Kelainan Pada Neonatus
Kelainan Pada Neonatus
APGAR SCORE
APGAR SCORE
NO 1
0 Pucat / biru
1 Tubuh merah
gerakan (-)
Ada sedikit
BAYI NORMAL
BB 2500-4000 gram PB48-52 cm (44-53) LB 30-38 cm LK33-35 cm (31-36) Bunyi jantung : menit1180 x/menit menurun sampai 120-160 x/menit Pernafasan : menit180 x/menit turun sampai 40 x/menit Kulit kemerahan & licin jaringan subkutan terbentuk dan diliputi verniks caeseosa Rambut lanugo tidak terlihat, rambut tampak sempurna.
BAYI NORMAL
Kuku agak panjang dan lemas. Testis sudah turun (laki-laki), genitalia labio mayora telah menutupi labia minora (perempuan). Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik. Refleks moro baik, dikagetkan gerakan tangan memeluk. Graff refleks sudah baik menggenggam. Eliminasi, urin dan mekonium 24 jam, pertama mekonium berwarna kecoklatan. Usia gestasi37-42 minggu APGAR score7-10
KELAHIRAN
BAYI
Ketuban pecah dini Amnion tercemar mekonium Kelahiran prematur < 37 mg Kelahiran post matur > 42 mg Toksemia Ibu dg DM /Hipertensi Primigravida <17 th / >35 th Kehamilan kembar Ketidakcocokan gol darah/rhesus Penyakit pada ibu (jantung, ginjal, epilepsi) Ibu demam Perdarahan pd persalinan buatan Kecanduan obat-obatan Komplikasi obstetri lain Sungsang
Prematur / BBLR (BB< 1750 2000gr) Umur kehamilan 32-36 minggu Bayi dari ibu DM Bayi dengan riwayat apnae Bayi dengan kejang berulang Sepsis Asfiksia Berat Bayi dengan ganguan pendarahan Bayi dengan kelainan bawaan Bayi dengan RDS
7.
Selalu diperlukan
obat2an
Jarang diperlukan
Posisi kepala pada posisi netral Patensi singkirkan mekonium,darah Penyebab obstruksi jalan napasbutuh alat bantu jalan napas oral Sianosisoksigen
JALAN NAFAS
Indikasi VTP
Apnu atau napas tersengal sengal FJ < 100 X/menit, meskipun bernapas Sianosis menetap, meskipun dgn O2 aliran bebas
Kompresi Dada
Meningkatkan sirkulasi Digunakan bersama VTP Menggunakan o2 100%
LANGKAH-LANGKAH RESUSITASI
Langkah DASAR resusitasi Mencegah hilangnya panas Posisikan bayi Suctioning Membersihkan jalan napas dari mekonium Stimulasi taktil
Resusitasi LANJUT Respirasi Denyut jantung Warna Pemberian oksigen Ventilasi Kantung resusitasi Facemask Intubasi endotrakeal Kompresi dada Obat-obatan
Pemberian Oksigen
Cara konvensional, pemberian oksigen 100%. Resusitasi saat ini bisa dilakukan dengan udara ruangan atau oksigen 100% atau campuran keduanya. 02 tambahan 90 detik setelah persalinan keadaan tidak membaik & ventilasi tekanan positif mengindikasikan resusitasi. apabila 02 tambahan tidak tersedia, ventilasi tekanan positif harus diberikan dengan udara ruang.
pada bayi yang bernapas namun mengalami sianosis sentral Oksigen aliran bebas 5 liter per menit (dengan pemasangan masker wajah atau sungkup tangan di sekitar selang oksigen di dekat wajah bayi)
Ventilasi
Bayi masih tetap apnu atau terengah, jika denyut jantung < 100 kali per menit setelah 30 detik dilakukannya langkah pertama, atau bayi masing mengalami sianosis sentral walaupun telah diberikan oksigen tambahan Ventilasi tekanan positif Tekanan awal yg dicapai 30-40 cm H2O 15-20 cm H2O. Inflasi paru awal pada bayi prematur harus dilakukan dengan tekanan inflasi lebih rendah 20-25 cmH2O Laju optimal ventilasi 40-60 pernapasan per menit dilakukan pada hitungan tekanan satu-dua-tiga-remas. Kantong diremas hanya dengan ujung jari dan bukan dengan seluruh tangan.
Ventilasi
Respon yang tidak adekuat terhadap ventilasi dapat disebabkan oleh: kurang rapatnya sungkup dan wajah obstruksi jalan napas kurangnya tekanan inflasi oksigen yang tidak adekuat (periksa pasokan oksigennya dan penyalurannya)
Intubasi Endotrakeal
Indikasi : ventilasi kantong dan sungkup tidak efektif dengan kompresi dada saat diperlukan suction trakeal hernia diafragmatika bayi dengan berat lahir sangat rendah untuk pemberian obat endotrakeal.
Obat-obatan
Volume expanders Hipovolemia :pucat yang menetap selama oksigenasi, perfusi yang jelek, nadi yang jelek meskipun denyut jantung baik dan tidak berespon pada resusitasi. NaCl 0,9% adalah cairan pilihan, dengan dosis 10 ml/kg IV selama 5 menit.Jika tanda-tanda hipovolemi menetappemberian volume expanders dapat diulang. Naloxone Naloxone hidroklorida ( antagonis narkotika) untuk depresi napas berat pada neonatus dengan riwayat penggunaan narkotik pada ibu dalam 4 jam sebelum melahirkan. Bayi harus diventilasi dan mengalami perbaikan denyut jantung dan warna kulit sebelum diberi naloxone. sediaan 0,4 mg/ml dan diberikan 0,1ml/kg IM atau IV.
Obat-obatan
Adrenalin. Indikasi :denyut jantung dibawah 60/menit setelah 30 detik dilakukan IPPV dan kompresi dada, atau jika terdapat asistol. Sediaan standar= 1:1000, ini diencerkan 10 kali hingga menjadi 1: 10.000 dan 0,1-0,3 ml/kg diberikan secara IV bolus cepat.
Efek : inotropik dan kronotropik dan denyut jantung dapat meningkat lebih dari 100/menit dalam 30 detik,jika bradikardi menetap dapat diberikan ulang setelah 3-5 menit.
Sodium bikarbonat. I: pada kasus henti jantung yang tidak berespon terhadap terapi lain. Dosis yang diperlukan adalah 1-2mEq/kg dari sediaan larutan 0,5 mEq/ml yang diberikan pelan selama 2 menit atau lebih.
presipitatus
HIPOTERMI NEONATORUM
Suhu tubuh < 35 C ETIOLOGI Luas permukaan tubuh pada BBL (terutama BBLR), relatif > berat badannya panas tubuh cepat hilang Pada cuaca dingin, suhu tubuh Panas tubuh menghilang melalui penguapan, yang bisa terjadi jika seorang bayi yang baru lahir dibanjiri oleh cairan ketuban KLASIFIKASI Hipotermi Sepintas : suhu tubuh rectum 1C 2C sesudah lahir normal kembali sesudah 4-8 jam bila suhu lingkungan diatur sebaikbaiknya Hipotermi akut : Terjadi bila bayi berada dilingkungan yang dingin selama 6-12 jam Hipotermi sekunder Cold injury terlalu lama di ruangan yang dingin ( > 12 jam)
GEJALA Bayi tampak mengantuk Kulitnya pucat & dingin Lemah & lesu Menggigil
KOMPLIKASI
Hipoglikemia (kadar gula darah yang rendah) Asidosis metabolik (keasaman darah yang tinggi) Tubuh menggunakan energi agar DIAGNOSA ditegakkan tetap hangat kedinginan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan Kebutuhan O2 hipotermia fisik dan hasil pengukuran suhu aliran oksigen ke jaringan tubuh. Kematian
PENGOBATAN
Bayi dibungkus dengan selimut dan kepalanya ditutup dengan topi Jika bayi harus dibiarkan telanjang untuk keperluan observasi maupun pengobatan, maka bayi ditempatkan dibawah cahaya penghangat
PENCEGAHAN
Bayi yang baru lahir tetap berada dalam keadaan hangat bayi segera dibersihkan untuk menghindari hilangnya panas tubuh akibat penguapan dibungkus dengan selimut dan diberi penutup kepala
HIPOGLIKEMI NEONATORUM
Kadar glukose darah < 45 mg/dl Glukosa : sumber kalori yang penting untuk ketahanan hidup selama proses persalinan dan hari-hari pertama pasca lahir PATOFISIOLOGI BBLR cadangan glukosa rendah hipoglikoemi Ibu DM transfer glukosa >> pada janin respon insulin janin lahir transfer glukosa berhenti, respon insulin masih tinggi (transient hiperinsulinism) hipoglikemi Stress (asfiksia, hipotermi, hipertermi, gangguan pernapasan) penggunaan cadangan glukosa hipoglikemi Tanda dan gejala Sianosis; Kejang / tremor ; Letargi & menyusui yang buruk; Apnea; Tangisan yang lemah / bernada tinggi; Hipotermia; RDS
DIAGNOSIS
Bayi yang beresiko terkena Riwayat bayi menderita hipoglikemia asfiksia, hipotermi, Bayi dari ibu diabetes (IDM) hipertermi, gangguan Bayi yang besar untuk masa pernapasan kehamilan (LGA) Riwayat bayi prematur Bayi yang kecil untuk masa kehamilan (SGA) Riwayat bayi Besar untuk Bayi prematur dan lewat bulan Masa Kehamilan (BMK) Bayi sakit / stress (RDS, hipotermia) Riwayat bayi Kecil untuk Bayi puasa Masa Kehamilan (KMK) Bayi dengan polisitemia Riwayat bayi dengan ibu DM Bayi dengan eritroblastosis Riwayat bayi dengan Obat yang dikonsumsi ibu, misalnya Penyakit Jantung Bawaan sterorid, -simpatomimetik & blocker
penatalaksanaan
Monitor (3 hari pertama) : Periksa kadar glukosa saat bayi datang/umur 3 jam Ulangi tiap 6 jam selama 24 jam pemeriksaan glukosa normal dalam 2 kali pemeriksaan Penanganan hipoglikemia dengan gejala Bolus glukosa 10% 2 ml/kg pelan, kecepatan 1 ml/menit Pasang jalur IV D10 sesuai kebutuhan (kebutuhan infus glukosa 68 mg/kg/menit) Periksa glukosa darah pada : 1 jam setelah bolus & tiap 3 jam Kadar glukosa darah < 45 mg/dl tanpa GEJALA ASI teruskan & Periksa kadar glukosa tiap 3 jam/sebelum minum Kadar glukosa normal : IV teruskan & Periksa kadar glukosa tiap 12 jam
Kadar glukosa 45 mg/dl atau gejala positif kadar glukosa < 25 mg/dl Penanganan hipoglikemia dengan gejala kadar 25-45 mg/dl, tanpa gejala klinis kadar glukosa 45 mg/dl dalam 2 kali pemeriksaan Kadar < 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala Kadar 25-45 mg/dl naikkan frekwensi minum Kadar glukosa normal Kadar 45 mg/dl
MONITOR pada bayi yang beresiko (BBLR, BMK, bayi dengan ibu DM) Ulangi penanganan Infus D10 diteruskan Periksa glukosa tiap 3 jam ASI bayi dapat minum ASI diberikan bila bayi dapat minum dan jumlah infus diturunkan pelan-pelan
penatalaksanaan
Persisten hipoglikemia
Hipoglikemia lebih dari 7 hari Konsultasi endokrin Terapi : kortikosteroid & hidrokortison 5 mg/kg/hari 2 x/hari iv atau prednison 2 mg/kg/hari per oral, mencari kausa hipoglikemia lebih dalam Bila masih hipoglikemia dapat ditambahkan obat lain : somatostatin, glukagon, diazoxide, human growth hormon, pembedahan (jarang)
Asfiksia neonatorum
Kegagalan bernapas secara spontan dan teratur pada saat lahir / beberapa saat setelah lahir ditandai dengan keadaan PaO2 di dalam darah rendah (hipoksemia), hiperkarbia (Pa CO2 ) & asidosis Karakteristik asfiksia perinatal pada bayi : Asidemia metabolik / campuran Nilai apgar 0-3 menit ke 5 Kejang, hipotonia, koma, atau ensefalopati hipoksik iskemik Disfungsi sistem multiorgan
Hipoksia ibu FAKTOR IBU Ggn aliran darah uterus Preeeklampsi dan eklamps Perdarahan abnormal Partus lama / partus macet Deman selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV) Kehamilan post matur
Lilitan tali pusat FAKTOR PLASENTA Tali puat pendek Prolapsus tali pusat
FAKTOR NEONATUS Depresi pusat pernapasan karena: pemakaian analgetik/anestesi berlebihan pada ibu, trauma persalinan, kelainan kongenital Bayi premature Persalinan sulit (letak sungsang, gemell, distosia, ekstraksi vakum, forcep) Kelainan kongenital Air ketuban bercampur mekonium
PATOFISIOLOGI
Fisiologi : Bayi lahir alveoli berisi udara ekspansi paru & tekanan oksigen alveoli resistensi vakuler paru & aliran darah paru Asfiksi kegagalan resistensi vakuler paru hipertensi pulmonal persisten aliran darah paru inadekuat & hipoksemia relatif gagal napas Gangguan pertukaran O2 dan CO2 O2 tidak cukup dalam darah hipoksia dan iskemia jaringan perubahan fungsional dan biokimia pada janin CO2 tertimbun dalam darah hipercapnea asidosis respiratorik, asidosis metabolik, hipoglikemia
Keadaan-keadaan pada asfiksia yang perlu mendapat perhatian: tekanan O2 darah tekanan CO2 darah pH (asidosis respiratorik & metabolik) Dipakainya sumber glikogen tubuh untuk metabolisme anaerobik Terjadinya perubahan sistem KV
KLASIFIKASI
Vigorous baby: Skor Apgar 7-10 Bayi dianggap sehat dan tidak perlu tindakan istimewa Mild-moderate asphyxia: Skor Apgar 4-6 Frekuensi jantung > 100x/menit Tonus otot kurang baik/baik Sianosis Reflex iritabilitas (-)
Asfiksia berat: Skor Apgar 0-3 Frekuensi jantung < 100x/menit onus otot buruk Sianosis berat Kadang pucat Reflex iritabilitas (-) Asfiksia berat dengan henti jantung: Bunyi jantung fetus menghilang < 10 menit sebelum lahir lengkap Bunyi jantung bayi menghilang postpartum
1 < 100 x/menit Tak teratur Menyeringai Fleksi ekstrimitas(lemah) Tubuh mrh ekstrimitas biru
2 >100x/menit Tangis kuat Batuk/bersin Fleksi kuat & aktif Mrh seluruh tubuh
Warna kulit
Pemeriksaan penunjang Foto polos dada USG kepala Laboratorium : darah rutin, analisa gas darah, serum elektrolit
Posisi bayi trendelenburg dengan kepala miring Bila sudah bernapas spontan letakkan dengan posisi horizontal Apgar Score 7 10 : Bersihkan jalan napas Bayi dibersihkan, dikeringkan Observasi tanda vital sampai stabil
Apgar Score 4 6 : Bersihkan jalan napas Bayi dibersihkan, dikeringkan Beri rangsangan taktil Bila belum berhasil O2
Resusitasi
Apgar Score 4 6 dengan denyut jantung > 100 Lakukan bag and mask ventilation dan pijat jantung.
penatalaksanaan
Terapi Suportif
Apgar Score 0 3 : Jaga agar bayi tidak kedinginan Jangan diberi rangsangan taktil Jangan diberi obat perangsang napas Segera lakukan resusitasi
Jaga kehangatan Jaga saluran napas agar tetap bersih dan terbuka Koreksi gangguan metabolik (cairan, glukosa darah dan elektrolit)
komplikasi
Otak : hipoksik iskemik ensefalopati, edema serebri, palsi serebralis Jantung dan paru : hipertensi pulmonal persisten pada neonatus, perdarahan paru, edema paru, Pneumotoraks Gastrointestinal : enterokolitis nekrotikans Ginjal : tubular nekrosis akut, SIADH Hematologi : DIC Anuria atau oliguria Hiperbilirubinemia Kejang Koma
EPIDEMIOLOGI Risiko sesuai dengan usia gestasi Sebelum 37 minggu risiko 2% Sesudah 44 minggu : 44%
Faktor resiko Kehamilan post-matur Pre-eklamsi Ibu yang menderita diabetes Ibu yang menderita hipertensi Persalinan yang sulit Gawat janin Hipoksia intra-uterin (kekurangan oksigen ketika bayi masih berada dalam rahim)
ETIOPATOFISIOLOGI
Asfiksia dan stress intra uterin peristaltic usus janin & relaksasi spinter ani eksterna pengeluaran meconium cairan amnion Saat bayi dengan asfiksasi menarik nafas (gasping) baik intero maupun selama persalinan aspirasi cairan amomium bercampur mekonium kedalam saluran nafas Mekonium yang tebal obstruksi jalan nafas gawat nafas.
Kesulitan benafas saat lahir Retraksi Takhipnea Sianosis Infiltrasi kasar bilateral Dada seperti tong Diafragma terdorong turun Frekwensi denyut jantung rendah sebelum dilahirkan
Diagnosa Sebelum bayi lahir, alat pemantau janin bardikardia (DJJ lambat) Ketika lahir, cairan ketuban mengandung mekonium nilai Apgar yang rendah Laringoskopi pita suara tampak berwana kehijauan Stetoskop terdengar suara pernafasan yang abnormal (ronki kasar)
Pemeriksaan penunjang
Analisa gas darah (kadar pH yang rendah, pO2 dan pCO2) Rontgen dada (bercakan di paru-paru) penatalaksanaan Perawatan umum Berikan oksigen sampai sianosis menghilang dan atur keseimbangan asam basa Berikan antibiotic : kombinasi penicillin / ampicillin & gentamicin
komplikasi
Peradangan bronkhiolus pemasangan alat Produksi surfaktan trauma sel paru Hipoksemia, retensi karbon dioksida dan pirau intrapulmonal dan ekstra pulmonary serta infeksi sekunder akibat cidera jaringan pneumonia Pneumotoraks Kerusakan otak akibat kekurangan oksigen Gangguan pernafasan yang menetap selama beberapa hari
TANDA & GEJALA Takipneu retraksi interkostalis, Nafas pendek Cuping hidung mengembang Apneu Sianosis Edema
FAKTOR PREDISPOSISI
BKB paru bayi imatur, kurang surfaktan Bayi dari ibu DM Bayi lahir dengan operasi sesar Depresi neonatal: Kehilangan darah dalam periode perinatal Aspirasi mekoneum Pneumotoraks akibat tindakan resusitasi Hipertensi pulmonal Bayi lahir dari ibu yang menderita demam, KPD, air ketuban berbau busuk pneumonia bakterialis / sepsis
PATOFISIOLOGI
Bayi prematur alveoli masih kecil sulit berkembang, pengembangan kurang sempurna karena dinding thorax masih lemah, produksi surfaktan kurang sempurna << surfaktan kolaps pada alveolus paru-paru kaku perubahan fisiologi paru daya pengembangan paru (compliance) 25 % dari normal, pernafasan menjadi berat, shunting intrapulmonal dan hipoksemia berat, hipoventilasi asidosis respiratorik
DD
Pneumonia sering terjadi sekunder akibat infeksi Streptokokus Group B beta hemolitikus (GBBS) TTN (Transient Tachypneu of the Newborn) Sindroma aspirasi mekoneum Kebocoran udara pada paru Kelainan paru kongenital Kelainan jantung kongenital Gejala sisa atau sekuel SGN
DIAGNOSA
Hasil pemeriksaan fisik Hasil analisa gas darah (menunjukkan kadar oksigen yang rendah dan asidosis) Rontgen dada Hasil tes fungsi paru
penatalaksanaan
Menunda persalinan persalinan prematur amniosentesis paru-paru bayi belum matang dan persalinan tidak dapat ditunda kortikosteroid bayi dengan sindrom ringan oksigen sindroma berat ventilator dan obat surfaktan.
komplikasi
Hipoksia Asidosis metabolik Problem hematologik : anemia, polisitemia Pneumotoraks Perdarahan di dalam otak
ETIOLOGI Dasar, terhambatnya pembersihan / absorbsi cairan paru Persalinan tidak normal, karena pada persalinan normal jalan lahir membantu memeras/mengeluarkan cairan dalam paru-paru selama proses persalinan Perubahan hormon pada persalinan Tanda dan gejala Takipnea / nafas cepat 60x / menit Dengkuran / grunting saat ekspirasi Hidung kemerahan Retraksi di sela-sela iga Sianosis daerah mulut dan hidung
Diagnosis
Pemeriksaan radiologi (Rontgen Thorax) bronkovaskular jelas, garis-garis cairan dalam fisura dan pleura, hiperaerasi Pulse-oximetry monitoring menginformasikan kemampuan paru-paru untuk mengalirkan oksigen ke seluruh tubuh Analisa darah memastikan jika terdapat infeksi
penatalaksanaan
Perlu diobservasi dan dimonitor dengah lebih ketat, bahkan terkadang perlu dirujuk ke NICU Harus dimonitor untuk memastikan pernapasannya kembali ke normal dan kadar oksigen normal dalam 3 hari harus Normal Oxygen hood CPAP (Continuous Positive Airway Pressure) ventilator (berat, jarang) Diet nutrisi IV
BBLR
Bayi dengan berat lahir < 2500 gram tanpa memandang masa gestasi Berat lahir : berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas perinatal. Berat lahir rendah (BLR) dibedakan atas bayi yang dilahirkan preterm & bayi yang mengalami pertumbuhan intrauterin terhambat Secara statistik 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi Di negara-negara maju, sekitar 2/3 BBLR disebabkan oleh prematuritas Di negara-negara berkembang sebagian besar BBLR di sebabkan oleh pertumbuhan intrauterin
USG : perkiraan berat badan janin berada di bawah persentil 10 dibawah usia kehamilan / < dari yang seharusnya
Klasifikasi 1. Gangguan pertumbuhan janin simetris : kejadian lebih awal dari gangguan pertumbuhan janin yang tidak simetris, semua organ mengecil secara proporsional Faktor yang berkaitan :
Kelainan kromosom Kelainan organ (terutama jantung) Infeksi TORCH (Toxoplasmosis, Other Agents <Coxsackie virus, Listeria), Rubella, Cytomegalovirus, Herpes simplex/Hepatitis B/HIV, Syphilis) Kekurangan nutrisi berat pada ibu hamil, dan wanita hamil yang merokok.
2. Gangguan pertumbuhan janin asimetris : waktu kejadian > lama lingkar perut (bagian tubuh yang terganggu pertama kali) kelainan panjang tulang paha (terakhir) lingkar kepala & diameter biparietal << Faktor yang mempengaruhi : insufisiensi plasenta karena gangguan kondisi ibu (Hipertensi & DM gestasional)
Etiologi
Penyebab ibu
Fisik ibu yang kecil & BB tidak adekuat Penyakit ibu kronik (hipertensi kronik, penyakit jantung sianotik, diabetes, penyakit vaskular kolage) Kebiasaan (merokok, minum alkohol & narkotik) Penyebab janin Infeksi selama kehamilan (Infeksi bakteri, virus, protozoa)
Kelainan plasenta (abruptio plasenta, infark plasenta, korioangioma, dan plasenta previa)
Kehamilan kembar Twin-to-twin transfusion syndrome
DIAGNOSIS
PJT dicurigai : riwayat PJT sebelumnya & ibu dengan penyakit kroni BB tidak adekuat juga dapat mengarah ke PJT. Ukuran rahim << dari yang seharusnya Permeriksaan klinis untuk mendeteksi PJT (pengukuran tinggi fundus uteri, TBJ) hasilnya kurang akurat, terutama pada pasien yang gemuk, kelainan letak janin, dan pada jumlah cairan amnion yang abnormal (oligohidramnion, polihidramnion) Pemeriksaan Penunjang Ultrasonografi (USG): Ultrasound doppler
KOMPLIKASI BAYI
Hipoksia perinatal Aspirasi mekonium Hipotermia Hipoglikemia PJT simetris jangka panjang pertumbuhan bayi yang terlambat setelah dilahirkan PJT asimetris lebih dapat catch-up pertumbuhan setelah dilahirkan
Pencegahan
Beberapa penyebab dari PJT tidak dapat dicegah Faktor seperti diet, istirahat, dan olahraga rutin dapat dikontrol Mencegah komplikasi Makan makanan yang bergizi tinggi Tidak merokok, minum alkohol & narkotik Mengurangi stress, berolahraga teratur, istirahat cukup Mengkonsumsi suplementasi dari protein, vitamin, mineral, serta minyak ikan
KEJANG NEONATORUM
kejang yang terjadi pada bayi sampai dengan usia 28 hari Kejang pada BBL merupakan keadaan darurat karena merupakan suatu tanda adanya penyakit sistem saraf pusat (SSP), kelainan metabolik atau penyakit lain. Sering tidak dikenali karena berbeda dengan kejang pada anak Angka kejadian 1,5 s/d 14 per 1000 kelahiran, NICU 25%
ETIOLOGI Infeksi Ketergantungan obat Kelainan kongenital SSP Ensefalopati bilirubin Idiopatik (3-25%) Komplikasi perinatal Hipoksi-iskemik ensefalopati Trauma SSP Perdarahan intrakranial Kelainan metabolisme
diagnosis
Anamnesis : Riwayat penyakit keluarga Penyakit ibu dan obat yang dipakai selama kehamilan Problem persalinan (asfiksia, trauma, infeksi persalinan) Pemeriksaan fisik : Kesadaran (normal, apatis, somnolen, sopor, koma) Suhu tubuh (normal, hipertermia, hipotermia) Tanda-tanda infeksi lainnya Penilaian kejang : Bentuk kejang Lamanya kejang Apakah pernah terjadi sebelumnya
Pemeriksaan laboratorium : Darah rutin Gula darah Elektrolit Analisa gas darah Punksi lumbal Kultur darah Bilirubin direk dan total Pemeriksaan urine Pemeriksaan radiologi : USG dan CT Scan kepala Pemeriksaan EEG
Kelainan fisik dan diagnosis banding kejang pada bayi baru lahir
KELAINAN FISIK KEJANG DENGAN KONDISI : BIRU, GAGAL NAPAS TRAUMA LAHIR PADA KEPALA BAYI
MIKROSEFALI PERUT BUNCIT HEPATOSPLENOMEGALI
DIAGNOSIS BANDING
ANOKSIA SSP
PERDARAHAN OTAK
CACAT BAWAAN SEPSIS SEPSIS
Jitterness VS kejang
kelainan pergerakan mata Timbul karena stimulasi, kejang : spontan Gerakan tremor bukan hentakan klonik Menghilang apabila dilakukan fleksi pasif Sering karena hipoglikemia , hipokalsemia, hiperiritabilitas neuromuscular
KOMPLIKASI
Kejang berulang << oksigenisasi, ventilasi dan nutrisi otak Retardasi mental Palsi cerebralis
penatalaksanaan
Mengatasi kejang dengan memberi obat anti kejang (Fenobarbital , fenitoin, diazepan) Apabila hipoglikemi : infus dektrose 10 % 2ml/kg IV Untuk hipokalsemia : kalsium glukonat 10% 2 ml/kg IV Apabila kejang belum teratasi juga dapat diberi piridoksin 2550 mg IV Menjaga jalan nafas tetap bebas (perhatikan ABC resusitasi) Mencari faktor penyebab kejang (perhatikan riwayat kehamilan, persalinan, kelainan fisik yang ditemukan, bentuk kejang, hasil laboratorium) Mengobati penyebab kejang (hipoglikemi, hipokalsemia, hipomagnesemia)
prognosis
Tergantung pada penyebab primer Pada kasus hipoglikemia dari ibu DM atau hipokalsemia prognosis sangat baik Anak dengan kejang karena ensefalopati hipoksi-iskemik biasanya tidak berespon dengan antikonvulsan & rentan terhadap epileptikus & kematian awal
IKTERUS
IKTERUS
Definisi
Ikterus (jaundice) terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam darah kulit (terutama) dan atau sklera neonatus tampak kekuningan.
Pada orang dewasa, ikterus apabila serum bilirubin > 2 mg/dL (> 17 mol/L), sedangkan pada neonatus baru tampak apabila serum bilirubin > 5 mg/dL ( >86mol/L). Epidemiologi Pada sebagian neonatus, ikterus akan ditemukan dalam minggu pertama kehidupannya. Dikemukakan bahwa angka kejadian ikterus terdapat pada 60% bayi cukup bulan dan pada 80% bayi kurang bulan. Di Jakarta dilaporkan 32,19% menderita ikterus
Etiologi Hiperbilirubinemia
Penyebab yang sering Hiperbilirubinemia fisiologis Inkompatibilitas golongan darah ABO Breast Milk Jaundice Inkompatibilitas golongan darah rhesus Infeksi Hematoma sefal, hematoma subdural, excessive bruising IDM (Infant of Diabetic Mother) Polisitemia / hiperviskositas Prematuritas / BBLR Asfiksia (hipoksia, anoksia), dehidrasi asidosis, hipoglikemia Lain-lain Penyebab yang jarang Defisiensi G6PD (Glucose 6 Phosphat Dehydrogenase) Defisiensi piruvat kinase Sferositosis kongenital Lucey Driscoll syndrome (ikterus neonatorum familial) Hipotiroidism Hemoglobinopathy
DIAGNOSIS
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium
faktor risiko terjadinya hiperbilirubinemia berat.
Ikterus yang timbul dalam 24 jam pertama (usia bayi < 24 jam) Inkompatibilitas golongan darah (dengan Coombs test positip) Usia kehamilan < 38 minggu Penyakit-penyakit hemolitik (G6PD, end tidal CO ) Ikterus / terapi sinar / transfusi tukar pada bayi sebelumnya Hematoma sefal, bruising ASI eksklusif (bila berat badan turun > 12 % BB lahir) Ras Asia Timur, jenis kelamin laki-laki, usia ibu < 25 tahun Ikterus sebelum bayi dipulangkan Infant Diabetic Mother, makrosomia Polisitemia
Anamnesis
Riwayat kehamilan dengan komplikasi (obat-obatan, ibu DM, gawat janin, malnutrisi intra uterin, infeksi intranatal) Riwayat persalinan dengan tindakan / komplikasi Riwayat ikterus / terapi sinar / transfusi tukar pada bayi sebelumnya Riwayat inkompatibilitas darah Riwayat keluarga yang menderita anemia, pembesaran hepar dan limpa Secara klinis ikterus pada neonatus dapat dilihat segera setelah lahir atau beberapa hari kemudian. Amati ikterus pada siang hari dengan lampu sinar yang cukup. Tekan kulit secara ringan memakai jari tangan untuk memastikan warna kulit dan jaringan subkutan. Waktu timbulnya ikterus mempunyai arti penting dalam diagnosis dan penatalaksanaan penderita (mempunyai kaitan erat dengan kemungkinan penyebab ikterus tersebut)
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Laboratorium
Transcutaneous bilirubin (TcB) dapat digunakan untuk menentukan kadar serum bilirubin total, tanpa harus mengambil sampel darah. Namun alat ini hanya valid untuk kadar bilirubin total < 15 mg/dL (<257 mol/L), dan tidak reliable pada kasus ikterus yang sedang mendapat terapi sinar. 5,11 Pemeriksaan tambahan yang sering dilakukan untuk evaluasi menentukan penyebab ikterus antara lain : Golongan darah dan Coombs test Darah lengkap dan hapusan darah Hitung retikulosit, skrining G6PD atau ETCOc Bilirubin direk Pemeriksaan serum bilirubin total harus diulang setiap 4-24 jam tergantung usia bayi dan tingginya kadar bilirubin. Kadar serum albumin juga perlu diukur untuk menentukan pilihan terapi sinar ataukah tranfusi tukar
prognosis
Hiperbilirubin apabila bilirubin indirek telah melalui sawar otak penderita mungkin menderita kernikterus atau ensefalopati biliaris, gejala ensefalopati pada neonatus mungkin sangat ringan dan hanya memperlihatkan gangguan minum, letargi dan hipotonia, selanjutnya bayi mungkin kejang, spastik dan ditemukan opistotonis. Pada stadium lanjut retardasi mental di hari kemudian.