Anda di halaman 1dari 105

Pemicu 4 blok reproduksi

Silvie a.w kelompok 2

APGAR SCORE

APGAR SCORE

NO 1

TANDA A : Apperience (warna kulit)

0 Pucat / biru

1 Tubuh merah

2 Seluruh tubuh merah

P : Puls frekueansi (frekuensi jantung) jantung (-)


G : Grimace (reaksi terhadap Rangsangan) respon (-)

<100,lemah dan lamban


Menyeringi atau kecut

>100, detak jantung kuat


Menangis

A : Activity (tonus otot)


R : Respiration (pernapasan)

gerakan (-)

Ada sedikit

Seluruh ekstremitas bergerak aktif


Menangis kuat

Pernapasan perlahan, bayi terdengar merintih

BAYI NORMAL
BB 2500-4000 gram PB48-52 cm (44-53) LB 30-38 cm LK33-35 cm (31-36) Bunyi jantung : menit1180 x/menit menurun sampai 120-160 x/menit Pernafasan : menit180 x/menit turun sampai 40 x/menit Kulit kemerahan & licin jaringan subkutan terbentuk dan diliputi verniks caeseosa Rambut lanugo tidak terlihat, rambut tampak sempurna.

BAYI NORMAL
Kuku agak panjang dan lemas. Testis sudah turun (laki-laki), genitalia labio mayora telah menutupi labia minora (perempuan). Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik. Refleks moro baik, dikagetkan gerakan tangan memeluk. Graff refleks sudah baik menggenggam. Eliminasi, urin dan mekonium 24 jam, pertama mekonium berwarna kecoklatan. Usia gestasi37-42 minggu APGAR score7-10

BAYI BERESIKO TINGGI

KELAHIRAN

BAYI

Ketuban pecah dini Amnion tercemar mekonium Kelahiran prematur < 37 mg Kelahiran post matur > 42 mg Toksemia Ibu dg DM /Hipertensi Primigravida <17 th / >35 th Kehamilan kembar Ketidakcocokan gol darah/rhesus Penyakit pada ibu (jantung, ginjal, epilepsi) Ibu demam Perdarahan pd persalinan buatan Kecanduan obat-obatan Komplikasi obstetri lain Sungsang

Prematur / BBLR (BB< 1750 2000gr) Umur kehamilan 32-36 minggu Bayi dari ibu DM Bayi dengan riwayat apnae Bayi dengan kejang berulang Sepsis Asfiksia Berat Bayi dengan ganguan pendarahan Bayi dengan kelainan bawaan Bayi dengan RDS

Pemeriksaan untuk Memantau Gangguan Tumbuh Kembang


1. CT scan / MRI kepala : deteksi adanya perdarahan intrakranial, hidrosefalus, mikrosefali, adanya kalsifikasi intrakranial, atrofi serebri 2. Elektroensefalografi (EEG) : deteksi epilepsi /gangguan fungsi otak 3. Brainstem Auditory Evoked Potential (BAEP) : deteksi adanya gangguan pendengaran 4. Visual Evoked Potential (VEP) dan Elektroretinografi (ERG): mendeteksi gangguan penglihatan

Pemeriksaan untuk Memantau Gangguan Tumbuh Kembang


5. Elektromiografi (EMG) : mendeteksi adanya gangguan neuromuskular, paresis Erbs 6. Somatosensori Evoked Potential (SSEP): mendeteksi adanya gangguan sensibilitas 7. Pencitraan tulang: bila dicurigai adanya kelainan hormonal, perawakan pendek 8. Laboratorium : kadar hormon tiroid, pertumbuhan , kadar insulin dll

Komplikasi Bayi Beresiko Tinggi


1. 2. 3. 4. 5. 6. Gagal tumbuh (peningkatan antropometri yang lambat) : infeksi TORCH, ibu makan obat-obat tertentu, ibu menderita asma Hidrosefalus /mikrosefali : infeksi TORCH, pasca infeksi otak dan perdarahan otak, berat lahir< 2500gram, lahir tidak langsung menangis Gangguan penglihatan / korioretinitis: infeksi TORCH, pemakaian ventilator jangka lama, berat lahir < 2500 gram, usia kehamilan < 37 minggu Gangguan pendengaran / bicara: infeksi TORCH, pasca infeksi otak, berat lahir < 2500 gram, hiperbilirubinemia Gangguan perkembangan motorik: infeksi TORCH, seluruh penyebab bayi risiko tinggi Epilepsi / kejang demam : infeksi TORCH, pasca infeksi otak, kejang saat neonatal Gangguan psikososial (hiperaktif, retardasi mental) : seluruh penyebab bayi risiko tinggi

7.

RESUSITASI PADA NEONATUS

RESUSITASI PADA NEONATUS


19% dari 5 juta kematian neonatus disebabkan asfiksia 1 juta bayi baru lahir per tahun memerlukan resusitasi Bayi baru lahir : 90% sedikit / tidak memerlukan bantuan untuk memulai pernapasan 10% memerlukan bantuan untuk memulai pernapasan 1% memerlukan resusitasi lengkap

RESUSITASI PADA NEONATUS


Persiapan
Memperkenalkan data diri&menjelaskan mengapa saya disana ortu Tinjauan rekam medik obsterik pasien Cuci tangan&sarung tangan Pemanas radian Kelengkapan&fungsi peralatan (jam+pasokan gas+penyaluranny+alat bantu jalan nafas+penyedot+laringoskop +selang trakes+introduser+stetoskop + perlengkapan vena+obat2an Persiapan handuk hangat

Selalu diperlukan

Nilai respon bayi thdp proses kelahiran


Tetap hangat&kering jalan nafas-posisi bebas pernapasan-rangsang utk bernafas dengan mengeringkan Ventilasi efektif: -ventilasi masker -ventilasi trakeal Kompresi dada

obat2an

Jarang diperlukan

Posisi kepala pada posisi netral Patensi singkirkan mekonium,darah Penyebab obstruksi jalan napasbutuh alat bantu jalan napas oral Sianosisoksigen

JALAN NAFAS

MEKONIUM PADA BAYI BUGAR DAN TIDAK BUGAR


Bayi BUGAR 1) usaha napas baik 2) tonus otot baik 3) FJ > 100 X/menit Gunakan balon penghisap atau kateter penghisap 12F/14F untuk membersihkan mulut dan hidung Bayi tidak BUGAR 1) Berikan O2 dan pantau FJ 2) Pasang laringoskop hisap dengan kateter penghisap no.12F/14F 3) Masukkan pipa ET 4) Sambung pipa ET ke alat penghisap 5) Lakukan penghisapan sambil menarik keluar pipa ET 6) Ulangi bila mekonium masih banyak di saluran napas

Indikasi VTP
Apnu atau napas tersengal sengal FJ < 100 X/menit, meskipun bernapas Sianosis menetap, meskipun dgn O2 aliran bebas

Jenis Peralatan VTP


Balon Tidak Mengembang Sendiri (BTMS)

T-piece resuscitator Balon Mengembang Sendiri (BMS)

Kompresi Dada
Meningkatkan sirkulasi Digunakan bersama VTP Menggunakan o2 100%

LANGKAH-LANGKAH RESUSITASI

Langkah DASAR resusitasi Mencegah hilangnya panas Posisikan bayi Suctioning Membersihkan jalan napas dari mekonium Stimulasi taktil

Resusitasi LANJUT Respirasi Denyut jantung Warna Pemberian oksigen Ventilasi Kantung resusitasi Facemask Intubasi endotrakeal Kompresi dada Obat-obatan

Pemberian Oksigen
Cara konvensional, pemberian oksigen 100%. Resusitasi saat ini bisa dilakukan dengan udara ruangan atau oksigen 100% atau campuran keduanya. 02 tambahan 90 detik setelah persalinan keadaan tidak membaik & ventilasi tekanan positif mengindikasikan resusitasi. apabila 02 tambahan tidak tersedia, ventilasi tekanan positif harus diberikan dengan udara ruang.

pada bayi yang bernapas namun mengalami sianosis sentral Oksigen aliran bebas 5 liter per menit (dengan pemasangan masker wajah atau sungkup tangan di sekitar selang oksigen di dekat wajah bayi)

Ventilasi
Bayi masih tetap apnu atau terengah, jika denyut jantung < 100 kali per menit setelah 30 detik dilakukannya langkah pertama, atau bayi masing mengalami sianosis sentral walaupun telah diberikan oksigen tambahan Ventilasi tekanan positif Tekanan awal yg dicapai 30-40 cm H2O 15-20 cm H2O. Inflasi paru awal pada bayi prematur harus dilakukan dengan tekanan inflasi lebih rendah 20-25 cmH2O Laju optimal ventilasi 40-60 pernapasan per menit dilakukan pada hitungan tekanan satu-dua-tiga-remas. Kantong diremas hanya dengan ujung jari dan bukan dengan seluruh tangan.

Ventilasi
Respon yang tidak adekuat terhadap ventilasi dapat disebabkan oleh: kurang rapatnya sungkup dan wajah obstruksi jalan napas kurangnya tekanan inflasi oksigen yang tidak adekuat (periksa pasokan oksigennya dan penyalurannya)

Intubasi Endotrakeal
Indikasi : ventilasi kantong dan sungkup tidak efektif dengan kompresi dada saat diperlukan suction trakeal hernia diafragmatika bayi dengan berat lahir sangat rendah untuk pemberian obat endotrakeal.

Obat-obatan
Volume expanders Hipovolemia :pucat yang menetap selama oksigenasi, perfusi yang jelek, nadi yang jelek meskipun denyut jantung baik dan tidak berespon pada resusitasi. NaCl 0,9% adalah cairan pilihan, dengan dosis 10 ml/kg IV selama 5 menit.Jika tanda-tanda hipovolemi menetappemberian volume expanders dapat diulang. Naloxone Naloxone hidroklorida ( antagonis narkotika) untuk depresi napas berat pada neonatus dengan riwayat penggunaan narkotik pada ibu dalam 4 jam sebelum melahirkan. Bayi harus diventilasi dan mengalami perbaikan denyut jantung dan warna kulit sebelum diberi naloxone. sediaan 0,4 mg/ml dan diberikan 0,1ml/kg IM atau IV.

Obat-obatan
Adrenalin. Indikasi :denyut jantung dibawah 60/menit setelah 30 detik dilakukan IPPV dan kompresi dada, atau jika terdapat asistol. Sediaan standar= 1:1000, ini diencerkan 10 kali hingga menjadi 1: 10.000 dan 0,1-0,3 ml/kg diberikan secara IV bolus cepat.

Efek : inotropik dan kronotropik dan denyut jantung dapat meningkat lebih dari 100/menit dalam 30 detik,jika bradikardi menetap dapat diberikan ulang setelah 3-5 menit.
Sodium bikarbonat. I: pada kasus henti jantung yang tidak berespon terhadap terapi lain. Dosis yang diperlukan adalah 1-2mEq/kg dari sediaan larutan 0,5 mEq/ml yang diberikan pelan selama 2 menit atau lebih.

Prosedur Setelah Resusitasi


Dokumentasikan kondisi bayi saat lahir dan responnya terhadap resusitasi. Apgar score pada menit pertama dan kelima berguna untuk kepentingan medis dan medikolegal. Setelah ventilasi dan sirkulasi sudah tertangani, bayi harus dimonitor, diberikan layanan pendukung sesuai indikasi, dan dijaga agar gula darahnya tetap dalam batas normal.

presipitatus

HIPOTERMI NEONATORUM
Suhu tubuh < 35 C ETIOLOGI Luas permukaan tubuh pada BBL (terutama BBLR), relatif > berat badannya panas tubuh cepat hilang Pada cuaca dingin, suhu tubuh Panas tubuh menghilang melalui penguapan, yang bisa terjadi jika seorang bayi yang baru lahir dibanjiri oleh cairan ketuban KLASIFIKASI Hipotermi Sepintas : suhu tubuh rectum 1C 2C sesudah lahir normal kembali sesudah 4-8 jam bila suhu lingkungan diatur sebaikbaiknya Hipotermi akut : Terjadi bila bayi berada dilingkungan yang dingin selama 6-12 jam Hipotermi sekunder Cold injury terlalu lama di ruangan yang dingin ( > 12 jam)

GEJALA Bayi tampak mengantuk Kulitnya pucat & dingin Lemah & lesu Menggigil

KOMPLIKASI

Hipoglikemia (kadar gula darah yang rendah) Asidosis metabolik (keasaman darah yang tinggi) Tubuh menggunakan energi agar DIAGNOSA ditegakkan tetap hangat kedinginan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan Kebutuhan O2 hipotermia fisik dan hasil pengukuran suhu aliran oksigen ke jaringan tubuh. Kematian

PENGOBATAN
Bayi dibungkus dengan selimut dan kepalanya ditutup dengan topi Jika bayi harus dibiarkan telanjang untuk keperluan observasi maupun pengobatan, maka bayi ditempatkan dibawah cahaya penghangat

PENCEGAHAN
Bayi yang baru lahir tetap berada dalam keadaan hangat bayi segera dibersihkan untuk menghindari hilangnya panas tubuh akibat penguapan dibungkus dengan selimut dan diberi penutup kepala

HIPOGLIKEMI NEONATORUM
Kadar glukose darah < 45 mg/dl Glukosa : sumber kalori yang penting untuk ketahanan hidup selama proses persalinan dan hari-hari pertama pasca lahir PATOFISIOLOGI BBLR cadangan glukosa rendah hipoglikoemi Ibu DM transfer glukosa >> pada janin respon insulin janin lahir transfer glukosa berhenti, respon insulin masih tinggi (transient hiperinsulinism) hipoglikemi Stress (asfiksia, hipotermi, hipertermi, gangguan pernapasan) penggunaan cadangan glukosa hipoglikemi Tanda dan gejala Sianosis; Kejang / tremor ; Letargi & menyusui yang buruk; Apnea; Tangisan yang lemah / bernada tinggi; Hipotermia; RDS

DIAGNOSIS
Bayi yang beresiko terkena Riwayat bayi menderita hipoglikemia asfiksia, hipotermi, Bayi dari ibu diabetes (IDM) hipertermi, gangguan Bayi yang besar untuk masa pernapasan kehamilan (LGA) Riwayat bayi prematur Bayi yang kecil untuk masa kehamilan (SGA) Riwayat bayi Besar untuk Bayi prematur dan lewat bulan Masa Kehamilan (BMK) Bayi sakit / stress (RDS, hipotermia) Riwayat bayi Kecil untuk Bayi puasa Masa Kehamilan (KMK) Bayi dengan polisitemia Riwayat bayi dengan ibu DM Bayi dengan eritroblastosis Riwayat bayi dengan Obat yang dikonsumsi ibu, misalnya Penyakit Jantung Bawaan sterorid, -simpatomimetik & blocker

penatalaksanaan
Monitor (3 hari pertama) : Periksa kadar glukosa saat bayi datang/umur 3 jam Ulangi tiap 6 jam selama 24 jam pemeriksaan glukosa normal dalam 2 kali pemeriksaan Penanganan hipoglikemia dengan gejala Bolus glukosa 10% 2 ml/kg pelan, kecepatan 1 ml/menit Pasang jalur IV D10 sesuai kebutuhan (kebutuhan infus glukosa 68 mg/kg/menit) Periksa glukosa darah pada : 1 jam setelah bolus & tiap 3 jam Kadar glukosa darah < 45 mg/dl tanpa GEJALA ASI teruskan & Periksa kadar glukosa tiap 3 jam/sebelum minum Kadar glukosa normal : IV teruskan & Periksa kadar glukosa tiap 12 jam

kadar glukosa baik pulangkan setelah 3 hari penanganan

Kadar glukosa 45 mg/dl atau gejala positif kadar glukosa < 25 mg/dl Penanganan hipoglikemia dengan gejala kadar 25-45 mg/dl, tanpa gejala klinis kadar glukosa 45 mg/dl dalam 2 kali pemeriksaan Kadar < 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala Kadar 25-45 mg/dl naikkan frekwensi minum Kadar glukosa normal Kadar 45 mg/dl

MONITOR pada bayi yang beresiko (BBLR, BMK, bayi dengan ibu DM) Ulangi penanganan Infus D10 diteruskan Periksa glukosa tiap 3 jam ASI bayi dapat minum ASI diberikan bila bayi dapat minum dan jumlah infus diturunkan pelan-pelan

Kadar glukosa darah < 45 mg/dl tanpa GEJALA

penatalaksanaan

Persisten hipoglikemia
Hipoglikemia lebih dari 7 hari Konsultasi endokrin Terapi : kortikosteroid & hidrokortison 5 mg/kg/hari 2 x/hari iv atau prednison 2 mg/kg/hari per oral, mencari kausa hipoglikemia lebih dalam Bila masih hipoglikemia dapat ditambahkan obat lain : somatostatin, glukagon, diazoxide, human growth hormon, pembedahan (jarang)

GAWAT NAPAS PADA BAYI BARU LAHIR


Distres respirasi/gangguan napas masalah yang sering dijumpai pada hari-hari pertama kehidupan BBL ditandai dengan takipnea, napas cuping hidung, retraksi interkostal, sianosis, dan apnu

Asfiksia neonatorum
Kegagalan bernapas secara spontan dan teratur pada saat lahir / beberapa saat setelah lahir ditandai dengan keadaan PaO2 di dalam darah rendah (hipoksemia), hiperkarbia (Pa CO2 ) & asidosis Karakteristik asfiksia perinatal pada bayi : Asidemia metabolik / campuran Nilai apgar 0-3 menit ke 5 Kejang, hipotonia, koma, atau ensefalopati hipoksik iskemik Disfungsi sistem multiorgan

Hipoksia ibu FAKTOR IBU Ggn aliran darah uterus Preeeklampsi dan eklamps Perdarahan abnormal Partus lama / partus macet Deman selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV) Kehamilan post matur

ETIOLOGI & Faktor resiko


Asfiksia intra uterin Bayi kurang bulan Obat-obat yang diberikan/diminum oleh ibu Penyakit neuromuscular congenital Cacat bawaan Hipoksia intrapartum Derajat Berat Ringannya Asfiksia

Lilitan tali pusat FAKTOR PLASENTA Tali puat pendek Prolapsus tali pusat
FAKTOR NEONATUS Depresi pusat pernapasan karena: pemakaian analgetik/anestesi berlebihan pada ibu, trauma persalinan, kelainan kongenital Bayi premature Persalinan sulit (letak sungsang, gemell, distosia, ekstraksi vakum, forcep) Kelainan kongenital Air ketuban bercampur mekonium

PATOFISIOLOGI
Fisiologi : Bayi lahir alveoli berisi udara ekspansi paru & tekanan oksigen alveoli resistensi vakuler paru & aliran darah paru Asfiksi kegagalan resistensi vakuler paru hipertensi pulmonal persisten aliran darah paru inadekuat & hipoksemia relatif gagal napas Gangguan pertukaran O2 dan CO2 O2 tidak cukup dalam darah hipoksia dan iskemia jaringan perubahan fungsional dan biokimia pada janin CO2 tertimbun dalam darah hipercapnea asidosis respiratorik, asidosis metabolik, hipoglikemia

Tanda dan gejala


Apnu primer : pernafasan cepat, denyut nadi & tonus neuromuskular Apnu sekunder pernafasan megap-megap yang dalam denyut jantung < 100 x/menit kulit sianosis & pucat tonus otot tidak ada respon terhadap rangsangan bayi terlihat pasif pernafasan makin lama makin lemah

Keadaan-keadaan pada asfiksia yang perlu mendapat perhatian: tekanan O2 darah tekanan CO2 darah pH (asidosis respiratorik & metabolik) Dipakainya sumber glikogen tubuh untuk metabolisme anaerobik Terjadinya perubahan sistem KV

KLASIFIKASI
Vigorous baby: Skor Apgar 7-10 Bayi dianggap sehat dan tidak perlu tindakan istimewa Mild-moderate asphyxia: Skor Apgar 4-6 Frekuensi jantung > 100x/menit Tonus otot kurang baik/baik Sianosis Reflex iritabilitas (-)
Asfiksia berat: Skor Apgar 0-3 Frekuensi jantung < 100x/menit onus otot buruk Sianosis berat Kadang pucat Reflex iritabilitas (-) Asfiksia berat dengan henti jantung: Bunyi jantung fetus menghilang < 10 menit sebelum lahir lengkap Bunyi jantung bayi menghilang postpartum

Klinis Detak jantung Pernafasan


Refleks saat jalan nafas dibersihkan Tonus otot

0 Tidak ada Tidak ada Tidak ada Lunglai Biru pucat

1 < 100 x/menit Tak teratur Menyeringai Fleksi ekstrimitas(lemah) Tubuh mrh ekstrimitas biru

2 >100x/menit Tangis kuat Batuk/bersin Fleksi kuat & aktif Mrh seluruh tubuh

Warna kulit

DIAGNOSIS APGAR SCORE


Pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5 Nilai apgar 5 menit < 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit skor 7

Pemeriksaan penunjang Foto polos dada USG kepala Laboratorium : darah rutin, analisa gas darah, serum elektrolit

Posisi bayi trendelenburg dengan kepala miring Bila sudah bernapas spontan letakkan dengan posisi horizontal Apgar Score 7 10 : Bersihkan jalan napas Bayi dibersihkan, dikeringkan Observasi tanda vital sampai stabil
Apgar Score 4 6 : Bersihkan jalan napas Bayi dibersihkan, dikeringkan Beri rangsangan taktil Bila belum berhasil O2

Resusitasi

Apgar Score 4 6 dengan denyut jantung > 100 Lakukan bag and mask ventilation dan pijat jantung.

penatalaksanaan
Terapi Suportif

Apgar Score 0 3 : Jaga agar bayi tidak kedinginan Jangan diberi rangsangan taktil Jangan diberi obat perangsang napas Segera lakukan resusitasi

Jaga kehangatan Jaga saluran napas agar tetap bersih dan terbuka Koreksi gangguan metabolik (cairan, glukosa darah dan elektrolit)

Terapi medikamentosa: Epinefrin Volume ekspander Bikarbonat Nalokson

komplikasi
Otak : hipoksik iskemik ensefalopati, edema serebri, palsi serebralis Jantung dan paru : hipertensi pulmonal persisten pada neonatus, perdarahan paru, edema paru, Pneumotoraks Gastrointestinal : enterokolitis nekrotikans Ginjal : tubular nekrosis akut, SIADH Hematologi : DIC Anuria atau oliguria Hiperbilirubinemia Kejang Koma

MAS (MEKONIUM ASPIRATION SYNDROM)


Janin menghirup mekonium yang tercampur dengan cairan ketuban, baik ketika bayi masih berada di dalam rahim maupun sesaat setelah dilahirkan Mekonium : tinja janin yang pertama, bahan yang kental, lengket dan berwarna hitam kehijauan, mulai bisa terlihat pada kehamilan 34 minggu Pada bayi prematur yang memiliki sedikit cairan ketuban Mekonium yang terhirup lebih kental penyumbatan saluran udara > berat Keluarnya mekonium gawat fetus serta anoksia, depressi kesadaran

EPIDEMIOLOGI Risiko sesuai dengan usia gestasi Sebelum 37 minggu risiko 2% Sesudah 44 minggu : 44%
Faktor resiko Kehamilan post-matur Pre-eklamsi Ibu yang menderita diabetes Ibu yang menderita hipertensi Persalinan yang sulit Gawat janin Hipoksia intra-uterin (kekurangan oksigen ketika bayi masih berada dalam rahim)

ETIOPATOFISIOLOGI
Asfiksia dan stress intra uterin peristaltic usus janin & relaksasi spinter ani eksterna pengeluaran meconium cairan amnion Saat bayi dengan asfiksasi menarik nafas (gasping) baik intero maupun selama persalinan aspirasi cairan amomium bercampur mekonium kedalam saluran nafas Mekonium yang tebal obstruksi jalan nafas gawat nafas.

Tanda dan gejala


bayi post term, kecil masa kehamilan dengan kuku panjang dan kulit terwarnai oleh mekonium menjadi kuning kehijauan dan terdapat mekonium pada cairan ketuban Cairan ammonium berwarna kehijauan dapat jernih maupun kental Tanda sindrom gangguan pernafasan dan mulai tampak dalam 24 jam pertama setelah lahir Kadang terdengar ronchi pada kedua paru dan mungkin terlihat empishema / atelektasis

Kesulitan benafas saat lahir Retraksi Takhipnea Sianosis Infiltrasi kasar bilateral Dada seperti tong Diafragma terdorong turun Frekwensi denyut jantung rendah sebelum dilahirkan

Diagnosa Sebelum bayi lahir, alat pemantau janin bardikardia (DJJ lambat) Ketika lahir, cairan ketuban mengandung mekonium nilai Apgar yang rendah Laringoskopi pita suara tampak berwana kehijauan Stetoskop terdengar suara pernafasan yang abnormal (ronki kasar)

Pemeriksaan penunjang
Analisa gas darah (kadar pH yang rendah, pO2 dan pCO2) Rontgen dada (bercakan di paru-paru) penatalaksanaan Perawatan umum Berikan oksigen sampai sianosis menghilang dan atur keseimbangan asam basa Berikan antibiotic : kombinasi penicillin / ampicillin & gentamicin

komplikasi
Peradangan bronkhiolus pemasangan alat Produksi surfaktan trauma sel paru Hipoksemia, retensi karbon dioksida dan pirau intrapulmonal dan ekstra pulmonary serta infeksi sekunder akibat cidera jaringan pneumonia Pneumotoraks Kerusakan otak akibat kekurangan oksigen Gangguan pernafasan yang menetap selama beberapa hari

RDS (Respiratory distress syndrom) / HMD


keadaan dimana kantung udara (alveoli) pada paru-paru bayi tidak dapat tetap terbuka karena tingginya tegangan permukaan << surfaktan Dalam jam-jam pertama sesudah lahir, distres respirasi kadang dijumpai pada BBL normal (tidak berlangsung lama) menetap pada beberapa jam setelah lahir indikasi adanya distres repirasi lakukan tindakan segera

TANDA & GEJALA Takipneu retraksi interkostalis, Nafas pendek Cuping hidung mengembang Apneu Sianosis Edema

FAKTOR PREDISPOSISI
BKB paru bayi imatur, kurang surfaktan Bayi dari ibu DM Bayi lahir dengan operasi sesar Depresi neonatal: Kehilangan darah dalam periode perinatal Aspirasi mekoneum Pneumotoraks akibat tindakan resusitasi Hipertensi pulmonal Bayi lahir dari ibu yang menderita demam, KPD, air ketuban berbau busuk pneumonia bakterialis / sepsis

PATOFISIOLOGI
Bayi prematur alveoli masih kecil sulit berkembang, pengembangan kurang sempurna karena dinding thorax masih lemah, produksi surfaktan kurang sempurna << surfaktan kolaps pada alveolus paru-paru kaku perubahan fisiologi paru daya pengembangan paru (compliance) 25 % dari normal, pernafasan menjadi berat, shunting intrapulmonal dan hipoksemia berat, hipoventilasi asidosis respiratorik

DD
Pneumonia sering terjadi sekunder akibat infeksi Streptokokus Group B beta hemolitikus (GBBS) TTN (Transient Tachypneu of the Newborn) Sindroma aspirasi mekoneum Kebocoran udara pada paru Kelainan paru kongenital Kelainan jantung kongenital Gejala sisa atau sekuel SGN

DIAGNOSA
Hasil pemeriksaan fisik Hasil analisa gas darah (menunjukkan kadar oksigen yang rendah dan asidosis) Rontgen dada Hasil tes fungsi paru

penatalaksanaan
Menunda persalinan persalinan prematur amniosentesis paru-paru bayi belum matang dan persalinan tidak dapat ditunda kortikosteroid bayi dengan sindrom ringan oksigen sindroma berat ventilator dan obat surfaktan.

komplikasi
Hipoksia Asidosis metabolik Problem hematologik : anemia, polisitemia Pneumotoraks Perdarahan di dalam otak

TTNB (Transient Tachypnea of the new born)


self-limited disease disebabkan kelainan parenkim paru, dan dapat muncul 6 jam setelah persalinan, baik sectio caesarian / per vaginam Umumnya pulih dalam 72 jam pasca persalinan EPIDEMIOLOGI 6 / 1000 kelahiran hidup 11 / 1000 kelahiran hidup Amerika Serikat Dapat terjadi pada Preterm atau pun Aterm

ETIOLOGI Dasar, terhambatnya pembersihan / absorbsi cairan paru Persalinan tidak normal, karena pada persalinan normal jalan lahir membantu memeras/mengeluarkan cairan dalam paru-paru selama proses persalinan Perubahan hormon pada persalinan Tanda dan gejala Takipnea / nafas cepat 60x / menit Dengkuran / grunting saat ekspirasi Hidung kemerahan Retraksi di sela-sela iga Sianosis daerah mulut dan hidung

Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan Radiologi Analisa darah

Diagnosis
Pemeriksaan radiologi (Rontgen Thorax) bronkovaskular jelas, garis-garis cairan dalam fisura dan pleura, hiperaerasi Pulse-oximetry monitoring menginformasikan kemampuan paru-paru untuk mengalirkan oksigen ke seluruh tubuh Analisa darah memastikan jika terdapat infeksi

6 jam = hiperaerasi, peripheral streacking bilateral, terlihat pula cardiomegaly

Hari ke 2 = cardiomegaly hilang, peripheral streacking mulai menghilang

Hari ke 4 = paru-paru dan jantung kembali ke normal

penatalaksanaan
Perlu diobservasi dan dimonitor dengah lebih ketat, bahkan terkadang perlu dirujuk ke NICU Harus dimonitor untuk memastikan pernapasannya kembali ke normal dan kadar oksigen normal dalam 3 hari harus Normal Oxygen hood CPAP (Continuous Positive Airway Pressure) ventilator (berat, jarang) Diet nutrisi IV

Nasal Cannula / CPAP

MANAJEMEN GAWAT NAPAS NEONATORUM

BBLR
Bayi dengan berat lahir < 2500 gram tanpa memandang masa gestasi Berat lahir : berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas perinatal. Berat lahir rendah (BLR) dibedakan atas bayi yang dilahirkan preterm & bayi yang mengalami pertumbuhan intrauterin terhambat Secara statistik 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi Di negara-negara maju, sekitar 2/3 BBLR disebabkan oleh prematuritas Di negara-negara berkembang sebagian besar BBLR di sebabkan oleh pertumbuhan intrauterin

PJT (Pertumbuhan janin terhambat)


Terminologi kecil untuk masa kehamilan : BB bayi yang tidak sesuai dengan masa kehamilan pada bayi cukup bulan/prematur risiko kecacatan/kematian Kejadian PJT bervariasi, berkisar 4-8% pada negara maju dan 6-30% pada negara berkembang

USG : perkiraan berat badan janin berada di bawah persentil 10 dibawah usia kehamilan / < dari yang seharusnya

Klasifikasi 1. Gangguan pertumbuhan janin simetris : kejadian lebih awal dari gangguan pertumbuhan janin yang tidak simetris, semua organ mengecil secara proporsional Faktor yang berkaitan :

Kelainan kromosom Kelainan organ (terutama jantung) Infeksi TORCH (Toxoplasmosis, Other Agents <Coxsackie virus, Listeria), Rubella, Cytomegalovirus, Herpes simplex/Hepatitis B/HIV, Syphilis) Kekurangan nutrisi berat pada ibu hamil, dan wanita hamil yang merokok.
2. Gangguan pertumbuhan janin asimetris : waktu kejadian > lama lingkar perut (bagian tubuh yang terganggu pertama kali) kelainan panjang tulang paha (terakhir) lingkar kepala & diameter biparietal << Faktor yang mempengaruhi : insufisiensi plasenta karena gangguan kondisi ibu (Hipertensi & DM gestasional)

Etiologi
Penyebab ibu
Fisik ibu yang kecil & BB tidak adekuat Penyakit ibu kronik (hipertensi kronik, penyakit jantung sianotik, diabetes, penyakit vaskular kolage) Kebiasaan (merokok, minum alkohol & narkotik) Penyebab janin Infeksi selama kehamilan (Infeksi bakteri, virus, protozoa)

Kelainan bawaan dan kelainan kromosom


Pajanan teratogen (obat anti kejang, rokok, narkotik, dan alkohol) Penyebab plasenta (ari-ari)

Kelainan plasenta (abruptio plasenta, infark plasenta, korioangioma, dan plasenta previa)
Kehamilan kembar Twin-to-twin transfusion syndrome

DIAGNOSIS
PJT dicurigai : riwayat PJT sebelumnya & ibu dengan penyakit kroni BB tidak adekuat juga dapat mengarah ke PJT. Ukuran rahim << dari yang seharusnya Permeriksaan klinis untuk mendeteksi PJT (pengukuran tinggi fundus uteri, TBJ) hasilnya kurang akurat, terutama pada pasien yang gemuk, kelainan letak janin, dan pada jumlah cairan amnion yang abnormal (oligohidramnion, polihidramnion) Pemeriksaan Penunjang Ultrasonografi (USG): Ultrasound doppler

KOMPLIKASI BAYI
Hipoksia perinatal Aspirasi mekonium Hipotermia Hipoglikemia PJT simetris jangka panjang pertumbuhan bayi yang terlambat setelah dilahirkan PJT asimetris lebih dapat catch-up pertumbuhan setelah dilahirkan

Pencegahan
Beberapa penyebab dari PJT tidak dapat dicegah Faktor seperti diet, istirahat, dan olahraga rutin dapat dikontrol Mencegah komplikasi Makan makanan yang bergizi tinggi Tidak merokok, minum alkohol & narkotik Mengurangi stress, berolahraga teratur, istirahat cukup Mengkonsumsi suplementasi dari protein, vitamin, mineral, serta minyak ikan

KEJANG NEONATORUM
kejang yang terjadi pada bayi sampai dengan usia 28 hari Kejang pada BBL merupakan keadaan darurat karena merupakan suatu tanda adanya penyakit sistem saraf pusat (SSP), kelainan metabolik atau penyakit lain. Sering tidak dikenali karena berbeda dengan kejang pada anak Angka kejadian 1,5 s/d 14 per 1000 kelahiran, NICU 25%

ETIOLOGI Infeksi Ketergantungan obat Kelainan kongenital SSP Ensefalopati bilirubin Idiopatik (3-25%) Komplikasi perinatal Hipoksi-iskemik ensefalopati Trauma SSP Perdarahan intrakranial Kelainan metabolisme

Tanda dan gejala


Subtle (samar) : kedipan mata, gerakan seperti mengayuh, apnea lebih dari 20 detik dengan detak jantung normal, tangisan melengking, mulut seperti mengunyah/ menghisap Tonik (fokal dan general) : gerakan tonik seluruh ekstremitas, fleksi ekstremitas atas disertai ekstensi ekstremitas bawah Klonik (fokal dan multifokal) Fokal : gerakan ritmis, pelan, menghentak klonik Multifokal : gerakan klonik beralih dari ekstremitas yang satu ke ekstremits yang lain tanpa pola spesifik Mioklonik (fokal, multifokal, general) : gerakan menghentak multipel dari ekstremitas atas dan bawah

diagnosis
Anamnesis : Riwayat penyakit keluarga Penyakit ibu dan obat yang dipakai selama kehamilan Problem persalinan (asfiksia, trauma, infeksi persalinan) Pemeriksaan fisik : Kesadaran (normal, apatis, somnolen, sopor, koma) Suhu tubuh (normal, hipertermia, hipotermia) Tanda-tanda infeksi lainnya Penilaian kejang : Bentuk kejang Lamanya kejang Apakah pernah terjadi sebelumnya

Pemeriksaan laboratorium : Darah rutin Gula darah Elektrolit Analisa gas darah Punksi lumbal Kultur darah Bilirubin direk dan total Pemeriksaan urine Pemeriksaan radiologi : USG dan CT Scan kepala Pemeriksaan EEG

Kelainan fisik dan diagnosis banding kejang pada bayi baru lahir
KELAINAN FISIK KEJANG DENGAN KONDISI : BIRU, GAGAL NAPAS TRAUMA LAHIR PADA KEPALA BAYI
MIKROSEFALI PERUT BUNCIT HEPATOSPLENOMEGALI

DIAGNOSIS BANDING
ANOKSIA SSP

PERDARAHAN OTAK
CACAT BAWAAN SEPSIS SEPSIS

Jitterness VS kejang
kelainan pergerakan mata Timbul karena stimulasi, kejang : spontan Gerakan tremor bukan hentakan klonik Menghilang apabila dilakukan fleksi pasif Sering karena hipoglikemia , hipokalsemia, hiperiritabilitas neuromuscular

KOMPLIKASI
Kejang berulang << oksigenisasi, ventilasi dan nutrisi otak Retardasi mental Palsi cerebralis

penatalaksanaan
Mengatasi kejang dengan memberi obat anti kejang (Fenobarbital , fenitoin, diazepan) Apabila hipoglikemi : infus dektrose 10 % 2ml/kg IV Untuk hipokalsemia : kalsium glukonat 10% 2 ml/kg IV Apabila kejang belum teratasi juga dapat diberi piridoksin 2550 mg IV Menjaga jalan nafas tetap bebas (perhatikan ABC resusitasi) Mencari faktor penyebab kejang (perhatikan riwayat kehamilan, persalinan, kelainan fisik yang ditemukan, bentuk kejang, hasil laboratorium) Mengobati penyebab kejang (hipoglikemi, hipokalsemia, hipomagnesemia)

prognosis
Tergantung pada penyebab primer Pada kasus hipoglikemia dari ibu DM atau hipokalsemia prognosis sangat baik Anak dengan kejang karena ensefalopati hipoksi-iskemik biasanya tidak berespon dengan antikonvulsan & rentan terhadap epileptikus & kematian awal

IKTERUS

IKTERUS
Definisi

Ikterus (jaundice) terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam darah kulit (terutama) dan atau sklera neonatus tampak kekuningan.
Pada orang dewasa, ikterus apabila serum bilirubin > 2 mg/dL (> 17 mol/L), sedangkan pada neonatus baru tampak apabila serum bilirubin > 5 mg/dL ( >86mol/L). Epidemiologi Pada sebagian neonatus, ikterus akan ditemukan dalam minggu pertama kehidupannya. Dikemukakan bahwa angka kejadian ikterus terdapat pada 60% bayi cukup bulan dan pada 80% bayi kurang bulan. Di Jakarta dilaporkan 32,19% menderita ikterus

IKTERUS FISIOLOGIS vs IKTERUS PATOLOGIS


Sebagian besar neonatus mengalami kadar bilirubin indirek pada hari-hari pertama kehidupan proses fisiologis karena tingginya kadar eritrosit neonatus, masa hidup eritrosit yang lebih pendek (80-90 hari) & belum matangnya fungsi hepar. kadar bilirubin ini terjadi pada hari ke 2 3 & mencapai puncaknya hari ke 5 7 akan kembali hari ke 10 14. Kadar bilirubinpun biasanya tidak > 10 mg/dL (171 mol/L) pada bayi kurang bulan dan < 12 mg/dL (205 mol/L) pada bayi cukup bulan. Tingginya kadar bilirubin yang dapat menimbulkan efek patologis tersebut tidak selalu sama pada tiap bayi. Di RS Dr. Soetomo Surabaya, bayi dinyatakan menderita bilirubinemia : bayi cukup bulan kadar bilirubin total > 12 mg/dL (> 205 mol/L) bayi kurang bulan kadarnya > 10 mg/dL (>171 mol/L)

Etiologi Hiperbilirubinemia
Penyebab yang sering Hiperbilirubinemia fisiologis Inkompatibilitas golongan darah ABO Breast Milk Jaundice Inkompatibilitas golongan darah rhesus Infeksi Hematoma sefal, hematoma subdural, excessive bruising IDM (Infant of Diabetic Mother) Polisitemia / hiperviskositas Prematuritas / BBLR Asfiksia (hipoksia, anoksia), dehidrasi asidosis, hipoglikemia Lain-lain Penyebab yang jarang Defisiensi G6PD (Glucose 6 Phosphat Dehydrogenase) Defisiensi piruvat kinase Sferositosis kongenital Lucey Driscoll syndrome (ikterus neonatorum familial) Hipotiroidism Hemoglobinopathy

DIAGNOSIS
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium
faktor risiko terjadinya hiperbilirubinemia berat.
Ikterus yang timbul dalam 24 jam pertama (usia bayi < 24 jam) Inkompatibilitas golongan darah (dengan Coombs test positip) Usia kehamilan < 38 minggu Penyakit-penyakit hemolitik (G6PD, end tidal CO ) Ikterus / terapi sinar / transfusi tukar pada bayi sebelumnya Hematoma sefal, bruising ASI eksklusif (bila berat badan turun > 12 % BB lahir) Ras Asia Timur, jenis kelamin laki-laki, usia ibu < 25 tahun Ikterus sebelum bayi dipulangkan Infant Diabetic Mother, makrosomia Polisitemia

Anamnesis

Riwayat kehamilan dengan komplikasi (obat-obatan, ibu DM, gawat janin, malnutrisi intra uterin, infeksi intranatal) Riwayat persalinan dengan tindakan / komplikasi Riwayat ikterus / terapi sinar / transfusi tukar pada bayi sebelumnya Riwayat inkompatibilitas darah Riwayat keluarga yang menderita anemia, pembesaran hepar dan limpa Secara klinis ikterus pada neonatus dapat dilihat segera setelah lahir atau beberapa hari kemudian. Amati ikterus pada siang hari dengan lampu sinar yang cukup. Tekan kulit secara ringan memakai jari tangan untuk memastikan warna kulit dan jaringan subkutan. Waktu timbulnya ikterus mempunyai arti penting dalam diagnosis dan penatalaksanaan penderita (mempunyai kaitan erat dengan kemungkinan penyebab ikterus tersebut)

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Laboratorium
Transcutaneous bilirubin (TcB) dapat digunakan untuk menentukan kadar serum bilirubin total, tanpa harus mengambil sampel darah. Namun alat ini hanya valid untuk kadar bilirubin total < 15 mg/dL (<257 mol/L), dan tidak reliable pada kasus ikterus yang sedang mendapat terapi sinar. 5,11 Pemeriksaan tambahan yang sering dilakukan untuk evaluasi menentukan penyebab ikterus antara lain : Golongan darah dan Coombs test Darah lengkap dan hapusan darah Hitung retikulosit, skrining G6PD atau ETCOc Bilirubin direk Pemeriksaan serum bilirubin total harus diulang setiap 4-24 jam tergantung usia bayi dan tingginya kadar bilirubin. Kadar serum albumin juga perlu diukur untuk menentukan pilihan terapi sinar ataukah tranfusi tukar

prognosis
Hiperbilirubin apabila bilirubin indirek telah melalui sawar otak penderita mungkin menderita kernikterus atau ensefalopati biliaris, gejala ensefalopati pada neonatus mungkin sangat ringan dan hanya memperlihatkan gangguan minum, letargi dan hipotonia, selanjutnya bayi mungkin kejang, spastik dan ditemukan opistotonis. Pada stadium lanjut retardasi mental di hari kemudian.

Anda mungkin juga menyukai