditampilkan sebagai berikut: PERLAKUAN A 0% B 5% C 10% D 15% 1 4.76 5.35 5.27 5.69 2 4.73 5.49 5.00 5.57 Ulangan 3 4.80 5.53 4.95 5.36 Total 4 4.76 5.58 4.80 5.59 5 4.79 5.76 4.82 6.09 Rataan 4.77a 5.54b 4.97a 5.66b 20.96 sama
23.84 27.70 24.84 28.30 104.68 ab Keterangan : Huruf superkrip yang berbeda pada kolom yang menunjukkan berbeda nyata. (P < 0.05). Kesimpulan :
Perlakuan A dan C serta B dan D menghasilkan pengaruh yang tidak berbeda terhadap peubah yang diukur, namun perlakuan B dan C menghasilkan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05). 2. Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) atau Honestly Significant Difference (HSD) Uji ini adalah prosedur perbandingan dari nilai tengah perlakuan (rata-rata perlakuan) dengan menggunakan gabungan kuadrat tengah sisa (KTG/S) dari hasil Sidik ragam. Nilai uji menggunakan nilai-nilai pada Table q. Rumus yang digunakan adalag sebagai berikut : BNJ = q, p , dbs. Sy = q/2 , dbs
KTG u
37
hendak diuji, selisih yang dicari adalah yang berjarak 1 rangking, misalnya rangking I dengan II, rangking II dengan III, dst.
4. Bandingkan selisih tersebut dengan nilai uji BNJ . 5. Jika rata-rata perlakuan lebih kecil (<) dibanding nilai uji, maka
dikatakan bahwa antara kedua perlakuan tidak ada pengaruh yang nyata (tidak berbeda nyata), jika rata-rata perlakuan lebih besar (>) dibanding nilai uji, maka. dikatakan bahwa antara kedua perlakuan ada pengaruh yang nyata (berbeda nyata).
6. Hasil uji lanjut kemudian ditampilkan dalam skripsi dengan
tanda superskrip disebelah kanan dari rata-rata perlakunn yang diuji. Contoh : Diketahui bahwa Rangking rataan konversi ransum dari ternak puyuh pada suatu penelitian adalah sebagai berikut : A= 4.77 C = 4.97 B = 5.54 D = 5.66 Selisih antara rataan perlakuan : A-C = 0.20 C - B = 0.57 B-D = 0.12 Nilai uji pembanding : BNJ = q ,p, dbs. Sy = q ,p, dbs
KTG u
= 4,05 X
q/2 = nilai Tabel q pada tingkat kepercayaan () 0.05 pada uji satu arah atau 0.025 pada uji dua arah, pada derajat bebas sisa sesuai yang dihasilkan pada Tabel Sidik Ragam, dengan dbs = 16
38
Selisih antararataan perlakuan dibandingkan dengan nilai uji: A C= 0.20 < 0.329 C B = 0.57 > 0.329 B - D = 0.12 < 0.329 A - C ns B - C* B - Dns
Jika antara dua nilai tengah (rataan) perlakuan didapatkan hasil yang tidak berbeda nyata maka diantara kedua perlakuan tersebut diberi garis yang sama atau huruf superkrip yang sama. Contoh : A C B D atau A
a
Sehingga dalam skripsi ditampilkan sebagai berikut: PERLAKUAN A B C D 1 4.76 5.35 5.27 5.69 2 4.73 5.49 5.00 5.57 Ulangan 3 4 4.80 4.76 5.53 5.58 4.95 4.80 5.36 5.59 Total 5 4.79 5.76 4.82 6.09 Rataan 4.77a 5.54b 4.97a 5.66b 20.96 sama
23.84 27.70 24.84 28.30 104.68 ab Keterangan : Huruf superkrip yang berbeda pada kolom yang menunjukkan berbeda nyata. (P < 0.05). Kesimpulan :
Perlakuan A dan C serta B dan D menghasilkan pengaruh yang tidak berbeda terhadap peubah yang diukur, namun perlakuan B dan C menghasilkan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05). 3. Uji Berganda Duncan atau Duncan Multiple Range Test (DMRT). Uji ini adalah prosedur perbandingan dari nilai tengah perlakuan (rata-rata perlakuan) untuk semua pasangan perlakuan yang ada. Uji lanjut ini menggunakan nilai pembanding sebagai alat uji sesuai dengan jumlah nilai tengah atau rataan yang ada diwilayah dua perlakuan yang dibandingkan. Langkah-langkah pengujian adalah sebagi berikut :
1. Hitunglah rata-rata perlakuan untuk tiap taraf perlakuan jika hasil uji F
39
hendak diuji, selisih yang dicari adalah yang berjarak 1 rangking, misalnya rangking I dengan II, rangking II dengan III, dst.
4. Bandingkan selisih tersebut dengan nilai uji LSR . 5. Nilai LSR diperoleh dari hasil perkalian nilai SSR pada table A.7 (q)
dikatakan bahwa antara kedua perlakuan tidak ada pengaruh yang nyata (tidak berbeda nyata), jika rata-rata perlakuan lebih besar (>) dibanding nilai uji, maka. dikatakan bahwa antara kedua perlakuan ada pengaruh yang nyata (berbeda nyata).
7. Hasil uji lanjut kemudian ditampilkan dalam skripsi dengan tanda
superskrip disebelah kanan dari rata-rata perlakunn yang diuji. Contoh : Uji lanjut Wilayah Berganda Baru Duncant (DMRT) Rangking dari rerata perlakuan P2 = 95.93 P4 = 93.39 P3 = 92.19 P1 = 89.77
Nilai Uji pembanding Sy = KTG u = 1.1527 5 = 0.480 Tabel SSR dan LSR 0.05 SSR 0.01 0.05 LSR 0.01 Jumlah P 3 3.15 4.34 1.51 2.08
40
Tabel DMRT Perlakuan P2-P4 P2-P3 P2-P1 P4-P3 P4-P1 P3-P1 Selisih 2.52 3.72 6.16 1.20 3.62 2.42 LSR 0.05 1.44 1.51 1.55 1.44 1.51 1.44 0.01 1.98 2.08 2.14 1.98 2.08 1.98 Keterangan ** ** **
ns
** **
Keterangan : ** Berbeda Sangat Nyata (P<0.01) ns Berbeda tidak nyata (P>0.01) Hasil Uji Lanjut DMRT = P2a , P4b , P3b, P1c
Sehingga dalam skripsi ditampilkan sebagai berikut: Perlakuan p.1 p.2 p.3 p.4 Total Rataan Ulangan 3 4 5 90.48 90.71 88.77 95.63 96.58 97.86 92.70 91.56 92.80 92.91 93.49 95.48 371.72 372.34 374.91 92.93 93.09 93.73 Jumlah 448.85 479.66 460.95 466.93 1856.39 Rataan 89.77c 95.93a 92.19b 93.39b 92.82
1 2 88.97 89.92 95.47 94.12 92.22 91.67 91.67 93.38 368.33 369.09 92.08 92.27
41
42
didasarkan pada teori yang ada serta penelitian-penelitian terdahulu. Misalnya penelitian terdahulu melaporkan bahwa penggunaan probiotik Starbio sebanyak 0,25% sudah memberikan hasil yang baik, sedangkan pemakaian 0,75% tidaklah memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan penggunaan 0,50%. Berdasarkan hal tersebut, kita menganggap penggunaan probiotik Starbio perlu dilihat lagi, bagaimana pengaruhnya jika di kombinasi dengan persentase protein ransum yang diturunkan dari pemakaian biasa. Sedangkan penggunaan 0,50% dipakai dengan asumsi ada kemungkinan hasilnya lebih baik dibanding penggunaan 0,25%, dan 0,00% adalah sebagai kontrol. Dalam menentukan taraf perlakuan, harus sistematis, maksudnya taraf perlakuan memiliki jarak yang sama antar masing-masingnya, seperti 0,00 %, 0,25% dan 0,50%. Percobaan dapat dirancang memiliki taraf-taraf perlakuan sebagai berikut :A1= ransum dengan menggunakan probiotik Starbio 0% A2= ransum dengan menggunakan probiotik Starbio 0,25% A3= ransum dengan menggunakan probiotik Starbio 0,50% B1= ransum 21% protein B2= ransum 19% protein B3= ransum 17% protein Taraf-taraf dari masing-masing faktor tersebut akan saling berinteraksi, karena adanya kombinasi dari tiap taraf, misalnya kombinasi taraf perlakuan a1b2, sehingga dihasilkan 9 perlakuan kombinasi. Pengaruh dari setiap kombinasi terhadap peubah yang kita ukur belum tentu sama. Jadi keuntungan dari percobaan ini yaitu mampu mendeteksi respon dari taraf masing-masing faktor (pengaruh utama) serta interaksi antar dua faktor (pengaruh sederhana). Sebagai ilustrasi dapat disajikan sebagai berikut :
Ada interaksi B0 B1
Faktor A
B0 B1 Faktor A (c) Pengaruh interaksi faktor A dengan faktor B Gambar (a) dan (b) menyajikan respon dari masing-masing faktor, sedangkan gambar (c) menunjukkan pengaruh faktor A pada berbagai kondisi faktor B. Khusus untuk Gambar (c) terlihat tiga kemungkinan yaitu pola pertama menunjukkan respon faktor A pada kondisi B0 dan B1 osejajar. Pola seperti ini mengandung makna tidak adanya interaksi antara faktor A dengan faktor B. Pola kedua dan ketiga menunjukkan respon faktor A pada kondisi B0 dan B1 merujuk pada perpotongan. Pola ini mengandung makna adanya interaksi antara faktor A dan faktor B. Dengan demikian ada tidaknya pengaruh interaksi dapat dideteksi dari perilaku respon suatu faktor pada berbagai kondisi faktor yang lain. 1. Percobaan Faktorial dengan Rancangan Acak Lengkap Rancangan ini dipilih jika faktor perlakuan dalam penelitian ada dua buah dan keseragaman dalam setiap satuan percobaan dapat diusahakan, misalnya keseragaman objek penelitian (berat ayam, umur dll), keseragaman dalam tatalaksana pemeliharaan serta sarana dan prasarana yang dibutuhkan. a. Model linier aditif rancangan yaitu :
Yijk Yijk = + i + j + ()ij + ijk = nilai pengamatan pada satuan percobaan 44
3. = i = j = ()ij =
ijk
i j k
nilai tengah umum pengaruh perlakuan dari faktor A ke - i pengaruh perlakuan dari faktor B ke - j pengaruh interaksi antara perlakuan faktor A ke-i dan faktor B ke-j = galat percobaan pada satuan percobaan ulangan ke-k dalam perlakuan faktor A ke-i dan faktor B ke-j. = Faktor perlakuan A = Faktor perlakuan B = ulangan
b. Lay out Percobaan Lay out percobaan adalah bagaimana kita meletakkan setiap taraf dari kedua faktor perlakuan pada setiap satuan percobaan. Misalkan kita memilih dua faktor perlakuan seperti contoh di atas, yang masingmasingnya kita ulang 2 kali, sehingga kita memerlukan 3 X 3 X 2 buah satuan percobaan atau 18 buah. Pengacakan dilakuan untuk keseluruhan satuan percobaan yang ada atau sering disebut Random. Dalam skripsi, percobaan ini biasa ditulis sebagai berikut : Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang menggunakan Rancangan Acak Lengkap Pola Faktorial 3 X 3, yang masing-masing mengalami dua kali ulangan. Penulisan 3 X 3, artinya percobaan ini terdiri dari 3 taraf untuk faktor pertama dan 3 taraf untuk faktor kedua. Sehingga dihasilkan sembilan kombinasi perlakuan sebagai berikut : a1 b1 b2 b3 b1 b2 b3 b1 b2 b3 = a1b1 = a1b2 = a1b3 = a2b1 = a2b2 = a2b3 = a3b1 = a3b2 = a3b3
a2
a3
45
a1b2.1
A2b2.1
a3b2.1
a1b1.2
a2b3.2
a2b1.1
a3b1.1
a1b1.2
a1b2.2
a3b1.2
a1b3.1
a3b3.2
a2b1.2
a2b3.1
a3b3.1
a1b3.2
a3b2.2
a2b2.2
c. Analisis statistik Dalam suatu penelitian, akan terkumpul data dari setiap peubah yang diukur yang telah kita tentukan, misalnya data pertambahan berat badan, konversi ransum, produksi telur, produksi susu dan lain-lain. Untuk memudahkan dalam analisis statistiknya, maka data yang telah terkumpul ditata sedemikian rupa dalam tabulasi data. Tabulasi data ini juga berguna untuk menentukan data yang akan dimasukkan dalam perhitungan Sidik Ragam (Uji F) atau sering disebut dengan Analisis Of Variance (Anova), berdasarkan rumus-rumus perhitungannya. Tabel 1. Tabulasi Data Percobaan faktorial dengan RAL. Faktor B Jumlah Rataan Faktor A Ulangan b1 b2 b3 1 Y111 Y121 Y131 Y1.1 1.1 a1 2 Y112 Y122 Y132 Y1.2 1.2 Sub Total Y11. Y12. Y13. Y1.. 1.. Y221 Y231 Y2.1 2.1 1 Y211 a2 2 Y212 Y222 Y232 Y2.2 2.2 Sub Total Y21. Y22. Y23. Y2.. 2.. Y311 Y331 Y3.1 3.1 1 Y311 a3 2 Y312 Y312 Y332 Y3.2 3.2 Sub Total Y31. Y32. Y33. Y3.. 3.. Total Y.1. Y.2. Y.3. Y Rataan .1. .2. .3. Sidik ragam adalah alat untuk menguji data dari peubah yang diukur berdasarkan hipotesis, sering juga disebut dengan uji F. Tabel Sidik Ragam untuk Rancangan ini adalah sebagai berikut :
46
F Tabel 5% 1%
a: faktor A, b : faktor B, r : ulangan Perhitungannya adalah : FK = Faktor Koreksi Y2 = abr JKT = Jumlah Kuadrat Total = JKA
Y ijk2 - FK
= Jumlah Kuadrat Faktor A 1 = Y 2i.. - FK br = Jumlah Kuadrat Faktor B 1 = Y 2.j. - FK ar = Jumlah Kuadrat Interaksi Faktor A dan B =
JKB
JKAB
JKG
= JKT JKA - JKB - JKAB Setelah perhitungan selesai, maka seluruh hasil perhitunga
dimasukkan dalam tabel sidik ragam. Untuk penghitungan Kuadrat Tengah (KT), dilakukan dengan membandingkan antara kolom Jumlah Kuadrat (JK) dengan kolom Derajat bebas (Db). Contoh : KTA = JKA/(a-1)
47
Dari table sidik ragam akan diperoleh nilai F hitung, yang kemudian akan dibandingkan dengan F tabel, sebagaimana yang telah dipelajari pada Rancangan lingkungan RAL, RAK, dan RBL. 2. Percobaan Faktorial dengan Rancangan Acak Kelompok a. Model linier rancangan yaitu :
= + i + j + ()ij + k+ ijk = nilai pengamatan pada satuan percobaan 4. = nilai tengah umum i = pengaruh perlakuan dari faktor A ke - i j = pengaruh perlakuan dari faktor B ke - j ()ij = pengaruh interaksi antara perlakuan faktor A ke-i dan faktor B ke-j k = pengaruh kelompok ke - k ijk = galat percobaan pada satuan percobaan ulangan ke - k dalam perlakuan faktor A ke-i dan faktor B ke-j. i = Faktor perlakuan A j = Faktor perlakuan B k = kelompok Yijk Yijk
b. Lay out Percobaan Misalkan kita memilih dua faktor perlakuan seperti contoh di atas, memerlukan 3 X 3 buah satuan percobaan untuk setiap kelompok percobaan, misalnya kelompok dalam percobaan ini ada dua buah, sehingga satuan percobaannya adalah 18 buah. Pada percobaan faktorial yang menggunakan Rancangan Acak Kelompok, lay outnya adalah sebagai berikut : Kel I a1b2 a2b2 a3b3 a2b3 a3b1 a3b2 a1b1 a1b3 a2b1
Kel II
Pengacakan dilakukan hanya pada kelompok dalam percobaan. c. Analisis Statistik Dalam suatu penelitian, akan terkumpul data dari setiap peubah yang diukur yang telah kita tentukan, misalnya data pertambahan berat
48
badan, konversi ransum, produksi telur, produksi susu dan lain-lain. Untuk memudahkan dalam analisis statistiknya, maka data yang telah terkumpul ditata sedemikian rupa dalam tabulasi data. Tabulasi data ini juga berguna untuk menentukan data yang akan dimasukkan dalam perhitungan Sidik Ragam (Uji F) atau sering disebut dengan Analisis Of Variance (Anova), berdasarkan rumus-rumus perhitungannya. Tabel 2. Tabulasi Data Percobaan faktorial dengan RAK. Faktor Kelompok A 1 a1 2 Sub Total 1 a2 2 Sub Total 1 a3 2 Sub Total Total Rataan b1 Y111 Y112 Y11. Y211 Y212 Y21. Y311 Y312 Y31. Y.1. .1. Faktor B b2 Y121 Y122 Y12. Y221 Y222 Y22. Y311 Y312 Y32. Y.2. .2. 1 Y..1 b3 Y131 Y132 Y13. Y231 Y232 Y23. Y331 Y332 Y33. Y.3. .3. 2 Y..2 Jumlah Rataan Y1.1 Y1.2 Y1.. Y2.1 Y2.2 Y2.. Y3.1 Y3.2 Y3.. Y 1.1 1.2 1.. 2.1 2.2 2.. 3.1 3.2 3..
Kelompok Total
Tabel Sidik Ragam untuk Rancangan ini adalah sebagai berikut : Sumber Deraja Keragama t n (SK) Bebas (Db) A a-1 B b-1 (a-1)(bAB
1)
5%
1%
Kelompok Galat
r-1
(ab-1)(r1)
KTK/KTG
-
49
JKT
Y ijk2 - FK
JKA
1 = br 1 = ar
i..
- FK
JKB
.j.
- FK
JKK
1 JKAB = Y ij.2 - FK - JKA - JKB r JKG = JKT JKA - JKB - JKAB - JKK
3. Percobaan berfaktor Split plot design Dalam percobaan faktorial terdahulu, diasumsikan bahwa semua kombinasi perlakuan akan dicobakan pada satuan-satuan percobaan menurut prosedur pengacakan yang sesuai dengan RAL, RAK dan RBL. Tetapi sesungguhnya masih ada prosedur pengacakan yang lain, yang biasa disebut Split Plot Design atau petak-terbagi, yang merupakan bentuk khusus dari rancangan kelompok tak lengkap. Perbedaab mendasar dari percobaan faktorial terdahulu adalah, adanya penempatan petak utama (Whole plot) yang kemudian dibagi-bagi menjadi anak-petak (subplot) dengan taraf-taraf perlakuannya. Rancangan ini diterapkan karena berbagai alasan : a. Bila beberapa perlakuan yang berhubungan dengan taraf dari satu atau lebih faktor memerlukan bahan percobaan yang lebih banyak daripada perlakuan yang berhubungan dengan faktor lain. Ini biasa ditemukan pada percobaan-percobaan lapangan, laboratorium, industri, maupun sosial. Misalnya percobaan yang dilakukan untuk
50
membandingkan kualitas penyimpanan es krim yang dibuat dari berbagai resep dan disimpan pada berbagai suhu. Untuk setiap resep akan dibuat es krim pada batch yang besar, kemudian dibagi-bagi untuk tempat penyimpanan dan suhu yang berbeda-beda. b. Adanya tingkatan kepentingan dari faktor-faktor yang dilibatkan. Faktor yang memerlukan ketepatan yang lebih tinggi diletakan sebagai subplot, sedangkan faktor lainnya sebagai main plot. c. Pengembangan dari percobaan yang telah ada. Misalnya pada awalnya sudah dilakukan penelitian mengenai produktifitas dari berbagai jenis varietas, kemudian sipeneliti ingin mengembangkan penelitian dengan menambah efektifitas pemupukan, hal ini dapat dilakukan dengan menambah anak-anak petak pada masing-masing petak varietas sebelumnya. d. Kendala pengacakan dilapangan, jika salah satu faktor yang dicobakan tidak bias atau tidak efisien jika dilakukan pengacakan secara sempurna karena taraf-taraf dari faktor tersebut membutuhkan unit yang lebih besar dibandingkan dengan taraf-taraf faktor yang lain. Misalnya adalah percobaan yang melibatkan cara pengolahan lahan (cangkul, bajak, traktor). Misalnya dalam teori dinyatakan bahwa perbedaan varietas tanaman rumput akan berbeda dalam hal pemanfaatan Nitrogen dalam tanah. Berdasarkan teori tersebut, maka dapat saja kita menyusun suatu penelitian yang menggunakan rancangan split plot dengan faktor utama adalah penggunaan pupuk Nitrogen yang ditempatkan sebagai petak utama, sedangkan sebagai anak petak adalah berbagai varietas rumput Gajah. Faktor A = penggunaan pupuk N Faktor B = Varietas rumput Gajah Setelah kita menentukan faktor perlakuan yang digunakan, maka barulah kita menentukan taraf dari masing-masing faktor perlakuan tersebut.
51
k i ik j ()ij ijk
i j k
b. Lay out Percobaan Lay out percobaan adalah bagaimana kita meletakkan setiap taraf dari kedua faktor perlakuan pada setiap satuan percobaan. Misalkan kita hendak menguji faktor A dengan tiga taraf dalam dua kelompok dengan menggunakan rancangan lingkungan RAK. Faktor kedua B, dengan tiga taraf, dapat ditumpang tindihkan dengan membagi setiap petak utama A, menjadi tiga anak petak dan memberika ketiga perlakuan B ke masingmasing anak petak. Setelah pengacakan denahnya mungkin sebagai berikut: a1b2 a1b3 a1b1 a1 a3b1 a3b2 a3b3 a3 Kelompok 1 a3b2 a3b1 a3b3 a2b3 a2b1 a2b2
52
c. Analisis Statistik Tabel 3. Tabulasi data rancangan split plot Anak Petak Petak Jumlah Rataan Kelompok Utama b1 b2 b3 1 Y111 Y121 Y131 Y1.1 Y1.1 a1 2 Y112 Y122 Y132 Y1.2 Y1.2 Sub Total Y11. Y12. Y13. Y1.. Y1.. Y221 Y231 Y2.1 Y2.1 1 Y211 a2 2 Y212 Y222 Y232 Y2.2 Y2.2 Sub Total Y21. Y22. Y23. Y2.. Y2.. 1 Y311 Y311 Y331 Y3.1 Y3.1 a3 2 Y312 Y312 Y332 Y3.2 Y3.2 Sub Total Y31. Y32. Y33. Y3.. Y3.. Total Y.1. Y.2. Y.3. Y Y Rataan Y.1. Y.2. Y.3. Kelompok Total Tabel Sidik Ragam Sumber Keragaman (SK) Kelompok A Galat 1 B AB Galat 2 Total Derajat Bebas (Db) r-1 a-1
(a-1)(r-1)
1 Y..1
2 Y..2
b-1
(a-1)(b-1)
a(b-1)(r-1)
abr-1
Jumlah Kuadrat (JK) JKA JKA JKG 1 JKB JKAB JKG 2 JKT
F Tabel
5% 1%
Y ijk2 FK
JKK
1 = ab 1 = br
Y Y
..k
- FK
JKA
i..
- FK
53
JKGalat1
1 = b
i.k
- JKK JKA- FK
1 = Y .j.2 - FK ar 1 JKAB = Y ij.2 - FK - JKA - JKB r JKG2 = JKT JKK - JKA JKG1 - JKB - JKAB JKB Contoh soal percobaan pola faktorial dengan RAL : Tabel data penelitian : konsumsi ternak puyuh (gr/ekor/hari) Probiotik Ulangan 1 2 3 Sub Total 1 a2 2 3 Sub Total 1 a3 2 3 Sub Total Total Rataan a1 Persentase protein ransum b1 b2 b3 32 36 42 21 26 33 19 21 26 72 83 101 37 39 50 38 45 54 27 44 54 102 128 158 35 34 33 32 33 29 29 28 25 96 95 87 Jumlah Rataan
256
388
278 922
54
Contoh soal percobaan pola Split Plot dengan RAL : Petak utama a1 Kelompok b1 32 21 19 72 37 38 27 102 35 32 29 96 Anak Petak b2 b3 36 42 26 33 21 26 83 101 39 50 45 54 44 54 128 158 34 33 33 29 28 25 95 87 Jumlah Rataan 110
256 126
388 102
278 922
55
dikuantitatifkan. Namur pada makalah ini pembahasan dibatasi pada analisis data dalam Stastistik Paramerik. Dua teknik analisis data yang akan dibahas adalah Sidik Ragam dan Analisis Regresi. Analisis ragam untuk penelitian yang menggunakan pembandingan perlakuan atau populasi sedangkan analisisi regresi adalah untuk penelitian yang mempelajari hubungan antar variabel. Untuk mendapatkan hasil akhir atau kesimpulan dari suatu penelitian dibutuhkan pengolahan dan analisis data. Data yang telah dikumpulkan baik melalui percobaan maupun melalui survei masih merupakan data mentah. Agar data tersebut bermanfaat dalam memberikan garnbaran tentang objek yang sedang diteliti, maka data
Metode Pen.dan Rancob by Zasmeli.S
56
tersebut perlu disederhanakan, diolah, dan dianalisis sesuai dengan rancangan analisis data. Alat yang digunakan untuk analisis data kuantitatif atau numerik adalah statistik. Secara, umum analisis statistik dapat dibagi atas dua kategori, yaitu Statistik Deskriptif dan Statistik induktif. Dengan Statistik Deskriptif, data yang diperoleh dari lapangan dikelompokkan, ditata, disederhanakan, dan ditampilkan baik dalam bentuk tabel maupun dalam bentuk grafik. Sedangkan dengan Statistik Induktif, data yang diperoleh dari lapangan tidak hanya disederhanakan dan disajikan, melainkan juga digunakan untuk pendugaan dan pengujian hipotesis mengenai parameter populasi menurut variabel yang diukur. Pendugaan parameter dapat berupa pendugaan satu titik yaitu memberikan satu nilai dugaan untuk parameter yang diteliti, dan dapat pula berupa pendugaan interval yaitu dengan memberikan batas atas dan batas bawah nilai-nilai dugaan parameter tersebut. Untuk pendugaan interval dibutuhkan asumsi-asumsi tertentu terhadap sebaran data yang diperoleh. Pengujian hipotesis dilakukan dengan berbagai macam bentuk pengujian yang telah dikembangkan oleh para ahli statistik. Antara lain untuk membandingkan nilai parameter satu populasi dengan suatu skala dapat digunakan uji Z atau uji t. Demikian pula untuk membandingkan parameter dua populasi digunakan uji yang sama. Untuk membandingkan parameter tiga populasi atau lebih digunakan analisis ragam atau uji F. Untuk menguji kebebasan antara, variabel nominal dengan variabel nominal lain dapat digunakan uji Khi-Kuadrat. Untuk menganalisis dan menguji keeratan dan bentuk hubungan antar satu variabel dengan atau lebih variabel lainnya dapat digunakan analisis regresi dan korelasi. Berbagai metoda analisis dapat digunakan dalam penelitian ilmiah kuantitatif. Analisis-analisis parameter parametrik. yang menekankan disebut analisis pendugaan dengan yang dan tidak pembandingan statistik populasi
metoda
S edangkan
57
populasi, disebut metode statistik non param etrik. Sebagai contoh disini adalah analisis data dan pembahasan dari hasil sidik ragam. Berdasarkan hasil penimbangan ayam pada umur 6 minggu, diperoleh rerata pertambahan berat badan untuk masing-masing unit percobaan seperti terlihat pada Tabel 1. Tabel 1 . Rerata pertambahan badan ayam broiler selama penelitian (gram/ekor) Level Probiotik Starbio (%) 0 0.25 0.5 Rerata SE Level Penambahan Lemak (%) 0 1091.01ab 1210.01 1273.82ab 1198.28AB 131.17
ab
Rerata pertambahan berat badan ayam broiler selama penelitian seperti terlihat pada Tabel 1. Dari hasil sidik ragam didapatkan bahwa rerata pertambahan berat badan ayam broiler selama penelitian menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0.05) pada interaksi Faktor A dan B, namun berbeda nyata terhadap Faktor A (P<0.05) dan berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap perlakuan Faktor B. Tetapi dari hasil uji lanjut dengan Tukey HSD, interaksi memperlihatkan pengaruh yang nyata. Hal ini juga didukung dengan grafik garis gambar 1 antara faktor tunggal yang memperlihatkan adanya interaksi. Pada gambar terlihat terjadinya perpotongan antara garis masing-masing faktor tunggal, yang menunjukkan terjadinya interaksi dititik tersebut.
58
1350 1300 1250 1200 1150 1100 1050 1000 1 2 3 1198.28 1133.99 1109.45 1303.97 1270.78 1206.93
1400
Gambar 2. Perbandingan rerata pertambahan berat badan ayam broiler selama penelitian. Dari hasil uji lanjut pada perlakuan Faktor B, meskipun secara rerata faktor B2 adalah yang tertinggi angkanya, namun setelah diuji tidak ada perbedaan antara perlakuan faktor B1 dengan B2, serta antara B1 dan B3. Hal ini menunjukkan bahwa secara statistik, pemakaian lemak 4% tidak berbeda hasilnya dengan 0%, namun pemakaian lemak 8% juga tidak berbeda dengan 0%, sedangkan jika dibandingkan antara
59
pemakaian lemak 4% dan 8% barulah menunjukkan perbedaan pengaruh yang nyata (P<0,05). Sedangkan hasil penelitian Suhaemi (1998),
pemakaian lemak ayam 4% dan 8% (tanpa suplementasi probiotik Starbio, dan kandungan protein yang sama) menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa pemakaian lemak ayam
memang baru akan nampak jika kondisi protein dan energi ransum seimbang, sejalan dengan pendapat Wahyu (1992), bahwa perbaikan pertumbuhan ternak ayam ditentukan dari adanya keseimbangan protein dan energi. Berdasarkan perlakuan yang ada, penambahan lemak 4% mejadikan protein kasar 19% dalam ransum, dan penambahan lemak 8% protein kasar ransum menjadi 17%. Sehingga terlihat behwa
suplementasi probiotik Starbio memang berperan untuk meningkatkan protein ransum, namun terbatas sampai 2% saja, sedangkan peningkatan level probiotik menjadi 0.50%, tidak mampu meningkatkan protein ransum yang lebih rendah 4% (yaitu pada penambahan lemak ayam 8% dalam ransum). Dapat dikatakan bahwa peran lemak ayam akan nampak
meskipun kandungan protein kasar ransum diturunkan sebesar 2%, namun dilakukan upaya untuk meningkatkan kandungan protein ransum tersebut dengan penambahan probiotik Starbio.
60
61
b. Latar belakang: memuat pandangan umum atau gambaran umum tentang penelitian yang akan/telah dilakukan, menjelaskan alasanalasan mengapa penelitian dilakukan. Hendaknya penyampaian dilakukan dengan singkat dengan tidak memakan waktu. c. Materi dan Metode Penelitian : bagian ini adalah yang terpenting pada seminar tentang usulan penelitian. Penguraian bagian ini harus jelas dan lengkap namun sitematis, sehingga pendengar dapat memahami dan membayangkan bahkan meniru apa yang akan kita lakukan saat penelitian dilaksanakan. d. Hasil dan Pembahasan: : bagian ini adalah yang terpenting pada seminar tentang hasil penelitian. Penguraian bagian ini harus jelas dan lengkap namun sitematis, memaparkan fakta-fakta penelitian dilandasi dengan teori-teori ditemukan. e. Penutup: Mengemukan kesimpulan dari hasil penelitian serta prospek atau saran untuk kelanjutan penelitian. Teknik berbicara dimuka umum perlu mendapat perhatian, secara ringkas teknik berbicara pada seminar antara lain: a. Tenang, yang perlu didukung dengan : a. keyakinan bahwa data atau alasan yang dikemukakan objektif, b. pekerjaan yang akan atau telah dilakukan sudah terkontrol dengan baik, c. keyakinan bahwa sudah menguasai isi dari seminar melebihi dari pendengar, d. meyakini bahwa pendapat manusia pasti ada kekurangannya dan dapat selalu terjadi perbedaan. e. Diawali dengan latihan-latihan untuk menambah pengalaman. b. Disampaikan dengan suara jelas, dengan stabilitas yang tinggi. c. Jangan membaca secara terus menerus d. Memperhatikan waktu yang tersedia. e. Penguasaan alat-alat peraga/bantu yang disediakan saat seminar. yang ada maupun yang baru
62
DAFTAR BUKU TEXT 1. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Prof. Dr. Suharsimi Arikunto. Rineka Cipta. 2. Prinsip dan Prosedur Statistika, Suatu Pendekatan Biometrik. Steel, Robert G. D. dan James H. Torrie. 1991. P.T. Gramedia. Jakarta. 3. Design and Analysis of Experiments Third Edition. Douglas C Montgomery. John Wiley and Son. USA. 4. Rancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab Jilid I. Prof. Ir. Ahmad Ansori Mattjik, M.Sc., Ph.D dan Ir. Made Sumertajaya, M.Si.
63
LAMPIRAN
64
PETUNJUK PEMAKAIAN KALKULATOR TYPE Casio FX 3650P I. RANCANGAN ACAK LENGKAP (RAL). 1. Aktifkan mode SD (Statistical Design) untuk memulai penghitungan, dengan menekan MODE clr 2X, sampai muncul 1.SD 2. REG 3.BASE, Tekan angka 1 sehingga muncul dilayar SD, bagian tengah atas. 2. Hapus semua data dengan menekan shift mode clr 1 EXE. Pastikan bahwa semua data sudah terhapus dengan menekan Shift tombol 1, yang memiliki menu S-Sum, hingga muncul 1. Sigma x2, 2. Sigma x, dan 3. n, kemudian pilih no 3 . Jika n = 0 menandakan bahwa data dalam program SD sudah kosong. 3. Masukkan semua data pada table data hasil penelitian satu persatu dengan menekan DT setiap kali memasukkan data. Contoh : 25 DT ; 31 DT ; 29 DT dst. Jika sudah masuk semua, cek jumlah total dengan menekan Shift 1, kemudian pilih 2 atau x. 4. Menghitung FK (Faktor Koreksi) : Y..2 FK = tr Pada kalkulator rumus yang digunakan adalah : x x2 jumlah perlakuan X ulangan (p x u)
Rumus x ada pada shift S-Sum, tombol 2 Rumus x2 ada pada tombol x2
Jadi FK = shift S-Sum, tombol 2, x2 pu (Jumlah perlakuan X ulangan) 5. Menghitung JKT : Yij2 - FK Pada kalkulator rumus yang digunakan adalah : x2 - FK Jadi JKT = shift S-Sum, tombol 1 - FK 6. Data semula dihapus dengan menekan shift mode clr 1 EXE Masukkan semua data Yi. pada table data hasil penelitian satu persatu dengan menekan DT setiap kali memasukkan data. Contoh : 25 DT ; 31 DT ; 29 DT dst. cek jumlah total dengan menekan Shift 1, kemudian pilih 2 atau x. 7. Menghitung JKP : Yi.2 - FK Pada kalkulator rumus yang digunakan adalah :
Metode Pen.dan Rancob by Zasmeli.S
65
x2 - FK
Jadi JKP = shift S-Sum, tombol 1 : ulangan - FK 8. Terakhir hitunglah JK Sisa sesuai rumus.
66
PETUNJUK PEMAKAIAN KALKULATOR TYPE Casio fx 3600 I. RANCANGAN ACAK LENGKAP (RAL).
1. Aktifkan mode SD (Statistical Design) untuk memulai penghitungan, dengan menekan MODE 3. Jika sudah aktif, pada layar kalkulator akan terlihat lambang SD di sudut sebelah kanan. 2. Tekan Shift AC untuk menghilangkan data yang mungkin masih ada dalam kalkulator. Pastikan bahwa semua data sudah terhapus dengan menekan Kout 3 untuk melihat jumlah sampel data n . Jika n = 0 menandakan bahwa data dalam pr ogram SD sudah kosong. 3. Masukkan semua data pada table data hasil penelitian satu persatu dengan menekan DT setiap kali memasukkan data. Contoh : 25 DT ; 31 DT ; 29 DT dst. 4. Menghitung FK (Faktor Koreksi) : Y..2 FK = tr Pada kalkulator rumus yang digunakan adalah : x x2 jumlah perlakuan X ulangan (t x r)
Rumus x ada pada tombol angka 2, untuk mengeluarkannya tekan Kout 2 Rumus x2 ada pada tombol , untuk mengeluarkannya tekan Shift Jadi FK = Kout 2 Shift tr (Jumlah perlakuan X ulangan)
Untuk memudahkan penghitungan selanjutnya, simpan data FK dengan menekan Shift MR. 5. Menghitung JKT : Yij2 - FK Pada kalkulator rumus yang digunakan adalah : x2 - FK Rumus x2 ada pada tombol angka 1, untuk mengeluarkannya tekan Kout 1 Data FK sudah disimpan dalam memori, untuk menggunakannya tekan MR Jadi JKT = Kout 1 - MR 6. Data semula dihapus dengan menekan shift AC Masukkan semua data Yi. pada table data hasil penelitian satu persatu dengan menekan DT setiap kali memasukkan data. Contoh : 25 DT ; 31 DT ; 29 DT dst. 7. Menghitung JKP : Yi.2 - FK Pada kalkulator rumus yang digunakan adalah :
Metode Pen.dan Rancob by Zasmeli.S
67
x2 - FK
Rumus x2 ada pada tombol angka 1, untuk mengeluarkannya tekan Kout 1 Data FK sudah disimpan dalam memori, untuk menggunakannya tekan MR Jadi JKP = Kout 1 : jml ulangan - MR
8. Terakhir hitunglah JK Sisa sesuai rumus.
68
Oleh :
I. PENDAHULUAN .......................................................................... II. MEMILIH MASALAH ...................................................... III.STUDI PENDAHULUAN .......................................................... IV.MERUMUSKAN ANGGAPAN DASAR ....................................... V. HIPOTESIS ................. ........................................................ VI.MENENTUKAN DAN MENYUSUN INSTRUMEN .... .................. VII.PENGUMPULAN DATA ...... .............................................. VIII.PERANCANGAN PERCOBAAN ...................... ........................ IX. PRINSIP DASAR PERANCANGAN PERCOBAAN.................... X. PERCOBAAN SATU FAKTOR .................. ............................... XI. UJI LANJUT .......... ................................................................... XII.PERCOBAAN BERFAKTOR .............................. ...................... XIII. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ................................... XIV. KOMUNIKASI HASIL PENELITIAN ........................................ DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... LAMPIRAN........................................................................................
1 5 7 8 9 10 13 16 20 23 36 43 57 62 64 65
I. PENDAHULUAN
Penelitian merupakan suatu usaha dari manusia untuk mengisi kekosongan dalam ilmu pengetahuan. syarat-syarat antara lain: 1. Sistematis, yaitu memiliki pola ilmiah dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang kompleks, hingga tercapai tujuan secara efektif dan efisien. 2. Berencana, bahwa penelitian tersebut sudah dipikirkan sebelumnya berdasarkan teori-teori yang ada dan bukan penelitian yang mendadak tanpa sistem yang jelas. 3. Mengikuti konsep ilmiah, yaitu mengikuti cara-cara yang sudah ditentukan dengan menggunakan prinsip berdasarkan ilmu pengetahuan. Metode Penelitian digunakan untuk membantu mempertajam bakat serta kemampuan seseorang untuk mengadakan penelitian. Peneliti adalah orang yang melaksanakan pekerjaan penelitian mulai dari menemukan masalah, mengerjakan, mendapatkan hasil sampai pembuatan laporan hasil tersebut. Dalam melakukan penelitian, peneliti membutuhkan : teori, masalah, rencana, hipotesis, data, fasilitas dan kebebasan. Syarat peneliti yang baik ada sebelas yang biasa disebut dengan 11i, yaitu: 1. intelegence (kecerdasan) 2. interest (keingin tahuan) 3. imagination (daya khayal) 4. inventive (daya cipta) 5. informative (mengumpulkan keterangan-keterangan) 6. initiative (inisiatif) 7. industrious (berusaha) 8. intense observation (pengamatan yang intensif) 9. integrity (kejujuran) 10. infectious enthusiasm (antusiasme yang tinggi) 11. indefatigable writer (selalu menulis/mempublikasikan) Penelitian yang baik memiliki
Selain kesebelas syarat tersebut, akan lebih lengkap jika juga memiliki syarat keduabelas, yang merupakan syarat yang biasanya muncul jika telah terpenuhi syarat-syarat sebelumnya, yaitu incentive atau imbalan. Imbalan ini dapat bersifat fisik ataupun psikis. Secara garis besar penelitian terbagi dua bagian, yaitu basic research dan aplyed research. Basic research biasanya dilakukan untuk kepentingan peneliti saja sebagai penelitian pendahuluan untuk melaksanakan penelitian lanjutan. Basic research dapat berupa penelitian historik, deskriptif maupun eksperimental. Sedangkan aplyed research merupakan penelitian yang bertujuan praktis, untuk diterapkan ditengah masyarakat yang sesuai dengan bidang ilmu yang diteliti. Jenis penelitian ditinjau dari caranya terdiri dari: 1. Operation Research dan action research adalah suatu penelitian yang dilakukan oleh seorang yang bekerja mengenai apa yang sedang ia laksanakan tanpa mengubah sistem pelaksanaannya. Operation Research lebih merupakan kegiatan yang sedang berlangsung, yaitu penelitian dilakukan bukanlah menciptakan yang baru semata, tetapi menempel pada suatu kegiatan yang sedang berlangsung. Action research menunjuk pada action atau tindakan, yaitu penelitian yang dilakukan secara khusus diamati terus menerus, dilihat plus minusnya, kemudian diadakan pengubahan terkontrol sampai pada upaya maksimal dalam bentuk tindakan yang paling tepat. 2. Eksperimen suatu penelitian yang dilakukan dengan sengaja memberikan suatu perlakuan terhadap objek penelitian kemudian diteliti bagaimana akibatnya dari perlakuan yang diberikan. Jika ditinjau dari tujuannya, penelitian dapat dibagi 3, yaitu: penelitian eksploratif, penelitian developmental dan penelitian verifikatif. Penelitian eksploratif adalah penelitian yang dilakukan untuk menggali secara luas tentang sebab-sebab atau hal-hal yang mempengaruhi terjadinya sesuatu. Misalnya disuatu daerah ditemukan terjadi kematian hewan unggas secara berturut-turut dalam jumalh besar,
sehingga menarik perhatian para dokter hewan untuk meneliti sebabmusabab terjadinya musibah tersebut. Penelitian developmental atau penelitian pengembangan adalah penelitian yang dilakukan dalam rangka mengembangkan suatu program atau teknologi yang sudah ada ke arah yang lebih baik. Penelitian ini termasuk dalam action research. Misalnya teknologi fermentasi pada bahan pakan yang berserat tinggi. Semula orang hanya mengenal fermentasi dengan menggunakan urea, namun sekarang berkembang dengan penggunaan mikroba-mikroba yang banyak Penelitian verifikatif diproduksi dalam bentuk kemasan-kemasan praktis dan mudah penggunaannya. adalah penelitian yang dilakukan untuk mengecek kebenaran hasil penelitian lain. Misalnya penelitian tentang penggunaan silase jerami jagung pada ternak kambing yang telah dilakukan di daerah Pariaman, ingin diteliti kembali oleh peneliti lain dengan perlakuan yang sama di daerah Padang.
Langkah 4a Hipotesis Langkah 5 Memilih Pendekatan Langkah 6a Menentukan Variabel Langkah 6b Menentukan Sumber Data
Langkah 7 Menentukan dan menyusun alat dan bahan Langkah 8a Memberikan perlakuan (penelitian eksperimen) Langkah 8b Mengumpulkan Data Langkah 9 Analisis data Langkah 10 Menarik kesimpulan Langkah 11 Menyusun laporan
Contoh: Sapi FH produksi susunya rendah jika dipelihara di Indonesia, sedangkan dinegeri asalnya tinggi. Mengapa? (ada kesenjangan). Ditinjau dari sumbernya, masalah penelitian dapat diperoleh dari : laporan penelitian, diskusi-diskusi, seminar, keinginan masyarakat, intuisi atau faktor kebetulan, seperti penemuan penicillin hasil penelitian orang lain, hasil analisis bidang ilmu, pengalaman, pengamatan lingkungan.
Dari hal-hal tersebut di atas, biasanya masalah penelitian dipilih oleh peneliti karena alasan-alasan: mempunyai nilai penelitian,
memungkinkan untuk dilaksanakan (sarana, prasarana, dan sumber data), sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuni oleh peneliti. sesuai dengan minat peneliti bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan praktek.
Sedangkan dalam memilih suatu masalah penelitian, maka seorang (atau beberapa) orang peneliti harus memperhatikan: keaslian masalah penelitian, nilai up to date nya, keilmiahannya.
Permasalahan dalam penelitian sering juga disebut dengan istilah problema atau problematik. Secara garis besar ada 3 gejala problematik, yaitu: 1. Problema untuk mengetahui status dan mendeskripsikan fenomena (penelitian deskriptif)k, termasuk juga penelitian historis dan filosofis. 2. Problema untuk membandingkan dua fenomena atau lebih (penelitian komparasi), Dalam penelitian ini peneliti berusaha mencari persamaan dan perbedaan dari suatu fenomena yang ada, saelanjutnya mencari arti atau manfaat dari adanya persamaan dan perbedaan yang ada. 3. Problema untuk mencari hubungan antara dua fenomena (penelitian korelasi). sebab-akibat. Ada dua macam korelasi, sejajar dan
Meskipun sudah diperoleh suatu masalah untuk diteliti, sebelum mengadakan penelitian yang sesungguhnya, peneliti perlu mengadakan studi pendahuluan. Studi pendahuluan diperlukan untuk menjajagi kemungkinan diteruskannya pekerjaan meneliti, juga untuk mencari informasi yang diperlukan oleh peneliti agar masalahnya menjadi lebih jelas.
Setelah dilakukan studi pendahuluan, maka masalah yang akan diteliti akan menjadi jelas. Dan masalah yang telah dipilih harus dirumuskan agar penelitian dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Perumusan masalah merupakan pedoman bagi peneliti sehingga jelas darimana harus memulai, kemana harus pergi dan dengan apa. Perumusan masalah, harus dilakukan dengan kondisi sebagai berikut: 1. masalah dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, 2. harus jelas dan padat, 3. harus berisi implikasi adanya data untuk memecahkan masalah, 4. harus merupakan dasar dalam membuat hipotesis, 5. harus menjadi dasar judul penelitian. Perumusan masalah harus sinkron dengan merumuskan judul. Judul sebaiknya ditulis selengkap mungkin sehingga dengan membaca judul orang dapat mengetahui kehendak peneliti dengan kegiatan yang akan dilakukan dalam penelitian. Judul harus memenuhi kaidah-kaidah: singkat, padat, tepat, menarik, dan menimbulkan keinginan orang yang membaca untuk mengetahui lebih mendalam. Setelah ada perumusan masalah, dalam penulisan selanjutnya harus disinkronkan atau berkaitan erat dengan tujuan penelitian dan kesimpulan hasil penelitian nantinya.
IV. MERUMUSKAN ANGGAPAN DASAR Anggapan dasar adalah suatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang akan berfungsi sebagai hal-hal yang dipakai untuk tempat berpijak bagi peneliti di dalam melaksanakan penelitiannya. Setelah masalah dirumuskan, selanjutnya dipikirkan gagasan tentang letak persoalan atau masalahnya dalam hubungan yang lebih luas. Dalam hal ini, peneliti harus dapat memberikan sederetan asumsi dasar yang kuat tentang kedudukan permasalahannya. Asumsi yang harus diberikan tersebut diberi nama asumsi dasar atau anggapan dasar, yang merupakan landasan teori di dalam meyakinkan pembaca akan kepentingan penelitian yang dilaksanakan. Peneliti perlu merumuskan anggapan dasar yang berguna untuk: i. dasar berpijak yang kukuh bagi masalah yang sedang diteliti, sehingga memperkuat permasalahan yang dipilih. ii. mempertegas variabel atau peubah yang menjadi pusat perhatiannya. iii. membantu peneliti dalam memperjelas penetapan objek penelitian, wilayah pengambilan data atau lokasi penelitian, instrumen pengumpulan data iv. Guna menentukan dan merumuskan hipotesis. Didalam penyusunan proposal atau skripsi, anggapan dasar terdapat pada Bab II, Bab Tinjauan Pustaka. Merumuskan suatau anggapan dasar bukanlah pekerjaan yang mudah. Ini membutuhkan suatu pemikiran, renungan dan analisis masalah. Untuk itu diperlukan latihan, membiasakan dan banyak melihat contoh-contoh. anggapan dasar antara lain adalah: 1. Dengan banyak membaca. 2. Dengan banyak mendengar berita 3. Dengan banyak berkunjung, 4. Dengan mengadakan pendugaan. Cara menentukan dalam yang
V. HIPOTESIS
Jika anggapan dasar merupakan dasar pikiran yang memungkinkan kita mengadakan penelitian tentang permasalahan kita, maka hipotesis merupakan kebenaran sementara yang ditentukan oleh peneliti, tetapi masih harus dibuktikan atau di tes atau diuji kebenarannya. Hipotesis merupakan pedoman bagi peneliti untuk menentukan arah, sehingga ada yang menuntut kegiatan kita. penelitian menggunakan hipotesis. Namun tidak semua
MEMILIH PENDEKATAN
Yang dimaksud pendekatan disini adalah metode atau cara mengadakan penelitian, baik eksperimen maupun non eksperimen. Selain itu juga menunjukkan jenis atau tipe penelitian yang diambil.
Data benar
Kesimpulan sesuai
Jenis-jenis instrumen berdasarkan metode pengumpulan datanya yang biasa digunakan dibidang peternakan antara laini: 1. Kuesioner, yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang halhal yang diketahui. a. Dipandang dari cara menjawab, terdiri dari: a.Kuesioner terbuka, yang memberi kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya. b. Kuesioner tertutup, yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih b. Dipandang dari jawaban yang diberikan, terdiri dari: a. kuesioner langsung, yaitu responden menjawab tentang kuesioner tidak langsung, jika responden menjawab tentang dirinya b. orang lain. c. Dipandang dari bentuknya, terdiri dari: c. d. e. Kuesioner pilihan ganda, termasuk dalam kuesioner tertutup. Kuesioner isian, yang dimaksud adalah kuesioner terbuka Kuesioner check list
10
f. Rating scale 2. Interviu, sering juga disebut wawancara atau kuesioner lisan. Ditinjau dari pelaksanaannya, dibedakan atas: a. Interviu bebas (inguide interview) b. Interviu terpimpin (guide interview) c. Interviu bebas terpimpin, yaitu kombinasi antara a dan b. 3. Observasi, disebut juga pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Baik dengan atau tanpa alat bantu. Observasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: a. Observasi non sistematis, yang dilakukan tanpa menggunakan instrumen atau alat pengamatan. b. Observasi sistematis, yang dilakukan dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan. 4. Skala bertingkat, yaitu suatu ukuran subjektif yang dibuat berskala. Contoh-contoh Judul penelitian : Pengaruh penyimpanan epididimis sapi pada suhu 5oC setelah dipotong terhadap kualitas mani. Instrumen/materi penelitian: Penelitian ini menggunakan epididimis sapi yang berumur 3-4 tahun setelah dipotong yang diambil dari rumah potong hewan setelah sapi dipotong, zat warna eosin (ml) dan NaCl fisiologis 50 ml. Peralatan dst....... yang digunakan adalah haemacytometer 1 set, mikroskop 1 buah, kertas pH universal 1 kotak, tabung reaksi 5 ml,
11
BAGIAN ISI PROPOSAL (USULAN) PENELITIAN I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Perumusan Masalah C. Tujuan penelitian D. Hipotesis E. Manfaat Penelitian II. TINJAUAN PUSTAKA A. (Tentang objek penelitian) B. (Tentang perlakuan penelitian jika penelitian eksperimen) C. (Tentang bagian-bagian yang mempengaruhi perlakuan untuk penelitian eksperimen atau yang mempengaruhi peubah yang diukur untuk penelitian sosial/survey, jika ada) D. (Tentang variabel yang diukur, setiap sub bab dapat terdiri dari satu variabel atau sekaligus seluruh variabel yang diukur)) E. (Dan lain-lain yang dirasa perlu) III. MATERI DAN METODE PENELITIAN (Untuk Penelitian eksperimen) A. Materi Penelitian B. Metode Penelitian 1. Rancangan Penelitian 2. Pelaksanaan Penelitian 3. Peubah Yang Diukur 4. Waktu dan Tempat Penelitian III. METODOLOGI PENELITIAN (Untuk Penelitian Sosial/Survai) A. Materi Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian 2. Deskripsi Populasi/Sampel Penelitian B. Metode Penelitian 1. Metode Pengumpulan Data/Sampel 2. Peubah Yang di Ukur 3. Analisis Data 4. Waktu dan Tempat Penelitian DAFTAR PUSTAKA
Metode Pen.dan Rancob by Zasmeli.S
12
VII.
PENGUMPULAN DATA
Menyusun instrumen adalah pekerjaan penting di dalam langkah penelitian. Akan tetapi mengumpulkan data jauh lebih penting lagi, terutama apabila peneliti menggunakan metode-metode yang memiliki cukup banyak celah untuk dimasuki unsur minat peneliti. Mengamati bukanlah sekedar menatap atau memperhatikan, tetapi mengumpulkan data adalah mengamati peubah atau variabel yang akan diteliti dengan metode yang telah ditentukan, baik interviu, tes, observasi, kuesioner dan sebagainya. Dengan metode apapun, pengumpul data harus dilatih terlebih dahulu, agar diperoleh data yang sesuai dengan harapan. Yang penting bagi penelitian adalah bahwa metode-metode tersebut dilaksanakan secara objektif, tidak dipengaruhi oleh keinginan pengamat. Rancangan Penelitian Berdasarkan proses pengumpulan data, secara umum penelitian pertanian dapat dikategorikan ke dalam 2 kategori, yaitu penelitian percobaan (Eksperimen) dan penelitian survey (Non Eksperimen). Pada kategori pertama, untuk mengumpulkan data peneliti memberikan suatu perlakuan terhadap objek penelitian, kemudian mengamati dan mengukur pengaruh dari perlakuan tersebut. Sedangkan pada kategori kedua, peneliti tidak melakukan apa-apa terhadap objek penelitian, melainkan langsung mengamati objek penelitian dan mengumpulkan data sesuai dengan informasi yang dibutuhkannya. Rancangan Penelitian dibutuhkan untuk memperoleh sebanyak mungkin keterangan atau fakta yang diperlukan bagi pemecahan masalah yang sudah dirumuskan. Dalam mencapai tujuan ini perlu dipertimbangkan faktor-faktor kendala yang membatasi kemudahan dalam melaksanakan percobaan. Untuk itu, rancangan yang baik adalah bersifat antara lain : - efektif, yaitu sesuai dengan tujuan dan kegunaan penelitian - efisien, yaitu memiliki ketepatan yang tinggi tetapi hemat dalam menggunakan waktu, biaya, tenaga dan bahan penelitian
Metode Pen.dan Rancob by Zasmeli.S
13
- sederhana, yaitu mudah diselenggarakan dan mudah dianalisis. Agar suatu penelitian memberikan fakta yang dapat diolah dan digunakan untuk menarik kesimpulan yang sahih, maka dalam merancang suatu penelitian, haruslah dipertimbangkan tiga prinsip pokok, yaitu: pengulangan (replication), pengacakan (randomization), dan pengendalian lokal (local control) Pengulangan dilakukan agar data yang akan dianalisis lebih mendekati pada populasi, berdasarkan sampel yang digunakan. Jumlah pengulangan sifatnya fleksibel, tergantung kepada tujuan penelitian, aspek statistik, maupun aspek ekonomi. Pengacakan dimaksudkan untuk menjamin bahwa setiap objek percobaan mendapatkan kesempatan yang sama, atau objektif dalam penempatannya pada satuan-satuan percobaan. Sesuai dengan prinsip pengendalian lokal, dalam penelitian eksperimen digunakan perancangan lingkungan, yaitu usaha untuk mengendalikan kesalahan suatu penelitian (galat percobaan) dengan melakukan pengelompokkan terhadap satua-satuan percobaan yang relatif lebih seragam. Apabila bahan atau lingkungan percobaan relatif seragam, atau dapat diusahakan seragam, maka penelitian dapat dilakukan tanpa pengelompokan dan rancangan yang digunakan disebut Rancangan Acak Lengkap (RAL). Apabila keseragaman satuan-satuan percobaan tidak dapat diusahakan, maka pengelompokkan harus dilakukan, rancangan yang digunakan adalah RAK (Rancangan Acak Kelompok) atau RBL (rancangan Bujursangkar Latin). Dari setiap rancangan lingkungan di atas, dapat pula disusun berdasarkan penempatan perlakuan untuk rancangan yang memiliki perlakuan 2 faktor atu lebih. Rancangan perlakuan tersebut yang umum digunakan adalah rancangan faktorial (RF), rancangan petak terbagi (RPT), dan rancangan kelompok terbagi (RKT).
14
15
Untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ini tidak harus secara langsung dan tidak dapat dijawab secara umum. Di sinilah rancangan percobaan digunakan sehingga dapat memainkan peranan penting dalam proses pengembangan dan proses mencari dan memecahkan kesulitan guna meningkatkan penelitian. Secara garis besar penelitian terbagi dua bagian, yaitu basic research dan aplyyed research. Basic research biasanya dilakukan untuk kepentingan peneliti saja sebagai penelitian pendahuluan untuk melaksanakan penelitian lanjutan. Basic research dapat berupa penelitian historik, deskriptif maupun eksperimental. Sedangkan aplyyed research merupakan penelitian yang bertujuan praktis, untuk diterapkan ditengah masyarakat yang sesuai dengan bidang ilmu yang diteliti. Berdasarkan proses pengumpulan data, secara umum penelitian pertanian dapat dikategorikan ke dalam 2 kategori, yaitu penelitian percobaan (Eksperimen) dan penelitian survey (Non Eksperimen). Pada kategori pertama, untuk mengumpulkan data peneliti memberikan suatu perlakuan terhadap objek penelitian, kemudian mengamati dan mengukur pengaruh dari perlakuan tersebut. Sedangkan pada kategori kedua, peneliti tidak melakukan apa-apa terhadap objek penelitian, melainkan langsung mengamati objek penelitian dan mengumpulkan data sesuai dengan informasi yang dibutuhkannya. Mengaumpulkan data bukanlah sekedar mengamati dengan menatap atau memperhatikan, tetapi mengumpulkan data adalah mengamati peubah atau variabel yang akan diteliti dengan metode yang telah ditentukan, baik interviu, tes, observasi, kuesioner dan sebagainya. Dengan metode apapun, pengumpul data harus dilatih terlebih dahulu, agar diperoleh data yang sesuai dengan harapan. Yang penting bagi penelitian adalah bahwa metode-metode tersebut dilaksanakan secara objektif, tidak dipengaruhi oleh keinginan pengamat. Rancangan Penelitian dibutuhkan untuk memperoleh sebanyak mungkin keterangan atau fakta yang diperlukan bagi pemecahan masalah yang sudah dirumuskan. Untuk mencapai tujuan ini perlu dipertimbangkan
16
faktor-faktor kendala yang membatasi kemudahan dalam melaksanakan percobaan. Untuk itu, rancangan yang baik adalah bersifat antara lain : a. efektif, yaitu sesuai dengan tujuan dan kegunaan penelitian b. efisien, yaitu memiliki ketepatan yang tinggi tetapi hemat dalam menggunakan waktu, biaya, tenaga dan bahan penelitian c. sederhana, yaitu mudah diselenggarakan dan mudah dianalisis. Dengan demikian, rancangan yang baik adalah yang mempertimbangkan hal-hal tersebut di atas. Dalam bidang ilmu eksakta, khususnya program studi Produksi Ternak, umumnya penelitian yang dilakukan adalah kategori penelitian eksperimen. percobaan. a. Perlakuan (Treatment) Perlakuan dapat diartikan sebagai sekumpulan kondisi-kondisi tertentu yang diberikan kepada setiap satuan percobaan dengan tujuan melihat pengaruh yang ditimbulkan oleh masing-masing kondisi tersebut dalam ruang lingkup rancangan yang dipakai. b. Satuan percobaan Adalah satuan terkecil dari bahan percobaan yang memperoleh perlakuan. Sebagai contoh sejumlah ayam broiler dalam satu unit kandang, satu ekor sapi atau satu plot tanaman hijauan makanan ternak. Erat hubungannya dengan ini adalah satuan pengamatan, yaitu satuan terkecil dari objek yang diamati. Satuan pengamatan dalam keadaan tertentu sama dengan satuan percobaan, seperti halnya satu ekor sapi. Namun secara umum satuan pengamatan merupakan bagian dari satuan percobaan, seperti halnya seekor puyuh, seekor ayam broiler/petelur, satu rumpun hijauan dalam satu plot dan lain-lain. c. Galat percobaan Adalah ukuran keragaman diantara semua pengamatan dari satuansatuan percobaan yang mendapat perlakuan sama. Misalnya dua unit
Metode Pen.dan Rancob by Zasmeli.S
17
kandang yang berukuran dan memiliki jumlah ayam yang sama, mendapat perlakuan yang sama, tetapi tidak memberikan respon yang sama. Keragaman ini bisa ditimbulkan oleh dua hal. Pertama adalah akibat adanya perbedaan yang memang sudah ada di dalam bahan percobaan itu sendiri, dan yang kedua adalah akibat kekurang cermatan peneliti dalam menyelenggarakan percobaan sehingga kondisi-kondisi yang harusnya diciptakan sama tidak terpenuhi dengan sempurna. Dalam setiap percobaan, kesalahan atau galat percobaan harus diusahakan sekecil-kecilnya dengan menyediakan bahan percobaan yang seragam dan menggunakan rancangan percobaan yang tepat. Pengendalian galat dengan rancangan percobaan berarti merancang model analisa sedemikian rupa sehingga sumber-sumber galat dapat diidentifikasi dan disisihkan dari galat yang sebenarnya.
18
Agar suatu penelitian atau percobaan memberikan fakta yang dapat diolah dan digunakan untuk menarik kesimpulan yang sahih, maka dalam merancang suatu penelitian, haruslah dipertimbangkan tiga prinsip pokok, yaitu: pengulangan (replication), pengacakan (randomization), dan pengendalian lokal (local control) Pengulangan (replication) Pengulangan dilakukan agar data yang akan dianalisis lebih mendekati pada populasi, berdasarkan sampel yang digunakan. Jumlah pengulangan sifatnya fleksibel, tergantung kepada tujuan penelitian, aspek statistik, maupun aspek ekonomi. Pengulangan bertujuan untuk : a. Menduga ragam dari galat percobaan b. Menduga galat baku (standard error) dari rataan perlakuan c. Meningkatkan ketepatan percobaan d. Memperluas bervariasi.
Metode Pen.dan Rancob by Zasmeli.S
presisi
kesimpulan
percobaan
yaitu
melalui
19
Pengacakan (randomization) Pengacakan yaitu setiap unit percobaan harus memiliki peluang yang sama untuk diberi suatu perlakuan tertentu, untuk menjamin bahwa setiap objek percobaan mendapatkan kesempatan yang sama, atau objektif dalam penempatannya pada satuan-satuan percobaan. Pengacakan perlakuan pada unit-unit percobaan dapat menggunakan tabel bilangan acak, sistem lotere secara manual atau dapat juga menggunakan komputer. Pengendalian lokal (local control) Pengendalian lokal atau pengendalian lingkungan, yaitu usaha untuk mengendalikan keragaman yang muncul akibat keheterogenan kondisi lingkungan dengan melakukan pengelompokkan terhadap satuasatuan percobaan yang relatif lebih seragam. Usaha-usaha pengendalian lingkungan yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan pengelompokkan (blocking) satu arah, dua arah, maupun multi arah. Pengelompokkan dikatakan baik jika keragaman di dalam kelompok lebih kecil dibandingkan dengan keragaman antar kelompok Pembuatan kelompok biasanya lebih didasarkan pada kondisi atau karakteristik objek percobaan yang digunakan dengan syarat kelompok tidak berinteraksi dengan perlakuan. Apabila bahan atau lingkungan percobaan relatif seragam, atau dapat diusahakan seragam, maka penelitian dapat dilakukan tanpa pengelompokan dan rancangan yang digunakan disebut Rancangan Acak Lengkap (RAL). Apabila keseragaman satuan-satuan percobaan tidak dapat diusahakan, maka pengelompokkan harus dilakukan, rancangan yang digunakan adalah RAK (Rancangan Acak Kelompok) atau RBSL (rancangan Bujursangkar Latin). Dari setiap rancangan lingkungan di atas, dapat pula disusun berdasarkan penempatan perlakuan untuk rancangan yang memiliki perlakuan 2 faktor atu lebih. Rancangan perlakuan tersebut yang umum
20
digunakan adalah rancangan faktorial (RF), rancangan petak terbagi (RPT), dan rancangan kelompok terbagi (RKT). Selain prinsip pengulangan (replication), pengacakan (randomization), dan pengendalian lokal (local control), terdapat lagi beberapa prinsip tambahan dalam rancangan percobaan. Salah satu diantaranya adalah prinsip efisien. Suatu rancangan dikatakan lebih efisien dari rancangan lain apabila galat percobaan rancangan pertama lebih kecil dari galat percobaan rancangan kedua. Dalam laporan hasil penelitian (Skripsi) , uraian mengenai rancangan percobaan untuk penelitian eksperimen diletakkan pada Bab III, sebagaimana berikut: III. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi Penelitian B. Metode Penelitian 1. Rancangan Penelitian 2. Pelaksanaan Penelitian 3. Peubah Yang Diukur 4. Waktu dan Tempat Penelitian
21
Pengacakan
dilakukan
sekaligus
pada
20
satuan
22
Tulislah di kertas yang tersedia perlakuan P2 sebanyak lima buah dan perlakuan lainnya juga masing-masing lima buah. Lebih bagus jika pada kertas langsung ditulis ulangannya, contoh : P11 berarti perlakuan P1 ulangan kesatu. Setelah itu lakukan pengacakan seperti dengan mengocok ke 20 kertas dan keluarkan satu persatu. Kertas yang keluar pertama berarti perlakuan yang harus ditempatkan pada satuan percobaan yang pertama (No.urut 1), begitu juga seterusnya sampai semua kertas habis dan seluruh satuan percobaan sudah diberi perlakuan.
1 6 11 16
2 7 12 17
3 8 13 18
4 9 14 19
5 10 15 20
Gambar. Lay Out Penelitian. 2. Tabulasi data. Tabel. Tabulasi Data Percobaan RAL. Ulangan Perlakuan 1 2 3 4 P1 Y11 Y12 Y13 Y14 P2 Y21 Y22 Y23 Y24 P3 P4 P5 Total Rataan Y.1 .1 Y.2 .2 Y.3 .3 Y.4 .4 Y.. .. Y31 Y41 Y32 Y42 Y33 Y43 Y34 Y44
3. Model linier dan tabel sidik ragam Bentuk umum dari model linier rancangan acak lengkap (RAL) adalah sebagai berikut: Yij = + i + ij
23
Yij
i ij
= pengaruh perlakuan taraf ke - i = galat percobaan pada satuan percobaan ulangan ke - j perlakuan ke-i
Tabel . Sidik Ragam Rancangan Penelitian. Sumber Keragaman Perlakuan Galat/Sisa Total Derajat Bebas p-1 p(u-1) pu-1 Jumlah Kuadrat JKP JKG JKT Kuadrat Tengah KTP KTG Nilai F hitung KTP/KTG Nilai F tabel 5% 1%
= JKT
= JKP
Y ij2 - FK
= Jumlah Kuadrat Perlakuan 1 = Y i.2 - FK u = Jumlah Kuadrat Galat = JKT JKP = JKP/p-1 = JKG/p(u-1)
p : Jumlah Perlakuan u : Jumlah ulangan 4. Pengujian Hipotesis dan Kesimpulan Hipotesis harus ditentukan sebelum dilakukan pengujian, hipotesis merupakan kebenaran sementara yang ditentukan oleh peneliti, tetapi
24
masih harus dibuktikan atau di tes atau diuji kebenarannya. Hipotesis merupakan pedoman bagi peneliti untuk menentukan arah, sehingga ada yang menuntut kegiatan kita. Apabila kita berhadapan dengan model percobaan yang tetap, hipotesis nol (H0 ) yang diajukan sebelum percobaan adalah tidak adanya perbedaan pengaruh perlakuan terhadap hasil pengamatan. Lawannya adalah hipotesis alternatif ( Ha ), yaitu setidaknya ada sepasang perlakuan yang berbeda. Hipotesis ini dapat dituliskan sebagai berikut : H0 : 1 = 2 = ... = p ; p = jumlah perlakuan Ha : i p ;i = perlakuan; p = jumlah perlakuan Dari perhitungan untuk melengkapi Tabel Sidik Ragam, akan diperoleh nilai Fhit (F hitung) dari perbandingan antara KTP/KTG. Nilai Fhit dihitung untuk dibandingkan dengan nilai F Tabel sehingga dapat dilakukan pengujian hipotesis dan membuat kesimpulan. Nilai F Tabel dapat dilihat pada buku-buku teks Statistika atau Rancangan Percobaan, contohnya dalam buku Steel and Torie dapat dilihat pada lampiran Tabel A6. Cara melihat nilai F Tabel adalah sebagai berikut : db pe- Peluang nilai F yang nyebut
lebih besar 0,100 0,050 0,025 0,010 0,005
...
. . . .
. . 120 Nilai F tabel, dilihat berdasarkan db (Derajat bebas) pembilang yaitu db perlakuan yang kita uji dengan db penyebut, yaitu db Galat. Nilai yang
25
digunakan adalah nilai pada peluang nilai F yang lebih besar 0,050 dan 0,010. Kondisi yang mungkin terjadi dari hasil perbandingan antara F Tabel dengan F hitung adalah : 1. F hit < F Tabel 2. Fhit > F Tabel Kesimpulan : 1. Jika F hit < F Tabel artinya : tidak adanya perbedaan pengaruh perlakuan terhadap hasil pengamatan (non significant) dilambangkan dengan ns. 2. Jika Fhit > F Tabel artinya : setidaknya ada sepasang perlakuan yang berbeda pengaruhnya terhadap hasil pengamatan. a. Jika F hit > F tabel pada peluang F yang lebih besar 0,050, maka perbedaan pengaruhnya disebut berbeda nyata
*
H0 diterima H0 ditolak
(significant), pada tabel Sidik Ragam dilambangkan dengan . b. Jika F hit > F tabel pada peluang F yang lebih besar 0,010, maka perbedaan pengaruhnya disebut berbeda sangat nyata (highly significant) dilambangkan dengan . Contoh : Suatu penelitian dilakukan untuk melihat pengeruh dosis obat cacing terhadap pertambahan berat badan sapi Peranakan Simental. Sebagai taraf perlakuan dipilih dosis obat cacing sebanyak 30 ml, 40 ml, 50 ml dan 60 ml, sehingga perlakuannya adalah sebagai berikut : P1 P2 P3 P4 = pemberian dosis obat cacing 30 ml/500 kg = pemberian dosis obat cacing 40 ml/500 kg = pemberian dosis obat cacing 50ml/500 kg = pemberian dosis obat cacing 60 ml/500 kg
**
26
Berikut ini adalah rata-rata pertambahan berat badan sapi P. Simental (gram/hari) sesuai perlakuan pemberian obat cacing: Perlakuan P1 P2 P3 P4 Jumlah FK = 1 44 52 68 66 230 2 56 47 53 54 210 10982 20 442 61798 1517.8 1 5 1 5 60886 605.8 1517.8 912 605.8 3 912 16 KTP KTG Ftabel 5% = 3.24 Ftabel 1% = 5.29 = 201.9333 605.8 X 2512 + + 3132 60280.2 Ulangan 3 4 51 55 53 47 71 48 54 71 229 221 = 60280.2 562 60280.2 + + 682 5 45 47 48 68 208 Jumlah Rataan 251 246 288 313 1098 50.2 49.2 57.6 62.6 219.6
JKT = = = JKP =
+ -
60280.2
= = = JKG = = KTP =
X -
304430 60280.2
60280.2
KTG =
57
Fhit =
201.93 57
3.54
27
Kesimpulan : Fhit>5% berarti H0 ditolak Bahwa ada perbedaan pengaruh yang nyata dari Artinnya : dosis pemberian obat cacing terhadap pertambahan berat badan sapi Peranakan Simental.
Kel II
9 10 11 12
Kel III
Kel IV
13 14 15 16 17 18 19 20
Kel V
28
Tulislah di kertas yang tersedia perlakuan P1 sebanyak lima buah. Setelah itu lakukan pengacakan dengan mengocok ke 5 kertas dan keluarkan satu persatu. Kertas yang keluar pertama berarti perlakuan yang harus ditempatkan pada satuan percobaan yang pertama (No.urut 1) pada kelompok I, begitu juga seterusnya sampai semua Perlakuan sudah menempati satuan percobaan pada kelompok I. Demikianlah sterusnya untuk kelima buah kelompok yang ada. Kel I
1 2 3 4
Kel II
5 6 7 8
Kel III
9 10 11 12
Kel IV
13 14 15 16
Kel V
17 18 19 20
P4 P3 P1 P2
P2 P3 P4 P1
P4 P1 P2 P3
P4 P2 P3 P1
P1 P2 P3 P4
Gambar. Lay Out Penelitian. 2. Tabulasi data. Tabel. Tabulasi Data Percobaan RAK. Perlakuan P1 P2 P3 P4 Total Rataan Kelompok 3 4 Y13 Y23 Y33 Y43 Y.3 .3 Y14 Y24 Y34 Y44 Y.4 .4 Jumlah Rataan Y1. Y2. Y3. Y4. Y.. .. 1. 2. 3. 4.
3. Model linier dan tabel sidik ragam Bentuk umum dari model linier rancangan acak kelompok (RAK) adalah sebagai berikut:
Yij = + j + i + ij
29
j i ij
= pengaruh perlakuan kelompok ke - j = pengaruh perlakuan taraf ke - i = galat percobaan pada satuan percobaan kelompok ke - j perlakuan taraf ke-i
Tabel . Sidik Ragam Rancangan Penelitian dengan RAK. Sumber Keragaman Kelompok Perlakuan Galat/Sisa Derajat Bebas k-1
p-1
(p-1)(k-1)
Nilai F tabel 5% 1%
= Faktor Koreksi
2
JKT
= JKP
Y ij2 - FK
JKK
30
5. Pengujian Hipotesis dan Kesimpulan Hipotesis harus ditentukan sebelum dilakukan pengujian, hipotesis merupakan kebenaran sementara yang ditentukan oleh peneliti, tetapi masih harus dibuktikan atau di tes atau diuji kebenarannya. Hipotesis merupakan pedoman bagi peneliti untuk menentukan arah, sehingga ada yang menuntut kegiatan kita. Apabila kita berhadapan dengan model percobaan yang tetap, hipotesis nol (H0 ) yang diajukan sebelum percobaan adalah tidak adanya perbedaan pengaruh perlakuan atau kelompok terhadap hasil pengamatan. Lawannya adalah hipotesis alternatif (Ha), yaitu setidaknya ada sepasang perlakuan atau kelompok yang berbeda. Hipotesis dilakukan pada perlakuan dan kelompok. Hipotesis ini dapat dituliskan sebagai berikut : Pengruh perlakuan : H0 : 1 = 2 = ... = p ; p = jumlah perlakuan Ha : i p Pengaruh kelompok : H0 : 1 = 2 = ... = k ; k = jumlah kelompok Ha : j k Kesimpulan dari ;j = kelompok; k = jumlah kelompok hasil percobaan sama halnya dengan ;i = perlakuan; p = jumlah perlakuan
pengambilan kesimpulan pada percobaan dengan RAL, tetapi kesimpulan diambil berdasarkan hasil perbandingan F hit pada perlakuan dan kelompok.
31
Latihan: Dari hasil penelitian yang berjudul Pengaruh pemberian Bioplus terhadap pertambahan berat badan sapi Pesisir masa pertumbuhan, diperoleh pertambahan berat badan sapi sebagai berikut (kg/minggu) Ulangan 2 3 2.11 1.99 1.84 1.98 1.86 1.98 9.77 2.13 1.81 2.12 1.87 9.92 Jumlah 4 1.94 1.95 2.12 1.98 1.71 9.70 7.78 7.86 7.86 7.93 7.51 38.94 Rataan 1.95 1.97 1.97 1.98 1.88
Perlakuan P1 P2 P3 P4 P5 Jumlah
C. RANCANGAN BUJUR SANGKAR LATIN (RBSL) Rancangan ini digunakan apabila satuan-satuan percobaan tidak dapat diusahakan seragam, sehingga harus dilakukan pengelompokan, sedangkan pengelompokkan tersebut harus dilakukan dua arah (ada 2 hal dalam lingkungan percobaan yang harus dikelompokan). Dalam rancangan ini, pengelompokkan dilakukan berdasarkan baris dan kolom, jumlah perlakuan, jumlah kolom dan jumlah baris haruslah sama, itulah sebabnya rancangan ini disebut bujur sangkar latin. Dalam bidang peternakan, umumnya digunakan pada objek percobaan ternak besar. Pengacakan dilakukan pada kelompok secara dua arah pada kolom dan baris, sehingga masing-masing perlakuan ada pada setiap baris dan kolom. 1. Model Additif linier
Yijk = + i + j + k + ijk
Keterangan :
i j
= rata-rata umum
= Pengaruh perlakuan ke i = Pengaruh baris ke j
32
k ijk
= Pengaruh kolom ke k
= galat percobaan
2. Tabulasi data Baris 1 2 3 4 Jumlah Rataan Perlakuan A B C D I Y(i)11 Y(i)21 Y(i)31 Y(i)41 Y..1 Y ..1 Kolom II III Y(i)12 Y(i)13 Y(i)22 Y(i)23 Y(i)32 Y(i)33 Y(i)42 Y(i)43 Y..2 Y..3 Y ..2 Y ..3 Jumlah Y(1).. Y(2).. Y(3).. Y(4).. Rataan Y (1).. Y (2).. Y (3).. Y (4).. IV Y(i)14 Y(i)24 Y(i)34 Y(i)44 Y..4 Y ..4 Jumlah Y.1. Y.2. Y.3. Y.4. Y Rataan
Y .1. Y .2. Y .3. Y .4.
3. Tabel Sidik Ragam Sumber Keragaman Perlakuan Baris Kolom Galat/Sisa Total Perhitungan : FK, JKT dan JKP sama dengan RAL dan RAK JKP JKBaris JKKolom JKG = = =
1 p 1 p
. j.
- FK
2
..k
- FK
33
4. Koefisien Keragaman (KK) Salah satu yang perlu dilihat dalam perhitungan data peubah yang diukur adalah KK, yaitu hasil perbandingan antara akar kuadrat tengah sisa dengan rata-rata umum dari data, yang dinyatakan dalam persen. Nilai KK dapat menggambarkan seberapa besar keragaman data yang telah diperoleh dari hasil pengukuran. Semakin kecil nilai KK, menunjukkan data untuk perlakuan yang sama relatif seragam. KK =
KTG X 100% Y ..
34
XI. UJI LANJUT Setiap hasil penelitian eksperimen yang menggunakan rancangan percobaan, dengan rancangan lingkungan RAL, RAK ataupun RBL akan menghasilkan kesimpulan yang didasarkan perbandingan antara F hitung dengan F table dari hasil Uji F. Jika F hitung < dari F Tabel atau Hipotesis Nol diterima, maka kesimpulan hasil penelitian hanya didasarkan atas hasil Uji F tersebut. Namun jika F hitung > dari F table atau Hipotesis Nol ditolak, karena hasil menunjukkan perbedaan yang nyata (signifikan), maka kesimpulan harus diambil berdasarkan hasil Uji Lanjut. Uji Lanjut bertujuan untuk menguji perbedaan antar perlakuan dari hasil penelitian, kecuali jika penelitian hanya memiliki dua taraf perlakuan tidak diperlukan Uji Lanjut. Karena Uji Lanjut bertujuan untuk menguji perbedaan antar perlakuan, maka sering juga disebut dengan istilah Pembandingan Ganda. Uji Lanjut Pembandingan Ganda yang biasa digunakan ada 3 macam. Yaitu Uji Beda Nyata Terkecil (BNT), Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) dan Uji Berganda Duncan (DMRT). 1. Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) (LSD). Uji ini adalah prosedur perbandingan dari nilai tengah perlakuan (ratarata perlakuan) dengan menggunakan gabungan kuadrat tengah sisa (KTG/S) dari hasil Sidik ragam. Nilai uji menggunakan nilai-nilai pada Table t. Rumus yang digunakan adalag sebagai berikut : BNT = t/2 , dbs. Sy atau Least Significant Difference
35
hendak diuji, selisih yang dicari adalah yang berjarak 1 rangking, misalnya rangking I dengan II, rangking II dengan III, dst.
4. Bandingkan selisih tersebut dengan nilai uji BNT . 5. Jika rata-rata perlakuan lebih kecil (<) dibanding nilai uji, maka
dikatakan bahwa antara kedua perlakuan tidak ada pengaruh yang nyata (tidak berbeda nyata), jika rata-rata perlakuan lebih besar (>) dibanding nilai uji, maka. dikatakan bahwa antara kedua perlakuan ada pengaruh yang nyata (berbeda nyata).
6. Hasil uji lanjut kemudian ditampilkan dalam skripsi dengan
tanda superskrip disebelah kanan dari rata-rata perlakunn yang diuji. Contoh : Diketahui bahwa Rangking rataan konversi ransum dari ternak puyuh pada suatu penelitian adalah sebagai berikut : A = 4.77 C = 4.97 B = 5.54 D = 5.66 Selisih antara rataan perlakuan : A-C = 0.20 C - B = 0.57 B-D = 0.12 Nilai uji pembanding : BNT = t/2 , dbs. Sy = t/2 , dbs
2 KTG u t/2 = nilai Tabel t pada tingkat kepercayaan () 0.05 pada uji satu arah atau 0.025 pada uji dua arah, pada derajat bebas sisa sesuai yang dihasilkan pada Tabel Sidik Ragam, dengan db=16
2(0.033) 5 = 2.12X 0.115 = 0.2436 Selisih antararataan perlakuan dibandingkan dengan nilai uji:
= 2.12 X
A - C ns
36
B - C* B - Dns
Jika antara dua nilai tengah (rataan) perlakuan didapatkan hasil yang tidak berbeda nyata maka diantara kedua perlakuan tersebut diberi garis yang sama atau huruf superkrip yang sama. Contoh : A C B D atau A
a
Sehingga dalam skripsi ditampilkan sebagai berikut: PERLAKUAN A 0% B 5% C 10% D 15% 1 4.76 5.35 5.27 5.69 2 4.73 5.49 5.00 5.57 Ulangan 3 4.80 5.53 4.95 5.36 Total 4 4.76 5.58 4.80 5.59 5 4.79 5.76 4.82 6.09 Rataan 4.77a 5.54b 4.97a 5.66b 20.96 sama
23.84 27.70 24.84 28.30 104.68 ab Keterangan : Huruf superkrip yang berbeda pada kolom yang menunjukkan berbeda nyata. (P < 0.05). Kesimpulan :
Perlakuan A dan C serta B dan D menghasilkan pengaruh yang tidak berbeda terhadap peubah yang diukur, namun perlakuan B dan C menghasilkan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05). 2. Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) atau Honestly Significant Difference (HSD) Uji ini adalah prosedur perbandingan dari nilai tengah perlakuan (rata-rata perlakuan) dengan menggunakan gabungan kuadrat tengah sisa (KTG/S) dari hasil Sidik ragam. Nilai uji menggunakan nilai-nilai pada Table q. Rumus yang digunakan adalag sebagai berikut : BNJ = q, p , dbs. Sy = q/2 , dbs
KTG u
37
hendak diuji, selisih yang dicari adalah yang berjarak 1 rangking, misalnya rangking I dengan II, rangking II dengan III, dst.
4. Bandingkan selisih tersebut dengan nilai uji BNJ . 5. Jika rata-rata perlakuan lebih kecil (<) dibanding nilai uji, maka
dikatakan bahwa antara kedua perlakuan tidak ada pengaruh yang nyata (tidak berbeda nyata), jika rata-rata perlakuan lebih besar (>) dibanding nilai uji, maka. dikatakan bahwa antara kedua perlakuan ada pengaruh yang nyata (berbeda nyata).
6. Hasil uji lanjut kemudian ditampilkan dalam skripsi dengan
tanda superskrip disebelah kanan dari rata-rata perlakunn yang diuji. Contoh : Diketahui bahwa Rangking rataan konversi ransum dari ternak puyuh pada suatu penelitian adalah sebagai berikut : A= 4.77 C = 4.97 B = 5.54 D = 5.66 Selisih antara rataan perlakuan : A-C = 0.20 C - B = 0.57 B-D = 0.12 Nilai uji pembanding : BNJ = q ,p, dbs. Sy = q ,p, dbs
KTG u
= 4,05 X
q/2 = nilai Tabel q pada tingkat kepercayaan () 0.05 pada uji satu arah atau 0.025 pada uji dua arah, pada derajat bebas sisa sesuai yang dihasilkan pada Tabel Sidik Ragam, dengan dbs = 16
38
Selisih antararataan perlakuan dibandingkan dengan nilai uji: A C= 0.20 < 0.329 C B = 0.57 > 0.329 B - D = 0.12 < 0.329 A - C ns B - C* B - Dns
Jika antara dua nilai tengah (rataan) perlakuan didapatkan hasil yang tidak berbeda nyata maka diantara kedua perlakuan tersebut diberi garis yang sama atau huruf superkrip yang sama. Contoh : A C B D atau A
a
Sehingga dalam skripsi ditampilkan sebagai berikut: PERLAKUAN A B C D 1 4.76 5.35 5.27 5.69 2 4.73 5.49 5.00 5.57 Ulangan 3 4 4.80 4.76 5.53 5.58 4.95 4.80 5.36 5.59 Total 5 4.79 5.76 4.82 6.09 Rataan 4.77a 5.54b 4.97a 5.66b 20.96 sama
23.84 27.70 24.84 28.30 104.68 ab Keterangan : Huruf superkrip yang berbeda pada kolom yang menunjukkan berbeda nyata. (P < 0.05). Kesimpulan :
Perlakuan A dan C serta B dan D menghasilkan pengaruh yang tidak berbeda terhadap peubah yang diukur, namun perlakuan B dan C menghasilkan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05). 3. Uji Berganda Duncan atau Duncan Multiple Range Test (DMRT). Uji ini adalah prosedur perbandingan dari nilai tengah perlakuan (rata-rata perlakuan) untuk semua pasangan perlakuan yang ada. Uji lanjut ini menggunakan nilai pembanding sebagai alat uji sesuai dengan jumlah nilai tengah atau rataan yang ada diwilayah dua perlakuan yang dibandingkan. Langkah-langkah pengujian adalah sebagi berikut :
1. Hitunglah rata-rata perlakuan untuk tiap taraf perlakuan jika hasil uji F
39
hendak diuji, selisih yang dicari adalah yang berjarak 1 rangking, misalnya rangking I dengan II, rangking II dengan III, dst.
4. Bandingkan selisih tersebut dengan nilai uji LSR . 5. Nilai LSR diperoleh dari hasil perkalian nilai SSR pada table A.7 (q)
dikatakan bahwa antara kedua perlakuan tidak ada pengaruh yang nyata (tidak berbeda nyata), jika rata-rata perlakuan lebih besar (>) dibanding nilai uji, maka. dikatakan bahwa antara kedua perlakuan ada pengaruh yang nyata (berbeda nyata).
7. Hasil uji lanjut kemudian ditampilkan dalam skripsi dengan tanda
superskrip disebelah kanan dari rata-rata perlakunn yang diuji. Contoh : Uji lanjut Wilayah Berganda Baru Duncant (DMRT) Rangking dari rerata perlakuan P2 = 95.93 P4 = 93.39 P3 = 92.19 P1 = 89.77
Nilai Uji pembanding Sy = KTG u = 1.1527 5 = 0.480 Tabel SSR dan LSR 0.05 SSR 0.01 0.05 LSR 0.01 Jumlah P 3 3.15 4.34 1.51 2.08
40
Tabel DMRT Perlakuan P2-P4 P2-P3 P2-P1 P4-P3 P4-P1 P3-P1 Selisih 2.52 3.72 6.16 1.20 3.62 2.42 LSR 0.05 1.44 1.51 1.55 1.44 1.51 1.44 0.01 1.98 2.08 2.14 1.98 2.08 1.98 Keterangan ** ** **
ns
** **
Keterangan : ** Berbeda Sangat Nyata (P<0.01) ns Berbeda tidak nyata (P>0.01) Hasil Uji Lanjut DMRT = P2a , P4b , P3b, P1c
Sehingga dalam skripsi ditampilkan sebagai berikut: Perlakuan p.1 p.2 p.3 p.4 Total Rataan Ulangan 3 4 5 90.48 90.71 88.77 95.63 96.58 97.86 92.70 91.56 92.80 92.91 93.49 95.48 371.72 372.34 374.91 92.93 93.09 93.73 Jumlah 448.85 479.66 460.95 466.93 1856.39 Rataan 89.77c 95.93a 92.19b 93.39b 92.82
1 2 88.97 89.92 95.47 94.12 92.22 91.67 91.67 93.38 368.33 369.09 92.08 92.27
41
42
didasarkan pada teori yang ada serta penelitian-penelitian terdahulu. Misalnya penelitian terdahulu melaporkan bahwa penggunaan probiotik Starbio sebanyak 0,25% sudah memberikan hasil yang baik, sedangkan pemakaian 0,75% tidaklah memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan penggunaan 0,50%. Berdasarkan hal tersebut, kita menganggap penggunaan probiotik Starbio perlu dilihat lagi, bagaimana pengaruhnya jika di kombinasi dengan persentase protein ransum yang diturunkan dari pemakaian biasa. Sedangkan penggunaan 0,50% dipakai dengan asumsi ada kemungkinan hasilnya lebih baik dibanding penggunaan 0,25%, dan 0,00% adalah sebagai kontrol. Dalam menentukan taraf perlakuan, harus sistematis, maksudnya taraf perlakuan memiliki jarak yang sama antar masing-masingnya, seperti 0,00 %, 0,25% dan 0,50%. Percobaan dapat dirancang memiliki taraf-taraf perlakuan sebagai berikut :A1= ransum dengan menggunakan probiotik Starbio 0% A2= ransum dengan menggunakan probiotik Starbio 0,25% A3= ransum dengan menggunakan probiotik Starbio 0,50% B1= ransum 21% protein B2= ransum 19% protein B3= ransum 17% protein Taraf-taraf dari masing-masing faktor tersebut akan saling berinteraksi, karena adanya kombinasi dari tiap taraf, misalnya kombinasi taraf perlakuan a1b2, sehingga dihasilkan 9 perlakuan kombinasi. Pengaruh dari setiap kombinasi terhadap peubah yang kita ukur belum tentu sama. Jadi keuntungan dari percobaan ini yaitu mampu mendeteksi respon dari taraf masing-masing faktor (pengaruh utama) serta interaksi antar dua faktor (pengaruh sederhana). Sebagai ilustrasi dapat disajikan sebagai berikut :
Ada interaksi B0 B1
Faktor A
B0 B1 Faktor A (c) Pengaruh interaksi faktor A dengan faktor B Gambar (a) dan (b) menyajikan respon dari masing-masing faktor, sedangkan gambar (c) menunjukkan pengaruh faktor A pada berbagai kondisi faktor B. Khusus untuk Gambar (c) terlihat tiga kemungkinan yaitu pola pertama menunjukkan respon faktor A pada kondisi B0 dan B1 osejajar. Pola seperti ini mengandung makna tidak adanya interaksi antara faktor A dengan faktor B. Pola kedua dan ketiga menunjukkan respon faktor A pada kondisi B0 dan B1 merujuk pada perpotongan. Pola ini mengandung makna adanya interaksi antara faktor A dan faktor B. Dengan demikian ada tidaknya pengaruh interaksi dapat dideteksi dari perilaku respon suatu faktor pada berbagai kondisi faktor yang lain. 1. Percobaan Faktorial dengan Rancangan Acak Lengkap Rancangan ini dipilih jika faktor perlakuan dalam penelitian ada dua buah dan keseragaman dalam setiap satuan percobaan dapat diusahakan, misalnya keseragaman objek penelitian (berat ayam, umur dll), keseragaman dalam tatalaksana pemeliharaan serta sarana dan prasarana yang dibutuhkan. a. Model linier aditif rancangan yaitu :
Yijk Yijk = + i + j + ()ij + ijk = nilai pengamatan pada satuan percobaan 44
3. = i = j = ()ij =
ijk
i j k
nilai tengah umum pengaruh perlakuan dari faktor A ke - i pengaruh perlakuan dari faktor B ke - j pengaruh interaksi antara perlakuan faktor A ke-i dan faktor B ke-j = galat percobaan pada satuan percobaan ulangan ke-k dalam perlakuan faktor A ke-i dan faktor B ke-j. = Faktor perlakuan A = Faktor perlakuan B = ulangan
b. Lay out Percobaan Lay out percobaan adalah bagaimana kita meletakkan setiap taraf dari kedua faktor perlakuan pada setiap satuan percobaan. Misalkan kita memilih dua faktor perlakuan seperti contoh di atas, yang masingmasingnya kita ulang 2 kali, sehingga kita memerlukan 3 X 3 X 2 buah satuan percobaan atau 18 buah. Pengacakan dilakuan untuk keseluruhan satuan percobaan yang ada atau sering disebut Random. Dalam skripsi, percobaan ini biasa ditulis sebagai berikut : Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang menggunakan Rancangan Acak Lengkap Pola Faktorial 3 X 3, yang masing-masing mengalami dua kali ulangan. Penulisan 3 X 3, artinya percobaan ini terdiri dari 3 taraf untuk faktor pertama dan 3 taraf untuk faktor kedua. Sehingga dihasilkan sembilan kombinasi perlakuan sebagai berikut : a1 b1 b2 b3 b1 b2 b3 b1 b2 b3 = a1b1 = a1b2 = a1b3 = a2b1 = a2b2 = a2b3 = a3b1 = a3b2 = a3b3
a2
a3
45
a1b2.1
A2b2.1
a3b2.1
a1b1.2
a2b3.2
a2b1.1
a3b1.1
a1b1.2
a1b2.2
a3b1.2
a1b3.1
a3b3.2
a2b1.2
a2b3.1
a3b3.1
a1b3.2
a3b2.2
a2b2.2
c. Analisis statistik Dalam suatu penelitian, akan terkumpul data dari setiap peubah yang diukur yang telah kita tentukan, misalnya data pertambahan berat badan, konversi ransum, produksi telur, produksi susu dan lain-lain. Untuk memudahkan dalam analisis statistiknya, maka data yang telah terkumpul ditata sedemikian rupa dalam tabulasi data. Tabulasi data ini juga berguna untuk menentukan data yang akan dimasukkan dalam perhitungan Sidik Ragam (Uji F) atau sering disebut dengan Analisis Of Variance (Anova), berdasarkan rumus-rumus perhitungannya. Tabel 1. Tabulasi Data Percobaan faktorial dengan RAL. Faktor B Jumlah Rataan Faktor A Ulangan b1 b2 b3 1 Y111 Y121 Y131 Y1.1 1.1 a1 2 Y112 Y122 Y132 Y1.2 1.2 Sub Total Y11. Y12. Y13. Y1.. 1.. Y221 Y231 Y2.1 2.1 1 Y211 a2 2 Y212 Y222 Y232 Y2.2 2.2 Sub Total Y21. Y22. Y23. Y2.. 2.. Y311 Y331 Y3.1 3.1 1 Y311 a3 2 Y312 Y312 Y332 Y3.2 3.2 Sub Total Y31. Y32. Y33. Y3.. 3.. Total Y.1. Y.2. Y.3. Y Rataan .1. .2. .3. Sidik ragam adalah alat untuk menguji data dari peubah yang diukur berdasarkan hipotesis, sering juga disebut dengan uji F. Tabel Sidik Ragam untuk Rancangan ini adalah sebagai berikut :
46
F Tabel 5% 1%
a: faktor A, b : faktor B, r : ulangan Perhitungannya adalah : FK = Faktor Koreksi Y2 = abr JKT = Jumlah Kuadrat Total = JKA
Y ijk2 - FK
= Jumlah Kuadrat Faktor A 1 = Y 2i.. - FK br = Jumlah Kuadrat Faktor B 1 = Y 2.j. - FK ar = Jumlah Kuadrat Interaksi Faktor A dan B =
JKB
JKAB
JKG
= JKT JKA - JKB - JKAB Setelah perhitungan selesai, maka seluruh hasil perhitunga
dimasukkan dalam tabel sidik ragam. Untuk penghitungan Kuadrat Tengah (KT), dilakukan dengan membandingkan antara kolom Jumlah Kuadrat (JK) dengan kolom Derajat bebas (Db). Contoh : KTA = JKA/(a-1)
47
Dari table sidik ragam akan diperoleh nilai F hitung, yang kemudian akan dibandingkan dengan F tabel, sebagaimana yang telah dipelajari pada Rancangan lingkungan RAL, RAK, dan RBL. 2. Percobaan Faktorial dengan Rancangan Acak Kelompok a. Model linier rancangan yaitu :
= + i + j + ()ij + k+ ijk = nilai pengamatan pada satuan percobaan 4. = nilai tengah umum i = pengaruh perlakuan dari faktor A ke - i j = pengaruh perlakuan dari faktor B ke - j ()ij = pengaruh interaksi antara perlakuan faktor A ke-i dan faktor B ke-j k = pengaruh kelompok ke - k ijk = galat percobaan pada satuan percobaan ulangan ke - k dalam perlakuan faktor A ke-i dan faktor B ke-j. i = Faktor perlakuan A j = Faktor perlakuan B k = kelompok Yijk Yijk
b. Lay out Percobaan Misalkan kita memilih dua faktor perlakuan seperti contoh di atas, memerlukan 3 X 3 buah satuan percobaan untuk setiap kelompok percobaan, misalnya kelompok dalam percobaan ini ada dua buah, sehingga satuan percobaannya adalah 18 buah. Pada percobaan faktorial yang menggunakan Rancangan Acak Kelompok, lay outnya adalah sebagai berikut : Kel I a1b2 a2b2 a3b3 a2b3 a3b1 a3b2 a1b1 a1b3 a2b1
Kel II
Pengacakan dilakukan hanya pada kelompok dalam percobaan. c. Analisis Statistik Dalam suatu penelitian, akan terkumpul data dari setiap peubah yang diukur yang telah kita tentukan, misalnya data pertambahan berat
48
badan, konversi ransum, produksi telur, produksi susu dan lain-lain. Untuk memudahkan dalam analisis statistiknya, maka data yang telah terkumpul ditata sedemikian rupa dalam tabulasi data. Tabulasi data ini juga berguna untuk menentukan data yang akan dimasukkan dalam perhitungan Sidik Ragam (Uji F) atau sering disebut dengan Analisis Of Variance (Anova), berdasarkan rumus-rumus perhitungannya. Tabel 2. Tabulasi Data Percobaan faktorial dengan RAK. Faktor Kelompok A 1 a1 2 Sub Total 1 a2 2 Sub Total 1 a3 2 Sub Total Total Rataan b1 Y111 Y112 Y11. Y211 Y212 Y21. Y311 Y312 Y31. Y.1. .1. Faktor B b2 Y121 Y122 Y12. Y221 Y222 Y22. Y311 Y312 Y32. Y.2. .2. 1 Y..1 b3 Y131 Y132 Y13. Y231 Y232 Y23. Y331 Y332 Y33. Y.3. .3. 2 Y..2 Jumlah Rataan Y1.1 Y1.2 Y1.. Y2.1 Y2.2 Y2.. Y3.1 Y3.2 Y3.. Y 1.1 1.2 1.. 2.1 2.2 2.. 3.1 3.2 3..
Kelompok Total
Tabel Sidik Ragam untuk Rancangan ini adalah sebagai berikut : Sumber Deraja Keragama t n (SK) Bebas (Db) A a-1 B b-1 (a-1)(bAB
1)
5%
1%
Kelompok Galat
r-1
(ab-1)(r1)
KTK/KTG
-
49
JKT
Y ijk2 - FK
JKA
1 = br 1 = ar
i..
- FK
JKB
.j.
- FK
JKK
1 JKAB = Y ij.2 - FK - JKA - JKB r JKG = JKT JKA - JKB - JKAB - JKK
3. Percobaan berfaktor Split plot design Dalam percobaan faktorial terdahulu, diasumsikan bahwa semua kombinasi perlakuan akan dicobakan pada satuan-satuan percobaan menurut prosedur pengacakan yang sesuai dengan RAL, RAK dan RBL. Tetapi sesungguhnya masih ada prosedur pengacakan yang lain, yang biasa disebut Split Plot Design atau petak-terbagi, yang merupakan bentuk khusus dari rancangan kelompok tak lengkap. Perbedaab mendasar dari percobaan faktorial terdahulu adalah, adanya penempatan petak utama (Whole plot) yang kemudian dibagi-bagi menjadi anak-petak (subplot) dengan taraf-taraf perlakuannya. Rancangan ini diterapkan karena berbagai alasan : a. Bila beberapa perlakuan yang berhubungan dengan taraf dari satu atau lebih faktor memerlukan bahan percobaan yang lebih banyak daripada perlakuan yang berhubungan dengan faktor lain. Ini biasa ditemukan pada percobaan-percobaan lapangan, laboratorium, industri, maupun sosial. Misalnya percobaan yang dilakukan untuk
50
membandingkan kualitas penyimpanan es krim yang dibuat dari berbagai resep dan disimpan pada berbagai suhu. Untuk setiap resep akan dibuat es krim pada batch yang besar, kemudian dibagi-bagi untuk tempat penyimpanan dan suhu yang berbeda-beda. b. Adanya tingkatan kepentingan dari faktor-faktor yang dilibatkan. Faktor yang memerlukan ketepatan yang lebih tinggi diletakan sebagai subplot, sedangkan faktor lainnya sebagai main plot. c. Pengembangan dari percobaan yang telah ada. Misalnya pada awalnya sudah dilakukan penelitian mengenai produktifitas dari berbagai jenis varietas, kemudian sipeneliti ingin mengembangkan penelitian dengan menambah efektifitas pemupukan, hal ini dapat dilakukan dengan menambah anak-anak petak pada masing-masing petak varietas sebelumnya. d. Kendala pengacakan dilapangan, jika salah satu faktor yang dicobakan tidak bias atau tidak efisien jika dilakukan pengacakan secara sempurna karena taraf-taraf dari faktor tersebut membutuhkan unit yang lebih besar dibandingkan dengan taraf-taraf faktor yang lain. Misalnya adalah percobaan yang melibatkan cara pengolahan lahan (cangkul, bajak, traktor). Misalnya dalam teori dinyatakan bahwa perbedaan varietas tanaman rumput akan berbeda dalam hal pemanfaatan Nitrogen dalam tanah. Berdasarkan teori tersebut, maka dapat saja kita menyusun suatu penelitian yang menggunakan rancangan split plot dengan faktor utama adalah penggunaan pupuk Nitrogen yang ditempatkan sebagai petak utama, sedangkan sebagai anak petak adalah berbagai varietas rumput Gajah. Faktor A = penggunaan pupuk N Faktor B = Varietas rumput Gajah Setelah kita menentukan faktor perlakuan yang digunakan, maka barulah kita menentukan taraf dari masing-masing faktor perlakuan tersebut.
51
k i ik j ()ij ijk
i j k
b. Lay out Percobaan Lay out percobaan adalah bagaimana kita meletakkan setiap taraf dari kedua faktor perlakuan pada setiap satuan percobaan. Misalkan kita hendak menguji faktor A dengan tiga taraf dalam dua kelompok dengan menggunakan rancangan lingkungan RAK. Faktor kedua B, dengan tiga taraf, dapat ditumpang tindihkan dengan membagi setiap petak utama A, menjadi tiga anak petak dan memberika ketiga perlakuan B ke masingmasing anak petak. Setelah pengacakan denahnya mungkin sebagai berikut: a1b2 a1b3 a1b1 a1 a3b1 a3b2 a3b3 a3 Kelompok 1 a3b2 a3b1 a3b3 a2b3 a2b1 a2b2
52
c. Analisis Statistik Tabel 3. Tabulasi data rancangan split plot Anak Petak Petak Jumlah Rataan Kelompok Utama b1 b2 b3 1 Y111 Y121 Y131 Y1.1 Y1.1 a1 2 Y112 Y122 Y132 Y1.2 Y1.2 Sub Total Y11. Y12. Y13. Y1.. Y1.. Y221 Y231 Y2.1 Y2.1 1 Y211 a2 2 Y212 Y222 Y232 Y2.2 Y2.2 Sub Total Y21. Y22. Y23. Y2.. Y2.. 1 Y311 Y311 Y331 Y3.1 Y3.1 a3 2 Y312 Y312 Y332 Y3.2 Y3.2 Sub Total Y31. Y32. Y33. Y3.. Y3.. Total Y.1. Y.2. Y.3. Y Y Rataan Y.1. Y.2. Y.3. Kelompok Total Tabel Sidik Ragam Sumber Keragaman (SK) Kelompok A Galat 1 B AB Galat 2 Total Derajat Bebas (Db) r-1 a-1
(a-1)(r-1)
1 Y..1
2 Y..2
b-1
(a-1)(b-1)
a(b-1)(r-1)
abr-1
Jumlah Kuadrat (JK) JKA JKA JKG 1 JKB JKAB JKG 2 JKT
F Tabel
5% 1%
Y ijk2 FK
JKK
1 = ab 1 = br
Y Y
..k
- FK
JKA
i..
- FK
53
JKGalat1
1 = b
i.k
- JKK JKA- FK
1 = Y .j.2 - FK ar 1 JKAB = Y ij.2 - FK - JKA - JKB r JKG2 = JKT JKK - JKA JKG1 - JKB - JKAB JKB Contoh soal percobaan pola faktorial dengan RAL : Tabel data penelitian : konsumsi ternak puyuh (gr/ekor/hari) Probiotik Ulangan 1 2 3 Sub Total 1 a2 2 3 Sub Total 1 a3 2 3 Sub Total Total Rataan a1 Persentase protein ransum b1 b2 b3 32 36 42 21 26 33 19 21 26 72 83 101 37 39 50 38 45 54 27 44 54 102 128 158 35 34 33 32 33 29 29 28 25 96 95 87 Jumlah Rataan
256
388
278 922
54
Contoh soal percobaan pola Split Plot dengan RAL : Petak utama a1 Kelompok b1 32 21 19 72 37 38 27 102 35 32 29 96 Anak Petak b2 b3 36 42 26 33 21 26 83 101 39 50 45 54 44 54 128 158 34 33 33 29 28 25 95 87 Jumlah Rataan 110
256 126
388 102
278 922
55
dikuantitatifkan. Namur pada makalah ini pembahasan dibatasi pada analisis data dalam Stastistik Paramerik. Dua teknik analisis data yang akan dibahas adalah Sidik Ragam dan Analisis Regresi. Analisis ragam untuk penelitian yang menggunakan pembandingan perlakuan atau populasi sedangkan analisisi regresi adalah untuk penelitian yang mempelajari hubungan antar variabel. Untuk mendapatkan hasil akhir atau kesimpulan dari suatu penelitian dibutuhkan pengolahan dan analisis data. Data yang telah dikumpulkan baik melalui percobaan maupun melalui survei masih merupakan data mentah. Agar data tersebut bermanfaat dalam memberikan garnbaran tentang objek yang sedang diteliti, maka data
Metode Pen.dan Rancob by Zasmeli.S
56
tersebut perlu disederhanakan, diolah, dan dianalisis sesuai dengan rancangan analisis data. Alat yang digunakan untuk analisis data kuantitatif atau numerik adalah statistik. Secara, umum analisis statistik dapat dibagi atas dua kategori, yaitu Statistik Deskriptif dan Statistik induktif. Dengan Statistik Deskriptif, data yang diperoleh dari lapangan dikelompokkan, ditata, disederhanakan, dan ditampilkan baik dalam bentuk tabel maupun dalam bentuk grafik. Sedangkan dengan Statistik Induktif, data yang diperoleh dari lapangan tidak hanya disederhanakan dan disajikan, melainkan juga digunakan untuk pendugaan dan pengujian hipotesis mengenai parameter populasi menurut variabel yang diukur. Pendugaan parameter dapat berupa pendugaan satu titik yaitu memberikan satu nilai dugaan untuk parameter yang diteliti, dan dapat pula berupa pendugaan interval yaitu dengan memberikan batas atas dan batas bawah nilai-nilai dugaan parameter tersebut. Untuk pendugaan interval dibutuhkan asumsi-asumsi tertentu terhadap sebaran data yang diperoleh. Pengujian hipotesis dilakukan dengan berbagai macam bentuk pengujian yang telah dikembangkan oleh para ahli statistik. Antara lain untuk membandingkan nilai parameter satu populasi dengan suatu skala dapat digunakan uji Z atau uji t. Demikian pula untuk membandingkan parameter dua populasi digunakan uji yang sama. Untuk membandingkan parameter tiga populasi atau lebih digunakan analisis ragam atau uji F. Untuk menguji kebebasan antara, variabel nominal dengan variabel nominal lain dapat digunakan uji Khi-Kuadrat. Untuk menganalisis dan menguji keeratan dan bentuk hubungan antar satu variabel dengan atau lebih variabel lainnya dapat digunakan analisis regresi dan korelasi. Berbagai metoda analisis dapat digunakan dalam penelitian ilmiah kuantitatif. Analisis-analisis parameter parametrik. yang menekankan disebut analisis pendugaan dengan yang dan tidak pembandingan statistik populasi
metoda
S edangkan
57
populasi, disebut metode statistik non param etrik. Sebagai contoh disini adalah analisis data dan pembahasan dari hasil sidik ragam. Berdasarkan hasil penimbangan ayam pada umur 6 minggu, diperoleh rerata pertambahan berat badan untuk masing-masing unit percobaan seperti terlihat pada Tabel 1. Tabel 1 . Rerata pertambahan badan ayam broiler selama penelitian (gram/ekor) Level Probiotik Starbio (%) 0 0.25 0.5 Rerata SE Level Penambahan Lemak (%) 0 1091.01ab 1210.01 1273.82ab 1198.28AB 131.17
ab
Rerata pertambahan berat badan ayam broiler selama penelitian seperti terlihat pada Tabel 1. Dari hasil sidik ragam didapatkan bahwa rerata pertambahan berat badan ayam broiler selama penelitian menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0.05) pada interaksi Faktor A dan B, namun berbeda nyata terhadap Faktor A (P<0.05) dan berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap perlakuan Faktor B. Tetapi dari hasil uji lanjut dengan Tukey HSD, interaksi memperlihatkan pengaruh yang nyata. Hal ini juga didukung dengan grafik garis gambar 1 antara faktor tunggal yang memperlihatkan adanya interaksi. Pada gambar terlihat terjadinya perpotongan antara garis masing-masing faktor tunggal, yang menunjukkan terjadinya interaksi dititik tersebut.
58
1350 1300 1250 1200 1150 1100 1050 1000 1 2 3 1198.28 1133.99 1109.45 1303.97 1270.78 1206.93
1400
Gambar 2. Perbandingan rerata pertambahan berat badan ayam broiler selama penelitian. Dari hasil uji lanjut pada perlakuan Faktor B, meskipun secara rerata faktor B2 adalah yang tertinggi angkanya, namun setelah diuji tidak ada perbedaan antara perlakuan faktor B1 dengan B2, serta antara B1 dan B3. Hal ini menunjukkan bahwa secara statistik, pemakaian lemak 4% tidak berbeda hasilnya dengan 0%, namun pemakaian lemak 8% juga tidak berbeda dengan 0%, sedangkan jika dibandingkan antara
59
pemakaian lemak 4% dan 8% barulah menunjukkan perbedaan pengaruh yang nyata (P<0,05). Sedangkan hasil penelitian Suhaemi (1998),
pemakaian lemak ayam 4% dan 8% (tanpa suplementasi probiotik Starbio, dan kandungan protein yang sama) menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa pemakaian lemak ayam
memang baru akan nampak jika kondisi protein dan energi ransum seimbang, sejalan dengan pendapat Wahyu (1992), bahwa perbaikan pertumbuhan ternak ayam ditentukan dari adanya keseimbangan protein dan energi. Berdasarkan perlakuan yang ada, penambahan lemak 4% mejadikan protein kasar 19% dalam ransum, dan penambahan lemak 8% protein kasar ransum menjadi 17%. Sehingga terlihat behwa
suplementasi probiotik Starbio memang berperan untuk meningkatkan protein ransum, namun terbatas sampai 2% saja, sedangkan peningkatan level probiotik menjadi 0.50%, tidak mampu meningkatkan protein ransum yang lebih rendah 4% (yaitu pada penambahan lemak ayam 8% dalam ransum). Dapat dikatakan bahwa peran lemak ayam akan nampak
meskipun kandungan protein kasar ransum diturunkan sebesar 2%, namun dilakukan upaya untuk meningkatkan kandungan protein ransum tersebut dengan penambahan probiotik Starbio.
60
61
b. Latar belakang: memuat pandangan umum atau gambaran umum tentang penelitian yang akan/telah dilakukan, menjelaskan alasanalasan mengapa penelitian dilakukan. Hendaknya penyampaian dilakukan dengan singkat dengan tidak memakan waktu. c. Materi dan Metode Penelitian : bagian ini adalah yang terpenting pada seminar tentang usulan penelitian. Penguraian bagian ini harus jelas dan lengkap namun sitematis, sehingga pendengar dapat memahami dan membayangkan bahkan meniru apa yang akan kita lakukan saat penelitian dilaksanakan. d. Hasil dan Pembahasan: : bagian ini adalah yang terpenting pada seminar tentang hasil penelitian. Penguraian bagian ini harus jelas dan lengkap namun sitematis, memaparkan fakta-fakta penelitian dilandasi dengan teori-teori ditemukan. e. Penutup: Mengemukan kesimpulan dari hasil penelitian serta prospek atau saran untuk kelanjutan penelitian. Teknik berbicara dimuka umum perlu mendapat perhatian, secara ringkas teknik berbicara pada seminar antara lain: a. Tenang, yang perlu didukung dengan : a. keyakinan bahwa data atau alasan yang dikemukakan objektif, b. pekerjaan yang akan atau telah dilakukan sudah terkontrol dengan baik, c. keyakinan bahwa sudah menguasai isi dari seminar melebihi dari pendengar, d. meyakini bahwa pendapat manusia pasti ada kekurangannya dan dapat selalu terjadi perbedaan. e. Diawali dengan latihan-latihan untuk menambah pengalaman. b. Disampaikan dengan suara jelas, dengan stabilitas yang tinggi. c. Jangan membaca secara terus menerus d. Memperhatikan waktu yang tersedia. e. Penguasaan alat-alat peraga/bantu yang disediakan saat seminar. yang ada maupun yang baru
62
DAFTAR BUKU TEXT 1. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Prof. Dr. Suharsimi Arikunto. Rineka Cipta. 2. Prinsip dan Prosedur Statistika, Suatu Pendekatan Biometrik. Steel, Robert G. D. dan James H. Torrie. 1991. P.T. Gramedia. Jakarta. 3. Design and Analysis of Experiments Third Edition. Douglas C Montgomery. John Wiley and Son. USA. 4. Rancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab Jilid I. Prof. Ir. Ahmad Ansori Mattjik, M.Sc., Ph.D dan Ir. Made Sumertajaya, M.Si.
63
LAMPIRAN
64
PETUNJUK PEMAKAIAN KALKULATOR TYPE Casio FX 3650P I. RANCANGAN ACAK LENGKAP (RAL). 1. Aktifkan mode SD (Statistical Design) untuk memulai penghitungan, dengan menekan MODE clr 2X, sampai muncul 1.SD 2. REG 3.BASE, Tekan angka 1 sehingga muncul dilayar SD, bagian tengah atas. 2. Hapus semua data dengan menekan shift mode clr 1 EXE. Pastikan bahwa semua data sudah terhapus dengan menekan Shift tombol 1, yang memiliki menu S-Sum, hingga muncul 1. Sigma x2, 2. Sigma x, dan 3. n, kemudian pilih no 3 . Jika n = 0 menandakan bahwa data dalam program SD sudah kosong. 3. Masukkan semua data pada table data hasil penelitian satu persatu dengan menekan DT setiap kali memasukkan data. Contoh : 25 DT ; 31 DT ; 29 DT dst. Jika sudah masuk semua, cek jumlah total dengan menekan Shift 1, kemudian pilih 2 atau x. 4. Menghitung FK (Faktor Koreksi) : Y..2 FK = tr Pada kalkulator rumus yang digunakan adalah : x x2 jumlah perlakuan X ulangan (p x u)
Rumus x ada pada shift S-Sum, tombol 2 Rumus x2 ada pada tombol x2
Jadi FK = shift S-Sum, tombol 2, x2 pu (Jumlah perlakuan X ulangan) 5. Menghitung JKT : Yij2 - FK Pada kalkulator rumus yang digunakan adalah : x2 - FK Jadi JKT = shift S-Sum, tombol 1 - FK 6. Data semula dihapus dengan menekan shift mode clr 1 EXE Masukkan semua data Yi. pada table data hasil penelitian satu persatu dengan menekan DT setiap kali memasukkan data. Contoh : 25 DT ; 31 DT ; 29 DT dst. cek jumlah total dengan menekan Shift 1, kemudian pilih 2 atau x. 7. Menghitung JKP : Yi.2 - FK Pada kalkulator rumus yang digunakan adalah :
Metode Pen.dan Rancob by Zasmeli.S
65
x2 - FK
Jadi JKP = shift S-Sum, tombol 1 : ulangan - FK 8. Terakhir hitunglah JK Sisa sesuai rumus.
66
PETUNJUK PEMAKAIAN KALKULATOR TYPE Casio fx 3600 I. RANCANGAN ACAK LENGKAP (RAL).
1. Aktifkan mode SD (Statistical Design) untuk memulai penghitungan, dengan menekan MODE 3. Jika sudah aktif, pada layar kalkulator akan terlihat lambang SD di sudut sebelah kanan. 2. Tekan Shift AC untuk menghilangkan data yang mungkin masih ada dalam kalkulator. Pastikan bahwa semua data sudah terhapus dengan menekan Kout 3 untuk melihat jumlah sampel data n . Jika n = 0 menandakan bahwa data dalam pr ogram SD sudah kosong. 3. Masukkan semua data pada table data hasil penelitian satu persatu dengan menekan DT setiap kali memasukkan data. Contoh : 25 DT ; 31 DT ; 29 DT dst. 4. Menghitung FK (Faktor Koreksi) : Y..2 FK = tr Pada kalkulator rumus yang digunakan adalah : x x2 jumlah perlakuan X ulangan (t x r)
Rumus x ada pada tombol angka 2, untuk mengeluarkannya tekan Kout 2 Rumus x2 ada pada tombol , untuk mengeluarkannya tekan Shift Jadi FK = Kout 2 Shift tr (Jumlah perlakuan X ulangan)
Untuk memudahkan penghitungan selanjutnya, simpan data FK dengan menekan Shift MR. 5. Menghitung JKT : Yij2 - FK Pada kalkulator rumus yang digunakan adalah : x2 - FK Rumus x2 ada pada tombol angka 1, untuk mengeluarkannya tekan Kout 1 Data FK sudah disimpan dalam memori, untuk menggunakannya tekan MR Jadi JKT = Kout 1 - MR 6. Data semula dihapus dengan menekan shift AC Masukkan semua data Yi. pada table data hasil penelitian satu persatu dengan menekan DT setiap kali memasukkan data. Contoh : 25 DT ; 31 DT ; 29 DT dst. 7. Menghitung JKP : Yi.2 - FK Pada kalkulator rumus yang digunakan adalah :
Metode Pen.dan Rancob by Zasmeli.S
67
x2 - FK
Rumus x2 ada pada tombol angka 1, untuk mengeluarkannya tekan Kout 1 Data FK sudah disimpan dalam memori, untuk menggunakannya tekan MR Jadi JKP = Kout 1 : jml ulangan - MR
8. Terakhir hitunglah JK Sisa sesuai rumus.
68