DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL KATA PENGANTAR.................................................................................... i DAFTAR ISI................................................................................................. ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang................................................................................... 1 B. Tujuan Penulisan................................................................................. 2 C. Manfaat Penulisan.............................................................................. 2 BAB II PEMBAHASAN A. Konveksi Bebas.................................................................................. 3 B. Konveksi Bebas dari Silinder Horizontal........................................... 3 C. Konveksi Bebas dari Plat Horizontal................................................. 6 D. Konveksi Bebas dari Permukaan Miring.......................................... 10 E. Fluida Non-Newton......................................................................... 12 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan....................................................................................... 17 B. Penutup............................................................................................. 17
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Pembahasan kelompok sebelumnya mengenai perpindahan kalor konveksi (convection heat transfer) terbatas pada perhitungan untuk sistem-sistem konveksi-paksa (forced-convection) saja, yaitu sistem dimana fluida didorong oleh permukaan perpindahan kalor, atau melaluinya. Konveksi alamiah (natural convection), atau konveksi bebas (free convection), terjadi karena fluida yang melakukan proses pemanasan, dimana densitasnya (kerapatannya) berubah, dan bergerak naik. Radiator panas yang digunakan untuk memanaskan ruang merupakan suatu contoh peranti praktis yang memindahkan kalor dengan konveksi bebas. Gerakan fluida dalam konveksi bebas, baik fluida itu gas maupun zatcair, terjadi karena gaya apung (buoyancy force) yang dialaminya apabila densitasnya di dekat permukaan perpindahan-kalor berkurang sebagai akibat proses pemanasan. Gaya apung itu tidak akan terjadi apabila fluida itu tidak mengalami suatu gaya dari luar seperti gravitasi (gaya berat), walaupun gravitasi bukanlah satu-satunya medan gaya luar yang dapat menghasilkan arus konveksi-bebas; fluida yang terkurung dalam mesin rotasi mengalami medan gaya sentrifugal, dan karena itu mengalami konveksi-bebas bila salah satu atau beberapa permukaannnya yang dalam kotak dengan fluida itu dipanaskan. Gaya apung yang menyebabkan arus konveksi-bebas disebut gaya badan (body forces). B. TUJUAN PENULISAN Melalui makalah ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Memahami konveksi bebas dari silinder horizontal 2. Memahami konveksi bebas dari plat horizontal 3. Memahami konveksi bebas dari permukaan miring 4. Memahami fluida non-newton
C.
1. Memahami konveksi bebas dari silinder horizontal, plat horizontal, dan permukaan miring. 2. Menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan konveksi bebas silinder horizontal, plat horizontal dan permukaan miring 3. Memahami fluida non-newton dan contohnya dalam kehidupan.
BAB II PEMBAHASAN
A. KONVEKSI BEBAS Konveksi adalah proses dimana kalor ditransfer dengan pergerakan molekul dari satu tempat ke tempat yang lain. Yang hanya bergerak dalam jarak yang kecil dan bertumbukan, konveksi melibatkan pergerakan molekul dalam jarak yang besar. Dalam analisa konveksi Alami / bebas kita akan mempergunakan suatu gejala yang telah diamati oleh orang orang yunani lebih dari 2000 tahun yang lalu serta dirumuskan oleh Archimides kurang lebih sebagai berikut : sebuah benda yang terendam didalam suatu fluida mengalami gaya apung atau angkat yang sama dengan massa fluida yang dipindahkannya. Karenanya benda yang tercelup akan naik ke atas bila kerapatannya lebih kecil daripada kerapatan fluida sekitarnya dan akan tenggelam bila kerapatannya lebih besar. Efek gaya apung tersebut merupakan gaya pendorong dalam konveksi bebas. B. KONVEKSI BEBAS DARI SILINDER HORIZONTAL Pembahasan dalam sub-bab ini adalah mengenai menghitung rugi kalor konveksi bebas dari silinder horizontal persatuan panjang. Persamaan yang dipakai adalah Dimana q = rugi kalor konveksi, L = panjang silinder horizontal, h = koefisien perpindahankalor, d = diameter silinder. Nilai h didapat dari persamaan: (persamaan ini sudah dibahas oleh kelompok sebelumnya dan terdapat dalam buku Kalor dan Perpindahan halaman 300). Kemudian nilai koefisien perpindahan-kalor lokal menggunakan persamaan: ; dimana C dan m didapat dari Daftar 7-1 (Tabel ini bisa dilihat pada buku Kalor dan Perpindahan halaman 304)
Nilai bilangan Grasshoffer dan Prandt didapatkan dari persamaan: Dengan g =gravitasi bumi, , v, Pr nilainya bisa dilihat pada lampiran A buku Kalor dan Perpindahan. Contoh soal: 1. Sebuah pemanas horizontal dengan diameter 2,0 cm yang permukaannya dijaga pada suhu 38 oC dibenamkan di dalam air yang suhunya 27 oC. hitunglah rugi kalor koonveksi bebas per satuan panjang pemanas? Diketahui: d = 2 cm Tw = 38 oC T = 27 oC Ditanyakan: q= ? penyelesaian: suhu film adalah Dari lampiran A sifat-sifat air adalah k = 0,630 W/m . oC dan gugus berikut ini sangat berguna untuk mendapatkan hasil kali Gr Pr bila dikalikan dengan d3
Mula-mula kita tentukan produk angka Grashof-Prandtl dan kita pilih konstanta yang cocok dari Daftar 7-1 untuk digunakan dengan persamaan (7-25). Sifat-sifat udara dievaluasi pada suhu film: k = 0,03365 W/m . oC = = = 2,50 x 10-3 K-1 v = 25,90 x 10-6 m2/s Grd Pr = Pr = = 1,710 x 108 Dari daftar 7-1, C = 0,53 dan m= Nud = 0,53 (Grd Pr)1/4 = (0,53)( 1,710 x 108)1/4 = 60,6 h = = = 6,69 W/m2 . oC perpindahan kalor per satuan panjang = = 1,54 KW/m C. KONVEKSI BEBAS DARI PLAT HORIZONTAL Permukaan Isotermal Koefisien perpindahan-kalor rata-rata horizontal dihitung dengan persamaan (7-25) dengan memakai konstanta yang diberikan pada daftar 7-1. Dimensi karakteristik yang digunakan dalam persamaan ini secara tradisional adalah panjang sisi bujur sangkar, rata-rata kedua dimensi untuk siku empat, dan 0,9d untuk piring bundar. Rujukan 52 dan 53 menunjukkan bahwa kesesuaian dengan data percobaan bisa dicapai bila dimensi karakteristik dihitung dari: Dimana A adalah luas, dan P merupakan parimeter basah permukaan itu. Dimensi karakteristik ini juga berlaku untuk bidang berbentuk tak simetris. Pr = 0,689
Fluks kalor tetap Eksperimen dari rujukan 44 menghasilkan korelasi-korelasi berikut ini untuk fluks kalor tetap pada plathorizontal. Untuk muka yang dipanaskan menghadap keatas, maka: untuk Dan untuk Untuk muka yang dipanaskan menghadap ke bawah adalah: untuk Dalam persamaan diatas, semua sifat, kecuali , dievaluasi pada suhu Te yang didefinisikan dengan: Dan Tw adalah suhu dinding rata-rata yang, seperti terdahulu dihubungkan oleh fluks kalor oleh: Angka Nusselt seperti terdahulu, dibentuk oleh: Benda Bentuk Takteratur Tidak ada sesuatu korelasi umum yang berlaku untuk benda padat yang bentuknya tak teratur. Hasil yang didapatkan pada rujukan 77 menunjukkan bahwa persamaan (persamaan ini telah dibahas oleh kelompok sebelumnya terdapat pada halaman 302 Kalor dan Perpindahan) dapat digunakan dengan C=0,775 dan m=0,208 untuk silinder vertical yang tingginya samadengan diameternya. Angka Nusselt dan Angka Grasshoff dievaluasi dengan menggunakan diameter sebagai panjang karakteristik. Lienhard menyarankan suaturesep yang menggunakan jarak yang ditempuh partikel fluida di dalam lapisan batas itu sebagai panjang karakteristik, dan menggunakan nilai C=0,52 dan m=1/4 dalam persamaan dalam daerah laminar. Cara ini dapat digunakan sebagai taksiran dalam menghitung koefisien perpindahan-kalor bila tak ada informasi yang khas untuk bentuk geometri tertentu.
Contoh Soal 1. Sebuah kubus yang rusuknya 20 cm berada pada suhu tetap 60 oC dan terkena udara atmosfer yang suhunya 20 oC. hitunglah perpindahan kalornya???\ Penyelesaian: Benda ini merupakan benda padat tak teratur, sehingga untuk itu kita gunakan butir terakhir dalam daftar 7-1 karena untuk geometri ini tidak punya sesuatu korelasi yang khas = 3,25 x 10-3 v= 17,47 * 10-6 k= 0,02685 Pr=0,7
panjang karakteristik adalah jarak yang ditempuh partikel dalam lapisan batas yaitu L/2 pada dasar, ditambah L disepanjang sisi, ditambah L/2 di atas, atau 2L = 40 cm produk Gr Pr adalah Gr Pr = (0,7)= 3,34 x 108 Dari daftar 7-1 diperoleh C = 0,52 dan n= sehingga angka Nusselt menjadi Nu = (0,52)( 3,34 x 108)1/4 = 135,2 Dan = Nu = = 9,07 W/m2 . oC Kubus itu mempunyai enam sisi sehingga luasnya 6(0,2)2 = 0,24 m2, dan perpindahan kalor adalah q= = (9,07)(0,24)(60-10) = 108,8 W
D. KONVEKSI BEBAS DARI PERMUKAAN MIRING Percobaan-percobaan yang ekstensif dilakukan oleh fujii dan Imura (44) untuk plat yang dipanaskan di dalam air pada berbagai sudut kemiringan. Sudut yang dibuat plat itu dengan bidang vertikal ditandai dengan , dengan tanda positif untuk menunjukkan bahwa permukaan pemanas menghadap ke bawah, seperti terlihat pada gambar dibawah Untuk plat miring menghadap ke bawah dengan fluks kalor hamper tetap, didapatkan korelasi berikut untuk angka Nusselt rata-rata < 88o; 105<Gre Pre cos < 1011 Dalam persamaan di atas semua sifat kecuali dievaluasi pada suhu rujukan Te yang didefinisikan oleh Te = Tw 0,25 (Tw - T) Dimana Tw adalah suhu dinding rat-rata ( mean wall temperature) dan T adalah suhu aliran bebas; ditentukan pada suhu Tw + 0,50 (Tw - T). untuk plat hamper horizontal yang menghadap ke bawah artinya 88o << 90o 106<Gre Pre < 1011 Untuk plat miring menghadap ke atas, korelasi empiriknya menjadi lebih rumit. Untuk sudut antara -15 dan -75o, korelasi yang memadai ialah
Untuk jangkau 105<Gre Pre cos < 1011. Besaran Grc ialah hubungan Grashof kritis yang menunjukkan bila angka Nusselt mulai memisah dari hubungan laminar pada persamaan 1, dan diberikan pada daftar berikut ini: ,derajat Grc
Untuk Gre< Grc suku pertama persamaan 3 tidak dipakai. Informasi lebih lanjut diberikan oleh Vliet[39] dan Vera dan Gebhart [45]. Ada petunjuk yang menyatakan bahwa persamaanpersamaan di atas berlaku pula untuk permukaan bersuhu tetap. Pengukuran eksperimen dengan udara pada permukaan yang mempunyai fluks kalortetap [51] menunjukkan bahwa persamaan (7-31) dapat digunakan untuk daerah laminar apabila Grx * kita ganti dengan Grx * cos , baik untuk permukaan panas yang menghadap ke atas, maupun yang menghadap ke bawah. Di daerah turbulen, dengan udara, didapat korelasi empiris berikut : Nu = 0,17 ( Pr)1/4 1010 < Pr < 1015
Dimana sama dengan untuk plat vertical, bila permukaan panas itu menghadap ke atas, bila permukaan panas menghadap ke bawah, digantin dengan cos2. Persamaan (7-47) disederhanakan menjadi kira-kira seperti yang disarankan dalam daftar 7-1 untuk plat vertical isothermal Untuk silinder miring, data pada rujukan 73 menunjukkan bahwa perpindahan kalor laminar pada kondisi fluks-kalor-tetap dapat dihitung dengan persamaan berikut: NuL = [0,60 0,488(sin)1,03](Grl Pr)1/4+1/12(sin)1,75untuk GrL Pr < 2 x 108 Dimana ialah sudut yang dibuat silinder itu dengan garis vertical; artinya, 0o menunjukkan silinder vertical. Sifat-sifat dievaluasi pada suhu film, kecuali yang ditentukan pada kondisi sekitar
Dalam peramalan konveksi-bebas dari permukaan miring masih terdapat berbagai ketidakpastian; tebaran data-eksperimen sebesar 20 % tidaklah asing untuk rumus-rumus empiris yang dikemukakan di atas E. FLUIDA NON-NEWTON Non newton fluida adalah suatu fluida yang dapat memiliki sifat zat padat atau sifat zat cair, bergantung pada tekanan yang diberikan pada zat tersebut. Pada fluida non newton perubahan regangan yang terjadi tidak sebanding terhadap tegangan yang diterima fluida. Viskositas fluida jenis ini cenderung tidak konstan. Contoh umum fluida nonnewton adalah aspal, pasta gigi dan mayonnaise. Beberapa penggolongan dari Fluida non-newton dapat dinyatakan sebagai berikut: 1. Plastik Bingham Plastik Bingham adalah zat yang bukan merupakan fluida dan bukan merupakan zat padat. Bahan ini dapat menahan tegangan geser tertentu tanpa gerakan (oleh karena itu bahan ini bukan fluida), namun bila tegangan luluhnya terlewati, bahan tersebut akan mengalir seperti fluida (oleh karena itu bahan ini bukan zat padat). Shear stress minimum, dikenal sebagai yield stress harus berlebih sebelum aliran mulai. Tipe aliran ini sering ditemukan pada bahan pangan, seperti catsup tomat, mayonnaise, krim oles, margarine. Fig 3.14 memperlihatkan karakteristik aliran plastik untuk 3 pangan fluida : Fluida A memiliki yield stress rendah; kecepatan aliran (shear rate) berbanding langsung dengan shear stress setelah yield stress telah terlampaui Fluida B dan C memiliki yield stress lebih tinggi daripada A.
2. Pseudoplastic
Pseudoplastic adalah zat yang termasuk dalam fluida non-newtonian dimana kekentalannya akan selalu berkurang namun tegangan luluhnya akan selalu bertambah. Contoh dari fluida ini adalah campuran kertas pada proses pembutan kertas. Tipe aliran ini, meningkatnya shear force memberikan peningkatan sebanding pada shear rate yg kebih, tetapi kurva mulai pada awalnya Salad dressing adalah contoh pangan Fig 3.18b memperlihatkan bahwa apparent viscosity fluida pseudoplastik adalah tergantung pada shear rate dan pada pembahasan aliran plastis Banyak fluida pseudoplastik menunjukkan perilaku shear stress-shear rate hampir linear pada shear rate rendah Itu disebut Newtonian regime 3. Thixotropic Fluida dimana viskositasnya semakin berkurang namun, laju gesernya tetap. Apabila ada gaya yang bekerja pada fluida ini maka viskositasnya akan semakin berkurang, contoh dari fluida ini adalah cat, campuran tanah liat, dan beberapa jenis jel. 4. Rheopectic Rheopectic merupakan fluida yang viskositasnya seolah-olah semakin besar.sebagai contoh adalah minyak dimana visositasnya akan semakin bertambah ketika minyak mengalami guncangan. Dalam hal ini, fluida rheopectic jika ada gaya yang bekerja padanya maka viskositasnya akan bertambah.
5.
Dilatant
Dilatant merupakan jenis fluida yang viskositas dan tegangan luluhnya akan semakin bertambah besar. Contoh dari fluida jenis ini adalah pasta. Plot shear stress-shear rate tipe aliran ini mulai pada awal, tetapi disifatkan oleh peningkatan shear stress setimbang memberikan peningkatan shear rate lebih rendah (Fig 3.19) Contoh, padatan tinggi, suspensi pati kasar dan beberap sirup coklat Tipe aliran ini hanya ditemukan pada cairan yg mengandung partikel rigid tidak larut berjumlah tinggi dalam suspensi Aliran dilatant agak jarang dalam industri pangan dan sangat langka pada produk pangan akhir
A. Kesimpulan 1. Gaya pendorong dalam konveksi bebas dapat digambarkan benda yang tercelup akan naik ke atas bila kerapatannya lebih kecil daripada kerapatan fluida sekitarnya dan akan tenggelam bila kerapatannya lebih besar. 2. Non newton fluida adalah suatu fluida yang dapat memiliki sifat zat padat atau sifat zat cair, bergantung pada tekanan yang diberikan pada zat tersebut. Pada fluida non newton perubahan regangan yang terjadi tidak sebanding terhadap tegangan yang diterima fluida B. Saran Sebaiknya pembaca mencari rujukan-rujukan yang lebih banyak lagi untuk memperluas penetahuan mengenai konveksi bebas ini karena rujukan yang dipakai dalam makalah ini sangat terbatas.