Anda di halaman 1dari 8

Kumpulan Pemikiran

17
POLA PEMULIABIAKAN UNTUK MENINGKATKAN MUTU GENETIK DAN PRODUKTIVITAS SAPI POTONG DI KALIMANTAN SELATAN
ampai saat ini, usaha beternak sapi potong untuk mensuplai kebutuhan daging sapi di Indonesia -termasuk di Kalimantan Selatanmasih didominasi oleh peternak rakyat berskala kecil dengan jumlah kepemilikan antara 2-4 ekor per peternak. Karena mengguna-kan cara-cara manajemen yang sangat sederhana, peningkatan produktivitas ternak sapi berjalan kurang cepat. Bahkan sejak krisis moneter melanda Indonesia tahun 1997, populasi ternak sapi local cenderung menurun baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Penurunan ini terjadi pada semua jenis/bangsa sapi local dan di semua propinsi di seluruh Indonesia. Untuk mengembalikan jumlah populasi ternak sapi potong pada kondisi semula (sebelum krisis) atau bahkan meningkatkannya, upaya peningkatan produktivitas sapi potong yang dibarengi dengan pening-katan mutu genetic berbasis ilmu pengetahuan & teknologi perlu dilakukan untuk meningkatkan pendapatan peternak dari hasil usaha peternakannya. Ipteks yang diharapkan mampu mendukung upaya peningkatan usaha sapi potong adalah program pemuliaan ternak sapi (secara konvensional dan pendekatan teknologi molekuler) yang mencakup pelestarian & pembibitan sapi local agar keberadaan sapi tersebut dapat dipertahankan; dan program per-silangan antar bangsa sapi untuk mendapatkan produktivitas ternak yang lebih baik dibandingkan dengan produktivitas ternak sapi murni. Mengingat potensi alam dan adanya tradisi beternak sebagai salah satu usaha kegiatan masyarakat di propinsi Kalimantan Selatan masih mungkin dikembangkan dan dioptimalkan, pola pemuliabiakan ternak sapi potong ini dalam rangka peningkatan produktivitas dan mutu genetic ternak diusulkan untuk dapat direalisasikan dengan hasil akhir yang diharapkan meliputi:

Dr. Ir. Muladno, MSA


Terbentuknya system pelestarian dan peningkatan kualitas sapi local di Kalimantan Selatan 2. Terbentuknya kawasan uji penampilan ternak sapi dikelola secara professional berbasis sumberdaya local. 1. 3. Peningkatan pendapatan peternak dari hasil usahanya seiring dengan peningkatan populasi ternak di Kalimantan Selatan

Rasionalisasi
Di propinsi Kalimantan Selatan, bangsa ternak sapi yang umum dipelihara masyarakat berturut-turut adalah sapi Bali, sapi PO, dan sapi sapi hasil persilangan dengan ternak import. Adapun usaha beternak yang sering dilakukan oleh peternak adalah penggemukan baik secara individu maupun berkelompok; dan penghasil bakalan baik untuk digemukkan maupun digunakan sebagai bibit. Karena dalam melakukan usahanya peternak hanya berorientasi pada peningkatan pendapatan melalui jual beli ternak dan hal itu dilakukan sebagai usaha sambilan, pada umumnya mereka tidak peduli dan tidak memahami upaya yang dilakukan pemerintah untuk memper-tahankan kelestarian sapi local dan untuk mengoptimalisasi pemanfaatan sapi tersebut sebagai bahan ternak persilangan. Kondisi semacam ini tidak dapat dibiarkan dan strategi yang ingin diterapkan dalam pola pemulia-biakan ternak sapi potong di Kalimantan Selatan dapat diilustrasikan sebagaimana tersaji pada Gambar 1. Kawasan A digunakan untuk pelestarian dan pengembangan sapi Bali murni melalui system seleksi yang benar berdasarkan criteria yang ditentu-kan. Sapi betina terbaik akan digunakan sebagai induk untuk dikawinkan dengan pejantan sapi Bali (melalui teknik IB atau kawin alam). Anak hasil perkawinan tersebut akan digunakan lagi sebagai induk/pejantan di kawasan A (bila memenuhi criteria seleksi); atau akan digunakan sebagai induk/pejantan di kawasan B. Kawasan B dapat berupa lokasi tertentu milik pemerintah (misal di kawasan Tambang Ulang) atau berupa lokasi peternakan rakyat yang dipilih berdasarkan criteria tertentu. Di dalam kawasan B ini, sapi betina (Bali atau PO atau Brahman) dikawinkan dengan pejantan (sapi Bali, PO, Simental atau lainnya) untuk menghasilkan ternak persilangan unggul yang adaptif terhadap lingkungan setempat. Ternak F1 hasil persilangan digemukkan di kawasan B dan/atau dipelihara di kawasan 1-3 atau di kawasan 4-5 bila digunakan sebagai penghasil bakalan. Di kawasan 1-3, yang merupakan peternakan rakyat, ternak yang dipelihara hanya digunakan untuk usaha penggemukan. Adapun ternak yang dipelihara di kawasan 4-5 hanya digunakan sebagai pernghasil bakalan. Pejantan yang digunakan untuk penghasil bakalan dapat berasal dari IB atau

Kumpulan Pemikiran
diperoleh dari kawasan B. Ada kemungkinan ternak bakalan yang dihasilkan di kawasan 4-5 digunakan sebagai calon induk atau pejantan di kawasan B. Lokasi/kawasan pelestarian sapi Bali di Kab. Barito Koala (A)

Lokasi/kawasan uji produktivitas ternak murni dan ternak persilangan (B)

3
Gambar 1.

Alur penyebaran dan pengembangan ternak sapi potong dari lokasi pelestarian sapi Bali ke peternak rakyat. Penyediaan fasilitas SDM dan teknologi di kawasan A dan B menjadi tanggung jawab pemerintah. No.1, 2, 3 adalah kawasan peternak penggemukan; no.4 dan 5 adalah kawasan peternak penghasil bakalan. Sapi di kawasan 1,2,3 berasal dari B atau dari kawasan 4 dan 5 yang memperoleh bibit sapi dari kawasan B. Sapi di kawasan B berasal dari kawasan A. Sapi terseleksi dari kawasan 4 dan 5 dapat digunakan di kawasan B.

Dengan alur penyebaran ternak secara sistematis, produktivitas ternak sapi potong baik secara kualitas maupun kuantitas dapat lebih ditingkatkan lagi. Selain itu kelestarian sapi Bali murni di propinsi Kalimantan Selatan dapat dijaga dan diberdayakan secara optimal.

Metodologi/Pendekatan
Untuk tercapainya alur penyebaran ternak sapi potong seperti diuraikan di atas, ada tiga kegiatan yang saling terkait satu dan lainnya, yaitu: 1. Pelestarian & pengembangan sapi Bali murni di kawasan A Sebagai plasma nutfah asli bangsa Indonesia, keberadaan sapi Bali di wilayah Indonesia harus dipertahankan karena sapi ini memiliki beberapa keunggulan seperti tingkat reproduksinya yang tinggi dan tahan terhadap kondisi tropis. Selain itu, kualitas dan kuantitas sapi populasi sapi Bali secara terus menerus perlu ditingkatkan

Dr. Ir. Muladno, MSA

Tujuan: Mengamankan bibit ternak sapi Bali (jantan dan betina) sebagai ternak local asli Indonesia melalui system seleksi yang ketat di kawasan A. Tahapan yang dilakukan: a. Menentukan komposisi populasi sapi Bali di kawasan A yang dilakukan secara acak untuk mengetahui jumlah pejantan, induk, dara, calon pejantan beserta data produktivitasnya. Ini dilakukan dengan visitasi langsung untuk menjaring informasi melalui penyebaran kuisioner. b. Menentukan rangking ternak betina induk dan pejantan dan memilih 10% terbaik (untuk betina) dan memilih 1% terbaik (untuk pejantan) c. Pemberian nomor/identitas terhadap semua ternak terpilih untuk dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap ternak tersebut d. Pelaksanaan perkawinan (IB atau kawin alam) terhadap sapi Bali (jantan dan betina) terpilih dan pencatatan terhadap semua penampilan produksi/reproduksinya 2. Pembuatan ternak persilangan di kawasan B Walaupun pada saat ini telah dipelihara beberapa ternak hasil persilangan, belum ada kajian menyeluruh terhadap produktivitas ternak persilangan tersebut di Kalimantan Selatan sehingga belum diketahui ternak persilangan yang paling menguntungkan dipelihara di propinsi ini. Tujuan: Menghasilkan bibit induk dan jantan unggul yang adaptif pada kondisi Kalimantan Selatan dan menguntungkan secara komersial Tahapan yang dilakukan: a. Pengadaan sapi betina induk dari kawasan A (untuk sapi Bali) atau dari kawasan lain (untuk sapi bangsa lainnya), masing-masing 5 ekor sapi Bali, 5 ekor sapi PO, 5 ekor sapi Brahman b. Pengadaan straw pejantan sapi Bali, PO dan Simental c. Pelaksanaan perkawinan melalui teknik IB dengan beberapa alternatif: jantan Bali x betina PO; jantan simental x betina Bali; dan jantan PO x betina Brahman d. Monitoring dan evaluasi terhadap ternak hasil persilangan Monitoring dan evaluasi usaha peternakan rakyat di kawasan 1-5 Usaha peternakan rakyat yang dilakukan selama ini adalah usaha penggemukan dan usaha penghasil bakalan. Usaha tersebut sebagian dilakukan secara mandiri dan sebagian lagi secara berkelompok. Analisa

3.

Kumpulan Pemikiran
ekonomi terhadap kedua tipe usaha tersebut perlu dilakukan untuk mengetahui keuntungan dari kegiatan usaha seperti itu. Tujuan: Meningkatkan pendapatan peternak di kawasan 1-5 melalui usaha penggemukan dan penghasil sapi bakalan Tahapan yang dilakukan: a. Menitipkan ternak sapi jantan hasil persilangan dari kawasan B ke peternak di kawasan 1-3 untuk penggemukan melalui system bagi-hasil secara proporsional b. Menitipkan ternak sapi betina hasil persilangan dari kawasan B ke peternak di kawasan 4-5 untuk ternak penghasil bakalan melalui system bagi hasil secara proporsional c. Monitoring dan evaluasi terhadap produktivitas sapi pada butir a dan b d. Menganalisa ekonomi usaha penggemukan dan penghasil bakalan 4. Pelatihan tenaga operasional dan peternak Terselenggaranya kegiatan tersebut di atas harus didukung oleh tersedianya tenaga-tenaga terampil yang siap mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cepat. Dalam bidang pemuliabiakan, teknologi reproduksi sampai teknologi molekuler merupakan alat yang di masa mendatang akan semakin penting peranannya. Tujuan: Menyiapkan tenaga terampil dan peternak yang lebih professional melalui berbagai pelatihan yang terkait dengan teknologi di bidang pemuliabiakan ternak

Lokasi Kegiatan
Kegiatan ini akan dilakukan di beberapa lokasi yang tersebar di propinsi Kalimantan Selatan. Kabupaten Barito Koala yang terisolir dari daratan utama pulau Kalimantan akan digunakan sebagai kawasan A. Kabupaten Tanah Laut digunakan sebagai kawasan B, dan beberapa kelompok peternak terpilih yang menyebar di Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, dan Kabupaten Tapin akan digunakan sebagai kawasan 1-5.

Pembagian Tanggung Jawab dan Wewenang

Dr. Ir. Muladno, MSA


Ada empat pihak yang terlibat langsung dan harus saling bahu membahu agar kegiatan ini dapat berhasil dengan baik. Keempat pihak tersebut adalah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Dinas Peternakan Propinsi Kalimantan Selatan, Dinas Peternakan Kabupaten terpilih di propinsi Kalsel, dan peternak/kelompok peternak terpilih. Masing-masing pihak mempunyai tanggung jawab dan wewenang sebagaimana dimatrikkan pada Tabel 1 di bawah ini Tabel 1. Tanggung jawab dan wewenang dari masing-masing pihak yang terlibat dalam kegiatan ini
Komponen/kegiatan Pengadaan peralatan IB Penyediaan timbangan sapi Pengadaan 15 ekor sapi betina Pengadaan 5 ekor sapi jantan Penyediaan lahan beternak Penentuan kelompok peternak Pembiayaan memelihara ternak Pelatihan tenaga operasional IB Pelatihan tenaga pencatat Pengadaan alat bantu operasional Monitoring dan evaluasi Dana operasional petugas Pengadaan N2 cair dan semen Pembuatan paddock Pengadaan sepeda motor Pelaporan Rapat koordinasi Pengadaan komputer LIPI Dispetkab Dispetprop Peternak

Personalia
Penanggung jawab pelaksana : Dr. Baharuddin Tappa

e. f. g.

Anggota Pelaksana: Tim LIPI Tim Dispet Propinsi Kalsel Kadin Peternakan Kabupaten

Kumpulan Pemikiran
h. i. j. Site manajer Peternak/kelompok peternak staf administrasi

Struktur Organisasi

Korwil Kalsel (LIPI) Tim Kalsel Tim LIPI

Site manajer penggemukan Site manajer pembibitan Site manajer test-farm Site manajer analisa ekonomi

PETERNAK/KELOMPOK PETERNAK

Dr. Ir. Muladno, MSA

Anda mungkin juga menyukai