Anda di halaman 1dari 11

Nama : Sylviana Hardanti NPM : 160112100049 1.

Fungsi foto Rontgen dalam perawatan endodontik: Berbagai fungsi foto Rontgen dalam perawatan endodontik (Coulthard et al., 2003): 1. Mendeteksi karies yang tersembunyi 2. Luas / besarnya karies 3. Besarnya ruang pulpa 4. Jumlah, bentuk, panjang, lebar, dan arah saluran akar 5. Kalsifikasi / benda asing dalam pulpa / saluran 6. Resorpsi dentin 7. Penyumbatan kamar pulpa 8. Luas, bentuk, destruksi tulang periapikal 9. Kelainan periapikal 10. Memberi gambaran jaringan yang tidak tampak secara kasat mata dalam dua dimensi 11. Berperan dalam pengisian saluran akar panjang pengisian, hermetis atau tidak 12. Membantu menentukan diagnosa & prognosa 2. Apa perbedaan antara pulpitis irreversibel dan reversibel Pada kasus pulpitis reversibel, inflamasi biasanya terlokalisir pada daerah di bawah tubulus dentin yang terpapar iritan. Apabila iritan dihilangkan maka proses inflamasi reaktif ini pun akan hilang dan memungkinkan terjadinya perbaikan jaringan pulpa yang terinflamasi. Sedangkan pada pulpitis irreversibel, jaringan pulpa telah mengalami kerusakan yang tidak dapat diperbaiki lagi (Ingle and Bakland, 2002). Pada proses inflamasi, terjadi vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas vaskular pembuluh darah. Cairan yang keluar dari pembuluh darah akan berakumulasi di daerah interstitial pulpa. Namun, karena pulpa hampir seluruhnya dikelilingi oleh jaringan keras maka tekanan di dalam ruang pulpa akan meningkat. Peningkatan tekanan ini akan menyebabkan gangguan pada proses mikrosirkulasi lokal. Tekanan yang terus menerus ini akan menyebabkan terjadinya compromise circulation, darah baru terhambat masuk ke daerah tersebut. Pada jaringan sehat, terhambatnya aliran darah tidak terlalu berakibat fatal. Namun pada jaringan yang sedang mengalami peradangan, compromise circulation akan menyebabkan terakumulasinya iritan seperti injurious enzym, faktor-faktor kemotoksik, dan toksin bakteri (Ingle and Bakland, 2002). Pada pulpitis yang bersifat irreversibel jaringan pulpa sudah mengalami proses inflamasi yang berat sehingga menyebabkan kerusakan permanen pada jaringan pulpa akibat kurangnya sirkulasi ke jaringan pulpa tersebut (Ingle and Bakland, 2002).

3. Apa yang terjadi pada aplikasi pulp capping? Barier terkalsifikasi dapat dibentuk bila kalsium hidroksida digunakan sebagai bahan dalam perawatan pulp capping atau ditempatkan dalam saluran akar berkontak langsung dengan jaringan pulpa sehat atau jaringan periodontal. Oleh karena pH yang tinggi dari bahan tersebut, mencapai 12.5, sebuah lapisan superficial nekrosis terbentuk pada pulpa dengan kedalaman mencapai 2 mm. Di bawah lapisan ini hanya terlihat respon inflamasi ringan (Carfotte, 2004). Kelompok hidroksil merupakan komponen yang penting dari kalsium hidroksida untuk menyediakan lingkungan alkalin yang mendorong proses perbaikan dan kalsifikasi aktif. Kerja pH alkalin tidak hanya menetralkan asam laktat dari osteoklas, hingga mencegah pelarutan komponen mineral dentin, tapi juga dapat mengaktifkan alkalin fosfatase yang berperan penting dalam pembentukan jaringan keras (Carfotte, 2004). 4. Apa yang dimaksud preparasi biomekanis? Preparasi biomekanis merupakan suatu proses pelebaran, pembentukan dan penghalusan saluran akar agar dapat diobturasi secara optimal. Preparasi biomekanis saluran akar ini meliputi 2 tujuan, yaitu tujuan biologis dan mekanis (Garg and Garg, 2007). Tujuan biologis dari preparasi biomekanis adalah untuk menghilangkan jaringan pulpa, bakteri dan produk bakteri dari saluran akar. Sementara tujuan mekanisnya adalah (Garg and Garg, 2007): Preparasi saluran akar harus berbentuk kerucut secara kontinu Membuat preparasi dalam beberapa bidang, untuk memperkenalkan konsep flow Membentuk saluran akar yang sempit di apeks dan lebih lebar di bagian koronal Menghindari transportasi dari foramen Menjaga ukuran bukaan apikal sekecil mungkin 5. Teknik-teknik preparasi saluran akar? Berbagai teknik preparasi saluran akar (Johnson, 2006): 1. Preparasi Step Back Nama lainnya adalah preparasi teleskopik. Preparasi step back menjaga agar bagian apkal tetap dalam ukuran kecil, dan membentuk saluran akar corong yang membesar ke arah koronal. Tahap-tahap preparasi: 1. Buat akses kavitas hingga terlihat orifis saluran akar 2. Ukur panjang kerja 3. Masukkan instrumen pertama ke dalam saluran akar yng dapat mencapai panjang kerja dengan sedikit seret initial file 4. Keluarkan instrumen dan lakukan irigasi ke saluran akar

5. Masukkan instrumen dengan nomor yang 1 nomor lebih besar sampai sepanjang kerja kemudian irigasi 6. Lakukan rekapitulasi dengan instrumen sebelumnya yang lebih kecil 7. Ulangi prosedur 5 dan 6 sampai 3 instrumen yang minimal 3 nomor lebih besar dari initial file hingga didapatkan MAF 8. Masukkan instrumen yang 1 nomor lebih besar dari MAF dengan panjang kerja yang lebih pendek 1 mm. Lakukan berulang sampai 3 nomor lebih besar dari MAF dengan setiap kenaikan nomor dilakukan pengurangan panjang masing-masing 1 mm. 9. Prosedur ini diakhiri dengan gerakan filing pada dinding saluran akar dengan MAF Keuntungan: 1. Trauma pada daerah periapikal lebih kecil 2. Tekanan pada saat kondensasi dapat mengisi saluran akar lateral 3. Overfiling dapat dicegah oleh karena preparasi foramen apikal lebih sempit

2. Teknik Balanced Force Tahap-tahap preparasi: 1. File pertama dengan panjang kerja yang lebih pendek dimasukkan ke dalam saluran akar dan diputar maksimal 1800 searah jarum jam dengan tekanan ringan ke apikal 2. Kemudian file diputar berlawanan arah jarum jam minimal 1200 atau lebih dengan tekanan ringan ke apikal 3. Putaran terakhir searah jarum jam maksimal 1800 tanpa tekanan ke apikal, kemudian ditarik ke arah koronal. Gerakan ini menyebabkan debris dan dentin tersangkut pada file dan ditarik keluar menjauhi apikal. Keuntungan: Manipulasi file dapat dilakukan tanpa membentuk ledge atau hambatan

3. Teknik crown-down Tahapan preparasi: 1. Buka akses kavitas dan lakukan preparasi untuk melebarkan orifis. Gunakan Gates Glidden Drill atau nkel-titanium rotary instruments untuk preparasi 2/3 koronal 2. Irigasi sesering mungkin dengan NaOCl dan lakukan rekapitulasi dengan no file yang lebih kecil untuk mencegah blokade saluran akar. 3. Setelah dilakukan preparasi 2/3 koronal, ukur panjang kerja dengan instrumen nomor kecil 4. Gunakan file yang lebih besar pada bagian coronal untuk preparasi. Setelah itu gunakan nomor file yang lebih kecil secara berurutan untuk preparasi bagian apikal saluran akar 5. Preparasi apikal disertai dengan irigasi sesering mungkin

Keuntungan: 1. Dapat mengurangi dan menghindari kemungkinan terdorongnya jaringan nekrotik melalui foramen apikal selama instrumentasi 2. Pada saluran akar yang bengkok, setelah melakukan preparasi koronal, file dapat mencapai apeks dengan lebih mudah oleh karena terjadinya penurunan lengkung deviasi instrumen dari saluran akar 3. Ruang lebih tersedia untuk cairan irigasi 4. Didapatkan bentuk saluran akar yang kecil di bagian apeks, dan lebih lebar di bagian koronal 5. Resiko terjadinya blokade saluran akar dapat dikurangi

4. Teknik Konvensional / Standard Technique File standar yang digunakan secara berurutan untuk menghasilkan preparasi saluran akar yang memiliki bentuk (taper) dan ukuran yang sama sebagai standar terakhir instrumen digunakan. Kemudian saluran tersebut dapat diisi dengan material pengisi yang sama juga bentuk dan ukurannya. Pada dasarnya saluran itu dibuat agar dapat sesuai dengan bahan pengisi. Teknik ini cocok digunakan pada saluran akar lurus pada gigi tetap yang memiliki bentuk taper alami. Dengan bertambahnya bertambah besarnya ukuran instrumen, kemampuan dan kekauan terhadap panjang kerja yang berbeda berkurang karena gaya pemulih dari logam. Hal ini sering menyebabkan ledge, transportasi apikal, perforasi apikal atau zipping (Johnson, 2006). 5. Passive step back technique Teknik yang dikembangkan oleh Torabinejad menggunakan kombinasi instrumen tangan dan putar untuk mengembangkan flare preparation. Teknik ini memberikan pembesaran bertahap saluran akar dari arah apikal ke koronal tanpa membutuhkan kekuatan dan mengurangi risiko prosedural kecelakaan yang disebabkan oleh transportasi. Ini adalah modifikasi dari pembesaran kanal yang dianjurkan oleh Schilder, di mana membentuk saluran akar dengan menempatkan instrumen yang lebih besar dari MAF ke titik pertama yang mengikat (seret) dan kemudian menggunakan tindakan reaming untuk memperbesar bagian koronal dari kanal. Hal ini memungkinkan pembentukkan. Teknik step back pasif menghasilkan panjang kerja yang tepat dengan menggunakan file # 15. File # 15 disisipkan dengan panjang bekerja dikoreksi dengan tekanan ringan dan kemudian diputar seperdelapan sampai satu perempat putaran. Tambahan K-tipe file antara # 20 dan # 40 kemudian dimasukkan secara pasif sampai dapat diputar seperdelapan sampai seperempat dengan tekanan ringan. Gates Glidden (# 2 ke # 4) kemudian digunakan pada koronal, dan preparasi saluran akar selesai. Saluran yang sempit, melengkung tidak harus diperbesar sampai file # 25 atau # 30. Bagian apikal kanal dipreparasi dengan menempatkan file berurutan yang lebih besar secara pasif dalam saluran akar dan diputar seperdelapan untuk seperempat. Keuntungan teknik step back pasif meliputi pengetahuan morfologi saluran akar, pembersihan debridement dan obstruksi saluran akar, dan pembesaran pasif bertahap saluran akar dari apikal ke arah koronal. 4

Dengan proses ini morfologi kanal mempengaruhi bentuk preparasi. Teknik step back pasif juga telah dianjurkan untuk digunakan dengan alat ultrasonik setelah panjang kerja ditentukan. Irigasi dengan natrium hipoklorit yang banyak disarankan. Sebuah file endosonic # 15 ditempatkan secara pasif di saluran akar, didorong dengan ultrasonic selama 30 detik, dan bekerja melingkar. Instrumen tangan kemudian mulai dimasukkan ke saluran akar. Secara bergantian penggunaan instrumen ultrasonik dan tangan dilakukan secara bertahap sampai saluran akar agak mengembang dicapai. A # 2 Gates Glidden bor kemudian dimasukkan sampai ia mengikat, ditarik 1 sampai 1,5 mm, dan diaktifkan dengan gerakkan naik-turun. bor Gates Glidden #3 digunakan setelah irigasi dengan sodium hipoklorit 2,5%. Panjang kerja kemudian ditentukan kembali, dan preparasi saluran akar selesai (Johnson, 2006). 6. Preparasi saluran akar dengan instrumen nickel titanium Pada 1988, penelitian di Marquetee University mempublikasikan penelitian file endodontik yang telah dibuat dari kawat ortodonti nitinol untuk digunakan sebagai hand instrumen. Alloy nikel-titanium (nitinol) mempunyai modulus elastisitas 1/4 sampai 1/5 stainles steel dan mempunyai jangkauan luas deformasi elastis, menghasilkan fleksibilitas yang lebih baik. Keuntungan peningkatan fleksibilitas adalah file mengikuti bentuk saluran akar dengan sedikit deformasi lengkung saluran akar selama pembesaran. Pemusatan instrumen yang lebih baik dalam preparasi apikal dilaporkan untuk kedua instrumen yaitu mesin dan tangan. Kerugian peningkatan fleksibilitas adalah ketidakmampuan membentuk kembali file untuk merintis kedalam saluran akar gigi posterior ketika ukuran pembukaan interoklusal berkurang. Karena elatisitas lebih baik, efisiensi pemotongan file nikel-titanium dapat berkurang dengan penggunaan klinis dibandingkan dengan stainless steel. Oleh karena itu, untuk mengambil keuntungan dari sifat file nikeltitanium, engine-driven instrumen dikembangkan. Adanya instrumen nikeltitanium menggabungkan groove berbentuk "U" dengan area datar/rata/ Setelah meritis inisial dengan file nikel-titanium, preparasi step-back menggunakan file tangan dan bor umum dilakukan Dentsply, Tulsa Dental (Tulsa, OK) selalu menganjurkan penggunaan teknik "crown down" dengan instrumen merk Profile mereka. Namun, perubahan disain instrumen lebih dari beberapa tahun lalu menghasilkan setidaknya tiga set instrumen berbeda (Profil, Quantec, Lightspeed) dan teknik instrumentasi yang berikutnya (Johnson, 2006). 7. Rotary canal preparation Konsep preparasi saluran akar dengan rotary instrument tidak baru. Sistem sebelumnya dikerjakan dengan instrumen stainless steel tradisional, yang diketahui menghasilkan kesalahan prosedural. Pengenalan instrumen yang terbuat dari nikel-titanium telah diperbolehkan untuk pengembangan rotary instrumentation karena nikel-titanium dua sampai tiga kali lebih fleksibel dibanding stainless steel dan terbilang lebih resisten terhadap tekanan torsi searah jarum jam. Instrumen nikel-titanium sama bagusnya dengan instrumen

stainless steel dalam membuang dentin dan lebih awet dibanding instrumen stainless steel. Instrumen tidak korosi terhadap sodium hipoklorit dan tidak terpengaruh oleh prosedur sterilisasai (Johnson, 2006). Keuntungan utama instrumen nikel-titanium adalah preparsi saluran akar dengan mengurangi ledge. Instrumen nikel-titanium juga juga meningkatkan kemampuan operator untuk membentuk saluran akar dengan seragam. Kemampuan membersihkan instrumen nikel-titanium sebanding dengan teknik instrumen lainnya. Selain itu, sodium hipoklorit dapat digunakan sebagai tambahan untuk meningkatkan kemampuan membersihkan instrumen tersebut. Kemampuan lain rotary instrumentation yaitu mengurangi kelelahan operator dan meningkatkan efisiensi. Berdasarkan sistem yang dikerjakan, rotary nickel-titanium instrumentation tidak diindikasikan untuk semua kasus. Rotary instrument sebaiknya tidak digunakan pada kasus dimana terdapat kalsifikasi, ledges, akar bengkok, saluran akar konfigurasi tipe II, dan saluran akar berbentuk S (Johnson, 2006). Ketika bekerja dengan instrumen nikel-titanium, operator harus sering membersihkan file untuk mencegah terbentuknya debris dan menggunakan pelumas untuk mengurangi friksi. Instrumen sebaiknya tidak diperpanjang melewati foramen apikal pada saluran akar bengkok karena ujungnya tidak lagi memiliki dentin sebagai panduan (Johnson, 2006). Instrumen nikel-titanium berada pada fase austenit saat istirahat. Ketika berubah bentuk dibawah tekanan mereka menjadi fase martensit. Ketika dalam fase ini, instrumen cenderung berubah bentuk permanen dan fraktur. Fraktur bisa terjadi dengan defek tidak terlihat dari instrumen, membuat inspeksi visual adalah metode yang tidak dapat diandalkan pada evaluasi instrumen. Untuk alasan ini jangka waktu pemakaian instrumen dibatasi dan umumnya diganti setelah dipakai lima kasus klinis. Pada kasus sulit, instrumen hanya dipakai sekali. Ketika kerusakan terlihat, instrumen harus segera diganti (Johnson, 2006). 6. Prinsip dasar crown down technique? Prinsip dasar crown down technique (Pittford, 2004): a. Eliminasi debris dan mikroorganisme dilakukan sejak dari preparasi koronal sehingga mencegah kontaminasi debris pada jaringan periodontal di apical b. Eliminasi gangguan instrumentasi pada saluran akar bagian koronal karena luasnya pandangan operator c. Banyaknya larutan irigasi yang dapat mengalir ke apikal d. Memfasilitasi penentuan panjang kerja yang tepat 7. Golongan-golongan medikamen saluran akar & bahan pengisi? Medikamen saluran akar 1. Minyak Atsiri Minyak Atsiri atau dikenal juga sebagai minyak eteris, minyak esensial, minyak terbang, serta minyak aromatic, adalah kelompok besar minyak nabati yang

berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Merupakan desinfektan yang lemah. Misalnya eugenol (Walton dan Torabinejad, 1998). Eugenol Bahan ini adalah esens kimiawi minyak cengkeh dan mempunyai hubungan dengan fenol. Agak lebuh mengiritasi daripada minyak cengkeh dan keduanya adalah suatu antiseptic dan anodin. (Walton dan Torabinejad, 1998) Bahan ini bersifatnya sedatif dan pemakaian setelah pulpektomi, sebagai bagian dari sealer saluran akar, sebagai campuran dari tambalan sementara. 2. Berbasis fenol Fenol Fenol merupakan Bahan kristalin putih yang mempunyai bau khas bau bara. Fenol yang di cairkan (asam karbolik) terdiri dari 9 bagian fenol dan 1 bagian air. Fenol adalah racun protoplasma dan menyebabkan nekrosis jaringan lunak. (Walton dan Torabinejad, 1998) Para-Klorofenol Para-Klorofenol masuk lebih ke dalam tubuli dentin sehingga memusnahkan mikroorganisme di saluran akar. Berfungsi untuk presipitasi atau koagulasi bakteri. Compound ini adalah pengganti produk fenol dengan klorinmenggantikan salah satu atom hydrogen. (Walton dan Torabinejad, 1998) Para-klorofenol berkamfer Bahan ini terdiri dari dua bagian para-klorofenol dan tiga bagian berkamfer. Bahan ini memperoleh popularitas tingkat tinggi sebagai medikamen saluran akar selam satu abad. Kamfer berguna sebagai suatu sarana dan suatu pengencer serta mengurangi efek mengiritasi yang dimiliki para-klorofenol murni selain itu juga memperpanjang efek antimicrobial. (Walton dan Torabinejad, 1998). Bahan ini memiliki kemampuan desinfeksi dan sifat mengiritasinya kecil dan mempunyai spektrum anti bakteri yang luas dan semua perawatan saluranakar gigi dan gigi yang mempunyai kelainan apikal. ChkM (Chlorphenol kamfer menthol) Terdiri dari dua bagian para-klorofenol dan tiga bagian kamfer. Daya desinfektan sifat mengiritasi lebih kecil dari pada formokresol. Mempunyai spectrum anti bakteri luas dan efektif terhadap jamur. Bahan utamanya Paraklorofenol. Mampu memusnahkan berbagai mikroorganisme dalam saluran akar. Kamfer sebagai sarana pengencer serta mengurangi efek mengiritasi dari paraklorofenol murni. Selain itu memperpanjang efek antimicrobial. Menthol mengurangi sifat iritasi clorophenol dan mengurangi rasa sakit. Bahan ini memiliki kemampuan desinfeksi dan sifat mengiritasi kecil dan mempunyai spectrum anti bakteri yang luas dan digunakan dalam semua perawatan saluran akar gigi yang mempunyai kelainan apikal. (Walton dan Torabinejad, 1998)

Cresophene Terdiri dari chlorofenol, hexachlorophene, thymol, dan dexamatasone yaitu sbagai antiphlogisticum. Pemakaian terutama pada gigi dengan permulaan periodontitis, apikalis akuta yang dapat terjadi misalnya pada peristiwa over instrumentasi. Dipakai pada gigi dengan periodontitis apikalis tahap awalakibat instrumentasi berlebih. (Walton dan Torabinejad, 1998) Cresatin Juga dikenal dengan metakresil asetat, bahan ini adalah suatu cairan jernih, berminyak dan tidak mudah menguap. Mempunyai sifat antiseptic dan meringankan rasa sakit. Efek antimicrobial cresatin lebih kecil dari pada formokresol atau para-klorofenol berkamfer, obat ini juga tidak begitu mengiritasi jaringan. Bahan ini digunakan untuk semua perawatan saluran akar gigi dan kelainan gigi apikal. (Walton dan Torabinejad, 1998) 3. Aldehid Formokresol Bahan ini adalah kombinasi formalin dan kresol dalam perbandingan 1:2 atau 1:1. Formalin merupakan desinfektan kuat yang bergabung dengan albumin membentuk suatu substansi yang tidak dapat di larutkan formokresol adalah suatu medikamen bakterisidal yang tidak spesifik dan sangat efektif terhadap organisme aerobik dan anaerobik yang di temukan dalam saluran akar. Bahan ini efektif untuk bakteri aerob dan anaerob namun dapatmenimbulkan efek nekrosis. Penggunaannya pada gigi non vital, mematikan saraf gigi dan sebagai bahan fiksasi. Dan diindikasikan pada perawatan pulpektomi. (Walton dan Torabinejad, 1998) TKF (Trikresol formalin) Adalah campuran ortho, metha, dan para-cresol dengan formalin. Bersifat merangsang jaringan periapikal dan menyebabkan jaringan menjadi nekrosis. Glutaraldehid Minyak tanpa warna ini agak larut dalam air dan disamping itu mempunyai reaksi yang agak asam. Obat ini merupakan desinfeksi yang sangat kuat dan fiksatif. Konsentrasi rendah dan tidak ada reaksi inflamasi. (Walton dan Torabinejad, 1998) 4. Kalsium hidroksida Kompound ini juga telah digunakan sebagai medikamen saluran akar. Pengaruh antiseptiknya mungkin berhubungan dengan pH-nya yang tinggi dan pengaruh melumerkan jaringan pulpa yang nekrotik.Pasta kalsium hidroksida paling baik digunakan sebagai suatu medikamen intrasaluran bila ada penundaan yang terlalu lama antar kunjungan karena bahan ini tetap manjur selama berada dalam saluran akar. (Walton dan Torabinejad, 1998)

5. Nitrogen Merupakan suatu antiseptik yang mengandung paraformaldehida sebagai suatu bahan utamanya, dapat digunakan sebagai medikamen intrasaluran maupun sebagai siler atau bahan pengisi. Nitrogen mengandung eugenol dan fenilmerkurik borat, dan kadang kadang juga terdapat bahan bahan tambahan seperti timah hitam, kortikosteroid, antibiotika dan minyak wangi. Efek antimikrobialnya hanya sebentar, dan menghilang kira-kira seminggu atau sepuluh hari. (Walton dan Torabinejad, 1998) Bahan Pengisi Saluran Akar Bahan pengisi saluran akar utama biasanya bahan padat atau semi padat (pasta atau bentuk padat yang dilunakkan) dan disertai dengan semen saluran akar (sealer) (Walton dan Torabinejad, 1998). Golongan Padat : 1. Gutta-percha Kandungan utama merupakan bahan an-organik 75 % yaitu oksida seng, bahan organik 20% yaitu gutta-percha dan tambahan wax, resin atau garam-garam metal, memberikan sifat plastis, bahan tambahan 5% yaitu bahan pengikat, opaker, dan pewarna.

Kelebihan : - Bersifat plastis - Larut dalam kloroform / eukaliptol - Dapat beradaptasi dengan baik terhadap dinding saluran akar - Manipulasinya sederhana - Dapat dikeluarkan dari saluran akar bila diperlukan - Toksisitasnya rendah.

Kekurangan : - Sulit untuk saluran akar yang sempit dan bengkok - Penyimpanan yang tidak baik / terlalu lama akan mudah patah

2. Silver-point 0 0 Kelebihan : - Dapat digunakan pada saluran akar yang sempit dan bengkok - Radiopak - Bakteriostatik - Mudah disterilkan : termis / kimia Kontra-indikasi: - Gigi belum tumbuh sempurna - Saluran akar lebar - Diameter saluran akar oval / tak teratur - Bila akan dilakukan apeks-reseksi Indikasi : - Saluran akar gigi dewasa - Saluran akar yang sempit - Saluran akar bengkok - Diameter harus bulat Merupakan bahan pengisi yang padat

Kekurangan :

10

- Adaptasi dengan dinding saluran akar kurang baik - Korosi - Menyebabkan low grade pain - Apikal seal kurang baik - Sulit dikeluarkan bila diperlukan

Gol. Semen dan Pasta - gol. Eugenol : rickets cement, kerr cement, grossman cement - gol non eugenol : polikarboksilat cement, GI cement - theurapetic : pasta iodoform, pasta N2, pasta kalsium hidroksida Gol. Plastis : epoxyrecin, self curing acrylic, amalgam 8. Mengapa tetap dibutuhkan bahan pengisi saluran akar? Bahan pengisi saluran akar memiliki sifat tidak larut dalam cairan mulut, sedangkan sealer sangat larut dalam cairan mulut. Bila pengisian hanya menggunakan sealer saja maka resiko untuk terjadinya celah pada pengisian akibat kebocoran akan sangat besar dan dengan mudah dapat terjadi kontaminasi saluran akar (Grossman, 1988).

11

Anda mungkin juga menyukai