Sastra angkatan 45 dipelopori oleh chairil anwar dalam bidang puisi, dan idrus dalaam bidang prosa. Angkatan ini lahir dalam kancah munculnya bangsa baru yang tengah mabuk kemerdekaan dan bangga akan dirinya. Tidak mengherankan kalau sebagian besar dari karya sastra masa ini penuh dengan kisah revolusi. Novel-novel angkatan 45 antara lain ditandai oleh kisah kisah asap dan mesiu ini. keluarga gerilya oleh pramoedya ananta toer, atheis oleh achdiat kartamihardja dan jalang tak ada ujung oleh mochtar lubis, adalah novelnovel penting dari masa ini. Angkatan ini tak lama usianya, sekitar tahun 1955 telah usai. Bahkan sekitar tahun itu dikumandangkan adanya krisis sastra di Indonesia. Ini disebabkan oleh karena orang terlalu kagum terhadap karya karya sastra yang muncul sekitar tahun 1950 yang didasari oleh peristiwa revolusi Indonesia. Karya karya inilah yang termasuk angkatan 45. Dan sekitar tahun 1955 angkatan ini sudah tak menghasilkan lagi karya karya sastra sebesar karya zaman revolusi mereka. Pada tahun 1955 itu sebenarnya telah muncul generasi pengarang baru, yakni angkatan 50, yang akan hidup terus berkembang sampai decade 1960-an. Novel karya Mochtar Lubis :
Tiada hari esok (1951) Tanah gersang (1966) Senja di Jakarta (1970) diingriskan oleh Claire Hot
Penghargaan yang pernah diraih Mochtar Lubis : Nama : Frans Jackson Kelas : XII-IA-4
Hadiah sastra dari BMKN (1952) Meraih hadiah dari majalah kisah (1953) Meraih hadiah sastra nasional dari BMKN (1955-
1956)
Hadiah Roman Nagsaysay, dari Filipina (1958) Hadiah pena emas dari World Federation of Editors
an Publisher
Meraih
Yayasan
Buku
Utama
Meraih hadiah dari yayasan Jaya Raya (1979) Anugrah sastra Chairil Anwar (1992)