Anda di halaman 1dari 113

PIDATO PENGUKUHAN Diucapkan pada Upacara Peresmian Penerimaan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Ternak Unggas pada

Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro Semarang, 6 Oktober 2004

Oleh :
OWl SUNARTI PRAYITNO

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua,

Yang terhormat Rektor/Ketua Senat Universitas Diponegoro Yang kami hOm1ati Sekretaris dan Anggota Sena~ serta Dewan

Guru

Besar

Universitas

Diponegoro Ketua dan Anggota Dewan Penyantun Universitas Diponegoro Bapak Gubernur dan Muspida Propinsi Jawa Tengah atau yang mewakili Para Pembantu Rektar Universitas Diponegora Para Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas di Lingkungan Universitas Diponegoro Para Ketua dan Sekretaris Lembaga di Lingkungan Universitas Dipanegoro Para Dasen di Lingkungan Universitas Diponegoro Para Mahasiswa Universitas Diponegora Segenap tamu undangan, rekan sejawat, kawan seprofesi. dan seluruh keluarga yang berbahagia Pada memanjatkan kesempatan puji syukur yang ke berbahagia ini, perkenankanlah Subhanahu Wata'ala saya yang

hadirat Allah

senantiasa melimpahkan diberi kesempatan

rahmat dan hidayah-Nya

sehingga

pada hari ini sebagai Guru Rapat saya

untuk membacakan

Pidato Pengukuhan

Segar Tetap dalam mata kuliah Ilmu Ternak Unggas di hadapan Senat Terbuka muliakan. Universitas Diponegoro dan para hadirin yang

Selanjutnya

perkenankanlah

saya menyampaikan

rasa terima

kasih dan penghargaan yang telah berkenan

yang setinggi-tingginya meluangkan waktu,

kepada hadirin sekaHan menghadiri upacara

guna

pengukuhan ini.

PencahQ}'aml Sebaga; Lrpaya Pencegahan Ceka1llan pada (Jlrggas Tropis Benvmva.~(J}1 Anunal Welfare

Hadirin yang saya muliakan, Tingkah dengan laku ternak animal unggas dalam kaitannya ternak)

welfare

(kenyamanan

selama mesa pemeliharaan,

sudah dipelajari dan

dicermati oleh para peneliti di Eropa dan Amerika lebih dari 40 tahun yang latu, namun isu

kenyamanan kepermukaan

dan

tingkah

laku mulai

diangkat

secara

lugas kira-kira dua puluh

tahun terakhir. Hal ini disebabkan oleh kemajuan teknologi yang menyebabkan kenyamanan justru kejam manusia unggas mengarah (croelty). kurang yang pad a

memperhatikan dipelihara, eksploitasi

tetapi secara

Salah satu unggas program

aspek yang menyebabkan selama pemeliharaan

tercekamnya adalah

pencahayaan.

Penggunaan jenis, sumber, warna, cahaya cekaman yang kurang tepat dan menurunkan

lama dan intensitas akan meningkatkan

kenyamanan unggas yang dipelihara. Berdasarkan terlihat faktor berbagai informasi salah diatas satu

bahwa- cahaya penting dalam

merupakan industri

perunggasan,

khususnya terkait dengan tingkah laku, produksi dan kenyamanan ternak.

Pidato Pen,l,'llknhanGtlru Besar Universitas Diponegoro -1)..,.'1 Slln(n-ti

Ilmu temak unggas telah kami tekuni baik dalam bidang pendidikan, masyarakat penelitian serta dan studi

pengabdian

pede

komparasi sejak menjadi mahasiswa 8-1, 8-2, 83 dan setelah menjadi tenaga pengajar selama lebih dari 23 tahun, menjadi sedangkan animal welfare 13 tahun

pusat perhatian

saya sejak

Pemilihan Judul

terakhir.

Hal ini mendorong

rasa keprihatinan ranah ini produksi

yang mendalam belum ban yak

karena di Indonesia disentuh. akhir Meskipun proses terhadap

merupakan unggas,

luaran

pemeliharaan kenyamanan keilmuan

aspek

cahaya

den tingkah

laku merupakan

bidang

yang kami tekuni dan menjadi citra diri keilmuan kami. Untuk itulah saya dengan pada kesempatan ini

perkenankanlah pengukuhan Sebagai

menyampaikan judul

pidato

Pencahayaan Cekaman pada

Upaya

Pencegahan

Unggas Tropis Berwawasan

Animal

Welfare.

Beberapa naskah Klarifikasi pidato

hal yang disampaikan ini adalah

dalam

Pendahuluan, Unggas, Faktor

Istilah, Karakteristik

Pencah(l).'aanSebagai UpU}'Upencegahan Cekmnan pada UlIggas Tropis Berwawasan Animal U'e(fare

yang

Mempengaruhi

Cekaman,

Indikator

Cakupan

Kenyamanan,

reran Pencahayaan pada Unggas, di Daerah Tropis. Upaya

Pidato
Pengukuhan

Problem Perunggasan Penanggulangan

dan Penutup.

1.PENDAHULUAN
Bangsa burung, termasuk unggas, sangat sensitif terhadap cahaya, karena cahaya melalui lain

berpengaruh

terhadap hormonal. tingkah

proses biologis Cahaya laku, antara

Pendahuluan

aktivitas

mempengaruhi produksi maupun

pertumbuhan, and Bell,

reproduksi

(North

1990; Prayitno and Omed, 1997).

Berdasarkan ethology saatnya kontribusi di

kesepakatan

para

pakar sudah dan pun

forum-forum

internasional, perhatian, sekecil

untuk

memberikan dana

atau alokasi

apa

untuk mewujudkan di setiap negara. bagi unggas

kondisi nyaman bagi unggas Penyediaan kondisi nyaman unggas,

akan

menghasilkan

peternak, lingkungan serta konsumen yang sehat. Oi samping itu bila unggas selama pemeliharaan
Pidato Pengukuhall Gzlru Resar lhliversitas Diponegoro -L~\!i .I}'unar/i

merasa nyaman, maka dapat dipastikan unggas tersebut mampu bagi di Eropa, memberikan produk yang Industri sejak

memuaskan perunggasan

peternaknya. misalnya Inggris,

lama telah merekomendasikan

sebuah peraturan

perundangan untuk kepentingan perwujudan rasa nyaman bagi ternak, dan bahkan melakukan opini

publikasi besar-besaran publik agar masyarakat

untuk menggeser hanya

mengkonsumsi aspek-aspek

ternak unggas yang memperhatikan animal welfare.

Pada tahun 1990-an pernah terjadi prates keras Inggris dari masyarakat kOnsumen unggas di

atas

keserakahan ternak

manusia unggas

dalam dengan agar

mengeksploitasi pembatasan energi yang gerak

seminima!

mungkin

diperoleh

hanya

digunakan Unggas

semaksimal mungkin untuk berproduksi. dipelihara _dala!!1 kandang yang

sangat sempit

sehingga tidak ada tempat untuk bergerak. Kasus terbesar penyakit pad a saat itu adalah merebaknya akibat

dischondroplasia utamanya

(kelumpuhan) pada ayam

kegemukan,

pedaging

Pencahayaml Sebaga; UPOJ'O Pencegahan Cekaman pada L'ngga.v 7"OP;5 Bent'owa.van "willla! If'errare

(broiler).

Ayam broiler yang dihasilkan

memiliki

badan gemuk namun kaki dan kepala relatif kecil. Hidup seekor broiler seolah hanya makan dan makan, tanpa diberi kesempatan sedikit pun

untuk berjalan, berlari dan bertengger.

Animal

Welfare

Advissory

Committee

(1999) yaitu sebuah komite penasihat yang peduli terhadap kenyamanan ternak menyatakan suatu

standar yang tinggi terhadap kenyamanan ternak termasuk unggas. Komite meyakinkan pada

industri perunggasan an yang baik tidak tivitas, prod uk; keuntungan tetapi juga

bahwa standar kenyamanhanya menunjang memfasilitasi kata lain bagi produk-

pemasaran memberikan dunia usaha

dengan

ekonomis

peternakan. Animal Welfare Advissory Committee (1999) menyatakan hidup unggas bahwa peningkatan akan seGars kualitas otomatis

meningkatkan

kualitas produk. Magensten (1999)

menyatakan bahwa telur hasil produksi non-cage (bukan batere) di Switzerland tiga kali lebih mahal dari telur hasil produksi cage (batere). Sementara 50% telur yang dikonsumsi di Switzerland

P;dato Pen.l?1lku/7an Gllnl Besar (rn;ver,~;far Diponegoro ~ LA"; ,S'u'7arti

merupakan telur impor hasil batere. Selanjutnya dikatakan akan bahwa Swedish Farmers Association penggunaan

memberlakukan

larangan

kandang cage di tahun 2004. Selain hal tersebut European International menerapkan laying Union Egg Welfare yang dinaungi yang oleh akan

Commission

larangan penggunaan sebelum 2012

conventional juga masih

cages

diperdebatkan (Ellsworth, 2001)

Rekomendasi minimum kenyamanan

dan

penetapan

standar unggas

ternak termasuk

Standar
Nyaman Ternak

dimaksudkan agar unggas yang dipelihara dapat terjamin mengenai hal-hat sebagai berikut :

1 Bebas dari rasa haus, lapar dan malnutrisi


(Freedom malnutrition). Bagi unggas yang dipelihara harus cukup from thirst, hunger and

tersedia air segar serta ransum yang mampu memenuhi kebutuhan kesehatan dan vitalitas..

Bebas (Freedom

dari

ketidaknyamanan from thennal and

lingkungan physical pada

discomforl)

Bagi unggas dipelihara

Pencahll}'uan Sebagui Upaya Pencegahan Cekaman pada Unggus Tropi.T Benl'awasan.lnimaJ

JVe/fure

2.

lingkungan kelembaban terlindung

yang

nyaman, sesuai fisik

temperatur untuk nyaman

dan hidup, untuk

yang dan

secara

bergerak dan beristirahat

Bebas (Freedom Program maupun terhadap

dari

sakit, pain,

cedera injury

dan and

penyakit disease).

from

pencegahan non tingkah infeksi, laku

penyakit

baik infeksi dini dan

pengamatan tidak normal,

melakukan diagnosis yang cepat dalam usaha mengatasi cedera, dan sakit.

4. Bebas dari ketakutan (Freedom proses

dan tekanan/cekaman Selama dijamin tidak

from fear and distress). pemeliharaan, Artinya unggas dijamin

kenyamanannya. menyebabkan

cekaman dan ketakutan yang

menimbulkan penderitaan psikologis.

5.

Bebas

bergerak

dan

berperilaku

normal

(Freedom to exercise most normal pattem of behaviour). dan Tersedianya ruang yang cukup untuk semua

terpenuhinya

fasilitas

Pidato Pengltkuhall (runtLJesar liniversitus Diponegoro --[)wi ,S'lIIarli

kebutuhan cahaya dan

hidup olah

termasuk gerak.

makan, yang unggas

minum, cukup untuk

Ruang bagi

memberikan

kesempatan

meng-ekspresikan

pola perilaku normal sebagai

wujud kenyamanan hidupnya. Nampaknya hingga saat ini kondisi

nyaman bagi ternak yang dipelihara di Indonesia

Arti Penting Animal Welfare

belum mendapatkan

perhatian

yang bermakna.

Hal ini dapat dilihat dari belum adanya peraturan penentu kebijakan tentang aspek kenyamanan sebagai aspek

ternak pada industri perunggasan

khusus yang perlu diterapkan. Meski perlu dicatat ba:hwa persyaratan persatuan individu perkandangan dalam dan luasan unggas

memelihara

telah mempertimbangkan

masalah animal welfare, diangkat sebagai mengingat

namun belum secara khusus persyaratan.

Hal ini dapat dimaklumi

saat ini pemerintah human welfare

masih terus mengupayakan dari pada animal dan welfare.

bngkungan

(environment)

kenyamanan

ternak saat ini telah menjadi isu global, artinya produk ternak dua yang aspek dipelihara terse but tanpa di mematas di

perhatikan

kemudian hari akan terkena sanksi dan tersingkir-

Penca/la;.'aan ,S'ehagai Upaya Pence.l:ahan <eklDnan pada llnggas Tropi.r nel"~'(J\i'aran .1nimal/e?fare

kan dari jaringan

pasar global. Oleh karena itu,

hanya unggas yang dipelihara dalam lingkungan yang nyaman dan sehat, yang akan dapat

diterima di pasar global.

Salah mendapat welfare

satu

hal

penting

yang

perlu animal dari

perhatian adalah

dalam mewujudkan pembebasan unggas

cekaman. Cekaman dapat disebabkan oleh suhu, kelembaban, daerah cahaya dan lain sebagainya. tingginya suhu cekaman Ciri dan bagi

tropis

adalah

kelembaban, ternak

hal ini merupakan Cekaman dapat

unggas.

menurunkan

produksi telur hingga 25% (Rahardjo, dkk., 2001), mortalitas di atas 10%, dan bobot badan serta

konversi ransum yang sulit dicapai sesuai dengan standar potensi genetik.

Cahaya

sangat diperlukan

bagi makhluk

hidup termasuk unggas. Akan tetapi penggunaan pencahayaan menyebabkan peternak yang tidak tepat, justru akan para

cekaman.

Bertahun-tahun broiler

meyakini

bahwa

sebaiknya

diberikan cahaya terus menerus agar tetap dapat

iO

Pidato PengukuhGJI <-Juru Be.~ar lllliver.(ilas Diponegoro -Dwi

Sunarti

makan.

sehingga OJ sisi

pertumbuhannya lain program

dapat manipulasi

memuaskan. pencahayaan

berselang antara terang dan gelap untuk petelur dan organ

selama ini hanya dimanfaatkan pembibit reproduksi dalam dan proses dalam

pendewasaan rangka

peningkatan penelitian peka

produksi telur. Oewasa ini, hasil-hasil membuktikan terhadap bahwa broiler

sangat bahwa

cahaya.

Terbukti

berbagai untuk

program pencahayaan memperbaiki pertambahan konversi

dapat dimanfaatkan pakan,

meningkatkan reaksi

bobot badan. meningkatkan

imunitas, menekan kasus kelumpuhan, mendadak (spiking mortality

kematian

syndrome) maupun

kasus-kasus lain.

2. KLARIFIKASIISTILAH
Hadirin yang kami hormati,
Dalam rangka memudahkan pemahaman bebe-

Klarifikasi Istilah

isi tulisan,

perlu disampaikan

penjelasan

rapa istilah yang digunakan, antara lain:

PencahU}'aan Sebagai Upaya Pencegahan CekanJallpada {mggas Tropis Berwmva5an .4nimal H'e/fare

11

Pencahayaan Pencahayaan yang diartikan adalah pemberian cahaya, sinar atau terang dari bulan mata sebagai

suatu sumber cahaya, dan lampu yang

seperti matahari, memungkinkan

menangkap bayangan benda-benda di sekitarnya (Pusat Pembinaan dan Pengembangan

Bahasa ,1997).

Cekaman
Cekaman stress. seringkali diidentikkan dengan Pusat Pembinaan dan Pengembangan

Bahasa (1997) memberikan difinisi stress sebagai gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang disebabkan narasumber perunggasan oleh yang faktor-faktor luar. di

Beberapa dunia

aktif bergerak

mendefinisikan

stress

sebagai suatu tekanan yang berasal dari kondisi atau faktor-faktor di luar tubuh, dan menyebabkan terganggunya keadaan f\.lngsional unggas.

Cekaman

melibatkan

per1ukaran panas

antara unggas dengan lingkungan, yang dalam

12

Pidato l'engukllhml Ci,tru Resar (rni"'f!rsita,~ Dipo"..goro -DM'i ,SI/narti

prosesnya

terdapat mekanisme system cairan

produksi panas, tubuh, dan hormon,

penyesuaian sirkulasi

darah,

pemafasan,

pencernaan pakan

pada keadaan tercekam

dan kebutuhan

ternak yang sedang tercekam

Unggas yang tercekam beberapa tingkah ketidaknormalan

ditandai dengan

kondisi fisik maupun telur benjol, nafsu makan bersuara naik/turun, dan

laku seperti pial kebiruan, tipis, lesu, gelisah,

kulit telur berkurang"

terengah-engah panas

(panting), tubuh

keras terus-menerus, minum terlampau berkelahi.

banyak,

saling mematuk

Unggas Unggas adalah hewan anggota kelas aves, secara taksonomi masuk dalam ordo Galliformis, Famili Phasianidae, mampu manusia, manusia menyajikan dan genus Gallus. produk atau Unggas bagi

jasa

sebagai imbalan atas campur tangan pacta pengelolaan dan pengembang-

biakannya. Termasuk ke dalam golongan unggas ialah ayam, itik, angsa, kalkun, puyuh dan

Pencahayaan .S'ebagaiUpaya PenceKahan Cekaman pada [lnggas rropis Herww~'a.~an..Jnilnal Ulelfare

merpati.

Beberapa juga

species lain kadang-kadang ke dalam golongan misalnya unggas burung 1991). Bahasa ternak

dimasukkan walau

bersifat inkonvensional, burung

Pheasant,

Guinea (Srigandono, dan Pengembangan didefinisi-kan ssbagai

Pusat Pembinaan (1997) unggas berkaki

bersayap, yang

dua, berparuh segala jenis

dan berbulu, burung, dapat

mencakup dan

dipelihara

diternakkan

sebagai

penghasil

pangan (daging dan telur).

Industri

perunggasan Industri perunggasan adatah segata

aktivitas produksi unggas dalam skala komersial. Aktivitas produksi mencakup sarana dan

prasarana, proses produksi dan

pasca produksi.

Pada tulisan ini pengertian industri perunggasan hanya difokuskan yang aktivitas telur sebagai pada industri proses produksi produksi dan daging, utamanya den adalah

penghasil disebut unggas.

selanjutny~ peternakan

perusahaan/usaha

14

Pidafo Pengukuhall ('rUm Be.yar Universitas Diponegoro -i)}vi Sunarfi

Kenyamanan

Hewan

(Animal

Welfare)

Kenyamanan ternak adalah kondisi ternak yang dipelihara dengan daJam lingkungan fisik dan dan yang sesuai fisiologis. produktivitas

kebutuhan hewan

Kenyamanan

(productivity) adalah dua unsur yang tidak dapat terpisahkan. Kenyamanan hewan menjadi

penting adanya bagi suatu usaha peternakan dan diyakini ternak berpengaruh yang pada ternak terhadap akhirnya itu sendiri. pola perilaku

mempengaruhi Produktivitas dari

produktivitas ternak

merupakan

implementasi

pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi

Peraturan

Kenyamanan code

Ternak (Welfare Code) adalah berkenaan Peraturan rangka peraturan dengan tentang

Welfare perundang-undangan oleh industri

yang

standar kenyamanan ternak yang harus dipenuhi peternakan. dalam

tindakan-tindakan ternak,

kenyamanan Inggris

telah disyahkan 1969.

oleh Parlemen

sejak tahun

berisi antara

lain larangan

memotong ekor sapi, melakukan kastrasi terbuka pada ayam atau memotong ekor babi apabila

Pencahayaall Sebagai Up~1

Pencegahan rekmnan pada UnggtL~ Irapi.. Benl'awa..an .-lnimal U-'e!far..

umurnya terse but kesadaran

lebih telah

hari,

peraturan-peraturan sesuai animal dengan welfare

berkembang tentang

masyarakat

(West, 1979).

3. KARAKTERISTIK UNGGAS
Unggas termasuk hewan berdarah panas, bersayap, berkaki dua, dan pada setiap kakinya

memilliki 4 jari, berparuh dan berjengger. Unggas dapat hidup di darat dan di air. Unggas antara lain ayam, merpati, kalkun, darat puyuh.

Sedangkan contoh dari unggas air antara lain itik, angsa, 'enthog'. Sebagai hewan berd8rah panas, temperatur

unggas akan selalu mempertahankan tubuh yang tetap agar dapat

melaksanakan

fungsi fisiologis secara normal.

4. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI CEKAMAN PADA UNGGAS

Banyak sekali faktor penyebab cekaman

Penyebab

pad a unggas menjadi

yang secara

garis besar terbagi dan internal. Faktor

Cekaman

factor eksternal

16

Pidalo

PengukuhO1I

Guru Be.,ar (In;ver.,itas

Diponegoro-

Dwi .Sllnarti

eksternal pencahayaan,

antara

lain

meliputi kehausan,

program kandang

kelaparan,

kotor dan buruknya ventilasi, kandang terlampau padat, pindah kandang, vaksinasi, pergantian

pakan. tindakan juga perubahan

potong paruh yang kasar dan cuaca yang mendadak.

Sedangkan faktor internal meliputi sistim syaraf, sistim indera. dan sistim endokrin.

4.1. Faktor eksternal Pada prinsipnya, berbagai faktor eksternal tersebut merupakan tekanan yang menyebabkan terlepasnya radikal bebas dalam tubuh, sehingga keseimbangan terganggu. atau elektrolit tubuh dan hormon

Radikal bebas, adalah atom, molekul yang dapat berdiri sendiri,

senyawa

mempunyai elektron tidak berpasangan dan berat molekulnya menyebabkan ini rendah. Berat molekul rendah

radikal bebas sangat sensitif. Hal unsur radikal yang leluasa ikatan

memungkinkan ke

menyusup

tempat-tempat

elektronnya kuat.

Pencahayaan Sebago; (lpaya PencegaJllllI C'ekamall palla Unggas Trap;.t BerwmVll.tan A11;mcdWelfare

17

Sebagian mengganggu,

elektron

kuat

berpotensi

tetapi sebagian

yang lain penting

untuk reaksi metabolisme sel, fungsi fagositik sel dan transduksi sinyal senyawa pengoksidasi yang bersifat reaktif, Lepasnya terjadi dapat merusak sel-sel tubuh.. unggas,

radikal

bebas

pada tubuh

akibat adanya dalam

gangguan sehingga

keseimbangan fungsi organ

hormonal

tubuh

terganggu. Akhir dari proses tersebut daya tahan tubuh menurun, pembentukan antibodi terganggu

dan unggas lebih peka terhadap serangan aneka penyakit. Faktor eksternal yang menjadi

per-

Pakan dan Keseimbang an Nutrisi

timbangan

menonjol

pada industri perunggas-an nutrisi, cahaya,

antara lain; pakan, keseimbangan suhu dan kelembaban.


yang berpengaruh

Aspek pakan dan nutrisi


performans unggas

terhadap

adalah salah

: jumlah satu atau

dan kualitas pakan. lebih unsur

Defisiensi ketidak

nutrisi,

seimbangan nutrisi dan bentuk ransum yang tidak


sesuai performans secara unggas. nyata akan menurunkan aspek pakan

OJ samping

dan nutrisi, peran cahaya sangat besar terhadap

18

Pidalo Peng1/kuhaJlGuru Resar fTnive1:titafDiponegoro -Dwi Sunarti

perforrnans unggas. Namun demikian, be/urn ada penelitian yang mernbuktikan berapa persen

kontribusi cahaya terhadap performans dibanding aspek lain.

lingkup

cahaya unggas

yang yaitu

berpengaruh photoperiod cahaya

Cahaya

terhadap

fisiologis

(lama pencahayaan), berselang, adalah

intensitas, cahaya. dari

warna,

dan sumber waktu

Photoperiod pencahayaan untuk aktivasi adalah

lama

terang

alami (matahari).

Photoperiod

hormon yang ideal 11-12 jam. Intensitas

kekuatan cahaya yang di berikan kepada unggas, pada umumnya berkisar antara 5 -20 cahaya sangat berpengaruh unggas. lux. Warna tingkah cahaya

terhadap Warna

laku dan

performans

merah menjadikan unggas lebih aktjf dan agresif (Prayitno et a/1994). Sumber cahaya adalah asal sinar yang dapat berasal dari alam dan buatan . Sumber sedangkan cahaya sumber alam catlaya misalnya buatan matahari, antara lain

lampu neon dan tungsten Cahaya berselang

ser1a lampu minyak.

(intermitent) adalah pengatur-

an cahaya antara gelap dan terang.

Pencaha;vaan

,,>ebagai Upaya Pencegahan

Ceklonan

Pllda Ungga.f

Tropis Bern'aK'asan

,1ninral

We({are

19

Cahaya

berselang

sering

dilakukan

terhadap pencahayabiaya

cahaya buatan. Tujuan dilakukannya an berselang antara

lain penghematan

listrik, peningkatan sebagai faktor-faktor

ukuran telur, efisiensi pakan kunci keberhasilan produksi.

Perubahan menyebabkan

iklim fluktuasi

yang yang

ekstrim luas ternak

dapat pada homeosuhu

Suhu

penampilan

unggas.

Sebagai

thermis unggas berusaha mempertahankan

tubuh sekitar 41.5C sebagai suhu thermonetral. Suhu tubuh unggas biasanya lebih tinggi

daripada suhu sekitarnya, terus menerus yaitu hilang

sehingga panas akan melalui empat konduksi, konveksi, macam radiasi konduksi yang

mekanisme

: konveksi,

dan evaporasi. dan radiasi

Selanjutnya

diartikan

kehilangan

panas

wajar, sedangkan

evaporasi diartikan kehilangan

panas yang tidak wajar.

Kemampuan panas dimiliki tubuhnya. mengalihkan unggas

mengubah

kehilangan suhu akan

untuk mengontrol yang kepanasan

Unggas

aliran darah ke jengger

dan pial di

20

Pidato Pengukuhan Gunl Besar Universitas Diponegoro -1Jwi Sl/l/arti

kepala dan juga meningkatkan kaki. Unggas akan membuat

aliran darah ke perubahan posisi dan

seperti istirahat dengan sayap mengembang kaki terbentang menjauhi konveksi badan

(stretching) panas.

untuk meningkatkan

hilangnya

Unggas dalam sebuah kelompok akan berpencar untuk sekitar berusaha mereka meningkatkan dan aliran udara di

untuk

mengurangi

pertambahan

panas konduksi dan panas radiasi

dari unggas yang lain.

Unggas juga akan menghindari pada sinar matahari langsung

istirahat akan radiasi. akan cara

karena panas

meningkatkan Sebaliknya mengurangi berkerumun

pertambahan unggas yang

kedinginan

aliran darah bersama,

ke kaki dengan

menghindari

aliran udara

dan berkumpul di sumber panas radiatif misalnya cahaya tidak matahari mempunyai atau lampu brooder. kelenjar keringat Unggas satu-

dan

satunya cara

adalah

penguapan

air melalui-

paru-paru dengan cara panting (terengah-engah).

Pencallayaan .\'ebagai Upaya Penceguhall ('ekalnun palla Unggas Tropi.fBe~'mI'usan .4nimul ~""elrare

21

Panting akibatkan asam

berkepanjangan

dapat

mengelektrolit serta

dehidrasi,

keseimbangan

dan basa dalam tubuh terganggu

terganggunya pencernaan unggas

proses metabolisme terutama pada nutrisi. Pacta suhu sekitar panting dengan 42,2C

mengalami

membuka

mulut dan pacta suhu 45C unggas sesak napas dan pada batas pingsan respirasi kali/menit. semakin dan (AR) suhu yang lebih tinggi mati. ayam dan akan respirasi. Angka adalah akan normal 20 -30 yang dengan angka

akhirnya pada

Pacta suhu meningkat angka

kelembaban diikuti Ketika

meningkatnya

respirasi mencapai hanya dapat

100 -110 hidup

kali/menit unggas selama 6 jam, 200

bertahan

sementara kali/menit, 30 menit.

hila angka

respirasi

sebesar

unggas hanya bertahan hidup selama

4.2. Faktor Internal


Faktor internal pada ayam meliputi sistem syaraf; sistem (1992) indera dan sistem endokrin. sistem syaraf Frandson sistem

membagi

dalam

syaraf pusat dan periferal.

Sistem syaraf pusat

22

Pidato Pengukuhan (h~m Besar Univel~ita~ Dipone,l?oro -D"i

,)ullarti

mencakup

otak dan corda spinalis

dan sistem

syaraf peripheral

terdiri dari syaraf kranial dan ke struktur somatic yang menuju otot jantung adalah ke dan

Sistem Syaraf

syaraf spinal yang menuju (badan) struktur kelenjar). serta

syaraf otonom (otot palos, syaraf

visceral Sistem

pusat

sistem

syaraf yang bertanggung jawab terhadap gerakan tubuh di bawah perintah, yang terdiri dari otak

dan sumsum tulang belakang; sedangkan sistem syaraf otonom adalah sistem syaraf yang

bertanggung jawab untuk koordinasi gerak yang tidak di bawah perintah, seperti gerakan usus,

pembuluh darah dan kelenjar.

Sistem

indera

pad a unggas

terdiri

dari

Sistem Indera

indera penglihatan, perasa kimia,

indera pendengaran, perasa fisik dan

indera indera

indera

penciuman. dalam

Pada saat embrio berusia 17 hari di embrio unggas telah mulai

inkubator,

merespon cahaya. mata secara

Unggas tak dapat memutar namun mereka mampu

bebas

melihat pacta jarak pandang lebih dari 300 derajat dengan derajat. suatu lapang binokuler sebesar 26

Pencahayaan Sebago;UpayaPencegah011 Cekaman pada UnggasTropis Berwawasan An;mal fVe/fare 23

la

mengikuti

obyek

dengan

menggunakan penglihatannya

mobilitas

kepala.

Ketajaman

bagus pada jarak pandang cukup jauh. Mereka mampu membedakan bentuk segi empat dan

segitiga, demikian juga titik-titik merah dan hitam.

Suatu

penelitian

menunjukkan

bahwa

anak ayam (kuthuk) yang baru menetas memilih mematuk bends warns biru dibanding hijau atau orange, meskipun orange juga akan dipatuk dulu sebelum hijau.. Kuthuk belajar secara cepat untuk menghindari pakan berwarna, bila ternyata akan menyakiti mereka. Anak ayam lebih tertarik dan mematuk pakan berbentuk dibanding unggas yang dapat rata. bulat terlebih dahulu penglihatan memper-

Ketajaman dengan

dimengerti

bandingkan bahwa

ukuran

kepala dan otak. Diketahui be rat kedua mata di-

perbandingan

bandingkan dengan otak hampir 1: 1, sementara pads manusia 1 :25. Sensitivitas stimulan terkuat cahaya mats adalah

aDak ayam

terhadap

warns hijau dengan panjang gelombang 560 nm, sensitivitas tersebut akan berubah setelah

unggas menjadi dewasa ke warna kuning dengan

24

Pidato Pengukuhan GtlMl Besar Universitas Diponegoro

D'i

unarti

panjang gelombang

580 nm. Proses perubahan

tersebut dikarenakan oleh perubahan oil droplets yang seiring dengan pertumbuhannya. Namun

demikian secara umum kemampuan mata ayam hampir menyerupai dengan Beberapa cajon mampu bentuk

penglihatan kemampuan panjang penelitian (pullet)

manusia gelombang

yaitu

cahaya nm.

400-700

menunjukkan melalui panjang

bahwa

petelur

penglihatannya pendek garis,

membedakan pakan, tempat

pakan, gelap-terang dan warna lampu (Apppleby, 1992 dan Prayitno and Phillips, 1994 ; 1997).

Ayam memiliki 340 papilla-papilla

perasa

yang terletak pada dasar dan atap rongga mulut. Ayam tidak sensitif terhadap QuIa, namun dapat mendeteksi glukosa di atas 2,5% dalam cairan. Toleran dan sensitif terhadap asam dan bas a

serta tidak menyukai makanan asin. Ayam tidak mengkonsumsi air dengan kandungan garam

0,9%. Penolakan dan penerimaan ayam terhadap makanan, khususnya berkenaan dengan rasa,

juga terjadi pada mrnuman. Artinya, terhadap makanan asin, juga terjadi

penolakan apabila

Pencahayaan SebagaiUpayaPencegahan Cekaman patia Unggas lropis BenvawasOl A/lilnal/f'e(fare

25

makanan dibuat dalam bentuk minuman berkadar garam lebih dari 0,9%. Ayam juga mampu

mendeteksi perbedaan temperatur sebesar 2,8C. Oleh karena itu ayam akan menolak minuman

yang suhunya ditingkatkan sebesar 5,5C di atas temperatur tubuhnya walaupun mereka dapat

minum air yang sangat dingin (Appleby, 1992).

Unggas

tidak

memiliki

telinga

yang

sempurna seperti ternak teristrial lainnya, namun pendengarannya Sensitivitas berkembang dengan baik. pad a unggas sangat

pendengaran

lebar, mampu mendengarkan antara Appleby 15-10.000 (1992).

suara pada rentang dalam

Hz (Bremond,1963), Namun dilaporkan

pula oleh

Appleby (1992) bahwa penelitian yang dilakukan oleh Temple et al (1984) menunjukkan bahwa

unggas memiliki sensitivitas lebih sempit dan yaitu

rentang suara yang 3000-5DOOHz. dengan

sekitar

Penelitian

publikasi

berkenaan

kemampuan ayam memanfaatkan !I1dera pembau sangat aversive sedikit. Oiketahui bahwa ayam Artinya sangat ayam

terhadap

darah.

cenderung agresif bila melihat darah.

26

Pidato Pengukllhan Guru Resar Universitas Diponegoro -Dwi Sulwrti

Namun

belum jelas

benar

apakah

agresivitas

ayam karena bau darah atau warna merah darah.

Beberapa bahwa indera

behaviourist pembau pada

menyatakan bangsa burung pada Aroma angin

berkembang kasus sarang,

cukup baik, seperti misalnya burung kotoran dara yang (pigeon). terbawa

migrasi dan

merupakan menemukan

petunjuk

yang amat penting dalam Oi samping

sarang dan makanan.

hal tersebut juga diyakini bahwa unggas dapat dilatih untuk merespon misalnya minyak sitroen, bau yang cukup tajam, amonia dari ekskreta

dan sisa pakan yang busuk.

Unggas

memiliki

beberapa yaitu

receptor

antara lain; te/ereceptor

reseptor organ

penglihatan dan pendengaran, reseptor pada permukaan

exterroceptor i~ah tubuh yang sensitif

terhadap sentuhan, tekanan, temperatur dan rasa sakit. Sedangkan indera interoceptor kimiawi adalah reseptor yang terdiri dari

perasa faktor

reseptor rasa dan bau. Dengan demikian, sistem indera pada unggas beserta sensitivitasnya

PencahQ)'aan Sebagai(lpaya Pencegahan Cekanlan pada UnggasTropis Benl'mvasan Anim(1/ *'elfare

27

merupakan gambaran kemampuan receptor.

Sistem kelenjar berbagai sebelum tanpa fungsi

endokrin saturan vital

merupakan yang tubuh

sistem

mempengaruhi seekor hewan 1992).

lahir sampai

mati (Frandson.

Sistem

Hormon pada unggas dihasilkan oleh beberapa kelenjar yaitu kelenjar pineal, hipotha/amus, ultimobranchia/, ovarium. dua Pada sistem

Endokrin

hipophysa, adrenal, sistem feedback feedback.

thyroid, parathyroid, testis dan

pancreas, ke~a

hormon

dikenal feedback

yaitu negative Contoh

dan positive adalah

negative

feedback

mekanisme ketersediaan Ca dalam plasma darah; sedangkan positive feedback mengatur luteinizing kerja hormon steroid (RF)

releasing faktor dan sekresi (LH) oleh pada pituitary yang

menstimulasi releasing factor

ovary

sehingga

dihasilkan lagi oleh hipothalamus.

5. INDIKA TOR KENY AMANAN UNGGAS

PADA

Indikator Nyaman

Seperti nyamanan

halnya

cekaman,

maka

ke-

pada unggas dapat dilihat dari dua

28

Pidalo Pengrlkuhan Guru Besar L'niversilas Diponegoro -Dwi

S'unarli

faktor yaitu faktor unggas dan kondisi lingkungan pemeliharaan. Unggas yang nyaman dapat dilihat laku dan status fisiologis. pemeliharaan dan indikator yang suhu,

dari indikator tingkah Sedangkan nyaman

lingkungan dapat dilihat

kelembaban, angin dan

kandungan sirkulasi

gas-gas, udara

kecepatan (unsur-unsur

mikroklimat).

5.1. Tingkah laku unggas.


Ternak bertingkah laku dalam usahanya lingkungan, dimana

Tingkah
Laku

untuk

beradaptasi

dengan

faktor genetik dan lingkungan terlibat di dalamnya. lingkungan sekitar, mendorong ternak bertingkah laku untuk menyesuaikan pula penyesuaian diri dan bahkan terjadi Dengan kata lain, reaksi

hereditas.

jenis atau spesies hewan mempengaruhi

dalam beradaptasi dengan lingkungannya (Curtis,

1983).
Pola tingkah laku merupakan perilaku

yang terorganisasi

dengan fungsi tertentu, dapat

berupa sebuah aksi tunggal atau aksi berurutan yang terintegrasi dan biasanya muncul sebagai

PencahayaaJl.'i'ehagai UpayaPencegahan (;ekamallpatia UnggasTropi.~ Berwowasan _4nimalllle/jare 29

respons tingkah

temadap laku dasar

stimulus

lingkungan.

Pola

(Basic Behaviour

System)

pada unggas terdiri dari 7 -9 berbeda tergantung

macam jenis yang masing-

pengelompokan

masing peneliti. Tabel-1 merupakan pengelompokan tingkah laku

resume dari dasar yang

dilakukan oleh 3 (tiga) ahli tingkah laku unggas.

Tabel1: Pengelompokan pad a unggas

tingkah laku dasar

Ensminger
(1992)

I 2. Eliminatif

I 2. Eliminatif I 3. Seksual

I 2. Eliminatif I 3. Seksual
4. Allelometik

6. Agonistik

30

Pidato Pengllkuhan (;U11/Be.far (lniver.filas Diponegoro --DIll; Sunarli

banyak sehingga

dipengaruhi

oleh

sistem

hormonal,

perlu sinkronisasi

aktivitas seksual.

Ayam, poligamus

itik,

puyuh

den

kalkun

bersifat

artinya satu jantan

dapat digunakan

untuk banyak betina, karena bertemu, berkenaian den berpasangan dan satu betina, dapat dilakukan sedangkan sampai dengan lebih bersifat terjadi

merpati mating

monogamus

(courtship

hanya untuk sepasang jantan-betina). bertemu menunjukkan dengan betina, lebih ayam

Pede seat jantan

agresivitas

dibandingkan

dengan kalkun. Sinyal seksual diberikan unggas dalam bentuk postur den gerakan-gerakan bertemu. seat

Tingkah laku induk dalam care and giving dapat dilihat misalnya makanan, pad a maka saat induk induk akan

menemukan bersuara

(clucking)

memanggil berlrian Ayam

anak-anaknya dan betina

dan anak-anaknya mematuk makanan.

ikut mencari dan kalkun

senang melindungi anaknya di bawah bulu-bulu sayap terhadap udara dingin dan berbagai

ancaman.

Induk betina akan secara agresif

32

Pidato Pengukuhan Gunt Be.var Unive7:vifav Diponegoro -Dwi Sunarfi

menyerang

ternak

dan

manusia

manakala

anaknya diganggu.

Tingkah mempertahankan antarunggas laku agonistik

laku

agonistik

adalah

perilaku

diri saat terjadi konftik sosial berbagai sebab. Tingkah Jari,

karena

meliputi bertarung,

terbang,

dan reaksi lain yang berkaitan Tingkah laku ini dominan

dengan konflik.

pada unggas jantan, (appearence) , gonad itik, dan konflik

dan dipengaruhi keagresifan, pengalam-an sosial terjadi

oleh penampilan tingkat hormon Pada

(experience). pada

itik jantan

yang

berusaha

mempertahankan

wilayahnya

dari itik jantan lain,

sedangkan pada kalkun, khususnya kalkun jantan muda bertarung dan untuk mendapatkan dalam kedudukan

kehormatan

kelompoknya.

Pertarungan

ini biasa terjadi pada kalkun jantan

berusia 3-5 bulan.

Tingkah unggas

laku allelometik dan

adalah perilaku gerakan

menirukan

mengikuti

unggas lain (mimicking). akan dan memunculkan juga

Tingkah laku allelometik pemimpin fenomena informal, kompetisi

seekor

memunculkan

PencahaJ'aall Sehagai UpaJ'a Pencegahan L'ekanlall pada Ungga~ 7ropis Berwffii'usan .4nimal U/e!fare

33

untuk menjadi pemimpin, tanpa melalui tingkah laku agonistik. Salah satu tingkah laku ini

ditunjukkan

dalam

mendapatkan

dan memulai

makan. Pada tingkah laku ini selalu ada seekor ayam yang mendahului kemudian mendekat dan mematuk, (pecking

memanggil teman-temannya

order). Apabila terdapat lebih dari satu sumber pakan, mencan maka akan terjadi ayam kompetisi akan saling memilih

kawan,

dan

kelompok. Apabila hanya satu sumber pakan, maka akan terjadi perebutan makanan.

Tingkah

laku

shelter-seeking

ialah

peritaku mencari tempat berlindung, dari berbagai angin, ketidaknyamanan hujan, salju,

beristirahat, seperti terik dan

matahari, predator.

serangga

Nenek moyang ayam hidup di hutan, di pepohonan. Pada

berlindung dan bertengger udara untuk dingin ayam

berkumpul kehangatan. sayap

bersama-sama Anak induknya dan ayam darL angin

mendapatkan di

berlindung sengatan kencang.

bawah

matahari,

udara

dingin

34

PidalO Pengukt/hml Gllnl Be.far l.lni1.'ersilas Diponegoro -Dwi

Sunarli

Tingkah keingin tahuan

laku investigatif, unggas untuk

adalah peritaku mengeksplorasi mendengar, Tingkah

Hngkungan, membau,

dengan merasakan

mengamati,

dan menyentuh.

laku ini sangat terlihat apabila unggas memasuki daerah yang baru dikenalnya (Curtis, 1983;

Ensminger, 1992).

Curtis domestikasi

(1983) terhadap

menyatakan ternak dalam

bahwa lingkungan aslinya

yang terbatas,

dan jauh dari lingkungan

untuk berbagai kepentingan perubahan 1erhadap perilaku

akan menrmbulkan alamiah. Secara postur

alamiah unggas jantan akan menunjukkan

tubuh dan gerak khusus untuk menarik unggas betina, setelah kawin unggas jantan pergi begitu saja Oomestikasi bertemu membuat unggas jantan lebih unggas betina dan dapat namun sebagian

mudah

melakukan unggas

perkawinan tersebut

berkali-kali, kehilangan

kebebasannya.

Unggas induknya meniru,

muda berinteraksi

erat dengan

saat baru men etas dan mengikuti

dan berperilaku induknya

gerak-gerik

Pencahayaan SebagaiLrpayaPencegahwl CekaJtlan pada Unggm TropisBerwawa.~an Animal IVelfare

35

(imprinting). unggas man usia biarkan

Pad a periode

sensitif

ini, induk membiarkan memdengan

memiliki

kecenderungan

relatif berdekatan aktivitas geraknya

dengannya, terbatas

harapan pada seat terbang atau meninggalkan induknya, mampu beradaptasi dengan lingkungan baru, termasuk menyesuaikan diri dalam aktivitas makan, hingga aktivitas berreproduksi.

Meski

mengalami

domestikasi,

pola

tingkah laku unggas tidak jauh berbeda tingkah laku alamiah nenek moyangnya.

dari pola Hal ini

dapat dilihat pada perilaku mengais pakan (feed seeking), mematuk-matuk bulu (feather pecking),

kopulasilkawin, reaksi terhadap panggilan bahaya dan perilaku belajar tetap temu-kenal dari dan bunyi (courtship). bits Ayam dilatih Dengan dapat atau

mampu secara

pengalaman berkali-kali. tertentu,

menggunakan mengenali makanan dan

ayam tiba,

bahwa

waktu

makan Namun

telah tersedia. ini

pengetahuan otomatis Walau oleh

keterampilan pad a

tidak

secara berfkutnya.

diturunkan

generasi

demikian tingkah

laku ini dapat dilatihkan

36

I'idalo l'engukuhcm Gt'l1l Besar Universila, Diponegoro --DK'i .S'tmarti

induk

pada

masa induknya).

imprinting Hal

(meniru yang

dan perlu

mengikuti

mendapatkan perhatian dalam upaya domestikasi adalah siklus tingkah laku rutin, tingkah laku

so sial dan tingkah laku genetis.

Siktus respons misalnya terang,

tingkah

laku

rutin

merupakan eksternal gelap dan yang aktivitas

ayam terhadap suhu

sinyat-sinyal musim,

tingkungan,

sedangkan perilaku

sinyal rutin

internal adatah

mempengaruhi hormonal. yang tetap

Itik yang mandi pad a interval waktu setiap harinya merupakan contoh

peritaku rutin. Kalkuri dan ayam memulai harinya dengan mereka mencari beristirahat harinya. mencari makan, dan menjelang siang

mandi debu (dust bathing). tempat dan bertengger tidak

Sore hari untuk

(roast)

aktif sampai

keesokan

Siklus

musim juga akan berpengaruh

pad a aktivitas kawin beberapa spesies.

Tingkah faku sosial dapat difihat karena unggas dalam kelompoknya saling berinteraksi

satu dengan konsekuensi

yang lain. Interaksi ini membawa bahwa pola perilaku tiap individu

Pelzcahayaan .wbagai Upaya PencegahO1I CekmllGn pada ('ngga~ Tropis BerwQ\vas/111 rlnimal We(faJ"e 37

mengalami modifikasi untuk saling menyesuaikan. Unggas cenderung berkelompok sosial secara

homogen (tiap spesies) dalam alam bebas, akan tetapi dapat pula hidup secara heterogen dengan kelompok lain yang jelas berbeda dalam spesies, jenis kelamin dan umur. Kemampuan bertoleransi dengan heterogen ditunjukkan domestikasi. kelompok dalam lain satu dalam area kehidupan banyak

lebih

pada unggas yang telah mengalami

Pada industri modem mengenai diperlukan

perunggasan adanya catalan

intensif

dan

(recording)

perbedaan

perilaku

antarspesies,

bangsa dan strain

terhadap lingkungan tertentu,

sehingga dapat mempermudah seleksi yang tepat bagi program berhasil pemuliaan. Seleksi semacam ini

dilakukan

daJam memperbaiki sifat mengeram

libido, dan

meminimalkan

agresivitas,

keindukan- ayam. Ayam lokal diketahui

bertelur

pada siklus 26 jam per butir telur dan dalam satu siklus (clutch) menghasilkan 11-15 butir, dan

selanjutnya dieram. Dalam satu tahun ayam lokal hanya mampu memproduksi 5-6 siklus.

38

Pidato Pengukuhml GUIU Be.far Uniwrsitas Diponegoro -D14'i .'iilnm.ti

Pengertian bertelur atau

clutch

adalah

masa

ayam

terus-menerus setelah

dan kemudian ayam tersebut bertelur pejantan

berhenti terushanya

istirahat

menerus.

Pada rase

datang dan pergi dari sarang dan secara teratur mengawini betina. Anak-anak ayam hasil eraman secara naluriah segera mengikuti induk, makan dan dieram. Demikian secara rutin anak-anak minggu

ayam selalu bersama sampai dengan mengembara bertengger.

hingga beberapa

suatu saat mereka dan memanjat

akan pergi untuk

pohon

Ayam-ayam ayam-ayam awal liar.

modern

dikembangkan maupun dan

dari

Domestikasi terhadap

seleksi kualitas

dilakukan

kadar

daging, agresi, kebiasaan mematuk, pada paha, respons sosial dan

perlemakan warna yang

menarik. Domestikasi terhadap ayam liar dengan berbagai ningkatkan perubahan perilaku mampu me300-

produksi tel~r hingga mencapai

365 butir/tahun.

Pencahayaan SebagaiUpa;'a Pencegahan Cekaman pada UnggasTropis BenvUlva.vUJl Animal ~'elfare

39

Tingkah molting. Molting

laku

alamiah

unggas masa

adalah

merupakan bulu.

terjadinya oleh erat

proses perontokan

Molting dikontrol

gonad dan kelenjar tiroid yang berhubungan dengan turunnya tingkat estrogen.

Faktor

penyebab

molting,

selain oleh

faktor kondisi

hormonal di atas juga disebabkan fisiologis, lama waktu pencahayaan, dan kelembaban. beberapa pada negara,

nutrisi, suhu di

Dalam industri perunggasan program berumur molting 24

dilakukan melalui

ayam-ayam

bulan

pembatasan

air minum,

kualitas

dan kuantitas

ransum serta pembatasan program pencahayaan dengan tujuan untuk mendapatkan produksi yang

lebih baik pada saat siklus produksi kedua pasca molting. ASOHI (2001) dalam Buku Setengah

Abad Ayam Ras di Indonesia menjelas~an bahwa usaha ayam ras baik petelur maupun pedaging dari berbagai setengah aspek yaitu telah sejak berjalan lebih dari

abad,

diperkenalkannya melalui

ayam ras kepada

masyarakat Indonesia

40

Pillara Pellgukrlhwl Guru Besar Un;ver"ita, D;ponegoro

Duo; Sunarti

program Rencana Kesejahteraan 1950, hingga program

Istimewa tahun 1997. telah nyata

Kemitraan ayam yang buras sangat

Intensifikasi memberikan

budidaya konstribusi

terhadap peningkatan konsumsi daging dan telur masyarakat. perunggasan Namun di perkembangan tidak industri lepas dari

Indocesia

berbagai konflik dalam rangka menjaga popu!asi unggas lokal dan usaha peternakan rakyat.

Perlindungan perunggasan

dan perhatian pemerintah terhadap d~unjukkan dengan adanya melalui Keppres melalui

program bimas ayam, pembinaan usaha Keppres No.22/1990 Keppres produksi No.50/1981 yang dig anti dicabut aspek ras

dan pada akhimya No. 85/2000. Dan ayam

teknologi mampu

petemakan

meningkatkan bulan dengan

per1umbuhan dari 1 kg selama 2 konversi pakan 2,5 pada tahun

1960-an menjadi hanya 35 hari dengan konversi ransum sebesar 1,62. Sedangkan ayam petelur, pada tahun 1960-an produksi yang dicapai hanya 200 butir/tahun meningkat menjadi 300

butir/tahun.

Populasi ayam buras, ayam petelur, senantiasa meningkat dari

ayam broiler dan itik

tahun ke tahun karena jenis-jenis unggas di atas


ncahayaanSebagaiUpayaPencegahan Cekaman patia Unggm TropisBerwawa,anAnimal Welfare 4t

merniliki segmen demikian, modernisasi

pasar yang berbeda. teknologi yang ada

Namun dan belum

pengembangan perunggasan

banyak menyentuh ranah animal welfare.

Aspek

lain kondisi dari

nyaman standar

bagi ayam fisiologis

Standar
Fisiologis

dapat

ditunjukkan ya,itu;

normalnya

suhu tubuh ayam dewasa .:!:

41 ,49C ; angka respirasi 20-30 kali/menit; jumlah darah .:!:7% berat badan; tekanan darah 150-190 mmHg, jumlah lekosit didominasi oleh limfosit

berjumlah

40.000-80.000/mm3.

Denyut jantung sedangkan day old

ayam dewasa 250-350/menit, chick 300-560/menit. old chick 235

Kadar glukosa plasma day ml, sedangkan ayam

mg/100

berumur 2-5 bulan 242/100 mi. Jumlah eritrosit ayam betina 2,72 juta-3 juta/mm3, sedangkan

ayam jantan 3,24 juta-3,8 juta/mm3.

6. PERAN PENCAHA Y AAN

lingkup Cahaya

Kebutuhan

cahaya

pada

unggas

ditentukan oleh bangsa unggas, type, dan strain; tujuan produksi, umur unggas, sumber cahaya

42

Pidato Pengukuhan Grim Besar Universita5 Diponegoro -Dwi

Sul/arti

dan lingkungan. program Berbagai namun

Sampai

saat

ini belum

ada

pencahayaan hasil

yang baku bagi unggas. dapat dimanfaatkan, sebelum melakukan hendaknya serta

penelitian

sangat disarankan program

manipulasi

pencahayaan

mengkaji terlebih dahulu pola pertumbuhan karakteristik unggas yang dipelihara.

Jenis

lampu

juga

penting

diperhatikan

karena

neon memancarkan terang dibanding

intensitas cahaya 3 kali lebih lampu pijar biasa. Demikian intensitas akan cahaya.

pula wama cahaya akan memancarkan cahaya yang berbeda. Suhu

dingin

menurunkan Kandang pemantul yang

efisiensi daya gelombang yang berdebu juga serta

terdapatnya intensitas Bill (1995) bahwa pada sampai

cahaya

menurunkan ayam.

ditangkap

oleh mata

dalam Widjaja (1999b) melaporkan

suhu 5C intensitas ~ampu neon hilang

40% bila dibandingkan dengan suhu kamar.

Manipulasi sebenarnya dasarnya sudah

program ban yak

pencahayaan dilakukan. Pada

tingkup pencahayaan

dalam siklus 24

jam acta 4 macam yaitu : lama pencahayaan


'encahayaan .\'ebagai Upaya Penc'egahO1I Cekaman pada Unggas 7ropis Ben.'awasan Animal UfelJare 43

(photoperiode) ,

intensitas

cahaya

(light cahaya maupun

;ntensitylillumination) , warna/gelombang (light colour/spectral composition)

pemberian cahaya secara berselang (intermittent light).

Berbagai

teknik

pengaturan

lama

pemberian cahaya dalam satu siklus 24 jam telah

Lama Pencahayaan

digunakan

sebagai

upaya

untuk

memperoleh

respons atau performans yang paling bagus pada unggas. pengaturan (8L:16D) Morris 8 jam (1994) terang mengatakan dan 16 jam bahwa gelap

menunjukkan

produksi telur sebanyak Peningkatan lama

288-298 butir per ekor/tahun. pencahayaan merangsang 2 jam

dari 8 jam

ke 10 jam, dan

pendewasaan

kelamin

meningkatkan fertilitas (Brake, 1990). Lebih lanjut dikatakan bahwa lama pencahayaan kecenderungan 8 dan 10

jam menunjukkan

produksi telur pencahayaan

yang sarna, namun penambahan

menurunkan kec~patan peneluran dan berat telur.

Austic dan Nesheim,

(1990) mengatakan

bahwa lama pencahayaan lebih dari 17 jam akan

44

Pic/ala Penj?ukuhall Guru Besar [Jniversi(av Dipanej?ora -Dwi

Slinarti

menyebabkan produksi

unggas depresi, terjadi penurunan Lama pencahayaan sampai

telur.

dengan 14 jam masih menunjukkan maksimum. dilakukan mengatakan oleh Penelitian Leason

produksi telur yang (1988) 14L :

sebelumnya dan Summers

bahwa program pencahayaan

10 0 menunjukkan

produksi telur 9% lebih tinggi,

akan tetapi kualitas kulit dan berat telur menurun.

Intensitas atau kemampuan cahaya dimana

cahaya

merupakan

kekuatan oleh dari

sinar yang dipancarkan cahaya alami berasal

Intensitas

Cahaya

matahari (North and Bell, 1990). Menurut Nassau (1983), intensitas cahaya dinyatakan dalam

energi per satuan luas. Intensitas cahaya alami dari hari ke hari akan berbeda, karena intensitas dipengaruhi oleh posisi matahari, keadaan awan, kelembaban udara dan panjang gelombang

cahaya (North and Bell,1990). Kuatnya intensitas cahaya dari suatu sumber cahaya menggunakan candle (fc). dapat diukur

satuan cahaya yang disebut. feet Satu feet candle adalah kuatnya

penyinaran yang jatuh pada suatu bidang seluas 1 feet persegi dan be~arak 1 feet dari sumber

Pencahayaall SebagaiUpayaPencegahm! Cekanlan pada UnggasTropi.s Berwawasan Animal U;elfare 45

penyinaran

yang

berkekuatan

1 candle

(Nor1h bahwa

and Bell, 1990).Lebih

lanjut dikatakan

kekuatan penyinaran suatu sumber cahaya pad a suatu bidang, berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara bidang dengan sumber penyinaran. Hal tersebut dirumuskan dengan :

E = Clif
dimana E = kuat penyinaran (feet candle) C = kuat sumber penyinaran ( candlelwatt) d = jarak bidang dengan sumber cahaya

Hubungan

lux dan feet candle adalah;

lux = 0,0929 fc atau 1 feet candle = 10,76 lux (Nor1h and Bell,1990). persegi broiler intensitas intensitas setara Satu watt per 0,37 meter 10,8 lux. Pada ayam dengan

dengan

dibutuhkan

cahaya

terang

1O-2O lux dan cahaya gelap dengan sekitar 1-3 lux. Intensitas cahaya dapat suatu alat yaitu yang dapat

diketahui dengan menggunakan luxmeter digunakan atau spectrofotometer

selain untuk

mengetahui

intensitas

46

Pidato Pengukuhan Glint Be.far l.!nivers;taf D;ponegoro-

/)\4'; Sunarti

juga

untuk

mengetahui

panjang gelombang

cahaya (Nassau, 1983).

Pengurangan

intensitas

cahaya

yang dengan dinding

masuk dalam kandang dapat dilakukan pemasangan kandang. filter pad a sekeliling

Menurut Nassau (1983) beberapa filter

cahaya yang dapat digunakan yaitu kaca, kristal, gelatin atau plastik yang terbuat dari bahan yang mampu menyerap dengan baik.

Warna

cahaya

yang

berbeda

akan

Warna

dihasilkan dari panjang gelombang

cahaya yang

Cahaya

berbeda pula (Morris, 1994). Agar ayam dapat melihat sesuatu yang terletak pada wilayah

penglihatan, mata retina.

harus ada cahaya yang melintas ke suatu gambaran pada

dan membentuk

Hal sensoris

ini (batang

akan

merangsang

reseptor

-dan- kerucut)

menghasilkan

impuls yang dipancarkan cortex. Menurut Nassau

ke otak bagian visual (1983), warna merah

mempunyai

intensitas yang kuat sedangkan

Sebagai Upaya Pencegahan Cekaman pada Unggas Tropis Be~'awasan ,.Jnimat U'"elfare

47

Icahayaan

Tabel2.

Pengaruh Berbagai Warna Cahaya

Parameter
Produksi Meningkatkan
Merah

w~~~ Cahaya
Oranye
Kuning I Hijau x Biru x

oertumbuhan Menurunkan
efisiensi pakan Memperlambat dewasa kelamin Mempercepat

dewasa kelamin
I Memperlebar~ata

I MenQuranQi stress

x
x x
x

Menurunkan
kanibalisme Meningkatkan oroduksi telur Menurunkan produksi telur Meningkatkan ukuran telur Meningkatkan fertilitas telur Menurunkan fertilitas peiantan Sumber

x x
x x

: North and Bell, 1990

dibawah

warna

ini adalah oranye,

kuning dan

hijau. Warna biru, hitam, violet dan cyan (biruhijau) merupakan warna dengan intensitas

rendah dan warna putih merupakan warna yang mampu mendistribusikan cahaya dengan baik.

48

Pidalo Pengu"7~han Gum Be..ar Unive/:sitas Diponegoro -D-,..1 ,'I:l~narti

Panjang gelombang untuk merah adalah 700 nm, oranye 600 nm, kuning 580 nm, putih 560 nm, hijau 520 nm, cyan 488 nm, biru 480 dan violet 400 nm. North dan efek seperti Bell (1990) menyatakan terhadap tingkat

bahwa

terdapat hal,

warna

cahaya

beberapa

pertumbuhan,

dewasa kelamin, produksi,

berat telur dan lain-

lain, terlihat pad a Tabel 2. diatas.

Pencahayaan (1993) program

berselang.

Menurut Etches berselang

pencahayaan

Pencahayaan
Berselang

merupakan

program
antara

pencahayaan
periode gelap

dengan
dengan

menggabungkan

periode terang. Program pencahayaan

berselang

pertama diterapkan tahun 1970, karena adanya suatu dorongan yang mempengaruhi yaitu harga minyak di dunia naik dan biaya listrik mahal, hal ini menjadi elemen utama dalam biaya produksi unggas. Tienhoven mempraktikkan produksi telur Atas dasar dan hal tersebut maka Van mulai

Ostrander

(1973)

rencananya yang

untuk mendapatkan dari program

maksimal

pencahayaan berselang.

'encahayaat/ SebagaiUpayaPencegahan Cekaman pada UnggasTropis Beni'a\vatQJ/.4nima/ ff'e/fare

49

II

Menurut

Rowland

(1985)

perbedaan

program pencahayaan berselang yang diterapkan pada unggas petelur diklasifikasikan macam yaitu Cornell, Biomittent program pencahayaan menjadi menjadi 3

dan French. berselang yaitu

Sedangkan sendiri

dialokasikan

2 kategori

program symmetrical 6L:60:6L:60

dengan pola pencahayaan asymetrical dengan

dan program

pola pencahayaan Lebih lanjut

10L:40:2L:80

(Morris,1988). program

dinyatakan

bahwa

symmetrical

akan

berpengaruh rata-rata

pad a lamanya berkurang program

interval ovulasi, dan menambah asymetrical dewasa

peneluran sedang

ukuran telur,

akan berpengaruh

pada lambatnya ukuran telur,

kelamin

dan menambah

tetapi mengurangi rata-rata peneluran. Biomittent dan Comell merupakan pada French berselang progam pencahayaan asymmetrical. program Oi

berselang Sedangkan pencahayaan

katagori

merupakan

katagori symetrical.

sisi lain West (1979) mendifinisikan gelap-terang dengan

bahwa siklus

yang lengkap dalam 24 jam disebut sedangkan ahemeral adalah

hemeral,

siklus gelap-terang

yang tidak persis selama 24

50

Pidu(o Pengllkuhl1J! (i'urn Besar 1}IIivel:si(as Dipollegoro -Dwi

S/llIarti

jam ,misalnya gelap 12 jam:terang

13 jam. Siklus

semacam ini pernah dianjurkan untuk diterapkan pada manajemen ayam petelur mengingat siklus bertelur ayam antar 2 oviposisi lebih dari 24 jam.

Beberapa pencahayaan memiliki

peneliti berselang

membuktikan (intermittent dalam

bahwa light)

keistimewaan

mempengaruhi

lama interval ovulasi, rata-rata jumlah peneluran, ukuran telur, dewasa kelamin (Morris, 1988); ransum

menurunkan

biaya listrik dan konsumsi

masing-masing Sedangkan disimpulkan berselang

41% dan 9% (Mid ley etal., 1988). pada penelitian Etches (1993)

bahwa penggunaan

pencahayaan

15 menit terang, 45 menit gelap akan karena dapat menghemat 15%

lebih ekonomis

konsumsi pakan tanpa mengubah produksi telur. Suatu penelitian bertujuan mencari alternatif bagi peternak untuk menentukan waktu yang tepat

dalam pengumpulan mengatakan bahwa

telur puyuh. Sunarti (2000) pada tingkat pencapaian

produksi yang sarna, maka dapat dipilih program 12 jam terang : 12 jam gelap dengan waktu ertefur terbanyak antara jam 14.00 -16.00 WIB atau
51

ncahayaQ11Sebagai UpO)'a Pencegahan Cekan,an pada Unggas Tropis BerM'{}\va.~QtI.lnima' Welfare

program 15 menit terang : 15 menit gelap dengan waktu telur amara jam 04.00 -06.00.

6.1. pengaruh

Cahaya Terhadap Fisiologis

Unggas
Pencahayaan pads ternak unggas tidak Terdapat unggas 10

Respons
Fisiologis

dapat lepas dari proses hormonal. kelenjar senantiasa hipotalamus, utama dalam tubuh

yang

memproduksi

hormon yaitu hipofise, pancreas, testes

pineal, tiroid, paratiroid, adrenal ovarium,

ultimobranchial, (Ensminger, 1992). Nalbandov cahaya melalui

(1990) retina

menjelaskan akan

bahwa

mata

diteruskan

melalui syaraf mats menuju hipotalamus anterior,

kemudian
substansi untuk Hormon

merespon
yang

dengan
hormon

melepaskan
hipofise gonadotropin.

merangsang

kelenjar

memproduksi ini bersama

aliran darah merangsang

ovarium serta organ reproduksi lain. Oi sam ping itu hormon juga membantu folikel telur di gonad, jengger proses pematangan bulu dan

perkembangan

pada ayam petelur. Oi sisi lain, cahaya kelenjar tiroid untuk menghasilkan

juga memacu

52

Pidato Pengukl.lhan Guru He,var Universitas f)iponegoro -j)-..'i Sunarti

hormon

pertumbuhan

untuk

mengatur

proses gelap

metabolisme.

Selain hat tersebut cahaya

juga memacu dilepaskannya Hormon androgen tulang

hormon androgen. proses lebih gelap

ini ikut serta dalam (Buyse et al 1996), periode

pembentukan

lanjut dinyatakan ternyata rendah, dengan yang tingkat

bahwa selama hormon

kor1ikosteroid

menjadi lurus steroid lebih

dan hormon tingkat stres. rendah akan

steroid Tingkat

berbanding hormon unggas

menjadikan

tenang dan cukup istirahat.

Kelenjar

pineal berlokasi

di bagian atas

otak ayam sebagai penghasil hormon melatonin. Hormon ini merupakan hat menarik dan banyak Cahaya gelap yang

diteliti dalam dekade terakhir ini. akan merangsang sekresi

melatonin

berperan dalam memperbaiki

respons kekebalan

ayam broiler. Oleh karenanya penggunaan sistem pencahayaan menekan syndrome lebih terang-gelap kasus-kasus dan hipoglisemia Widjaja pad a broiler spiking (Widjaja, dapat

mortality 1999b).

lanjut

(1999a,b)

menyatakan

bahwa skor lesio pada saluran pernafasan ayam


"encahQ}'aan .S'ebagai Upaya PenC'egahan (,'ekmtla1l pada Unggas lrQpi.~Ben"m"a.\,(J11 AnimallVefjare

53

II

sangat menurun, bronchitis program aktif.

setelah Hal ini

divaksinasi membuktikan yang

infectious bahwa dapat Hal lain

pencahayaan kekebalan

tepat

meningkatkan

ayam broiler.

dijelaskan pula bahwa melatonin mampu bekerja sebagai antioksidan, sehingga dapat bekerja unsur-

sarna dengan vitamin E untuk mengikat

unsur radikal bebas dalam tubuh yang sangat merugikan. dalam Penting untuk diperhatikan, melatonin akan bahwa terus

keadaan

gelap

mengatur proses metabolisme nitrogen secara maksimal, terus

dan proses retensi sehingga proses secara

pertumbuhan

ayam

berlangsung

maksimal sesuai dengan potensi genetiknya.

6.2. Pengaruh

cahaya

terhadap

tingkah

laku

unggas

Respons
Tingkah Laku

Deskripsi

tingkah

laku

hewan

menurut

Ensminger (1992) adalah reaksi yang ditimbulkan karena adanya rangsangan yang timbul kareoa tingkah laku tertentu atau reaksi lingkungan. dan

gengaruh

Sedangkan

menu rut Fraser

Broom (1990) adalah kondisi spesifik otot, pergerakan

kontraksi

dari salah satu bagian tubuh,

54

PidalO Pengukuhan (rurn Besar Uni,,-ersila.5Diponexoro -D-.vi ,'i'unarli

Pergerakan menyesuaikan

unggas

dalam kondisi

upaya

diri dengan

lingkungan

dan individu yang lain. Wodzicka

et a/. (1991)

menyatakan bahwa tingkah laku (animal ethology) sangat penting berg una mengatasi untuk dalam proses penjinakan bagaimana Appleby yang ternak (1992)

mengetahui

lingkungannya.

menyatakan tingkah laku merupakan

bagian dari

fungsi umum ternak yang sangat spesifik dalam rangka penyesuaian dengan lingkungan dan

mempertahankan

kenyamanan.

Tingkah laku dasar pada ternak menurut Wodzicka et a/. (1990) terdiri dari beberapa

kriteria yaitu tingkah laku ingestif, shelter seeking, investigation, ailielometik, agonistik, eliminatif,

care giving dan tingkah laku anak untuk minta perhatian dari induk (care soliciting), tingkah laku seksual dan tingkah laku bermain. Ditambahkan oleh Fraser dan Broom (1990) bahwa ternak juga memiliki tingkah laku tidur dan istirahat.

Blockhuis

(1984)

menjelaskan

bahwa

istirahat adalah waktu yang panjang dalam

PencahQ}'aan Sebaga; Upaya Pencegahan Cekanla11pada Unggas Trapis Benl'aK'aS{DI.4n;maIIVelfare

55

ketidakaktifan.

Bentuk

istirahat dipertimbangkan laku

sebagai salah satu cara adaptasi tingkah yaitu mengurangi kehilangan panas

melalui

jengger dan pial. Pada pengamatan tingkah laku istirahat dibedakan menjadi (dozing) dan tidur keadaan mengantuk Appleby (1992)

(sleeping).

menyatakan dari tingkah

bahwa tingkah laku unggas terdiri laku bermain, makan dan minum,

mengkais tanah (dushbathing) , membuat sarang (nesting), tenggeran (crawling), mematuk reproduksi. (roosting), berguling-guling

(pecking) dan tingkah laku

Intensitas dan warna cahaya mempunyai pengaruh dan ayam nyata terhadap (Newberry pertumbuhan puyuh

et al., 1987).

Intensitas

cahaya yang tinggi penting pada minggu pertama pericde unggas Setelah cahaya pemeliharaan yang akan membantu dan minum. dibanding

untuk menemukan 1tu intensitas alam untuk harus

pakan

rendah

mencegah

kanibalisme.

Penambahan intensitas cahaya yang terlalu tinggi dalam suatu tick juga dapat menyebabkan stres (Cavalchini et aI, 1984). ayam

56

Pidato PenKukilhOll Gum Be.'iar Unive/:vitm Dipolle,~oro -/)tvi ,'i'un<Jrti

North

dan Bell

(1990)

menyatakan

intensitas

cahaya yang tinggi dibutuhkan

untuk anak ayam

pads saat pertama dipelihara atau umur 3 hari, guns Pads mempercepat saat belajar makan 4-7 dan minum. tingkat

di indukan

minggu,

intensitas cahaya yang digunakan

adalah 3,5 fc

atau 35 lux. Intensitas cahaya yang rendah sering digunakan untuk mengurangi aktivitas dan

kanibalisme (Cherry dan Barwick, 1962). Weaver dan Siegel (1968) menemukan bahwa aktivitas

makan akan bertambah dengan adanya kekuatan cahaya. Selanjutnya ditambahkan oleh Newberry

et at. (1986) bahwa aktivitas unggas lebih besar di bawah intensitas yang tinggi (12 lux) dibanding intensitas rendah (5 lux). Tingkah laku jalan, oleh

berdiri dan total aktivitas

yang ditemukan

Newberry et a/. (1988) lebih tinggi pada intensitas di bawah 180 lux dibanding 6 lux, akan tetapi

tingkah laku makan dan minum tidak terpengaruh oleh intensitas cahaya. Selanjutnya ditambahkan bahwa proporsi berdiri dan aktif antara pagi dan Wheaver dan Siegel

malam sangat berpengaruh. (1968) menemukan

bahwa tingkah laku makan

paling besar pada jam 08.00 dan karakter ini

mulai nampak Siegel .pertumbuhan (1984)

pad a jam 07.30 setiap harinya. menyatakan secara umum

broiler lebih baik dengan intensitas cahaya yang rendah.

Intensitas pertumbuhan Intensitas

cahaya

selama

masa

paling optimal adalah 0,5 fc (5 lux). yang lebih unggas besar dari itu akan

menyebabkan Penambahan

saling

mematuk.

penerangan melebihi angka optimal kanibalisme, saling-patuk, pada


-.

di atas dapat menyebabkan kerontokan konsumsi pakan Sturkie intensitas digunakan

bulu dan berpengaruh dan minum (1986) (North

dan Bell, .1990). menyatakan bahwa

cahaya antara 2 -50 lux masih dapat dan tidak mengganggu pertumbuhan.

Hill et aJ(1988), Tucker dan Charles (1993) yang dikutip oleh Morris (1994) menyatakan bahwa ~ penurunan intensitas cahaya dari 34 lux menjadi 1,75 lux tidak berpengaruh nyata terhadap

produksi. dan

Penelitian

yang dilakukan oleh Alsan menunjukkan bahwa

Wathes

(1991)

perbedaan yang nyata antara pengaruh intensitas cahaya dan panas terhadap tingkah laku unggas.

58

Pidato Pengukuh(l1l (mrtJ Besar Uni1.'ersitas Diponegoro -Dwi Sunarli

Penelitian menunjukkan

lain

pada

itik

dan

puyuh

bahwa cahaya merah (sekitar 620

nm) lebih merangsang dibanding cahaya lain. Hal ini disebabkan tengkorak. karena cahaya merah menembus otak lebih efisien dibanding

dan

cahaya lain. Sedangkan respon yang maksimum

cahaya

hijau memberi cahaya lain

dibanding

untuk mE~njangkau hipotalamus jumlah 1985). photon

dengan catatan

harus sarna (Foster dan Follet,

IVlenurut Foss et al. (1972) ayam petelur di bawah banyak cahaya merah mengkonsumsi hijau, lebih

pakan dibanding konsumsi

biru dan putih. yang tinggi di

Sedangl(an bawah

pakan

warna

biru sejalan

dengan

rendahnya

aktivitas, yang lain seperti jalan, saling patuk dan sebagainya. Penelitian yang dilakukan oleh

Prayitno et al. (1994) menemukan makan tidak dipengaruhi keadaaan oleh

bahwa waktu warna cahaya

namun timbulnya

ayam yang agresif, sayap, mematuk unggas di bawah

_merentang atau meregangkan sangkalr lebih tinggi untuk

cahaya merah dan lebih sedikit untuk unggas

60

Pidato Pengl/kuhan Giro Besar Universitas Diponegoro --lJwi Sunarti

dibawah

cahaya

biru

dan

hijau.

Sedangkan

unggas dibawah cahaya putih berada di tengahtengah arltara cahaya merah dan cahaya biru

serta hijau. Selanjutnya ditambahkan bahwa tidak ada pengaruh dihabiskan dihabiskan yang berbeda berdiri pacta waktu yang tapi waktu yang (dozing)

untuk

untuk duduk,

tidur-tiduran

dan tidur (sleeping) lebih besar untuk warna hijau, dan biru

Berbagai d~am

warna tirai berpengaruh

nyata

tingkah laku jalan,

istirahat dan agonistik

namun tidak berbeda

nyata pada pola tingkah

laku makan, minum dan panting. Pemakaian tirai pad a semua warna dapat mengurangi agonistik. Tirai dengan warna-warna gelombang biru dan dan aktivitas

cenderung antara hitam 350dapat

gelap dE!ngan panjang 545 nm seperti hijau,

mengurangi

aktivitas

jalan

meningkatkan

waktu istirahat (Sunarti,2001)

PencahO)'aall ,'l'ebagai UpO)'~ Pencegahwl Cekmnan p(lda Unggas 7ropi.v Bern'u..'a.va1lAnimal JVe({are

61

6.3 pengaruh

cahaya terhadap daging

pertumbuhan

Respons Pertumbuh

dan produksi

1:\I'1enurut Cavalcini et aI, (1984) cahaya tidak h;anya diterima oleh mata, tetapi cahaya juga mampu menembus tengkorak berpen~~aruh mengakltifkan kepala dan untuk

an

pituitari

mense~:resikan hormon gonadotropin.

Pengaruh

sesunglguhnya penyinaran adalah memacu syaraf reseptor ma~a. Rangsangan akan jjiteruskan pada tersebut kemudian sehingga releasing

hipotalamus hormone

tersekresikan

somatotropic

factor (STH-RF) dan tirotropik releasing hormone (TRH). Faktor releasing pituitari dan tersebut anterior akan untuk

meran~,sang mensekresikan

glandula STH

tiroid

stimulating kelenjar Hormon

hormone (TSH), TSH akan merangsang tiroid untuk melepaskan dan tiroksin tiroksin. akan

somatatropik

merangsang

tubuh IJntuk meningkatkan aktivitas pertumbuhan (Bell dan Freeman, 1971 dan Card dan Nesheim, 1972). Ditambahkan bahwa anterior secara Isroli hormon (1996) yang

menyatakan

pertumbuhan kelenjar kontrol

kelenjclr pituitari tiroid beke~a

can tiroksin simultan dalam

terhadiap

pertumbuhan

unggas menjelang

62

Pidata Pengukuhan Guru Besar UniversitasDiponegoro- ~'i Sunarti

puber1as. berfungsi

~iormon memacu

somatotropik aktivitas

dalam sintesa

tubuh protein, ion, dan tubuh

pembentukan

kolagen,

metabolisme karbohidrat di dalam

metabolisml3 lipid, metabolisme metabolism-e mineral. Tiroksin

berfungsi memacu aktivitas-aktivitas an konsumsi oksigen, mempercepat meningkatk.an aktivitas metabolisme, kan cadan!Jan nitrogen, meningkatkan an energi dan merangsang

: peningkatdenyut nadi, meningkatpenyedia-

pem-bentukan kedua konsumsi

hormon hormon

!;omatotropik. tersebut akan

Meningkatnya menaikkan

ransum, sehingga per1umbuhan akan lebih cepat (Harper et a/., 1.979). Ditambahkan pula oleh Isroli (1996) bahwa peningkatan kedua hormon

tersebut pada unggas menjelang puber1as dapat memper1irlggi efisiensi nafsu makan, meningkatkan

penggunaan

pakan dan meningkatkan meningkatkan

laju metabolisme

basal sehingga

laju per1umbuhan, tetapi kadar yang terlalu tinggi akan memberikan umpan balik negatif terhadap kedua terlalu hormon rendah terse but dapat

pertumbUih_an. Kadar dalam darah jika

menyebabkan

kekerdilan

dan laju per1umbuhan

Pellcuhayaan ,')'ebagui Upaya PencegaJlmr ('ekalll{Jn pacia Ungga~ Tropi.~ Bel"I'Q\l'a.~ull..jnimul iVe!{ure

63

yang rE~ndah. Kerja hormon pertumbuhan mulai ternak dewaSc3 postnatal mencapai tubuh dan paling efektif karena pengaruh pada

efektif fase

pubertas, ternak

semakin hormon

pertumbuhan

semakin menurun dan sebaliknya lain lipid yang dan berkaitan dengan semakin bahwa

hormon-hormon metabolisme

karbohidrat dapat dikatakan

menin~Jkat. Selanjutnya hormon-hormon pertumbuhan pubertas penggemukan. Cahaya meningkatkan disamakan secara

lain yang berpengaruh setelah ternak

terhadap awal

melewati

lebih

berpengaruh

terhadap

tidak

langsung dan

akan dapat ransum.

konsumsi

ransum

sebagai metode pemberian kebutuhan

Sinar yang memenuhi

dan brooder

yang memenuhi syarat akan memacu anak ayam untuk makan, sedangkan dalam keadaan gelap menYlulitkan untuk dapat meningkatkan nafsu

makan (McArdle. 1972).

6.4. Ffengaruh cahaya terhadap Selain berpengaruh

reproduksi

pada perangsangan

sekre~si hormon-hormon pertumbuhan, Card dan

64

Pidalo Pen"""kt,han CUrti Besar Universitas Dipone,I,'oro

l).vi S,marti

Nesheim (1 ~~72)menyatakan bahwa cahaya yang mengenai rnata akan merangsang gonadotropin hipotalamus releasing anterior dan posterior. untuk yang

Respons Reproduksi

untuk hormon

merlsekresikan

(Glr:'<H)ke dalam hipofise ke dalam hipofise

oksitosin Gonadotropin merangsang

releasing hormon berfungsi pelepasan hormon-hormon

dibentuk dil hipofise anterior yaitu FSH dan LH. Card dan Nesheim (1972) menyatakan bahwa

FSH berfungsi untuk merangsang folikel-folikel dalam ovarium

perkembangan dan membantu

perkembangan ovarium. Apabila salah satu folikel sudah masak, hipofise terjadinya dihasilkan progesteron menyebabkan maka LH akan dilepaskan sehingga dari

anterior, ovulasi. oleh

menyebabkan yang estrogen, Estrogen Ca, protein,

Hormon-hormon adalah

ovarium dan

androgen. kadar

peningkatan

lemak, vi'lamin dan substansi lain di dalam darah yang diperlukan untuk pembentukan peregangan vent untuk kelenjar telur. tulang guna

Estrogen pubis

juga-merangsang dan pembesaran ayam berperan

memper:5iapkan ProgestE~ron hipotalamus

betina

terhadap

untuk memproduksi

LH dari

bertelur.

pituitari anterior

yang menyebabkan

pelepasan

yolk yang! sudah masak dari ovarium ke funnel atau infundibulum. Yolk yang sudah masuk ke

dalam in1'undibulum langsung menuju magnum. Oi tempa1 ini albumen dan putih telur disekresikan untuk membalut kuning telur. Selanjutnya kuning

telur den!~an suatu gerakan memutar meluncur ke bawah ke b:agian bawah oviduk. Membran

cangkan~~ ditambahkan

ke dalam isthmus. Telur

berada di isthmus kurang lebih 20 jam. Pada saat peneluran, sphincter di antara kelenjar

pembentuk cangkang dan vagina dalam keadaan rileks, ~:elenjar cangkang tekanan berkontraksi, ayam keluar

meningkatkan melalui

perut dan telur

vagina dan terjadilah

proses peneluran

(Morris, 1994). I\pabila peneluran melalui cahaya terlalu Apabila dimulai pada umur cahaya atau akan ditunda

yang terlalu awal, dengan intensitas yang kecil.

peningkatan sangat panjang,

tinggi telur

siang- had berukur;an

peneluran

sampai umur yang lebih tua, telur umumnya lebih besar (Morris, 1994). Lasley (1975), waktu

peneluran sekitar 13 jam setelah mulainya siklus

66

Pidato Pengukuhan Guru Be.far lJniversita~ Diponegoro -Owi Sunarti

gelap sehingga peneluran. Lebih lanjut dikatakan oleh Campl::lell dan berikutnya menurun pertama sekitar 30 sampai kali bertelur apabila waktunya akan

60 menit. unggas

Unggas tersebut

telah mencapai dewasa kelamin.

6.5. PengarlJh cahaya terhadap abnonnalitas


Pene:litian Prayitno bahwa wa~:tu makan (1994) membuktikan oleh

tidak

dipengaruhi

Abnormalitas karena cahaya

warna cahaya, tetapi mempengaruhi ayam, sayap akti\fitas merentang Warna dan

agresivitas

meregangkan merah sangkar dan hijau

(stretching).

cahaya

meningkatkan sedangkan aktivitas

aktivitas dibawah

mematuk biru

cahaya

tersebut

diatas

lebih rendah.

Unggas cahaya

dibawah cahaya putih berada di antara

merah dan cahaya biru serta hijau. Lebih lanjut Prayitno berwarna dihabiskan (1994) menyatakan bahwa cahaya

hijau, biru meningkatkan untuk duduk, tiduran

waktu yang (dozing) qan

tidur (sleepling) sedangkan warna cahaya merah justru meningkatkan cahaya merah aktivitas terang (walking). pada awal

Pemberian

siklus hidup akan meningkatkan

jumlah waktu

67

berjalan. nnakan, menggeliat,dimana memungkinkan kebutuharlnya. meningka1:kan

hal tersebut

ayam melakukan exercise sesuai Pada kekuatan proses tulang berlanjut dan dapat

menekan

risiko abnormalitas (dischondroplasia). PE~makaian tirai pacta berbagai warna

cenderun'g mampu sedikit mengundurkan dewasa ketamin dlan meningkatkan bobot badan pubertas.

OJ sam ping hal tersebut pemakaian warna tirai hijau cenderung mengakibatkan dewasa kelamin

paling lal'nbat serta bobot dan be rat telur paling tinggi (Sunarti.2001)

7. PROEILEM PERUNGGASAN 01 OAERAH TROP'IS


~~ondisi daerah tropis termasuk Indonesia dikenal memiliki temperatur dan kelembaban

tinggi (1lebih dari 24C dan 40%), yang kondisi

Problem Perunggasan

tersebu1: sering

menimbulkan

~kam~n

pada

unggas yang pada akhirnya berakibat turunnya produksii. Problem utama daerah tropis yang

sering dijumpai adalah tingginya angka mortalitas

68

Pidato Pengukuhan Gtlnl Besar Univel-sitas Dipolzegoro --Dwi St/narti

(diatas

10%).

OJ samping

hal

tersebut

juga

sulitnya menghasilkan beret daging, yang

performans

(bobot badan, ransum) genetik.

produksi telur, standar

konversi potensi

sesu.3i dengan

Nor1h (198~.), menyatakan bahwa setiap kenaikan temperatur kandang 3C akan secara nyata mempengaruhi performans unggas yang dipelihara.

Sehubungan dengan tingginya temperatur dan kelembaban di daerah tropis perlu diketahui bahwa banyak faktor yang mempengaruhinya

antara lain: umur unggas (bobot badan), panjang waktu ter~laan panas, suhu air minum, sirkulasi udara, unggas unggas be:sarnya per m2. radiasi Secara maupun fisiologis berupaya tubuhnya dan panting), mencari tempat kepadatan sebenarnya untuk melalui konduksi dingin),

senantiasa suhu

mempertahankan evaporasi

(pernafasan, aktivitas,

(mengurangi

konveksi ( menjauhkan sayap dari tubuh), radiasi (Iewat banyak, lanjut, pE~mbuluh darah ekskresi ejfek suhu pe rife r) , minum diare). semakin lebih Lebih besar

(kadang-kadang tinggi akan

apabila (jiikuti dengan

kelembaban

yang tinggi.

69

Kombinasi suhu dan kelembaban serta kombinasi faktor-faktor suhu tersebut mengakibatkan Kondisi ini kenaikan merupakan

1ubuh unggas.

cekaman.
Pada kelemb,aban suhu 55%, lingkungan maka suhu 37C tubuh dan unggas

menin~lkat menjadi 45C, sedangkan ambierl maka yang sarna dengan unggas

pada suhu 75% dan

kelembaban menjadi 47C

suhu tubuh

dapat menyebabkan pad a industri berhut)ungan adalah heat

kematian.

Kasus kematian yang

perunggasan dengan stress suhu

di Indonesia dan

kelembaban Heat stress

syndrome.

syndrome udara

lazim terjadi pad a waktu dini hari saat ataupun siang hari saat terik

dingin

matah,ari, bahkan

seringkali

dijumpai

kematian

ayam mendadak. Hal ini dapat dimengerti karena pada udara dingin unggas akan menguras energi dalam rangka mempertahankan sementara suhu tubuhnya,

pada udara panas proses metabolispanas yang.harus

me pakan akan melepaskan

dilepaskan melalui proses evaporasi (penguapan melalui udara pernapasan) bahkan mengalami

pantil'1g (megap-megap).

70

Pi-data Pengukuhan (Iu/U Be.'aT Uniwr.!itas Diponegoro -Dwi

Sunarti

~(asus merupakan pada

Spiking

mortality

syndrome

penyakit virus yang banyak dijumpai perunggasan terus menerus, dengan program

industri

pencahayaan intensitas

atau penggunaan Pada secara program terus-

cahaya

yang tinggi. unggas

pencahalyaan menerusi menururlkan Kekebalan mudah saluran

tersebut,

mengalami daya tahan tubuh yang virus. ini

cekaman,

sehingga

dan kekebalan tubuh. rendah Virus akan sangat

terinfeksi

yang

ada pada

pencernaan

hanya

menyebabkan Kondisi lepas

hipoglisemia ini semakin indukan dengan

ringan dan immunosupresi. parah pada saat unggas

atau divaksin munculnya

IBO. Hal ini ditunjukkan tremor, yang ada-

gejala

kalanya (jiikuti dengan

kematian tiba-tiba (James

dan Thornas, 1996). Kondisi turunnya daya tahan dan tingkat tidak kekebalan akan akibat cekaman bukan

mlJngkin

mendorong

merebaknya

wabah fIll burung (avian influenza) seperti kasus beberapal waktu yang lalu.

Kasus dijumpai

kelumpuhan Kasus

kaki

seringkali

pada broiler.

ini lebih populer (TO)


71

dikenal sE~bagai Tibial Dyschondroplasia

J'encahayuan ,)'ehagai Up~'a PenceKahan Cek'~lman pada Un,~(LS Tropi,s BeJ,.'mva,san.-lnilJloll"'elfare

yang secara

diindikasikan g~~netik yang dan

sebagai berlebihan

perkembangan yaitu otot proses yang untuk cahaya

hiperplasia melampauli

hipertrofi kemampuan Tingginya unggas

sel-sel kaki

menyangganya. matahari peternak bagi

intensitas telah

menyadarkan dan berupaya cara sehingga

untuk selalu waspada berbagai

menguran1~i dengan

dapat seminimal mungkin mengalami cekaman.

8. UPA YA PENANGGUlANGAN
Manipulasi meningkatl(an saat panen 19~6). cahaya gelap dan terang dapat

berat badan rata-rata 1,1 % pada antara umur 6-7 minggu hal tersebut (Buyse,

OJ samping

manipulasi

cahaya terang-gelap, abdomen panen. yang Zubair jauh

menunjukkan lebih

deposit lemak pada saat

rendah

(1996) bahwa

dalam -cahaya

Widjaja gelap

(1999b) akan

menyatakan mengubah jaringan tiga

pola hiperplasia

dari perkembangan

acliposa pada ayam umur dua sampai akan mengakibatkan

ming~~u, sehingga

proliferasi jc~ringan adiposa terhambat dan jumlah

72

Pidato PengukllhanGuru Besar Universita,Diponegoro-Dwi Sunarti

gel yang a!kan mengalami hipertrofi 4-5 minggu menurun. Prolgram pencahayaan memperbaliki 3,6% konversi pakan

pada umur

terang-gelap rata-rata

akan hingga

bila dibandingkan

dengan

pencahayaan

kontinyu. (::fisiensi pakan akan tebih nyata apabila gelap diberikan pada waktu hari terdingin (dini

hari, berkisar jam 01.00-03.00)

atau hari terpanas

(siang hall berkisar jam 11.00-14.00).

Kasus tibia dischondroplasia

(kerapuhan gelap

Penanggulangan

tulang) karena

dapat

ditekan

dengan

cahaya

c:ahaya gelap akan memacu proses kalsifikasi TO dapat

androgen

yang membantu sehingga kasus

pada tulang. Program jelas

ditekan.

pencahayaan

harus

dilakukan

dengan

sesuai d1angan jenis, umur, strain unggas maupun tujuan pemeliharaan. pemelihc~raan memberikan diikuti dampak Cahaya merah pada awal dengan positif warna karena biru, dapat

mencegah (dischondroplasia).

73

nya intensitas cahaya alami yang masuk dalam kandan!g. cender!ung Tirai gelap dengan dengan warna-warna panjang yang

gelombang

antara 350 -545 dapat

nm seperti hijau, biru dan hitam, aktivitas istirahat jalan (Sunarti, dan 2001).

mengurangi waktu

menin~lkatkan

Masa Iqitis air minum broiler terjadi pad a 7 hari pertama masa pemeliharaan, dengan suhu ideal

air mnlJm 60-70% dari suhu tubuh ayam (41.5C), sehinglga suhu air minum ideal 25 -29C.

Sedan!~kan setelah masa kritis tersebut suhu air minum yang baik Suhu apabila kandang dibawah periode suhu starter

lingkurlgan.

berkisar antara 25 -33C mungkin menunjukkan

dan diberi pakan sedini performans yang lebih

baik (~;unarti dan Mei, 2004). Suhu tubuh broiler naik :5ekitar 7 -12% pada saat 2 jam setelah

makan sehingga pembatasan jam makan 3 jam sebelum timbul stressor temperatur tinggi perlu

dilaku~~an. Mengingat suhu dan cahaya merupakan dua faktor yang saling terkait maka program pencahayaan, pengaruhnya harus terhadap selalu memperhatikan

suhu dan kelembaban.

74

Pidato PengukuhlD! Gunt Besar Universita~ Diponegoro- Dwi Sunarti

Isu lingkungan (environmental kenyan'lanan

issues) dan

(welfare) telah menjadi isu global

dan merupakan kesepakatan internasional dalam memproduksi simposium di Denmark pemerintah untuk ternak unggas. Bahkan pada

internasional tentang animal ethology 1994 telah direkomendasikan mulai mengalokasikan dan pengembangan agar

anggaran animal

penelitian

welfarE! (kenyamanan kenyarnanan

ternak). Peraturan tentang code) dan

ternak (Animal welfare

pedoman tentang lingkungan yang nyaman bagi ternak (A guide line on controlled environment for livesto(;k) perlu mulai diterbitkan. Indonesia internasional, kesepakatan akan dapat Produk unggas di pasar

diterima mengikuti

apabila dan

beberapa internasioal menghindari memproduksi

kecenderungan

dalam bidang animal welfare dan cruelty dalam memelihara dan

ternak unggas.

Hadirilrl

yang

saya

hormati,

Izinkanlah pada UNDIF' Terna~;. para

saya memberikan Fakultas Studi

pesan

ke-

mahasiswa,

Peternakan Produksi

khususnya

Program

76

Pidato Pengttkuhall Guru Be.varUniversitasDiponegoro-Dwi Sunarti

Anda

merupakan

pewaris,

penerus,

sekaligus

Pesan
untuk
Mahasiswa

tumpuan

masa depan bangsa yang akan turut ternak

serta sel:ara aktif dalam pengembangan

unggas. ICepat ataupun lambat aspek kenyamanan (welfare) merupakan salah satu faktor penting dalam n1emproduksi temak unggas utamanya

menghadapi kerjakan

pasar global. Apa yang telah saya hasil kerja sarna saya Ilmu masih banyak oleh

merupakan

dengan Anda dan kawan-kawan yang telah sangat saya berikan dari yang

seprofesi. Anda dan

kepada

jauh

sempurna, ada

keterbatasan

pad a diri saya,

karena i1u, belajarlah dengan lebih tekun, jangan mudah jauhkan putus asa dan frustrasi, kurang hindari dan

hal-hat yang

baik agar tidak

menjadi masalah di kelak kemudian hari.

Janganlah mengejalr nilai,

Anda

belajar

hanya

untuk senang,

belajarlah

karena

belajarlah karena Anda ingin tahu; pergunakanlah setiap kesempatan pengetahuan (skills and keterampilan bangku kuliah yang ada untuk menambah dan keterampilan dan di

(knowledge) attitude), karena yang Anda

pengetahuan selama dasar

peroleh modal

merupakan

yang
77

Pencahayawl ,)'ebagai [lpaya Pencegahun (;ekamwIpatia (inggasIropis Berw~a!an ftnimallf'elfare

masih perlu diperkaya untuk dapat bermakna di masyalrakat.

Persaingan sebag;ai ancaman,

global jangantah tetapi

dipandang bahwa

lihatlah

kesemlpatan terbuka sangat lebar bagi Anda yang berpre'stasi dan berkualitas untuk dapat berkarya tanpa melihat batas negara. Memang ini sebuah tantangan, tapi saya sangat yakin Anda akan

mampu menghadapi

persaingan tersebut. Belajar

dan b(~lajarlah tiada henti. Life is learning.

Kepada adik-adik stat pengajar yang lebih

Pesan untuk
Dosen Muda

muda, apa yang telah say a kerjakan dan capai sampai memacu mend.3lami dengan prestasi protesi hari ini semoga untuk dapat lebih lebih tekun

Anda

dan memberikan

kontribusi

nyata bagi perkembangan

ilmu pengetahuan dan

teknologi yang Anda tekuni. Saya selalu berharap Anda sekalian saya. lebih maju dan berprestasi dari

Hadirin yang saya muliakan, Sebelum saya mengakhiri pidato pe-

ngukuihan ini, perkenanlah

sekali lagi saya


.~marti

78

Pidato Pengul.-uhan Guru Besar Universitas Diponegoro -Dwi

menguc:apkan syukur ke hadirat Allah SWT, atas segala 1nikmat yang telah diberikan kepada saya sekeluarga. Uc:apan terima kasih yang tak

terhing~la juga saya sampaikan kepada berbagai pihak yang sec:ara telah serta langsung menyetujui, peluang, maupun tak

langsurlg, kesempatan

memberikan mengarahkan,

membantu dan mendukung serta hadir pad a saat ini untluk memberi restu kepada saya dalam

membalc:a pidato pengukuhan di hadapan Sidang Senat l-erbuka yang mulia ini.

Secara ucaparl terima

khusus, kasih

saya kepada

menyampajk~n yang terhormat

Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia,

Ucapan
Terima kasih

yang tlerkenan

mengangkat

saya sebagai Guru Terima kasih

Besar di Universitas

Diponegoro.

yang tlJlus saya sampaikan kepada Prof. Ir. Eko Budihardjo, MSc. Rektor Universitas Diponegoro, yang 1telah memberikan kemudahan segala dukungan dan

sehingga saya dapat berdiri di atas pula ucapan terima kasih

mimbalr ini. Demikian

saya 1ujukan kepada Prof. Sudarto, S.H. (aim), Prof. (ir. Mulyono S. Trastotenojo, Mulad'i, SH, dan Prof. Dr.

Rektor pada masanya yang telah


Bel~'ml'a.~an Animal rVe!{are

Pencahayaan Sebagai UPQ}'uPence""ahwl Cekmnml pada Unggas lropis

79

telah kepada

rnendorong

dan

memberi

kesempatan

saya untuk mengikuti

studi lanjut dan

berkiprah lebih maju.

Kepada Sekretaris Senat,

Ketua Dewan

Senat

Universitas, Dekan

Guru Besar,

Fakulta~) Peternakan, Sekretaris Jurusan,

Senat Fakultas, Ketua dan Ketua, Sekretaris di Jurusan Program Produksi Fakultas

STudi sierta Stat Pengajar Ternak serta seluruh Peternakan UNDIP,

Stat Administrasi yang telah

mendorong diri saya di

membelrikan fasilitas dan mengusulkan sebagai Guru Besar Ilmu Ternak

Unggas

UNDIP, saya ucapkan banyak terima kasih.

I=>ara

Dekan

pad a

masanya

Drs. Prof.

Soepharno Hendrosoekarjo,

MAgr,Sc.(alm),

Dr. H. l_achmudin Sya'rani, Kolonel drh. Soetopo Andar, Ir. Soelistyono HS., Prof. Dr. drh. H. MS. yang

Soedar:50no, Dr. Ir. Didiek Rahmadi, telah memberikan pendidikan S-1, kesempatan memberikan

saya belajar di izin saya

menempuh pendidikan S-2 di UNPAD dan S-3 di University of Wales, saya tak lupa juga

mengu(;apkan banyak terima kasih.

80

PidatoPengukl.han Guru Be.~arUni"~rsitasDiponegoro -Dwi Sunarti

Kepada yang saya hormati Dr. Didiek Rahmadi. drh. Nuigroho, Prof. Dr. Dawan Prof. Dr. Ir Ruhyat Kartasudjana, Warsa, MS, Dr. C.J.C. Phillips, Sugandi (aim), MS, If. Toto Dr. H. Omed

masing-masing

pembimbing sabar

S-1, S-2 dan S-3 dan tekun memberi

yang tellah dengan

bimbingan dan kesempatan ilmu prclduksi dan tingkah hingga

untuk memperdalam laku ternak unggas

:saya dapat menyelesaikan

studi tepat

waktu, saya ucapkan terima kasih yang setulustulusnya..

Saudara-saudaraku unggas, Ir. Sugiarsih

di faboratorium ternak Jr. Bambang

PandeJaki.

Srigandolno,

Msc, Prof. Dr. Jr. Umiyati AM, Ir.

Warsono, Sarengat, MS, fr. Nuniek Sriyuningsih, MS, Dr. Ir. Edjeng Supriyatna, Djauhari, MSc, MS, Dr. Ir. Luthfi

Dr. Ir. Sri Murni Ardiningsasi,

MSc. Ir. Sri Kismiati, MS yang tak pernah henti mendorong. membantu saya untuk selalu maju, terima kasih.

untuK itu semua saya sampaikan

Kepada Ilr. Warsono Sarengat, MS, terima kasih tefah memperkaya penulisar1 ini.
PencahayaO/l Sebagai Upu)'a Pencegahan Ce~:anlan pada Unggas rropi.~ Belwm"a.~an ,4ni",al flleifare 81

gambar

dan asupan

dalam

TI3rima kasih dan penghargaan yang tulus juga saya sampaikan kepada Tim Manajemen Develop-

Program Doktor dan Six Universities ment an<1 Rehabilitation temen Pendidikan

(SUDR) Project, Deparyang telah

dan Kebudayaan

memberikan beasiswa program $-2 dan $-3.

K,epada para Guru Besar Prof. Dr. Ir. C. Imam Sutrisno (UNDIP). (UNPAD). Prof. Dr. fr. Suharsono

Prof. Dr. Jr. Tri Yuwanto (UGM) dan (UNIBRAW) yang telah

Prof. Dr. Ir. Achmanu memberikan

rekomendasi

dan referensi kepada

saya untuk mencapai Guru Besar dalam bidang

IlmuTerrlak Unggas.

Klepada mereka yang telah berjasa dalam mendorong, membimbing, berikan berbagai membantu dan memuntuk menmuda dosen

kemudahan

gemban~lkan karier saya sebagai dosen termasul< mengantarkan saya menjadi

teladan cli tahun 1989 hingga hari ini saya dapat -berdiri di mimbar ini, antara lain drh. Soetopo

Andar, Ir. Bambang Srigandono, MSc, Prof. dr. H. Moelyono S. Trastotenojo, Prof. Ir. Joetata,

82

Pidato Pengukuhan Guru Besar llniversitas Diponrg,'ro /),,'i Sunarti

Hadihardaja Prof. Or. H. Muladi, SH, Prof. Ir. Eko Budihar,:ijo, MSc, Prof. Dr. Lachmuddin Sya'rani, Prof. dr. H. Soebowo, Soedar~;ono, saya DSPA, Prof. Dr. drh. H. ucapan terima

sampaikan

kasih yang tutus.

~(epada seluruh Guru-guru

kami di SON

Wonogiri III, SMPN I dan SMAN I Boyolali yang pada hari yang berbahagia ini beberapa

Bapak/lbu berkenan hadir, nanda menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang tak terhingga atas pendidikan pada saya. yang Bapak yang dan Ibu berikan sarna juga saya

Ucapan

sampaikan kepada seluruh Guru saya di Fakultas Peternakan pula 1975 dimana kepada dan Universitas seluruh para Oiponegoro. rekan-rekan Fakultas Demikian seangkatan Peternakan support

alumni

pun berada yang memberikan

untuk pengembangan

karier kejenjang tertinggi,

saya sarnpaikan terima kasih

Terima segenap' organisasi

kasih mendalam dalam

ditujukan

pada

rekan-rekan non profesi,

kepengurusan profesi,

organisasi

Pencahayaml Sebagai (fpaya Pencegaha11CeklIlIa11 pada Unggas Tropis Bent'awavall .4nimal Uelfare

83

lembagal

maupun

paguyuban

yaitu

OSIS,

KepramlJkaan di Undip maupun Kwarda Jateng, Ikatan Sarjana Peternakan Association Indonesia. Indonesian World Branch

Poultry Science (Masyar,akat Puslitbal1gtek Penelitian Undip,

Ilmu dan

Perunggasan Puslit Gender Wanita

Indonesia). Lembaga

Dharma

Persasutuan YPAC Jawa yang dan

Fakultas. Peternakan Tengah. concern Sumarah, dengan

dan UNDIP, LSM-LSM nasib

utamanya

petani-peternak

pember(jayaan

wanita.

Semua

sangat berperan

dalam p{oses pendewasaan

dan pengembangan

diri hingga saya menjadi seperti ini.

lJcapan terima kasih yang tulus juga sara sampai~~an kepada Prof. Dr. drh. H. Soedarsono, Prof. Dr. Ir. C. Imam Sutrisno, Prof, Dr. Ir.

Soenar~;o, MS yang telah memberikan dukungan dan semangat hingga !;aat ini. sejak saya menjadi mahasiswa

Kepada Prof. Dr. Orh. Soedarsono,

Prof.

Dr. Ir. (~. Imam Sutrisno, Prof. Dr. Ir. Soenarso, MS, Prof. dr. H. Soebowo, OPSA, Prof. Dr. dr. Suharjo Hadisaputro, SpPO (KTI), 84
Pidato' Pengukr/han (Iuru Be.far Uni~lersitas Diponegoro -IJw; Sunarti

Prof. Dr. lachmuddin Soedjalrwo memberikan sebagai asupan,

Sya'rani peer

dan Prof. Drs. yang telah

group dan

saran

perbaikan

naskah pidato pengukuhan

ini, saya sampaikan

terima fcasih yang sangat mendalam.

Secara

khusus

ucapan

terima

kasih

ditujukan kepada Prof. Dr. dr. Satoto dan Prof. Dr. dr. I. Riwanto sebagai disaat yang telah dan sebagai memberikan senantiasa Kapuslit

kesem(:'atan membimbing

peneliti saya

Bangte~, serta support yang tak pernah henti.

Kepada Ayahanda Ibunda Sriatoen

R. Soepono, yang

BA dan

tersayang

senantiasa

nanda banggakan, impian mewarisi Yanda dan

hari ini nanda mewujudkan Bunda agar pendidik nanda yang dapat lebih

profesi

sebagai

tinggi. Doa Bapak dan Ibu sekalian yang tanpa kenai batas waktu telah mengantarkan jenjang jabatan tertinggi nanda ke

sebagai pendidik yaitu

sebagai guru besar, untuk itu nanda sampaikan rasa hormat dan terima kasih yang tidak

terhingga atas segala kesabaran, dorongan,

PencaJlayaOlI.S'ehagaitTptI}'a Pencegahan (~ekamanp~a

l Inggas Tropis RerwawosOlI A/lima! Welfare

85

bimbingan dan pengorbanan serta doa restu yang diberikarl selama ini.

~Ial kepada Soetinah

yang R.

sam a

juga

nanda (aim) kasih

tujukan dan Ibu

Ayah yang

Soebardjo penuh

dengan

sayang

mengasuh dan membesarkan tahun hingga mengantar

nanda sejak usia 3

ke jenjang perkawinan

serta selalu mendampingi kami sekeluarga dalam duka maupun suka. pernah Ibu. Pengorbanan ini tak akan Bapak Ayah dan

dapat terbalas.Terimakasih pula kepada

Demikian

tercinta

Soetarno (aIm) dan Ibu tersayang doa restu. kasih sayang,

Sri So9darni. pengertian

perhatian.

dan dorongan Bapak dan Ibu telah mengantarkan nanda dapat berdiri di sini.

Kepada semua kakak-kakakku, adikku kasjh sekalian, atas semua saya menyampaikan

dan adikterima

dca, perhatian,

pengertian,

bantuan dan dorongan yang terus menerus saya dapat dan rasakan sehingga dan saya dapat

menyelesaikan

pendidikan

tugas-tugas

sampai seperti sekarang ini.

86

Pidato Pengtlkuha11 lrUnI Be.Jar (fniversilas Diponegoro -Dwi Sunarti

Tak Iupa pula kepada Widhiastuti, Sumardi dan Haryanti. Tanpa

Rilia

Rulty,

pengorbanan

tenaga, waktu, pikiran, bantuan dan kasih sayang kalian, saya tidak akan selancar ini.

Kepada suamiku tercinta S. Budi Prayitno, dorongan meniti karier, bimbingan, kesabaran, yang

kasih sayang, bantuan, serta pengorbanan tak pernah putus memberi makna

tersendiri

dalam kehidupanku.Tanpa akan

semua ini saya tidak pula

(japat berdiri di mimbar ini. Begitu tersayang

anak-anakku Laksono, sekaligus

Arief Prasetyo dan Adhi

kalian semua adatah mutiara-mutiara pelita dan penyemangat dalam

kehidupan mama. Dengan tutus ikhlas suami dan anak-anakku telah mengorbankan sebagian

besar waktu kalian untuk mendukung karier dan keilmuan mama. Tanpa saling pengertian, mama

dukungan, kekompakan dan pengorbanan, tidak capai akan

dapat seperti ini. Apa yang mama prestasi kalian pula.

hari ini merupakan

Oleh karena itu tiada kala yang mampu mama berikan yang kecuali tak rasa terima lekang. kasih dan sayang Maafkan segala

pernah

kekurarlgan

mama dalam mencurahkan perhatian

Pencahayaan .S'ebaga;[fpaya Pencegahan L'ekmnwl padu (!ngga.~ Trapi.! Hero'Q\,'man Animal Iflelfare

87

dan pe:ngertian selama ini. Mudah-mudahan yang telah motiva:;i

apa

bapak dan mama raih merupakan anak-anakku tercinta di kelak

bagi

kemudian hari.

Kepada Panitia Pengukuhan Guru Besar, baik yang berada Studi di Pusat, di Fakultas, di

Program lainnya,

maupun

panitia

pendukung upacara ini

yang telah mempersiapkan

saya sampaikan rasa terima kasih yang sebesarbesarnya dan mohon maaf bila ada hal-hal yang tidak berkenan. Last but not least, terima kasih

sara tujukan kepada sabat Ir. Sriroso Satmoko, MS. yangtelah khusus untuk memilih lagu dan mengaransir saya, serta tim paduan suara

Univer~;itas Diponegoro yang telah menyemarakkan u~lacara pengukuhan pada hari ini dengan

sempurna sehingga berjalan lancar.

Akhirnya kepada semua hadirin yang says muliakan, terima terimalah kasih yang penghargaan says den etas

setulus~tulusnya

kehadiran Bapak, Ibu den Saudara sekalian.

88

Pidato PengttkuhQ}l GlJnt Be.far L!niversitas Diponej?oro ~ Dwi .'l'tJnarli

Semoga Allah SWT selalu melimpahkan

rahmat

dart hidayah-Nya kepada kita semua. Amien.

Wassalamu'alaikum

warahmatullahi

wabarokatuh

PencaJlayaan .S'ehagaic.fpaya PencegahlJll Cekmnan pat/a c.fnggas 1.,.opi.~ Berwawa.~lJIlAnimaIIVe({are

89

10. DAFTAR PUSTAKA


A Farm Electric Handbook. 1990. Controlled Environment for Livestock. Electricity J~ssociation Services Limited, London, UK. Hand C.M. Wathes. 1991. Conjoin Preference of Chicks for Heat and Light Intensiity. British Poultry Science 32 : 899 -916. Welfare Advislory Committee. 1999. Code of ~~nd Minimum StKalianrds for Welfare of Chickens. J~nimal Welfare Advisory Committee clo

Alsan,

Animal Recommendations
Broiler

Ministry of Agriculturl3 and Forestry. Wellington. ASOHI. 2001. Setengah Abad Ayam Ras di Indonesia (1950 -2000). Edisi Pertama. Asosilasi Gbat Ternak Indonesia. Jakarta. Appleby, M.C., 8.0. Hugh~~s and H.A. Elson. 1992. Poultry Production System: Behaviour, Management and Welfare. C.A.B International, Wallin~}ford, 238 pp

.Austic,

R.E. and M.C. Ne~sheim.1992. Poultry Production. 3rd edition


Lea and Febiger. Philadelphia, London.

Bell, D.J., and B.M. Freemlan. 1971. Physiology and biochemistry of the Domestic Fowl. Vo1ume 2. Acade,mic Press, London. p. 1039 -

1083.
Blockhuis, Bowlby, H.J. 1984. F~est in poultry. Applied Animal Behaviour
Science 12 : 289 -:303.

G.M.S. 1957. Some preliminary investigation into the effect of light on broiler. World's Poultry Science Journal 13 : 214 -226. J. 1990. The effect of a hour increase in photoperiod at 18 weeks of age on broiler breeder performance. Poultry Science

-Brake,

.69:910-914.
90
Pidalo Pengukuhall Guru Besar Universita~ Dipone.~oro -Dwi ,S'unarti

Buyse, J., P.C.M. Simons;, F.M.G. Boshouwers and E. Decuypere. 1996. Effect of intE~rmittent lighting, light intensity and source of the performance and welfare of broilers. World's Poultry Scince Journal52: 121 --130.
Campbell, J.R and J.F. Lasley. 1975. The Science of Animals That Serve Mankind. Second edition. McGraw Hill Book Company INC., New York.

Card, L.E and M.C. Nesheim. 1972. Poultry Production. 4thedition. Lea and Febiger, Philadelphia. Cavalchini, l.G., S. Cerollini and A. Giardini. 1984. Light management
for the rearing of the light pullet. Animale 10: 38 -41. Charoen Pokphand CP 909. Indolilesia, Zootechnica e Nutrizione

Tbk. 1994a. Manual Manajemen Layer

Charoen Pokphand Indlonesia, Broiler CP 707. Cherry,

Tbk.

1994b.

Manual

Manajemen

P., and M.W. Barwick. 1962. The effect of light on broiler growth. I: Light intensity and colour. British Poultry Science 3 : 31 -39. S.E. 1983. Environmental Management The Iowa State University Press, Iowa in Animal Agriculture.

Curtis,

Ellswords, B (International Egg Commision, Chairman). 2001. EU welfare directive\'Draconian'. Poultry International. July Vol 40, No 8 : 12 -16. Ensminger, M.E. 1992. P':)ultry Science (Animal Agriculture Series). 3rd edition. Interstate F)ublisher, Illinois. Etches, R.J. 1993. Production in Poultry. In : G.J. King and Elsevier
PencaJlayaan Sebaga; Upaya PencegaJlan ('ekaman pada Unggas 7rop;" Bel"!"a\lIa,an A/l;mal Jfrelfare 91

(Editors). Reproduction in Domesticated Animal. Science Publishers B.V London. p : 521 -524 Frandson, R.D. 1992. An;atomi dan Fisiologis Ternak. Edisi keempat. Gajah Mada Univer:sity Press, Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh : B. Srigandono dan Koen Praseno). Fraser, A.F and D.M. Broom. 1990. Farm Animal Behavior and Welfare. Third edition. Balliere Tindall, London.

Foss,

D.C., J.R. Carey,r., and E.L. Arnold.

1972. Physiological

development of cockerela as influenced by selected wavelengths of environmental light. Poultry Science 51 : 1922 -1927. Foster, R.G., and B.K. Follett. 1985. The involvement of a rhodopsinlike photopigment in the photoperiodic response of the Japanese Quail.Journal of Comparative Physiology. A. Sensory, Neutral and Behavioral Physiology and Anatomy 157 : 519 -528. H.A., V.W. Rodwell Physiological Chemistry. Los Altos, California. and P.A. Mayes. 1979. Review of 1Th edition.Lange Medical Publication,

Harper,

Hill,

J.A., C.R. Charles, H.H. Spechter, R.A. Bailey and A.J. Ballantyne. 1988. The effect of multiple environmental and nutritional factors ir'i laying hens. British Poultry Science 29 : 499
-511.

Isroli. 1996. Telaah


pertumbuhan
Peternakan

Pustaka : reran ternak menjelang

hormon dalam pengaturan pubertas. Media, Fakultas


Semarang. -

Univer~;itas Diponegoro,

James

Davis and Thomi!s Siopes. 1996. let there be light and dark. Broiler Industry, Production Management. Address Dr. James F. Davis, Georgia Poultry Diagnostic Laboratory, PO Box: 20, Oakwood, GA 30566; and Dr. Thomas Siopes. Dept. of Poultry

92

PidaJo Penguklthall (Tttru He.,ar Un;vers;/m D;ponegoro -l)Wi

,\'unar/;

Science,

North C:arolina State University, Raleigh, NC

27695 -7608.

Leeson,

S, and J.D. Summers. 1988. Early application of confensional or ahemeral photoperiods in an attempt to improve egg size. Poultry Science 64 : 2020 -2026. R. 2001. In ht ://a ri. ov.ns.ca/pVlives/poult Ihealthl Sheet

Magensten,

welfare.htm.. Poultry Welfare' Research. Poultry Fad Department of Agriculture and Marketing. NOVASCOTIA.

Temp/e, W., T.M. Foster, and C.S. 0' Donne/. 1984. Behavioural estimates of audi'tory thresholds in hens. British Poultry Science
25 : 487 -493.

McArdle, A.A. 1972. Poultry Management Press, Sydney.

and Production.

Halstead

Midgley, M., T.R. Morri~i, and E.A. Butler. 1988. Experiments with the bio-mittent lightjn~1 system for laying hens. British Poultry Science
29: 333 -342.

Morris,

T.R. 1988. Use of intermittent lighting to save feed and improve egg quality in laying flocks. Proceedings of 18th World's Poultry Congress, p. 161 -164. T.R. 1994. Lighting for layers: What we know and what we_need to know. Proceeding of Spring Meeting. Scarborough, 23 -24 March. World's Poultry Science Association, UK Branch. p. : 7 -

Morris,

9.
Nalbandov, A.V. 1990. Fisiologi Reproduksi pada Marnalia dan Unggas. Universitas Indol'1esia Press. Jakarta (Diterjernahkan oleh Sunaryo Kernan). Nassau, K. 1983. The f)hysics and Chemistry of Colour. The Fifteen Causes of Colour. John Wileyand Sons, Inc., Canada.

Pe/lcuhayaa/l .'i'ebagai [JpayaPe/lceguillDl Cekaman pada V/lggasTrapi.,Berwm,'usu/I.1/1imallfe({are 93

Newberry, M.C., J.R. Hunt and E.E. Gardiner. 1986. Light intensity effects on performarlce, activity, leg disorders and sudden death syndrome of roaster chickens. Poultry Science 65 : 2232 -2238. 1987. Influence of light intensity on betlaviour and performance of broiler chickens.
Poultry Science 67 : 1020 -1025.

North,

M.O and D.O. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4thedition. \/an Nostrand Reinhold, New York.

Prayitno, Dwi Sunarti and C.J.C Phillips. 1994. The initial and longterm of Broiler for red,blue and green after being reared in red, blue and green or white light. Animal Production, 56 : 430

(Abstr.).
Prayitno, Owi Sunarti, C.J.C. Phillips and O.K. Stokes. 1994. Berhavioural and physiology responses of broilers to red and blue light pattern. British Poultry Science, 35 : 826 -827 (Abstr.). Prayitno, Dwi Sunarti, C.J.C. Phillips and H.M. Omed. 1994. The effect of colour and intensity of light on behaviour and performance of broiler. British Poultry Science, 35: 826 -827 (Abstr.). Prayitno, Owi Sunarti, and C.J.C. Phillips. 1994. Equating brightness perception of blue and red lights and length of line discrimination with hens by pE.ychological tests. Proceedings The 28th International Congress of International Society for Applied Ethology, Tjele, Denmark. Prayitno, Dwi Sunarti, and H.M. Omed. 1997. The effect of colour of lighting on the beihaviour and production of meat chickens. Poultry Science, 76 : 452 -457. ,," Prayitno, Dwi Sunarti and C.J.C. Phillips, 1997. Equating the perceived intensity of coloured lights to hens test. British Poultry .Science, 38: 136-141.

94

Pidala l'engukU/la11 Guru BesarUniversilay Dipanegoro -I),.'i

,S'unarli

Pusat Pembinaan dan PE~ngembangan Bahasa. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. I=disi Kedua. Penerbit Balai Pustaka. Jakarta

RahardjoJ Y.J U. Satriyo dan F.A. Purnomo. 2001. Pintu gerbang masuknya penyakit. Infovet. Edisi 085. Agustus. ASOHI. Jakarta.
Siegel, P.B. 1984. The role behaviour in poultry producton : A review of research. Applied Animal Ethology 11 : 299 -316. Srigandono, B. 1991. Kamus Istilah Peternakan Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Sturkie, Cetakan Kedua

P.O. 1986. Aviarl Physiology. 4th edition. Springer-verlag York, Berlin, Heidelberg, Tokyo. Pp. 37 -48.

New

Sunarti,

Dwi. 2000. -Penampilan burung puyuh (cotumix-cotumix Japonica) pada berbagai pola pencahayaan berselang. Jumal Pengembangan Tropis. ISSN : 0410 -6320. Vol 25 No.25: 4450.

Sunarti,

Dwi. 2001. Respon pola tingkah laku ayam pedaging jantan pacta berbagai suhu dalam system kKalianng tertutup. Sainteks. ISSN: 0854 -736X. Vol. VIII. No.3: 174 -182. Dwi dan Mei ~~ulistyoningsih. 2004. Respon fisiologis dan tingkah laku ayam broiler periode starter akibat cekaman temperatur dan avvat pemberian pakan yang berbeda (inpress).

Sunarti,

Van Tienhoven, A and (~.E. Ostrander. 1973. The effect of interruption -of the dark perio(j at different intervals on egg production and shell breaking strength. Poultry Science 52 ; 998 -1001.

Weaver, W.O. and P.B. Siegel. 1968. Photoperiodsm as a factor in


feeding rhytms of broiler chickens. Poultry Science 47 : 1148 -

1154.

Widjaja,

H. 1999a. Bolehkah DOC dipuasakan? September. GAPPI .Jakarta. Hal. 33 -34.

Poultry Indonesia,

program

1999b Qptimalisasi potensi genetic broiler dengan pencahay.3an. Poultry Indonesia, November. GAPPI

Jakarta
Wodzicka, M. Tomaszewska, D.C. Thamrin, I Ketut Sutama dan I Gede Putu. 1991. Reproduksi, Tingkah Laku dan Produksi Ternak di Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

96

Pidato

Pengukuhan

Guru

BeSllr

Uniwrsitas

Diponegoro

-Dwi

Slmarti

RIWAYAT HIDUP

I. DATA PRI8AD!
Nama

NIP
Tempat dan tanggallahir Agama Pangkat/Jabatan Akademik Jabatan Struktural Suami Anak Alamat Rumah

Prof. Ir. Dwi Sunarti, MS. PhD 130 938 268 Situbondo, 21 Mei 1956 Islam Pembina tk I Gol. IV/b Pembantu Dekan II Prof. Dr. Jr. S. Budi Prayitno, MSc 1. Arief Prasetyo, ST (23 th) 2. Adhi Laksono (20 th) JI. Tembalang Baru VI/121 Semarang 50275 Telp. (024) 7471220

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

FORMAL Lulus Lulus Lulus Lulus tahun tahun tahun tahun 1968 1971 1974 1980

1.
2.

3. 4. 5.
6.

SD Negeri III, Wonogori SMP Negeri I, Boyolali SMA Negeri I, Boyolali Sarjana Peternakan Universitas. Diponegoro (Ir) Magister Ilmu Ternak (MS), Universitas. Padjadjaran Doctor of Philosophy (PhD) in Animal. Science, University of Wales, Inggris
-

Lulus tahun 1987 Lulus tahun 1994

III. RIWAYAT PENDIDIKAN/PELATIHAN/KURSUS


1. 2. 3. Penataran P4 Tingkat Jawa Tengah Penataran Media I<:omunikasi Pendidikan UNDIP ke IV Penataran Metodoiogi Penelitian dan Pengabdian Masyarakat UNDIF)

TAMBAHAN
1982 1982 1982

Pencahayaan ~ebagai UpayaPencegaJlan Cekamml pada Unggus lropis BerwaM'USU/l.'JnimaJ Welfare 97

4. 5.
.6. ,c7. 8. , 9. 10.

Penataran Penataran

Metode Statistika, UNDIP Akta Mengajar V -UNDIP

Semarang

1982 1984 1987 1990 1991 1991 1991 1995 1996

1983-

Kursus Efldokrinologi -Satyawacana, Salatiga Kursus Penerjemah Buku Ajar, Sanur -Bali Penataran Rekonstruksi Kuliah -UNDIP Kursus Bahasa Inggris EAP 2, ITB -Banduflg

Kursus Bahasa Inggris, University of Wales, Inggris 11 Teaching Improvement -Universitas Indonesia 12.Pefatihan Peningkatan Kualitas tenaga Peneliti, PSW se Jateng dan DIY 13. Pefatihan Metodologi Penelitian Kualitatif Lanjutan -UNDIP 14 Pelatihan Participatory Rural Appraisal (PRA) Solo 15. Training of Trainers dalam Pemberdayaan Wanita -Semarang dan Pembangunan (Lanjutan) -Cisarua .16 .Gender 17.Pelatihan Gender Equality in Asia and The Pacific A Call to Action (Asia Pacific Women in Politics Network (APWIP), Gender and Development Research Institute (GDRI), Convention Watch Group -Jakarta 18. Pelatihan ANSOS (Analisa Sosial), Tlogo Salatiga

1998

IV. RIWAYAT KEPEGAWAIAN 1. 2.


Calon Pegawai Negeri Penata Muda III a III a III b III c III d IV a IVb
1 -3 -1981 1 ~ 5 -1982

3. 4. 5.

Penata Muda Tingakat I


Penata Penata Tingkat I Pembina Pembina Tingkat I

1 -10
1 -4 5 -3 1 -4 1 -4

-1983
-1986 -1990 -1997 -2004

q.
.,. .
t

98

Pidato l'engllktlhan (ntYU Besor Universitas Diponegoro -Dwi Sunarti

v. RIWAYAT JABATAN STRU~~TURAL


Sebagai Pendamping Pembantu Dekan Fakuttas Petemakan UNDIP
1989 -1991

2
3

Ketua Laboratorium tlmu Ternak Unggas Fakultas Peternakan UNDIP Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi, Lembaga Penelitian UNDIP Pembantu Dekan II Fakultas Peternakan UNDIP

1997 -2001

2000 -2003

4.

2003 -sekarang

VI. JABA T AN FUNGSIONAL


1.

2
3.
4.

5.

6
7

Asisten Ahn Madya Asisten Ahli Lektor Muda Lektor Madya Lektor Kepala Madya (Melompat) Lektor Kepala (Inpassing) Guru Besar dalam mata kuliah/bidang Ilmu Ternak Unggas

1 -3

-1981

1- 10 -1983 1 -4 -1986
1 -1 1 -1 1 -1 1 -4 -1990 -1997 -2001 -2004

VII. JABATAN lAIN DllINGKUNGAN F AKUl T AS/UNIVERSIT AS/DllUAR

UNDIP 1984-- 1987


1987 -1989 1987 -2000

1
2 3

PencaJl/1}'UmlSebagai Up/1}'U PencegahaJIL'ekama11P(Jdu Unggas Tropis Benl'QM'a'tDl .wimul fVelfare

99

4. 5.

~6.

7. 8.
9

Forum Peduli Gender, ~;emarang, sebagai ketua Pengembangan Ayam Buras, Gerbang Serba Bisa Kabupaten Purbalingga, sebagai pendamping professional Pendirian Sekolah Tinggi Farming Semarang, sebagai assessor laboratorium Asia Pacific Women in Politics Network (APWIP), sebagai anggota Seleksi Mahasiswa Berprestasi UNDIP, sebagai

1995 -1997 1996 -1997

1998 -1999 1999 -2002 1999 -2002 2000 -2003

10
11

12. .

penguji Special Initiative for Women Unemployment (SIWU) Jateng, sebagai team leader Yayasan Pendidikan Anak Cacat (YPAC) Semarang sebagai anggota Bidang Pendidikan Direktorat P3M, Dikti, sebagai reviewer kajian wanita Pembuatan Rencana Induk Pengembangan Jawa Tengah 2001 -2010, Dinas Peternakan Jateng, sebagai ketua

,.
VIII. KEANGGOT AAN DAN KEPENGURUSAN DALAM ORGANISASI PROFESI
1.

2.

3.
4.

100

Pidato Pt"nguk1lhan Gunl Besar [lniversilaf Diponegoro ~ DM1Sunarli

5.

7
8 9.

World Pou~ry Scierlce (WPSA), sebagai anggota International Society for Applied Ethology (ISAE), sebagai anggota Perhimpunan Burung Indonesia, Semarang, sebagai anggota Jaringan Pengembangan Iptek Jateng, sebagai

1991 -1996 1994 -1996 1997 -2001

anggota
IX. DAFT AR KARY A ILMIAH HASIL PENELITIAN YANG DIPUBLIKASIKAN SEBAGAI PENULIS UTAMA

2000 sekarang

Nasional

pengaruh penggunaan tingkat protein ransum terhadap performans kalkun pada periode pertumbuhan. Ditulis bersama Ruhyat, Kartasudjana dan Endang Romzali dalam Proceedings Seminar Program Penyediaan Pakan dalam Upaya Mendukung Industri Peternakan Menyongsong Pel ita V. Semarang, 14 April 1988, Fakultas Peternakan UNDIP (Hal. : 136-

141)
2 pengaruh kepadatan dan tingkat protein terhadap performans kalkun pada kKalianng sistem litter. Ditulis bersama Dawan Sugandi dalam Proceedings Seminar Nasional Peternakan dan Forum Peternak Unggas dan Aneka Ternak II. Ciawi, Bogor. 18 -20 Juli 1998. Balitnak-Puslitbang Petemakan. Departemen Pertanian (Hal. : 524 -530)

a Penampilan barung puyuh (Cortunix-cortunix Japonica) . berbagai pola pencahayaan berselang. Diterbitkan dalam Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis. ISSN 0410-6320. Vol 26 No.2. Juni 2000 (Hal. : 73 -77)

Pencaha;\'aall.\'ehugai

Up(tyu Pellcegah(m

CeklJmun pac/a Un&~as

Tropis

Bel~'lJWa~m!

/lnimlJl

Ite?fare

10]

Association pad 3.

Efek warna tirai kandang terhadap tingkah laku. Diterbitkan dalam Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis. ISSN 0410-6320. Vol 26 No. 25. Juni 2001 (Hal. : 44 -50)
Respon pola tingkah laku ayam pedaging jantan pada berbagai suhu dalam sistem kandang tertutup. Diterbitkan dalam Sain Teks. ISSN : 0854-736x. Vol VIII No.3. Juni 2001 (Hal. : 174 -182)

5..

Internasional 1
The initial and long term of broilers for red, blue and green after being reared in red, blue and green or white light. Ditulis bersama C.J.C. Phillips dalam Animal Production, 56: 430 (Abstract). 1994
Behavioral and physiology C.J.C. responses Phillips dan of broilers O.K. Stokes to red and dalam blue

light pattern. Oitulis bersamaPoultry Science,

British

35:826 -827

(Abstract).1994

The effect of color and intensity of light on behavior and performance of broiler. Ditulis bersama C.J.C. Phillips dan H.M. Omed da!am British Poultry Science, 35: 826 -827 (Abstract). 1994 Equiting brightness perception of blue and red light and length of line discrimination with hens by psychophysical tests. Ditulis bersama C.J.C. Phillips dam Proceedings The 28th Intern. Congress of Intern Society for Appl. Ethology. Denmark_1994 The effect of color of lighting on the behavior and production of meat chickens. Ditulis bersama C.J.C. Phillips dan H.M. Omed dalam Poultry Science, 76: 452 -457. 1997

102

PidalOl'engllkztllanGuro Be.,ar tfniver.,itasDiponegoro Dwi ~unarti

6.

Equating the perceived intensity of colored lights to hens tests. Ditulis bersama C.J.C. Phillips dalam British Poultry Science,

38

136-141.1997 X. DAFTAR KARYA ILMIAH HASIL PENELITIAN YANG DIPUBLIKASIKAN SEBAGAI PENULIS PEMBANTU
1 Performans anak ayam keturunan pertama (F1) hasil persilangan ayam kampung dengan ayam Kedu dan ayam rag petelur pada pemeliharaan intensif. Ditulis bersama Warsono Sarengat, Sugiarsih dan Sriyuningsih dalam Proceeding Seminar Peternakan dan Forum Peternak Unggas dan Aneka Ternak Ciawi, Bogor, 19 -20 Maret 1985 Puslitbang Peternakan. Departemen Pertanian (Hal. : 159-163) Prestasi produksi kalkun lokal di Jawa Tengah. Oitulis bersama Sugiarsih dan Sri Kismiati dalam Proceeding Seminar Nasional Tentang Unggas Lokal, 1990. Badan Penerbit UN DIP. ISBN: 979-8056, 35-3 (Hal. : 159 -163) Alas kandang dan pengaruhnya terhadap kualitas penampilan hidup dan kualitas karkas itik Tegal jantan. Ditulis bersama Lusi Indra Hertin dan Bambang Srigandono dalam Proceeding Seminar Nasional Tentang Unggas Lokal, 1990. Badan Penerbit UNDIP. ISBN: 979-8056, 35-3 (Hal. : 208 -212) Pengaruh jumlah pemberian Pakan itik jantan yang diintegrasikan dengan tanaman padi di sawah terhadap persentase karkas. Ditulis bersama Mahfudz, L.D, 8. Srigandono dan Umiyati A.M dalam Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis. ISSN : 04106320. Edisi Khusus, November 1999 (Hal. :2-15 -222)

4.

PencahayaOlI Sehagai [Jpaya Pencei(ah0l1 ('ekwllan palla [rngl.'as Tropi.~ Berwawasan .'1nimal IVe/fare

103

s.

Ampas Tahu Yang Difermentasi Laru Oncom Sebagai Bahan Pakan Ayam Broiler. Ditulis bersama Mahfudz, L.D, W. Sarengat, U. Atmomarsono. 2004. Poster 13 dalam Buku Panduan Seminar Nasiona! Teknologi Peternakan dan Veteriner. Balitnak, Bogor ( Proceeding: Inpress).

XI. DAFTAR KARY A ILMIAH BUKAN HASIL PENELITIAN YANG DIPUBLIKASIKAN SEBAGAI PENULIS UTAMA 1
Kemungkinan Pemanfaatan Kalkun di Indonesia Diterbitkan dalam Bulletin Fakultas Peternakan UNDIP. Th. IV (3) November 1982 (Hal. : 5 -9) Peran Pencahayaan pada Ayam Petelur Diterbitkan dalam Sintesis. ISSN : 0835-9812, September 1996 (Hal. :3 -6)

No.8,

Th

Teknologi Pengawetan Telur Itik Diterbitkan dalam Proceeding Sarasehan Pengembangan Peternakan Itik di Jawa Tengah "Itik Sebagai Usaha Agribisnis" Semarang, 14 November 2000 (Hal. : 99 -104)

XII. DAFT AR KARY A ILMIAH BUKAN HASIL PENELITIAN YANG DIPUBLIKASIKAN SEBAGAI PENULIS PEMBANTU

Sumbangan Pemikiran Pengembangan Itik di Jawa Tengah Ditulis bersama Bambang Srigandono dalam Proceeding Sarasehan Pengembangan Peternakan Itik di Jawa Tengah "Itik Sebagai Usaha Agribisnis" Semarang, 14 November 2000 (Hal. : 33 -37)
-

2.

Pengembangan Anak Itik Menggunakan Teknologi "Inditik" Ditulis bersama Luthfi D.M dalam Proceeding Sarasehan Pengembangan Peternakan Itik di Jawa Tengah "Itik Sebagai Usaha Agribisnis" Semarang, 14 November 2000 (Hal. : 91 -97)

104

Pic/ato Pengukuhal! Guru Besar Universitas Diponegol'O -Dwi

Sunurti

XIII. OAF TAR KARYA IlMIAH

BERUPA BUKU

Proceeding Seminar Nasional Tentang Unggas Lokal Ditulis bersama B. Srigandono, Sugiarsih den Warsono Sarengat. ISBN: 979-9156-62-9, diterbitkan oleh Badan Penerbit UNDIP (234 hal., Th. 1989/200 exp) Manajemen Kandang Ayam Ras Pedaging Ditulis bersama L. Wahono E.Y, ISBN: 979-661-017-5, oleh PT. Trubus Agriwidya (75 hal., Th. 1997/2500 exp)

2.

diterbitkan

Pencemaran Pad a Sistem Produksi Ternak (Terjemahan) Oitulis bersama O.K. Haryo Putra, ISBN: 0-85198-8571, diterbitkan oleh CV. IKIP Semarang Press (508 hal., Th. 1999/1000 exp) Pengembangan Peternakan Itik Ditulis bersama Warsono Sarengat, Subiharta dan Lusi MesraVl/ati, ISBN: 979-9176-62-9, diterbitkan oleh Penerbit UNDIP Semarang (130 hal., Th 2001/60 exp)

XIV. DAFT AR KARY A ILMIAH LAIN

A. Hasil Penelitian dalam Bidang Ilmu yang Tidak Dipublikasikan 1


Pemanfaatan Kunyit (Curcuma Broiler (1983) domestica) dalam Ransum Ayam

3.

Pengaruh Gerhana Matahari Total terhadap Produksi dan Daya Tetas Telur Burung Puyuh (1984) Pengaruh Perbandingan Pejantan Burung Puyuh terhadap Fertilitas Telur (1985) Pertumbuhan Relatif Karkas Kalkun Berdasar (ditulis bersama Bambang Srigandono, 1985) Umur Fisiologis

I'encah~.'aan

,\'ehaga; (iPll}'a

I'en,,'ej!ahan

( 'ek(lInun pQ(fa (Jngga,~ 7i'op;.~ BenVln"a.fUll.

ulimalll:e(flire

105

pengaruh Kepadatan dan Tingkat Protein teerh~,!'jap Kalkun pada Kandang Sistem Litter (Thesis S2, 19~'7)
Pakan Itik dan Pemberiannya pada Peternakan

PerfonTlans

l"':lk di Kabupaten

Boyolali (ditulis bersama Lutfi D.M, 1991) The effect of Color and Intensity of Light on T~.~ Behavior and Performance of Broilers (Disertasi S3, 1994) Gerakan Pembangunan Sentra Baru Pembibif;;'-' Pedesaan di Kabupaten Purbalingga (ditulis bersar'.a 1996)
Penerapan Teknologi Inseminasi Buatan

7.

Ayam Buras Seno Jauhari,


Upaya

' ,.(~bagai

Pelestarian Ayam Kedu Hitam/Cemani d;;' Pendapatan Peternak (ditulis bersama Sri Kisrr,t::1ti, Barep S, dan Nuniek S.Y, 1997)

Peningkatan Warsono S,

Budidaya Inseminasi Buatan pad a ayam Ker;, Hitam (ditulis bersama Sri Kismiati, Warsono S, Barep S, dan N!..' ,ek S.Y, 1998) Studi tentang Pembinaan Kelompok Remaj;; Putri Melalui Pengelolaan Ayam Buras di Pedesaan Jawa Tengah (ditulis bersama Warsono S, Sri Kismiati, dan Nuniek S. Y /']00)

12.

Studi tentang Kegiatan Peningkatan Pen';.;: patan Melalui Pengelolaan Ayam Buras pada Kelompok F'.~::maja Putri di Pedesaan Jawa Tengah (ditulis bersama Warsor,'" S. Sri Kismiati, dan Nuniek S.Y, 2001)
Pengembangan Model Inkubator Agribisnis Pet:~rnakan. bersa_ma Edjeng Supriyatna, Warsono S. dkk, 200~: J (ditulis

106

Pidato Penguktillall Glint Be.var Uniwr.,;f'"

!)f!',megoro -D\~'i .~imarti

B. Hasil Penelitian Dipublikasikan

di luar Bidang Ilmu yang Tidak

Percontohan Pembuatan Kompos sebagai Pemanfaatan Sampah Pasar untuk Pemupukan Lahan Tepian Pantai (ditulis bersama FX. Subiyanto, 1984) Pendayagunaan Sampah Kota untuk Kompos dalam Rangka Mengembangkan Per1anian di Oaerah Pantai Utara Jawa Tengah (ditulis bersama FX. Subiyanto, 1985) Profil Peranan dan Kedudukan Wan ita Jawa Tengah (ditulis bersama Nuniek S.Y, Kartini Sekartaji dan Diah Mardiningsih, 1995/1996 )

Profil Anak Jalanan di Kotamadya Dati II Semarang (Post Doctor -UNICEF. ditulis bersama Ari Subowo dan Kartini Sekartaji. 1996/1997)

Profil Kedudukan dan Peranan Wanita di Kabupaten Jepara. Kodya Magelang, Kodya Semarang dan Kabupaten Semarang (ditulis bersama Nuniek S.Y, Kartini Sekartaji dan Diah Mardiningsih, 1997/1998)

C. Karya IImiah Bukan Hasil Penelitian yang Tidak Dipublikasikan

Manajemen Ayam Ras Petelur (disampaikan Mahasiswa KKN, 1985)

pada Pembekalan

Penanganan Produk Unggas Segar (disampaikan Kantor Dipenda Propinsi Jateng, Semaraang, 1987) 3

pada Hari Ibu

Pala Perkandangan pada Ternak Unggas (disampaikan pada Pelatihan Tenaga Penyuluh Transmigrasi, Balatrans, Semarang, 1988)
.~bagai (Tpaya Pencegahan ('ekamall pada (Tngga~Tropi.~ Benl'awa.~an.mirna' U'e!fare

107

2. 3.

2. PencahUJ'aan

Cara Beternak Ayam Buras (disampaikan pada ceramah pembinaan karangtaruna di desa Tembalang, 1990) Pendidikan Kesehatan Reproduksi Keluarga (disampaikan kelompok Remaja Putri di Kabupaten Magelang, 1995) Cara Belajar Efektif di Perguruan Orientasi Studi dan Pengenalan Peternakan UNDIP, 1996) pad a

6.

Tinggi (disampaikan pada Kampus/OSPEK Fakultas

Pol a Makan Tidak Sehat (disampaikan pad a siswa-siswi SO Sompok dan SO Tengger Kodya Semarang sekaligus pembinaan Kantin Sehat, 1996) 8
Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif (disampaikan pacta Latihan KepemimpinanPramuka Penegak Pandega se Ajwa Tengah di Karanggeneng, Semarang, 1996)

9.

reran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir (disampaikan pada Pelatihan PRA di Lembaga Penelitian UNDIP. 1997) Kesenjangan Gender di Bidang Pendidikan (disampaikan Sosialisasi Wawasan Kemitra-sejajaran, Tim Penggerak Propinsi Jawa Tengati dan Kabupaten Banyumas, 1997) pada PKK

10,

11

Norma dan Etika Kehidupan Kampus (disampaikan pad a Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus/OSPEK Fakultas Petemakan UNDIP, 1998) Manajemen Ternak Burung Puyuh (disampaikan karyawan Purna Tugas BRI, 2000) pada pelatihan

12

13

Rencana Induk Pengembangan Peternakan Jawa Tengah 2001 2010 (sebagai ketua tim bekerjasama dengan Dinas Peternakan Propinsi Jateng, 2001)

108

Pic/ala PellguktlllaJ1 (;uru Be.'w' Univer.,ita, Dipollegaro -Dwi .S'unarti

A. Tingkat Nasional 1 2
3 Seminar Penelitian Peternakan, Cisarua Bogar Seminar Peternakan dan Forum Ptemak Unggas Peserta dan Aneka

Ternak, Ciawi Bogor (1985), Peserta Seminar Nasional Peran Unggas Lokal di Indonesia, Semarang

(1989), Ketua 4 Seminar Kesempatan Kerja Bagi Wanita dan Keharmonisan

Keluarga, UNDIP (1990), Peserta Seminar Sehari NKKBS, UNDIP (1990), Peserta

5 6

Lomba Design Kandang dalam Rangka Dies Fakultas Peternakan UNDIP (1991), Panitia

8.

Seminar Peserta

Pembinaan Administrasi

Organisasi

UNDIP

1994)

Symposium Nasional Pengembangan pangan Modern Yogya (1995), Peserta

Tempe

dalam Industri

10

Sekretaris Seminar Prospek dan Tantangan Bisnis Pangan. Semarang (1996) Peserta

11
12

Seminar Makanan Lezat dan Sehat Menyongsong Semarang (1996), Peserta

Era Globalisasi

109

1982), : 199&),

25.

Lokakarya Pengembangar) Akademik, Fakultas Peternakan UNDIP (2000), Panitia Seminar Pembahasan Us ulan Pengkajian dan Oiseminasi 2002 di BPTP I Ungaran (2001), Pembahas Utama

27

Seminar Nasional Pengen1bangan Agribisnis Peternakan Berbasis Sumber Daya Lokal, UNSOED (2001), Peserta Seminar tentang Sertifikasi Halal Produk Peternakan UNDIP (2001). Pembahas Unggas, Fakultas

28

29

Diskusi Panel "Membangun Sinergi Pendidikan Tinggi dengan Mitra Kerja", UNDtP beke~asama dengan The Asean Foundation (2003), Peserta Seminar dan Ekspose Nasional Sistem Integrasi Tanaman- Ternak, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali dan Crop-Animal Systems Research Network/CASREN (2004), Peserta

31

Kongres II Masyarakat Bogar. 2004. Pengurus

Ilmu Perunggasan

Indonesia

Baliknak,

32

Seminar Nasional Teknologi Bogor (2004). Pemakalah

Peternakan

dan Veteriner Balitnak,

B. Tingkat Internasional
1
The Winter Meeting of British Society of Animal Production and World Poultry Science Association at Scarborough, UK (1992), Paper Presenter Nor1hern Poultry Par1icipant Conference at Leyland, UK (1992), Poster

Pencahll}'aan Sebaga; [Ipaya Pencegahan Cekanlan pada Unggas Trop;,yBerwQ\~'asal1.ln;ma/ lie/fare

3.

Round Field Trip and Comparative Study in Animal Production and Behavior Cheko, Slovak, Germany, Netherland and Hungary (1992), Participant The Winter Meeting of British Society of Animal Production and World Poultry Science .t\ssociation at Scarborough, UK (1993), Paper Presenter International Conference on Pollution in Livestock Production

Systems in Bangor, UK (1993), Participant 6. The 9th European Poultry Conference, Presenter Glasgow, UK (1994), Paper

The Winter Meeting of British Society of Animal Production and World Poultry Science Association at Scarborough. UK (1994), Paper Presenter

The 28th International Congress of The International Society for Applied Ethology, Research Center, Foulum, Denmark (1994), Poster Presenter

The Second Poultry Science Symposium of The World's Poultry Science Association (WPSA) , Semarang Indonesia (1995), Organizing Committee

10

Comparative

Study in Poultry Production

and Egg Quality, Nihon

IJniversity, Japan (1997), Participant

11.

Gender Equality in Asia and The Pacific: A Call to Action (Asia Pacific Women in Politics Network (A-PWIP) , Gender and Development Research Institute (DGRI), Convention Watch Group, Jakarta (1998), Participant

12.
13.

World Jambore 2000. Satahib Camp Site. Thailand sebagai International Technical ~3ervices in the Global Development Village. Studi Perbandingan Bidang Produksi Ternak di Kinabalu University Malaya. Malaysia. 2000

112

Pidato Penguktlhan Guru Besar L'niversitas D!ponegoro -Dlvi Sunarti

5.

Anda mungkin juga menyukai