Oleh :
OWl SUNARTI PRAYITNO
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua,
Yang terhormat Rektor/Ketua Senat Universitas Diponegoro Yang kami hOm1ati Sekretaris dan Anggota Sena~ serta Dewan
Guru
Besar
Universitas
Diponegoro Ketua dan Anggota Dewan Penyantun Universitas Diponegoro Bapak Gubernur dan Muspida Propinsi Jawa Tengah atau yang mewakili Para Pembantu Rektar Universitas Diponegora Para Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas di Lingkungan Universitas Diponegoro Para Ketua dan Sekretaris Lembaga di Lingkungan Universitas Dipanegoro Para Dasen di Lingkungan Universitas Diponegoro Para Mahasiswa Universitas Diponegora Segenap tamu undangan, rekan sejawat, kawan seprofesi. dan seluruh keluarga yang berbahagia Pada memanjatkan kesempatan puji syukur yang ke berbahagia ini, perkenankanlah Subhanahu Wata'ala saya yang
hadirat Allah
sehingga
untuk membacakan
Pidato Pengukuhan
Segar Tetap dalam mata kuliah Ilmu Ternak Unggas di hadapan Senat Terbuka muliakan. Universitas Diponegoro dan para hadirin yang
Selanjutnya
perkenankanlah
saya menyampaikan
rasa terima
guna
pengukuhan ini.
PencahQ}'aml Sebaga; Lrpaya Pencegahan Ceka1llan pada (Jlrggas Tropis Benvmva.~(J}1 Anunal Welfare
Hadirin yang saya muliakan, Tingkah dengan laku ternak animal unggas dalam kaitannya ternak)
welfare
(kenyamanan
dicermati oleh para peneliti di Eropa dan Amerika lebih dari 40 tahun yang latu, namun isu
kenyamanan kepermukaan
dan
tingkah
laku mulai
diangkat
secara
tahun terakhir. Hal ini disebabkan oleh kemajuan teknologi yang menyebabkan kenyamanan justru kejam manusia unggas mengarah (croelty). kurang yang pad a
tetapi secara
tercekamnya adalah
pencahayaan.
Penggunaan jenis, sumber, warna, cahaya cekaman yang kurang tepat dan menurunkan
kenyamanan unggas yang dipelihara. Berdasarkan terlihat faktor berbagai informasi salah diatas satu
merupakan industri
perunggasan,
Ilmu temak unggas telah kami tekuni baik dalam bidang pendidikan, masyarakat penelitian serta dan studi
pengabdian
pede
komparasi sejak menjadi mahasiswa 8-1, 8-2, 83 dan setelah menjadi tenaga pengajar selama lebih dari 23 tahun, menjadi sedangkan animal welfare 13 tahun
pusat perhatian
saya sejak
Pemilihan Judul
terakhir.
merupakan unggas,
luaran
aspek
cahaya
den tingkah
laku merupakan
bidang
yang kami tekuni dan menjadi citra diri keilmuan kami. Untuk itulah saya dengan pada kesempatan ini
menyampaikan judul
pidato
Upaya
Pencegahan
Animal
Welfare.
dalam
Istilah, Karakteristik
yang
Mempengaruhi
Cekaman,
Indikator
Cakupan
Kenyamanan,
Pidato
Pengukuhan
dan Penutup.
1.PENDAHULUAN
Bangsa burung, termasuk unggas, sangat sensitif terhadap cahaya, karena cahaya melalui lain
berpengaruh
Pendahuluan
aktivitas
reproduksi
(North
kesepakatan
para
forum-forum
untuk
memberikan dana
atau alokasi
apa
akan
menghasilkan
peternak, lingkungan serta konsumen yang sehat. Oi samping itu bila unggas selama pemeliharaan
Pidato Pengukuhall Gzlru Resar lhliversitas Diponegoro -L~\!i .I}'unar/i
merasa nyaman, maka dapat dipastikan unggas tersebut mampu bagi di Eropa, memberikan produk yang Industri sejak
memuaskan perunggasan
sebuah peraturan
perundangan untuk kepentingan perwujudan rasa nyaman bagi ternak, dan bahkan melakukan opini
mengkonsumsi aspek-aspek
Pada tahun 1990-an pernah terjadi prates keras Inggris dari masyarakat kOnsumen unggas di
atas
keserakahan ternak
manusia unggas
seminima!
mungkin
diperoleh
hanya
digunakan Unggas
sangat sempit
sehingga tidak ada tempat untuk bergerak. Kasus terbesar penyakit pad a saat itu adalah merebaknya akibat
dischondroplasia utamanya
kegemukan,
pedaging
Pencahayaml Sebaga; UPOJ'O Pencegahan Cekaman pada L'ngga.v 7"OP;5 Bent'owa.van "willla! If'errare
(broiler).
memiliki
badan gemuk namun kaki dan kepala relatif kecil. Hidup seekor broiler seolah hanya makan dan makan, tanpa diberi kesempatan sedikit pun
Animal
Welfare
Advissory
Committee
(1999) yaitu sebuah komite penasihat yang peduli terhadap kenyamanan ternak menyatakan suatu
standar yang tinggi terhadap kenyamanan ternak termasuk unggas. Komite meyakinkan pada
industri perunggasan an yang baik tidak tivitas, prod uk; keuntungan tetapi juga
dengan
ekonomis
peternakan. Animal Welfare Advissory Committee (1999) menyatakan hidup unggas bahwa peningkatan akan seGars kualitas otomatis
meningkatkan
menyatakan bahwa telur hasil produksi non-cage (bukan batere) di Switzerland tiga kali lebih mahal dari telur hasil produksi cage (batere). Sementara 50% telur yang dikonsumsi di Switzerland
merupakan telur impor hasil batere. Selanjutnya dikatakan akan bahwa Swedish Farmers Association penggunaan
memberlakukan
larangan
kandang cage di tahun 2004. Selain hal tersebut European International menerapkan laying Union Egg Welfare yang dinaungi yang oleh akan
Commission
cages
dan
penetapan
standar unggas
ternak termasuk
Standar
Nyaman Ternak
dimaksudkan agar unggas yang dipelihara dapat terjamin mengenai hal-hat sebagai berikut :
tersedia air segar serta ransum yang mampu memenuhi kebutuhan kesehatan dan vitalitas..
Bebas (Freedom
dari
discomforl)
JVe/fure
2.
yang
yang dan
secara
dari
sakit, pain,
cedera injury
dan and
penyakit disease).
from
penyakit
melakukan diagnosis yang cepat dalam usaha mengatasi cedera, dan sakit.
kenyamanannya. menyebabkan
5.
Bebas
bergerak
dan
berperilaku
normal
(Freedom to exercise most normal pattem of behaviour). dan Tersedianya ruang yang cukup untuk semua
terpenuhinya
fasilitas
hidup olah
termasuk gerak.
Ruang bagi
memberikan
kesempatan
meng-ekspresikan
belum mendapatkan
perhatian
yang bermakna.
Hal ini dapat dilihat dari belum adanya peraturan penentu kebijakan tentang aspek kenyamanan sebagai aspek
khusus yang perlu diterapkan. Meski perlu dicatat ba:hwa persyaratan persatuan individu perkandangan dalam dan luasan unggas
memelihara
telah mempertimbangkan
bngkungan
(environment)
kenyamanan
ternak saat ini telah menjadi isu global, artinya produk ternak dua yang aspek dipelihara terse but tanpa di mematas di
perhatikan
Penca/la;.'aan ,S'ehagai Upaya Pence.l:ahan <eklDnan pada llnggas Tropi.r nel"~'(J\i'aran .1nimal/e?fare
hanya unggas yang dipelihara dalam lingkungan yang nyaman dan sehat, yang akan dapat
satu
hal
penting
yang
perhatian adalah
cekaman. Cekaman dapat disebabkan oleh suhu, kelembaban, daerah cahaya dan lain sebagainya. tingginya suhu cekaman Ciri dan bagi
tropis
adalah
kelembaban, ternak
unggas.
menurunkan
produksi telur hingga 25% (Rahardjo, dkk., 2001), mortalitas di atas 10%, dan bobot badan serta
konversi ransum yang sulit dicapai sesuai dengan standar potensi genetik.
Cahaya
sangat diperlukan
bagi makhluk
hidup termasuk unggas. Akan tetapi penggunaan pencahayaan menyebabkan peternak yang tidak tepat, justru akan para
cekaman.
Bertahun-tahun broiler
meyakini
bahwa
sebaiknya
iO
Sunarti
makan.
sehingga OJ sisi
dapat manipulasi
memuaskan. pencahayaan
selama ini hanya dimanfaatkan pembibit reproduksi dalam dan proses dalam
pendewasaan rangka
sangat bahwa
cahaya.
Terbukti
berbagai untuk
meningkatkan reaksi
kematian
syndrome) maupun
kasus-kasus lain.
2. KLARIFIKASIISTILAH
Hadirin yang kami hormati,
Dalam rangka memudahkan pemahaman bebe-
Klarifikasi Istilah
isi tulisan,
perlu disampaikan
penjelasan
PencahU}'aan Sebagai Upaya Pencegahan CekanJallpada {mggas Tropis Berwmva5an .4nimal H'e/fare
11
Pencahayaan Pencahayaan yang diartikan adalah pemberian cahaya, sinar atau terang dari bulan mata sebagai
Bahasa ,1997).
Cekaman
Cekaman stress. seringkali diidentikkan dengan Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa (1997) memberikan difinisi stress sebagai gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang disebabkan narasumber perunggasan oleh yang faktor-faktor luar. di
Beberapa dunia
aktif bergerak
mendefinisikan
stress
sebagai suatu tekanan yang berasal dari kondisi atau faktor-faktor di luar tubuh, dan menyebabkan terganggunya keadaan f\.lngsional unggas.
Cekaman
melibatkan
per1ukaran panas
12
prosesnya
penyesuaian sirkulasi
darah,
pemafasan,
pencernaan pakan
dan kebutuhan
ditandai dengan
kondisi fisik maupun telur benjol, nafsu makan bersuara naik/turun, dan
terengah-engah panas
(panting), tubuh
banyak,
saling mematuk
Unggas Unggas adalah hewan anggota kelas aves, secara taksonomi masuk dalam ordo Galliformis, Famili Phasianidae, mampu manusia, manusia menyajikan dan genus Gallus. produk atau Unggas bagi
jasa
biakannya. Termasuk ke dalam golongan unggas ialah ayam, itik, angsa, kalkun, puyuh dan
merpati.
Beberapa juga
species lain kadang-kadang ke dalam golongan misalnya unggas burung 1991). Bahasa ternak
dimasukkan walau
Pheasant,
bersayap, yang
mencakup dan
dipelihara
diternakkan
sebagai
penghasil
Industri
aktivitas produksi unggas dalam skala komersial. Aktivitas produksi mencakup sarana dan
pasca produksi.
Pada tulisan ini pengertian industri perunggasan hanya difokuskan yang aktivitas telur sebagai pada industri proses produksi produksi dan daging, utamanya den adalah
selanjutny~ peternakan
perusahaan/usaha
14
Kenyamanan
Hewan
(Animal
Welfare)
Kenyamanan ternak adalah kondisi ternak yang dipelihara dengan daJam lingkungan fisik dan dan yang sesuai fisiologis. produktivitas
kebutuhan hewan
Kenyamanan
(productivity) adalah dua unsur yang tidak dapat terpisahkan. Kenyamanan hewan menjadi
penting adanya bagi suatu usaha peternakan dan diyakini ternak berpengaruh yang pada ternak terhadap akhirnya itu sendiri. pola perilaku
produktivitas ternak
merupakan
implementasi
Peraturan
Kenyamanan code
Ternak (Welfare Code) adalah berkenaan Peraturan rangka peraturan dengan tentang
yang
tindakan-tindakan ternak,
kenyamanan Inggris
oleh Parlemen
sejak tahun
berisi antara
lain larangan
memotong ekor sapi, melakukan kastrasi terbuka pada ayam atau memotong ekor babi apabila
lebih telah
hari,
berkembang tentang
masyarakat
(West, 1979).
3. KARAKTERISTIK UNGGAS
Unggas termasuk hewan berdarah panas, bersayap, berkaki dua, dan pada setiap kakinya
memilliki 4 jari, berparuh dan berjengger. Unggas dapat hidup di darat dan di air. Unggas antara lain ayam, merpati, kalkun, darat puyuh.
Sedangkan contoh dari unggas air antara lain itik, angsa, 'enthog'. Sebagai hewan berd8rah panas, temperatur
melaksanakan
Penyebab
yang secara
Cekaman
factor eksternal
16
Pidalo
PengukuhO1I
Diponegoro-
Dwi .Sllnarti
eksternal pencahayaan,
antara
lain
meliputi kehausan,
program kandang
kelaparan,
kotor dan buruknya ventilasi, kandang terlampau padat, pindah kandang, vaksinasi, pergantian
Sedangkan faktor internal meliputi sistim syaraf, sistim indera. dan sistim endokrin.
4.1. Faktor eksternal Pada prinsipnya, berbagai faktor eksternal tersebut merupakan tekanan yang menyebabkan terlepasnya radikal bebas dalam tubuh, sehingga keseimbangan terganggu. atau elektrolit tubuh dan hormon
senyawa
mempunyai elektron tidak berpasangan dan berat molekulnya menyebabkan ini rendah. Berat molekul rendah
radikal bebas sangat sensitif. Hal unsur radikal yang leluasa ikatan
memungkinkan ke
menyusup
tempat-tempat
elektronnya kuat.
Pencahayaan Sebago; (lpaya PencegaJllllI C'ekamall palla Unggas Trap;.t BerwmVll.tan A11;mcdWelfare
17
Sebagian mengganggu,
elektron
kuat
berpotensi
tetapi sebagian
untuk reaksi metabolisme sel, fungsi fagositik sel dan transduksi sinyal senyawa pengoksidasi yang bersifat reaktif, Lepasnya terjadi dapat merusak sel-sel tubuh.. unggas,
radikal
bebas
pada tubuh
gangguan sehingga
hormonal
tubuh
terganggu. Akhir dari proses tersebut daya tahan tubuh menurun, pembentukan antibodi terganggu
dan unggas lebih peka terhadap serangan aneka penyakit. Faktor eksternal yang menjadi
per-
timbangan
menonjol
terhadap
adalah salah
Defisiensi ketidak
nutrisi,
OJ samping
18
perforrnans unggas. Namun demikian, be/urn ada penelitian yang mernbuktikan berapa persen
lingkup
cahaya unggas
yang yaitu
Cahaya
terhadap
fisiologis
warna,
lama
terang
alami (matahari).
Photoperiod
kekuatan cahaya yang di berikan kepada unggas, pada umumnya berkisar antara 5 -20 cahaya sangat berpengaruh unggas. lux. Warna tingkah cahaya
terhadap Warna
laku dan
performans
merah menjadikan unggas lebih aktjf dan agresif (Prayitno et a/1994). Sumber cahaya adalah asal sinar yang dapat berasal dari alam dan buatan . Sumber sedangkan cahaya sumber alam catlaya misalnya buatan matahari, antara lain
Pencaha;vaan
Ceklonan
Pllda Ungga.f
Tropis Bern'aK'asan
,1ninral
We({are
19
Cahaya
berselang
sering
dilakukan
terhadap pencahayabiaya
lain penghematan
Perubahan menyebabkan
iklim fluktuasi
yang yang
Suhu
penampilan
unggas.
Sebagai
tubuh sekitar 41.5C sebagai suhu thermonetral. Suhu tubuh unggas biasanya lebih tinggi
sehingga panas akan melalui empat konduksi, konveksi, macam radiasi konduksi yang
mekanisme
: konveksi,
Selanjutnya
diartikan
kehilangan
panas
wajar, sedangkan
mengubah
Unggas
dan pial di
20
seperti istirahat dengan sayap mengembang kaki terbentang menjauhi konveksi badan
(stretching) panas.
untuk meningkatkan
hilangnya
Unggas dalam sebuah kelompok akan berpencar untuk sekitar berusaha mereka meningkatkan dan aliran udara di
untuk
mengurangi
pertambahan
karena panas
kedinginan
ke kaki dengan
menghindari
aliran udara
dan berkumpul di sumber panas radiatif misalnya cahaya tidak matahari mempunyai atau lampu brooder. kelenjar keringat Unggas satu-
dan
satunya cara
adalah
penguapan
air melalui-
Pencallayaan .\'ebagai Upaya Penceguhall ('ekalnun palla Unggas Tropi.fBe~'mI'usan .4nimul ~""elrare
21
berkepanjangan
dapat
mengelektrolit serta
dehidrasi,
keseimbangan
proses metabolisme terutama pada nutrisi. Pacta suhu sekitar panting dengan 42,2C
mengalami
membuka
mulut dan pacta suhu 45C unggas sesak napas dan pada batas pingsan respirasi kali/menit. semakin dan (AR) suhu yang lebih tinggi mati. ayam dan akan respirasi. Angka adalah akan normal 20 -30 yang dengan angka
akhirnya pada
meningkatnya
bertahan
hila angka
respirasi
sebesar
membagi
dalam
22
,)ullarti
mencakup
dan sistem
syaraf peripheral
terdiri dari syaraf kranial dan ke struktur somatic yang menuju otot jantung adalah ke dan
Sistem Syaraf
visceral Sistem
pusat
sistem
syaraf yang bertanggung jawab terhadap gerakan tubuh di bawah perintah, yang terdiri dari otak
dan sumsum tulang belakang; sedangkan sistem syaraf otonom adalah sistem syaraf yang
bertanggung jawab untuk koordinasi gerak yang tidak di bawah perintah, seperti gerakan usus,
Sistem
indera
pad a unggas
terdiri
dari
Sistem Indera
indera indera
indera
penciuman. dalam
inkubator,
bebas
melihat pacta jarak pandang lebih dari 300 derajat dengan derajat. suatu lapang binokuler sebesar 26
la
mengikuti
obyek
dengan
menggunakan penglihatannya
mobilitas
kepala.
Ketajaman
bagus pada jarak pandang cukup jauh. Mereka mampu membedakan bentuk segi empat dan
Suatu
penelitian
menunjukkan
bahwa
anak ayam (kuthuk) yang baru menetas memilih mematuk bends warns biru dibanding hijau atau orange, meskipun orange juga akan dipatuk dulu sebelum hijau.. Kuthuk belajar secara cepat untuk menghindari pakan berwarna, bila ternyata akan menyakiti mereka. Anak ayam lebih tertarik dan mematuk pakan berbentuk dibanding unggas yang dapat rata. bulat terlebih dahulu penglihatan memper-
Ketajaman dengan
dimengerti
bandingkan bahwa
ukuran
perbandingan
bandingkan dengan otak hampir 1: 1, sementara pads manusia 1 :25. Sensitivitas stimulan terkuat cahaya mats adalah
aDak ayam
terhadap
warns hijau dengan panjang gelombang 560 nm, sensitivitas tersebut akan berubah setelah
24
D'i
unarti
panjang gelombang
tersebut dikarenakan oleh perubahan oil droplets yang seiring dengan pertumbuhannya. Namun
demikian secara umum kemampuan mata ayam hampir menyerupai dengan Beberapa cajon mampu bentuk
manusia gelombang
yaitu
cahaya nm.
400-700
bahwa
petelur
pakan, gelap-terang dan warna lampu (Apppleby, 1992 dan Prayitno and Phillips, 1994 ; 1997).
perasa
yang terletak pada dasar dan atap rongga mulut. Ayam tidak sensitif terhadap QuIa, namun dapat mendeteksi glukosa di atas 2,5% dalam cairan. Toleran dan sensitif terhadap asam dan bas a
serta tidak menyukai makanan asin. Ayam tidak mengkonsumsi air dengan kandungan garam
0,9%. Penolakan dan penerimaan ayam terhadap makanan, khususnya berkenaan dengan rasa,
juga terjadi pada mrnuman. Artinya, terhadap makanan asin, juga terjadi
penolakan apabila
25
makanan dibuat dalam bentuk minuman berkadar garam lebih dari 0,9%. Ayam juga mampu
mendeteksi perbedaan temperatur sebesar 2,8C. Oleh karena itu ayam akan menolak minuman
yang suhunya ditingkatkan sebesar 5,5C di atas temperatur tubuhnya walaupun mereka dapat
Unggas
tidak
memiliki
telinga
yang
sempurna seperti ternak teristrial lainnya, namun pendengarannya Sensitivitas berkembang dengan baik. pad a unggas sangat
pendengaran
pula oleh
Appleby (1992) bahwa penelitian yang dilakukan oleh Temple et al (1984) menunjukkan bahwa
sekitar
Penelitian
publikasi
berkenaan
kemampuan ayam memanfaatkan !I1dera pembau sangat aversive sedikit. Oiketahui bahwa ayam Artinya sangat ayam
terhadap
darah.
26
Namun
belum jelas
benar
apakah
agresivitas
cukup baik, seperti misalnya burung kotoran dara yang (pigeon). terbawa
migrasi dan
merupakan menemukan
petunjuk
hal tersebut juga diyakini bahwa unggas dapat dilatih untuk merespon misalnya minyak sitroen, bau yang cukup tajam, amonia dari ekskreta
Unggas
memiliki
beberapa yaitu
receptor
reseptor organ
terhadap sentuhan, tekanan, temperatur dan rasa sakit. Sedangkan indera interoceptor kimiawi adalah reseptor yang terdiri dari
perasa faktor
reseptor rasa dan bau. Dengan demikian, sistem indera pada unggas beserta sensitivitasnya
27
sistem
lahir sampai
mati (Frandson.
Sistem
Hormon pada unggas dihasilkan oleh beberapa kelenjar yaitu kelenjar pineal, hipotha/amus, ultimobranchia/, ovarium. dua Pada sistem
Endokrin
pancreas, ke~a
hormon
dikenal feedback
negative
feedback
mekanisme ketersediaan Ca dalam plasma darah; sedangkan positive feedback mengatur luteinizing kerja hormon steroid (RF)
ovary
sehingga
PADA
Indikator Nyaman
Seperti nyamanan
halnya
cekaman,
maka
ke-
28
S'unarli
faktor yaitu faktor unggas dan kondisi lingkungan pemeliharaan. Unggas yang nyaman dapat dilihat laku dan status fisiologis. pemeliharaan dan indikator yang suhu,
kandungan sirkulasi
gas-gas, udara
kecepatan (unsur-unsur
mikroklimat).
Tingkah
Laku
untuk
beradaptasi
dengan
faktor genetik dan lingkungan terlibat di dalamnya. lingkungan sekitar, mendorong ternak bertingkah laku untuk menyesuaikan pula penyesuaian diri dan bahkan terjadi Dengan kata lain, reaksi
hereditas.
1983).
Pola tingkah laku merupakan perilaku
yang terorganisasi
berupa sebuah aksi tunggal atau aksi berurutan yang terintegrasi dan biasanya muncul sebagai
respons tingkah
stimulus
lingkungan.
Pola
(Basic Behaviour
System)
pengelompokan
Ensminger
(1992)
I 2. Eliminatif
I 2. Eliminatif I 3. Seksual
I 2. Eliminatif I 3. Seksual
4. Allelometik
6. Agonistik
30
banyak sehingga
dipengaruhi
oleh
sistem
hormonal,
perlu sinkronisasi
aktivitas seksual.
Ayam, poligamus
itik,
puyuh
den
kalkun
bersifat
dapat digunakan
untuk banyak betina, karena bertemu, berkenaian den berpasangan dan satu betina, dapat dilakukan sedangkan sampai dengan lebih bersifat terjadi
merpati mating
monogamus
(courtship
hanya untuk sepasang jantan-betina). bertemu menunjukkan dengan betina, lebih ayam
agresivitas
dibandingkan
dengan kalkun. Sinyal seksual diberikan unggas dalam bentuk postur den gerakan-gerakan bertemu. seat
Tingkah laku induk dalam care and giving dapat dilihat misalnya makanan, pad a maka saat induk induk akan
menemukan bersuara
(clucking)
senang melindungi anaknya di bawah bulu-bulu sayap terhadap udara dingin dan berbagai
ancaman.
32
menyerang
ternak
dan
manusia
manakala
anaknya diganggu.
laku
agonistik
adalah
perilaku
karena
meliputi bertarung,
terbang,
dengan konflik.
(experience). pada
itik jantan
yang
berusaha
mempertahankan
wilayahnya
sedangkan pada kalkun, khususnya kalkun jantan muda bertarung dan untuk mendapatkan dalam kedudukan
kehormatan
kelompoknya.
Pertarungan
Tingkah unggas
menirukan
mengikuti
seekor
memunculkan
PencahaJ'aall Sehagai UpaJ'a Pencegahan L'ekanlall pada Ungga~ 7ropis Berwffii'usan .4nimal U/e!fare
33
untuk menjadi pemimpin, tanpa melalui tingkah laku agonistik. Salah satu tingkah laku ini
ditunjukkan
dalam
mendapatkan
dan memulai
makan. Pada tingkah laku ini selalu ada seekor ayam yang mendahului kemudian mendekat dan mematuk, (pecking
memanggil teman-temannya
order). Apabila terdapat lebih dari satu sumber pakan, mencan maka akan terjadi ayam kompetisi akan saling memilih
kawan,
dan
kelompok. Apabila hanya satu sumber pakan, maka akan terjadi perebutan makanan.
Tingkah
laku
shelter-seeking
ialah
peritaku mencari tempat berlindung, dari berbagai angin, ketidaknyamanan hujan, salju,
matahari, predator.
serangga
mendapatkan di
bawah
matahari,
udara
dingin
34
Sunarli
Hngkungan, membau,
dengan merasakan
mengamati,
dan menyentuh.
laku ini sangat terlihat apabila unggas memasuki daerah yang baru dikenalnya (Curtis, 1983;
Ensminger, 1992).
Curtis domestikasi
(1983) terhadap
yang terbatas,
tubuh dan gerak khusus untuk menarik unggas betina, setelah kawin unggas jantan pergi begitu saja Oomestikasi bertemu membuat unggas jantan lebih unggas betina dan dapat namun sebagian
mudah
melakukan unggas
perkawinan tersebut
berkali-kali, kehilangan
kebebasannya.
muda berinteraksi
erat dengan
gerak-gerik
35
Pad a periode
sensitif
memiliki
kecenderungan
dengannya, terbatas
harapan pada seat terbang atau meninggalkan induknya, mampu beradaptasi dengan lingkungan baru, termasuk menyesuaikan diri dalam aktivitas makan, hingga aktivitas berreproduksi.
Meski
mengalami
domestikasi,
pola
tingkah laku unggas tidak jauh berbeda tingkah laku alamiah nenek moyangnya.
dapat dilihat pada perilaku mengais pakan (feed seeking), mematuk-matuk bulu (feather pecking),
kopulasilkawin, reaksi terhadap panggilan bahaya dan perilaku belajar tetap temu-kenal dari dan bunyi (courtship). bits Ayam dilatih Dengan dapat atau
mampu secara
ayam tiba,
bahwa
waktu
makan Namun
keterampilan pad a
tidak
secara berfkutnya.
diturunkan
generasi
demikian tingkah
36
induk
pada
masa induknya).
imprinting Hal
(meniru yang
dan perlu
mengikuti
mendapatkan perhatian dalam upaya domestikasi adalah siklus tingkah laku rutin, tingkah laku
tingkah
laku
rutin
sinyat-sinyal musim,
tingkungan,
sedangkan perilaku
sinyal rutin
internal adatah
Itik yang mandi pad a interval waktu setiap harinya merupakan contoh
peritaku rutin. Kalkuri dan ayam memulai harinya dengan mereka mencari beristirahat harinya. mencari makan, dan menjelang siang
(roast)
aktif sampai
keesokan
Siklus
Tingkah faku sosial dapat difihat karena unggas dalam kelompoknya saling berinteraksi
yang lain. Interaksi ini membawa bahwa pola perilaku tiap individu
Pelzcahayaan .wbagai Upaya PencegahO1I CekmllGn pada ('ngga~ Tropis BerwQ\vas/111 rlnimal We(faJ"e 37
mengalami modifikasi untuk saling menyesuaikan. Unggas cenderung berkelompok sosial secara
homogen (tiap spesies) dalam alam bebas, akan tetapi dapat pula hidup secara heterogen dengan kelompok lain yang jelas berbeda dalam spesies, jenis kelamin dan umur. Kemampuan bertoleransi dengan heterogen ditunjukkan domestikasi. kelompok dalam lain satu dalam area kehidupan banyak
lebih
intensif
dan
(recording)
perbedaan
perilaku
antarspesies,
sehingga dapat mempermudah seleksi yang tepat bagi program berhasil pemuliaan. Seleksi semacam ini
dilakukan
libido, dan
meminimalkan
agresivitas,
bertelur
pada siklus 26 jam per butir telur dan dalam satu siklus (clutch) menghasilkan 11-15 butir, dan
selanjutnya dieram. Dalam satu tahun ayam lokal hanya mampu memproduksi 5-6 siklus.
38
clutch
adalah
masa
ayam
terus-menerus setelah
berhenti terushanya
istirahat
menerus.
Pada rase
datang dan pergi dari sarang dan secara teratur mengawini betina. Anak-anak ayam hasil eraman secara naluriah segera mengikuti induk, makan dan dieram. Demikian secara rutin anak-anak minggu
hingga beberapa
pohon
modern
dari
Domestikasi terhadap
seleksi kualitas
dilakukan
kadar
menarik. Domestikasi terhadap ayam liar dengan berbagai ningkatkan perubahan perilaku mampu me300-
365 butir/tahun.
39
laku
alamiah
unggas masa
adalah
merupakan bulu.
proses perontokan
Molting dikontrol
gonad dan kelenjar tiroid yang berhubungan dengan turunnya tingkat estrogen.
Faktor
penyebab
molting,
selain oleh
faktor kondisi
hormonal di atas juga disebabkan fisiologis, lama waktu pencahayaan, dan kelembaban. beberapa pada negara,
nutrisi, suhu di
dilakukan melalui
ayam-ayam
bulan
pembatasan
air minum,
kualitas
dan kuantitas
ransum serta pembatasan program pencahayaan dengan tujuan untuk mendapatkan produksi yang
lebih baik pada saat siklus produksi kedua pasca molting. ASOHI (2001) dalam Buku Setengah
Abad Ayam Ras di Indonesia menjelas~an bahwa usaha ayam ras baik petelur maupun pedaging dari berbagai setengah aspek yaitu telah sejak berjalan lebih dari
abad,
diperkenalkannya melalui
masyarakat Indonesia
40
Duo; Sunarti
Intensifikasi memberikan
budidaya konstribusi
terhadap peningkatan konsumsi daging dan telur masyarakat. perunggasan Namun di perkembangan tidak industri lepas dari
Indocesia
berbagai konflik dalam rangka menjaga popu!asi unggas lokal dan usaha peternakan rakyat.
Perlindungan perunggasan
dan perhatian pemerintah terhadap d~unjukkan dengan adanya melalui Keppres melalui
program bimas ayam, pembinaan usaha Keppres No.22/1990 Keppres produksi No.50/1981 yang dig anti dicabut aspek ras
teknologi mampu
petemakan
1960-an menjadi hanya 35 hari dengan konversi ransum sebesar 1,62. Sedangkan ayam petelur, pada tahun 1960-an produksi yang dicapai hanya 200 butir/tahun meningkat menjadi 300
butir/tahun.
pengembangan perunggasan
Aspek
nyaman standar
Standar
Fisiologis
dapat
ditunjukkan ya,itu;
normalnya
41 ,49C ; angka respirasi 20-30 kali/menit; jumlah darah .:!:7% berat badan; tekanan darah 150-190 mmHg, jumlah lekosit didominasi oleh limfosit
berjumlah
40.000-80.000/mm3.
mg/100
berumur 2-5 bulan 242/100 mi. Jumlah eritrosit ayam betina 2,72 juta-3 juta/mm3, sedangkan
lingkup Cahaya
Kebutuhan
cahaya
pada
unggas
ditentukan oleh bangsa unggas, type, dan strain; tujuan produksi, umur unggas, sumber cahaya
42
Sul/arti
Sampai
saat
ini belum
ada
pencahayaan hasil
yang baku bagi unggas. dapat dimanfaatkan, sebelum melakukan hendaknya serta
penelitian
manipulasi
pencahayaan
Jenis
lampu
juga
penting
diperhatikan
karena
intensitas cahaya 3 kali lebih lampu pijar biasa. Demikian intensitas akan cahaya.
dingin
cahaya
menurunkan ayam.
ditangkap
oleh mata
tingkup pencahayaan
dalam siklus 24
(photoperiode) ,
intensitas
cahaya
Berbagai
teknik
pengaturan
lama
Lama Pencahayaan
digunakan
sebagai
upaya
untuk
memperoleh
respons atau performans yang paling bagus pada unggas. pengaturan (8L:16D) Morris 8 jam (1994) terang mengatakan dan 16 jam bahwa gelap
menunjukkan
dari 8 jam
ke 10 jam, dan
pendewasaan
kelamin
meningkatkan fertilitas (Brake, 1990). Lebih lanjut dikatakan bahwa lama pencahayaan kecenderungan 8 dan 10
jam menunjukkan
(1990) mengatakan
44
Slinarti
menyebabkan produksi
telur.
dengan 14 jam masih menunjukkan maksimum. dilakukan mengatakan oleh Penelitian Leason
10 0 menunjukkan
cahaya
merupakan
Intensitas
Cahaya
matahari (North and Bell, 1990). Menurut Nassau (1983), intensitas cahaya dinyatakan dalam
energi per satuan luas. Intensitas cahaya alami dari hari ke hari akan berbeda, karena intensitas dipengaruhi oleh posisi matahari, keadaan awan, kelembaban udara dan panjang gelombang
cahaya (North and Bell,1990). Kuatnya intensitas cahaya dari suatu sumber cahaya menggunakan candle (fc). dapat diukur
satuan cahaya yang disebut. feet Satu feet candle adalah kuatnya
penyinaran yang jatuh pada suatu bidang seluas 1 feet persegi dan be~arak 1 feet dari sumber
penyinaran
yang
berkekuatan
1 candle
(Nor1h bahwa
lanjut dikatakan
kekuatan penyinaran suatu sumber cahaya pad a suatu bidang, berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara bidang dengan sumber penyinaran. Hal tersebut dirumuskan dengan :
E = Clif
dimana E = kuat penyinaran (feet candle) C = kuat sumber penyinaran ( candlelwatt) d = jarak bidang dengan sumber cahaya
Hubungan
lux = 0,0929 fc atau 1 feet candle = 10,76 lux (Nor1h and Bell,1990). persegi broiler intensitas intensitas setara Satu watt per 0,37 meter 10,8 lux. Pada ayam dengan
dengan
dibutuhkan
cahaya
terang
1O-2O lux dan cahaya gelap dengan sekitar 1-3 lux. Intensitas cahaya dapat suatu alat yaitu yang dapat
selain untuk
mengetahui
intensitas
46
/)\4'; Sunarti
juga
untuk
mengetahui
panjang gelombang
Pengurangan
intensitas
cahaya
masuk dalam kandang dapat dilakukan pemasangan kandang. filter pad a sekeliling
cahaya yang dapat digunakan yaitu kaca, kristal, gelatin atau plastik yang terbuat dari bahan yang mampu menyerap dengan baik.
Warna
cahaya
yang
berbeda
akan
Warna
cahaya yang
Cahaya
berbeda pula (Morris, 1994). Agar ayam dapat melihat sesuatu yang terletak pada wilayah
dan membentuk
Hal sensoris
ini (batang
akan
merangsang
reseptor
-dan- kerucut)
menghasilkan
mempunyai
Sebagai Upaya Pencegahan Cekaman pada Unggas Tropis Be~'awasan ,.Jnimat U'"elfare
47
Icahayaan
Tabel2.
Parameter
Produksi Meningkatkan
Merah
w~~~ Cahaya
Oranye
Kuning I Hijau x Biru x
oertumbuhan Menurunkan
efisiensi pakan Memperlambat dewasa kelamin Mempercepat
dewasa kelamin
I Memperlebar~ata
I MenQuranQi stress
x
x x
x
Menurunkan
kanibalisme Meningkatkan oroduksi telur Menurunkan produksi telur Meningkatkan ukuran telur Meningkatkan fertilitas telur Menurunkan fertilitas peiantan Sumber
x x
x x
dibawah
warna
kuning dan
hijau. Warna biru, hitam, violet dan cyan (biruhijau) merupakan warna dengan intensitas
rendah dan warna putih merupakan warna yang mampu mendistribusikan cahaya dengan baik.
48
Panjang gelombang untuk merah adalah 700 nm, oranye 600 nm, kuning 580 nm, putih 560 nm, hijau 520 nm, cyan 488 nm, biru 480 dan violet 400 nm. North dan efek seperti Bell (1990) menyatakan terhadap tingkat
bahwa
terdapat hal,
warna
cahaya
beberapa
pertumbuhan,
berselang.
pencahayaan
Pencahayaan
Berselang
merupakan
program
antara
pencahayaan
periode gelap
dengan
dengan
menggabungkan
berselang
pertama diterapkan tahun 1970, karena adanya suatu dorongan yang mempengaruhi yaitu harga minyak di dunia naik dan biaya listrik mahal, hal ini menjadi elemen utama dalam biaya produksi unggas. Tienhoven mempraktikkan produksi telur Atas dasar dan hal tersebut maka Van mulai
Ostrander
(1973)
rencananya yang
maksimal
pencahayaan berselang.
49
II
Menurut
Rowland
(1985)
perbedaan
program pencahayaan berselang yang diterapkan pada unggas petelur diklasifikasikan macam yaitu Cornell, Biomittent program pencahayaan menjadi menjadi 3
Sedangkan sendiri
dialokasikan
2 kategori
dan program
10L:40:2L:80
(Morris,1988). program
dinyatakan
bahwa
symmetrical
akan
berpengaruh rata-rata
peneluran sedang
ukuran telur,
akan berpengaruh
kelamin
dan menambah
tetapi mengurangi rata-rata peneluran. Biomittent dan Comell merupakan pada French berselang progam pencahayaan asymmetrical. program Oi
katagori
merupakan
katagori symetrical.
bahwa siklus
hemeral,
siklus gelap-terang
50
S/llIarti
13 jam. Siklus
semacam ini pernah dianjurkan untuk diterapkan pada manajemen ayam petelur mengingat siklus bertelur ayam antar 2 oviposisi lebih dari 24 jam.
peneliti berselang
bahwa light)
keistimewaan
mempengaruhi
lama interval ovulasi, rata-rata jumlah peneluran, ukuran telur, dewasa kelamin (Morris, 1988); ransum
menurunkan
41% dan 9% (Mid ley etal., 1988). pada penelitian Etches (1993)
bahwa penggunaan
pencahayaan
lebih ekonomis
konsumsi pakan tanpa mengubah produksi telur. Suatu penelitian bertujuan mencari alternatif bagi peternak untuk menentukan waktu yang tepat
produksi yang sarna, maka dapat dipilih program 12 jam terang : 12 jam gelap dengan waktu ertefur terbanyak antara jam 14.00 -16.00 WIB atau
51
program 15 menit terang : 15 menit gelap dengan waktu telur amara jam 04.00 -06.00.
6.1. pengaruh
Unggas
Pencahayaan pads ternak unggas tidak Terdapat unggas 10
Respons
Fisiologis
dapat lepas dari proses hormonal. kelenjar senantiasa hipotalamus, utama dalam tubuh
yang
memproduksi
(1990) retina
menjelaskan akan
bahwa
mata
diteruskan
kemudian
substansi untuk Hormon
merespon
yang
dengan
hormon
melepaskan
hipofise gonadotropin.
merangsang
kelenjar
ovarium serta organ reproduksi lain. Oi sam ping itu hormon juga membantu folikel telur di gonad, jengger proses pematangan bulu dan
perkembangan
pada ayam petelur. Oi sisi lain, cahaya kelenjar tiroid untuk menghasilkan
juga memacu
52
hormon
pertumbuhan
untuk
mengatur
proses gelap
metabolisme.
pembentukan
kor1ikosteroid
steroid Tingkat
menjadikan
Kelenjar
pineal berlokasi
di bagian atas
otak ayam sebagai penghasil hormon melatonin. Hormon ini merupakan hat menarik dan banyak Cahaya gelap yang
melatonin
respons kekebalan
ayam broiler. Oleh karenanya penggunaan sistem pencahayaan menekan syndrome lebih terang-gelap kasus-kasus dan hipoglisemia Widjaja pad a broiler spiking (Widjaja, dapat
mortality 1999b).
lanjut
(1999a,b)
menyatakan
53
II
pencahayaan kekebalan
tepat
meningkatkan
ayam broiler.
dijelaskan pula bahwa melatonin mampu bekerja sebagai antioksidan, sehingga dapat bekerja unsur-
unsur radikal bebas dalam tubuh yang sangat merugikan. dalam Penting untuk diperhatikan, melatonin akan bahwa terus
keadaan
gelap
pertumbuhan
ayam
berlangsung
6.2. Pengaruh
cahaya
terhadap
tingkah
laku
unggas
Respons
Tingkah Laku
Deskripsi
tingkah
laku
hewan
menurut
Ensminger (1992) adalah reaksi yang ditimbulkan karena adanya rangsangan yang timbul kareoa tingkah laku tertentu atau reaksi lingkungan. dan
gengaruh
Sedangkan
kontraksi
54
Pergerakan menyesuaikan
unggas
dalam kondisi
upaya
diri dengan
lingkungan
et a/. (1991)
menyatakan bahwa tingkah laku (animal ethology) sangat penting berg una mengatasi untuk dalam proses penjinakan bagaimana Appleby yang ternak (1992)
mengetahui
lingkungannya.
bagian dari
fungsi umum ternak yang sangat spesifik dalam rangka penyesuaian dengan lingkungan dan
mempertahankan
kenyamanan.
Tingkah laku dasar pada ternak menurut Wodzicka et a/. (1990) terdiri dari beberapa
kriteria yaitu tingkah laku ingestif, shelter seeking, investigation, ailielometik, agonistik, eliminatif,
care giving dan tingkah laku anak untuk minta perhatian dari induk (care soliciting), tingkah laku seksual dan tingkah laku bermain. Ditambahkan oleh Fraser dan Broom (1990) bahwa ternak juga memiliki tingkah laku tidur dan istirahat.
Blockhuis
(1984)
menjelaskan
bahwa
55
ketidakaktifan.
Bentuk
sebagai salah satu cara adaptasi tingkah yaitu mengurangi kehilangan panas
melalui
jengger dan pial. Pada pengamatan tingkah laku istirahat dibedakan menjadi (dozing) dan tidur keadaan mengantuk Appleby (1992)
(sleeping).
bahwa tingkah laku unggas terdiri laku bermain, makan dan minum,
mengkais tanah (dushbathing) , membuat sarang (nesting), tenggeran (crawling), mematuk reproduksi. (roosting), berguling-guling
Intensitas dan warna cahaya mempunyai pengaruh dan ayam nyata terhadap (Newberry pertumbuhan puyuh
et al., 1987).
Intensitas
cahaya yang tinggi penting pada minggu pertama pericde unggas Setelah cahaya pemeliharaan yang akan membantu dan minum. dibanding
pakan
rendah
mencegah
kanibalisme.
Penambahan intensitas cahaya yang terlalu tinggi dalam suatu tick juga dapat menyebabkan stres (Cavalchini et aI, 1984). ayam
56
North
dan Bell
(1990)
menyatakan
intensitas
pads saat pertama dipelihara atau umur 3 hari, guns Pads mempercepat saat belajar makan 4-7 dan minum. tingkat
di indukan
minggu,
adalah 3,5 fc
atau 35 lux. Intensitas cahaya yang rendah sering digunakan untuk mengurangi aktivitas dan
kanibalisme (Cherry dan Barwick, 1962). Weaver dan Siegel (1968) menemukan bahwa aktivitas
makan akan bertambah dengan adanya kekuatan cahaya. Selanjutnya ditambahkan oleh Newberry
et at. (1986) bahwa aktivitas unggas lebih besar di bawah intensitas yang tinggi (12 lux) dibanding intensitas rendah (5 lux). Tingkah laku jalan, oleh
yang ditemukan
Newberry et a/. (1988) lebih tinggi pada intensitas di bawah 180 lux dibanding 6 lux, akan tetapi
tingkah laku makan dan minum tidak terpengaruh oleh intensitas cahaya. Selanjutnya ditambahkan bahwa proporsi berdiri dan aktif antara pagi dan Wheaver dan Siegel
cahaya
selama
masa
paling optimal adalah 0,5 fc (5 lux). yang lebih unggas besar dari itu akan
menyebabkan Penambahan
saling
mematuk.
cahaya antara 2 -50 lux masih dapat dan tidak mengganggu pertumbuhan.
Hill et aJ(1988), Tucker dan Charles (1993) yang dikutip oleh Morris (1994) menyatakan bahwa ~ penurunan intensitas cahaya dari 34 lux menjadi 1,75 lux tidak berpengaruh nyata terhadap
produksi. dan
Penelitian
Wathes
(1991)
perbedaan yang nyata antara pengaruh intensitas cahaya dan panas terhadap tingkah laku unggas.
58
Penelitian menunjukkan
lain
pada
itik
dan
puyuh
nm) lebih merangsang dibanding cahaya lain. Hal ini disebabkan tengkorak. karena cahaya merah menembus otak lebih efisien dibanding
dan
cahaya
dibanding
dengan catatan
IVlenurut Foss et al. (1972) ayam petelur di bawah banyak cahaya merah mengkonsumsi hijau, lebih
Sedangl(an bawah
pakan
warna
biru sejalan
dengan
rendahnya
aktivitas, yang lain seperti jalan, saling patuk dan sebagainya. Penelitian yang dilakukan oleh
namun timbulnya
60
dibawah
cahaya
biru
dan
hijau.
Sedangkan
unggas dibawah cahaya putih berada di tengahtengah arltara cahaya merah dan cahaya biru
serta hijau. Selanjutnya ditambahkan bahwa tidak ada pengaruh dihabiskan dihabiskan yang berbeda berdiri pacta waktu yang tapi waktu yang (dozing)
untuk
untuk duduk,
tidur-tiduran
dan tidur (sleeping) lebih besar untuk warna hijau, dan biru
Berbagai d~am
nyata
laku makan, minum dan panting. Pemakaian tirai pad a semua warna dapat mengurangi agonistik. Tirai dengan warna-warna gelombang biru dan dan aktivitas
mengurangi
aktivitas
jalan
meningkatkan
PencahO)'aall ,'l'ebagai UpO)'~ Pencegahwl Cekmnan p(lda Unggas 7ropi.v Bern'u..'a.va1lAnimal JVe({are
61
6.3 pengaruh
pertumbuhan
Respons Pertumbuh
dan produksi
1:\I'1enurut Cavalcini et aI, (1984) cahaya tidak h;anya diterima oleh mata, tetapi cahaya juga mampu menembus tengkorak berpen~~aruh mengakltifkan kepala dan untuk
an
pituitari
Pengaruh
sesunglguhnya penyinaran adalah memacu syaraf reseptor ma~a. Rangsangan akan jjiteruskan pada tersebut kemudian sehingga releasing
hipotalamus hormone
tersekresikan
somatotropic
factor (STH-RF) dan tirotropik releasing hormone (TRH). Faktor releasing pituitari dan tersebut anterior akan untuk
meran~,sang mensekresikan
glandula STH
tiroid
hormone (TSH), TSH akan merangsang tiroid untuk melepaskan dan tiroksin tiroksin. akan
somatatropik
merangsang
tubuh IJntuk meningkatkan aktivitas pertumbuhan (Bell dan Freeman, 1971 dan Card dan Nesheim, 1972). Ditambahkan bahwa anterior secara Isroli hormon (1996) yang
menyatakan
terhadiap
pertumbuhan
unggas menjelang
62
puber1as. berfungsi
~iormon memacu
somatotropik aktivitas
dalam sintesa
pembentukan
kolagen,
berfungsi memacu aktivitas-aktivitas an konsumsi oksigen, mempercepat meningkatk.an aktivitas metabolisme, kan cadan!Jan nitrogen, meningkatkan an energi dan merangsang
hormon hormon
Meningkatnya menaikkan
ransum, sehingga per1umbuhan akan lebih cepat (Harper et a/., 1.979). Ditambahkan pula oleh Isroli (1996) bahwa peningkatan kedua hormon
tersebut pada unggas menjelang puber1as dapat memper1irlggi efisiensi nafsu makan, meningkatkan
penggunaan
laju metabolisme
basal sehingga
laju per1umbuhan, tetapi kadar yang terlalu tinggi akan memberikan umpan balik negatif terhadap kedua terlalu hormon rendah terse but dapat
menyebabkan
kekerdilan
Pellcuhayaan ,')'ebagui Upaya PencegaJlmr ('ekalll{Jn pacia Ungga~ Tropi.~ Bel"I'Q\l'a.~ull..jnimul iVe!{ure
63
yang rE~ndah. Kerja hormon pertumbuhan mulai ternak dewaSc3 postnatal mencapai tubuh dan paling efektif karena pengaruh pada
efektif fase
pubertas, ternak
semakin hormon
pertumbuhan
semakin menurun dan sebaliknya lain lipid yang dan berkaitan dengan semakin bahwa
hormon-hormon metabolisme
menin~Jkat. Selanjutnya hormon-hormon pertumbuhan pubertas penggemukan. Cahaya meningkatkan disamakan secara
terhadap awal
melewati
lebih
berpengaruh
terhadap
tidak
langsung dan
konsumsi
ransum
dan brooder
yang memenuhi syarat akan memacu anak ayam untuk makan, sedangkan dalam keadaan gelap menYlulitkan untuk dapat meningkatkan nafsu
reproduksi
pada perangsangan
64
l).vi S,marti
Nesheim (1 ~~72)menyatakan bahwa cahaya yang mengenai rnata akan merangsang gonadotropin hipotalamus releasing anterior dan posterior. untuk yang
Respons Reproduksi
untuk hormon
merlsekresikan
dibentuk dil hipofise anterior yaitu FSH dan LH. Card dan Nesheim (1972) menyatakan bahwa
perkembangan ovarium. Apabila salah satu folikel sudah masak, hipofise terjadinya dihasilkan progesteron menyebabkan maka LH akan dilepaskan sehingga dari
Hormon-hormon adalah
ovarium dan
androgen. kadar
peningkatan
lemak, vi'lamin dan substansi lain di dalam darah yang diperlukan untuk pembentukan peregangan vent untuk kelenjar telur. tulang guna
Estrogen pubis
betina
terhadap
untuk memproduksi
LH dari
bertelur.
pituitari anterior
yang menyebabkan
pelepasan
yolk yang! sudah masak dari ovarium ke funnel atau infundibulum. Yolk yang sudah masuk ke
dalam in1'undibulum langsung menuju magnum. Oi tempa1 ini albumen dan putih telur disekresikan untuk membalut kuning telur. Selanjutnya kuning
telur den!~an suatu gerakan memutar meluncur ke bawah ke b:agian bawah oviduk. Membran
cangkan~~ ditambahkan
berada di isthmus kurang lebih 20 jam. Pada saat peneluran, sphincter di antara kelenjar
pembentuk cangkang dan vagina dalam keadaan rileks, ~:elenjar cangkang tekanan berkontraksi, ayam keluar
meningkatkan melalui
proses peneluran
(Morris, 1994). I\pabila peneluran melalui cahaya terlalu Apabila dimulai pada umur cahaya atau akan ditunda
tinggi telur
peneluran
sampai umur yang lebih tua, telur umumnya lebih besar (Morris, 1994). Lasley (1975), waktu
66
gelap sehingga peneluran. Lebih lanjut dikatakan oleh Campl::lell dan berikutnya menurun pertama sekitar 30 sampai kali bertelur apabila waktunya akan
60 menit. unggas
Unggas tersebut
tidak
dipengaruhi
warna cahaya, tetapi mempengaruhi ayam, sayap akti\fitas merentang Warna dan
agresivitas
(stretching).
cahaya
aktivitas dibawah
mematuk biru
cahaya
tersebut
diatas
lebih rendah.
Unggas cahaya
merah dan cahaya biru serta hijau. Lebih lanjut Prayitno berwarna dihabiskan (1994) menyatakan bahwa cahaya
tidur (sleepling) sedangkan warna cahaya merah justru meningkatkan cahaya merah aktivitas terang (walking). pada awal
Pemberian
jumlah waktu
67
hal tersebut
ayam melakukan exercise sesuai Pada kekuatan proses tulang berlanjut dan dapat
menekan
cenderun'g mampu sedikit mengundurkan dewasa ketamin dlan meningkatkan bobot badan pubertas.
OJ sam ping hal tersebut pemakaian warna tirai hijau cenderung mengakibatkan dewasa kelamin
paling lal'nbat serta bobot dan be rat telur paling tinggi (Sunarti.2001)
Problem Perunggasan
tersebu1: sering
menimbulkan
~kam~n
pada
unggas yang pada akhirnya berakibat turunnya produksii. Problem utama daerah tropis yang
68
(diatas
10%).
OJ samping
hal
tersebut
juga
performans
konversi potensi
sesu.3i dengan
Nor1h (198~.), menyatakan bahwa setiap kenaikan temperatur kandang 3C akan secara nyata mempengaruhi performans unggas yang dipelihara.
Sehubungan dengan tingginya temperatur dan kelembaban di daerah tropis perlu diketahui bahwa banyak faktor yang mempengaruhinya
antara lain: umur unggas (bobot badan), panjang waktu ter~laan panas, suhu air minum, sirkulasi udara, unggas unggas be:sarnya per m2. radiasi Secara maupun fisiologis berupaya tubuhnya dan panting), mencari tempat kepadatan sebenarnya untuk melalui konduksi dingin),
senantiasa suhu
mempertahankan evaporasi
(pernafasan, aktivitas,
(mengurangi
konveksi ( menjauhkan sayap dari tubuh), radiasi (Iewat banyak, lanjut, pE~mbuluh darah ekskresi ejfek suhu pe rife r) , minum diare). semakin lebih Lebih besar
kelembaban
yang tinggi.
69
Kombinasi suhu dan kelembaban serta kombinasi faktor-faktor suhu tersebut mengakibatkan Kondisi ini kenaikan merupakan
1ubuh unggas.
cekaman.
Pada kelemb,aban suhu 55%, lingkungan maka suhu 37C tubuh dan unggas
menin~lkat menjadi 45C, sedangkan ambierl maka yang sarna dengan unggas
suhu tubuh
kematian.
di Indonesia dan
syndrome.
syndrome udara
lazim terjadi pad a waktu dini hari saat ataupun siang hari saat terik
dingin
matah,ari, bahkan
seringkali
dijumpai
kematian
ayam mendadak. Hal ini dapat dimengerti karena pada udara dingin unggas akan menguras energi dalam rangka mempertahankan sementara suhu tubuhnya,
dilepaskan melalui proses evaporasi (penguapan melalui udara pernapasan) bahkan mengalami
pantil'1g (megap-megap).
70
Sunarti
Spiking
mortality
syndrome
penyakit virus yang banyak dijumpai perunggasan terus menerus, dengan program
industri
pencahayaan intensitas
cahaya
tersebut,
cekaman,
sehingga
terinfeksi
yang
ada pada
pencernaan
hanya
gejala
dan Thornas, 1996). Kondisi turunnya daya tahan dan tingkat tidak kekebalan akan akibat cekaman bukan
mlJngkin
mendorong
merebaknya
wabah fIll burung (avian influenza) seperti kasus beberapal waktu yang lalu.
Kasus dijumpai
kelumpuhan Kasus
kaki
seringkali
pada broiler.
yang secara
sebagai berlebihan
hiperplasia melampauli
sel-sel kaki
intensitas telah
menguran1~i dengan
8. UPA YA PENANGGUlANGAN
Manipulasi meningkatl(an saat panen 19~6). cahaya gelap dan terang dapat
berat badan rata-rata 1,1 % pada antara umur 6-7 minggu hal tersebut (Buyse,
OJ samping
manipulasi
menunjukkan lebih
rendah
(1996) bahwa
dalam -cahaya
Widjaja gelap
(1999b) akan
pola hiperplasia
dari perkembangan
ming~~u, sehingga
72
gel yang a!kan mengalami hipertrofi 4-5 minggu menurun. Prolgram pencahayaan memperbaliki 3,6% konversi pakan
pada umur
terang-gelap rata-rata
akan hingga
bila dibandingkan
dengan
pencahayaan
kontinyu. (::fisiensi pakan akan tebih nyata apabila gelap diberikan pada waktu hari terdingin (dini
(kerapuhan gelap
Penanggulangan
tulang) karena
dapat
ditekan
dengan
cahaya
androgen
ditekan.
pencahayaan
harus
dilakukan
dengan
sesuai d1angan jenis, umur, strain unggas maupun tujuan pemeliharaan. pemelihc~raan memberikan diikuti dampak Cahaya merah pada awal dengan positif warna karena biru, dapat
mencegah (dischondroplasia).
73
nya intensitas cahaya alami yang masuk dalam kandan!g. cender!ung Tirai gelap dengan dengan warna-warna panjang yang
gelombang
nm seperti hijau, biru dan hitam, aktivitas istirahat jalan (Sunarti, dan 2001).
mengurangi waktu
menin~lkatkan
Masa Iqitis air minum broiler terjadi pad a 7 hari pertama masa pemeliharaan, dengan suhu ideal
air mnlJm 60-70% dari suhu tubuh ayam (41.5C), sehinglga suhu air minum ideal 25 -29C.
Sedan!~kan setelah masa kritis tersebut suhu air minum yang baik Suhu apabila kandang dibawah periode suhu starter
lingkurlgan.
baik (~;unarti dan Mei, 2004). Suhu tubuh broiler naik :5ekitar 7 -12% pada saat 2 jam setelah
makan sehingga pembatasan jam makan 3 jam sebelum timbul stressor temperatur tinggi perlu
dilaku~~an. Mengingat suhu dan cahaya merupakan dua faktor yang saling terkait maka program pencahayaan, pengaruhnya harus terhadap selalu memperhatikan
74
issues) dan
dan merupakan kesepakatan internasional dalam memproduksi simposium di Denmark pemerintah untuk ternak unggas. Bahkan pada
internasional tentang animal ethology 1994 telah direkomendasikan mulai mengalokasikan dan pengembangan agar
anggaran animal
penelitian
pedoman tentang lingkungan yang nyaman bagi ternak (A guide line on controlled environment for livesto(;k) perlu mulai diterbitkan. Indonesia internasional, kesepakatan akan dapat Produk unggas di pasar
diterima mengikuti
apabila dan
kecenderungan
ternak unggas.
Hadirilrl
yang
saya
hormati,
pesan
ke-
mahasiswa,
Peternakan Produksi
khususnya
Program
76
Anda
merupakan
pewaris,
penerus,
sekaligus
Pesan
untuk
Mahasiswa
tumpuan
unggas. ICepat ataupun lambat aspek kenyamanan (welfare) merupakan salah satu faktor penting dalam n1emproduksi temak unggas utamanya
menghadapi kerjakan
pasar global. Apa yang telah saya hasil kerja sarna saya Ilmu masih banyak oleh
merupakan
dengan Anda dan kawan-kawan yang telah sangat saya berikan dari yang
kepada
jauh
sempurna, ada
keterbatasan
karena i1u, belajarlah dengan lebih tekun, jangan mudah jauhkan putus asa dan frustrasi, kurang hindari dan
hal-hat yang
Anda
belajar
hanya
untuk senang,
belajarlah
karena
belajarlah karena Anda ingin tahu; pergunakanlah setiap kesempatan pengetahuan (skills and keterampilan bangku kuliah yang ada untuk menambah dan keterampilan dan di
peroleh modal
merupakan
yang
77
dipandang bahwa
lihatlah
kesemlpatan terbuka sangat lebar bagi Anda yang berpre'stasi dan berkualitas untuk dapat berkarya tanpa melihat batas negara. Memang ini sebuah tantangan, tapi saya sangat yakin Anda akan
mampu menghadapi
Pesan untuk
Dosen Muda
muda, apa yang telah say a kerjakan dan capai sampai memacu mend.3lami dengan prestasi protesi hari ini semoga untuk dapat lebih lebih tekun
Anda
dan memberikan
kontribusi
teknologi yang Anda tekuni. Saya selalu berharap Anda sekalian saya. lebih maju dan berprestasi dari
78
menguc:apkan syukur ke hadirat Allah SWT, atas segala 1nikmat yang telah diberikan kepada saya sekeluarga. Uc:apan terima kasih yang tak
terhing~la juga saya sampaikan kepada berbagai pihak yang sec:ara telah serta langsung menyetujui, peluang, maupun tak
langsurlg, kesempatan
memberikan mengarahkan,
membantu dan mendukung serta hadir pad a saat ini untluk memberi restu kepada saya dalam
membalc:a pidato pengukuhan di hadapan Sidang Senat l-erbuka yang mulia ini.
khusus, kasih
saya kepada
Ucapan
Terima kasih
yang tlerkenan
mengangkat
Besar di Universitas
Diponegoro.
yang tlJlus saya sampaikan kepada Prof. Ir. Eko Budihardjo, MSc. Rektor Universitas Diponegoro, yang 1telah memberikan kemudahan segala dukungan dan
saya 1ujukan kepada Prof. Sudarto, S.H. (aim), Prof. (ir. Mulyono S. Trastotenojo, Mulad'i, SH, dan Prof. Dr.
79
telah kepada
rnendorong
dan
memberi
kesempatan
Ketua Dewan
Senat
Universitas, Dekan
Guru Besar,
Senat Fakultas, Ketua dan Ketua, Sekretaris di Jurusan Program Produksi Fakultas
Unggas
I=>ara
Dekan
pad a
masanya
Drs. Prof.
Soepharno Hendrosoekarjo,
MAgr,Sc.(alm),
Dr. H. l_achmudin Sya'rani, Kolonel drh. Soetopo Andar, Ir. Soelistyono HS., Prof. Dr. drh. H. MS. yang
Soedar:50no, Dr. Ir. Didiek Rahmadi, telah memberikan pendidikan S-1, kesempatan memberikan
menempuh pendidikan S-2 di UNPAD dan S-3 di University of Wales, saya tak lupa juga
80
Kepada yang saya hormati Dr. Didiek Rahmadi. drh. Nuigroho, Prof. Dr. Dawan Prof. Dr. Ir Ruhyat Kartasudjana, Warsa, MS, Dr. C.J.C. Phillips, Sugandi (aim), MS, If. Toto Dr. H. Omed
masing-masing
pembimbing sabar
studi tepat
PandeJaki.
Srigandolno,
Warsono, Sarengat, MS, fr. Nuniek Sriyuningsih, MS, Dr. Ir. Edjeng Supriyatna, Djauhari, MSc, MS, Dr. Ir. Luthfi
MSc. Ir. Sri Kismiati, MS yang tak pernah henti mendorong. membantu saya untuk selalu maju, terima kasih.
Kepada Ilr. Warsono Sarengat, MS, terima kasih tefah memperkaya penulisar1 ini.
PencahayaO/l Sebagai Upu)'a Pencegahan Ce~:anlan pada Unggas rropi.~ Belwm"a.~an ,4ni",al flleifare 81
gambar
dan asupan
dalam
TI3rima kasih dan penghargaan yang tulus juga saya sampaikan kepada Tim Manajemen Develop-
Program Doktor dan Six Universities ment an<1 Rehabilitation temen Pendidikan
dan Kebudayaan
K,epada para Guru Besar Prof. Dr. Ir. C. Imam Sutrisno (UNDIP). (UNPAD). Prof. Dr. fr. Suharsono
Prof. Dr. Jr. Tri Yuwanto (UGM) dan (UNIBRAW) yang telah
rekomendasi
IlmuTerrlak Unggas.
Klepada mereka yang telah berjasa dalam mendorong, membimbing, berikan berbagai membantu dan memuntuk menmuda dosen
kemudahan
teladan cli tahun 1989 hingga hari ini saya dapat -berdiri di mimbar ini, antara lain drh. Soetopo
Andar, Ir. Bambang Srigandono, MSc, Prof. dr. H. Moelyono S. Trastotenojo, Prof. Ir. Joetata,
82
Hadihardaja Prof. Or. H. Muladi, SH, Prof. Ir. Eko Budihar,:ijo, MSc, Prof. Dr. Lachmuddin Sya'rani, Prof. dr. H. Soebowo, Soedar~;ono, saya DSPA, Prof. Dr. drh. H. ucapan terima
sampaikan
kami di SON
Wonogiri III, SMPN I dan SMAN I Boyolali yang pada hari yang berbahagia ini beberapa
Bapak/lbu berkenan hadir, nanda menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang tak terhingga atas pendidikan pada saya. yang Bapak yang dan Ibu berikan sarna juga saya
Ucapan
sampaikan kepada seluruh Guru saya di Fakultas Peternakan pula 1975 dimana kepada dan Universitas seluruh para Oiponegoro. rekan-rekan Fakultas Demikian seangkatan Peternakan support
alumni
untuk pengembangan
ditujukan
pada
kepengurusan profesi,
organisasi
Pencahayaml Sebagai (fpaya Pencegaha11CeklIlIa11 pada Unggas Tropis Bent'awavall .4nimal Uelfare
83
lembagal
maupun
paguyuban
yaitu
OSIS,
KepramlJkaan di Undip maupun Kwarda Jateng, Ikatan Sarjana Peternakan Association Indonesia. Indonesian World Branch
Ilmu dan
Indonesia). Lembaga
Dharma
utamanya
petani-peternak
pember(jayaan
wanita.
Semua
sangat berperan
dan pengembangan
lJcapan terima kasih yang tulus juga sara sampai~~an kepada Prof. Dr. drh. H. Soedarsono, Prof. Dr. Ir. C. Imam Sutrisno, Prof, Dr. Ir.
Soenar~;o, MS yang telah memberikan dukungan dan semangat hingga !;aat ini. sejak saya menjadi mahasiswa
Prof.
Dr. Ir. (~. Imam Sutrisno, Prof. Dr. Ir. Soenarso, MS, Prof. dr. H. Soebowo, OPSA, Prof. Dr. dr. Suharjo Hadisaputro, SpPO (KTI), 84
Pidato' Pengukr/han (Iuru Be.far Uni~lersitas Diponegoro -IJw; Sunarti
Sya'rani peer
group dan
saran
perbaikan
Secara
khusus
ucapan
terima
kasih
ditujukan kepada Prof. Dr. dr. Satoto dan Prof. Dr. dr. I. Riwanto sebagai disaat yang telah dan sebagai memberikan senantiasa Kapuslit
kesem(:'atan membimbing
peneliti saya
R. Soepono, yang
BA dan
tersayang
senantiasa
hari ini nanda mewujudkan Bunda agar pendidik nanda yang dapat lebih
profesi
sebagai
tinggi. Doa Bapak dan Ibu sekalian yang tanpa kenai batas waktu telah mengantarkan jenjang jabatan tertinggi nanda ke
sebagai guru besar, untuk itu nanda sampaikan rasa hormat dan terima kasih yang tidak
85
bimbingan dan pengorbanan serta doa restu yang diberikarl selama ini.
yang R.
sam a
juga
Ayah yang
Soebardjo penuh
dengan
sayang
ke jenjang perkawinan
serta selalu mendampingi kami sekeluarga dalam duka maupun suka. pernah Ibu. Pengorbanan ini tak akan Bapak Ayah dan
Demikian
tercinta
perhatian.
dan dorongan Bapak dan Ibu telah mengantarkan nanda dapat berdiri di sini.
Kepada semua kakak-kakakku, adikku kasjh sekalian, atas semua saya menyampaikan
dan adikterima
dca, perhatian,
pengertian,
bantuan dan dorongan yang terus menerus saya dapat dan rasakan sehingga dan saya dapat
menyelesaikan
pendidikan
tugas-tugas
86
Rilia
Rulty,
pengorbanan
tenaga, waktu, pikiran, bantuan dan kasih sayang kalian, saya tidak akan selancar ini.
Kepada suamiku tercinta S. Budi Prayitno, dorongan meniti karier, bimbingan, kesabaran, yang
kasih sayang, bantuan, serta pengorbanan tak pernah putus memberi makna
tersendiri
kehidupan mama. Dengan tutus ikhlas suami dan anak-anakku telah mengorbankan sebagian
besar waktu kalian untuk mendukung karier dan keilmuan mama. Tanpa saling pengertian, mama
Oleh karena itu tiada kala yang mampu mama berikan yang kecuali tak rasa terima lekang. kasih dan sayang Maafkan segala
pernah
kekurarlgan
Pencahayaan .S'ebaga;[fpaya Pencegahan L'ekmnwl padu (!ngga.~ Trapi.! Hero'Q\,'man Animal Iflelfare
87
apa
bagi
kemudian hari.
Kepada Panitia Pengukuhan Guru Besar, baik yang berada Studi di Pusat, di Fakultas, di
Program lainnya,
maupun
panitia
saya sampaikan rasa terima kasih yang sebesarbesarnya dan mohon maaf bila ada hal-hal yang tidak berkenan. Last but not least, terima kasih
sara tujukan kepada sabat Ir. Sriroso Satmoko, MS. yangtelah khusus untuk memilih lagu dan mengaransir saya, serta tim paduan suara
Univer~;itas Diponegoro yang telah menyemarakkan u~lacara pengukuhan pada hari ini dengan
Akhirnya kepada semua hadirin yang says muliakan, terima terimalah kasih yang penghargaan says den etas
setulus~tulusnya
88
rahmat
Wassalamu'alaikum
warahmatullahi
wabarokatuh
89
Alsan,
Animal Recommendations
Broiler
Ministry of Agriculturl3 and Forestry. Wellington. ASOHI. 2001. Setengah Abad Ayam Ras di Indonesia (1950 -2000). Edisi Pertama. Asosilasi Gbat Ternak Indonesia. Jakarta. Appleby, M.C., 8.0. Hugh~~s and H.A. Elson. 1992. Poultry Production System: Behaviour, Management and Welfare. C.A.B International, Wallin~}ford, 238 pp
.Austic,
Bell, D.J., and B.M. Freemlan. 1971. Physiology and biochemistry of the Domestic Fowl. Vo1ume 2. Acade,mic Press, London. p. 1039 -
1083.
Blockhuis, Bowlby, H.J. 1984. F~est in poultry. Applied Animal Behaviour
Science 12 : 289 -:303.
G.M.S. 1957. Some preliminary investigation into the effect of light on broiler. World's Poultry Science Journal 13 : 214 -226. J. 1990. The effect of a hour increase in photoperiod at 18 weeks of age on broiler breeder performance. Poultry Science
-Brake,
.69:910-914.
90
Pidalo Pengukuhall Guru Besar Universita~ Dipone.~oro -Dwi ,S'unarti
Buyse, J., P.C.M. Simons;, F.M.G. Boshouwers and E. Decuypere. 1996. Effect of intE~rmittent lighting, light intensity and source of the performance and welfare of broilers. World's Poultry Scince Journal52: 121 --130.
Campbell, J.R and J.F. Lasley. 1975. The Science of Animals That Serve Mankind. Second edition. McGraw Hill Book Company INC., New York.
Card, L.E and M.C. Nesheim. 1972. Poultry Production. 4thedition. Lea and Febiger, Philadelphia. Cavalchini, l.G., S. Cerollini and A. Giardini. 1984. Light management
for the rearing of the light pullet. Animale 10: 38 -41. Charoen Pokphand CP 909. Indolilesia, Zootechnica e Nutrizione
Tbk.
1994b.
Manual
Manajemen
P., and M.W. Barwick. 1962. The effect of light on broiler growth. I: Light intensity and colour. British Poultry Science 3 : 31 -39. S.E. 1983. Environmental Management The Iowa State University Press, Iowa in Animal Agriculture.
Curtis,
Ellswords, B (International Egg Commision, Chairman). 2001. EU welfare directive\'Draconian'. Poultry International. July Vol 40, No 8 : 12 -16. Ensminger, M.E. 1992. P':)ultry Science (Animal Agriculture Series). 3rd edition. Interstate F)ublisher, Illinois. Etches, R.J. 1993. Production in Poultry. In : G.J. King and Elsevier
PencaJlayaan Sebaga; Upaya PencegaJlan ('ekaman pada Unggas 7rop;" Bel"!"a\lIa,an A/l;mal Jfrelfare 91
(Editors). Reproduction in Domesticated Animal. Science Publishers B.V London. p : 521 -524 Frandson, R.D. 1992. An;atomi dan Fisiologis Ternak. Edisi keempat. Gajah Mada Univer:sity Press, Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh : B. Srigandono dan Koen Praseno). Fraser, A.F and D.M. Broom. 1990. Farm Animal Behavior and Welfare. Third edition. Balliere Tindall, London.
Foss,
1972. Physiological
development of cockerela as influenced by selected wavelengths of environmental light. Poultry Science 51 : 1922 -1927. Foster, R.G., and B.K. Follett. 1985. The involvement of a rhodopsinlike photopigment in the photoperiodic response of the Japanese Quail.Journal of Comparative Physiology. A. Sensory, Neutral and Behavioral Physiology and Anatomy 157 : 519 -528. H.A., V.W. Rodwell Physiological Chemistry. Los Altos, California. and P.A. Mayes. 1979. Review of 1Th edition.Lange Medical Publication,
Harper,
Hill,
J.A., C.R. Charles, H.H. Spechter, R.A. Bailey and A.J. Ballantyne. 1988. The effect of multiple environmental and nutritional factors ir'i laying hens. British Poultry Science 29 : 499
-511.
Univer~;itas Diponegoro,
James
Davis and Thomi!s Siopes. 1996. let there be light and dark. Broiler Industry, Production Management. Address Dr. James F. Davis, Georgia Poultry Diagnostic Laboratory, PO Box: 20, Oakwood, GA 30566; and Dr. Thomas Siopes. Dept. of Poultry
92
,\'unar/;
Science,
27695 -7608.
Leeson,
S, and J.D. Summers. 1988. Early application of confensional or ahemeral photoperiods in an attempt to improve egg size. Poultry Science 64 : 2020 -2026. R. 2001. In ht ://a ri. ov.ns.ca/pVlives/poult Ihealthl Sheet
Magensten,
welfare.htm.. Poultry Welfare' Research. Poultry Fad Department of Agriculture and Marketing. NOVASCOTIA.
Temp/e, W., T.M. Foster, and C.S. 0' Donne/. 1984. Behavioural estimates of audi'tory thresholds in hens. British Poultry Science
25 : 487 -493.
and Production.
Halstead
Midgley, M., T.R. Morri~i, and E.A. Butler. 1988. Experiments with the bio-mittent lightjn~1 system for laying hens. British Poultry Science
29: 333 -342.
Morris,
T.R. 1988. Use of intermittent lighting to save feed and improve egg quality in laying flocks. Proceedings of 18th World's Poultry Congress, p. 161 -164. T.R. 1994. Lighting for layers: What we know and what we_need to know. Proceeding of Spring Meeting. Scarborough, 23 -24 March. World's Poultry Science Association, UK Branch. p. : 7 -
Morris,
9.
Nalbandov, A.V. 1990. Fisiologi Reproduksi pada Marnalia dan Unggas. Universitas Indol'1esia Press. Jakarta (Diterjernahkan oleh Sunaryo Kernan). Nassau, K. 1983. The f)hysics and Chemistry of Colour. The Fifteen Causes of Colour. John Wileyand Sons, Inc., Canada.
Newberry, M.C., J.R. Hunt and E.E. Gardiner. 1986. Light intensity effects on performarlce, activity, leg disorders and sudden death syndrome of roaster chickens. Poultry Science 65 : 2232 -2238. 1987. Influence of light intensity on betlaviour and performance of broiler chickens.
Poultry Science 67 : 1020 -1025.
North,
M.O and D.O. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4thedition. \/an Nostrand Reinhold, New York.
Prayitno, Dwi Sunarti and C.J.C Phillips. 1994. The initial and longterm of Broiler for red,blue and green after being reared in red, blue and green or white light. Animal Production, 56 : 430
(Abstr.).
Prayitno, Owi Sunarti, C.J.C. Phillips and O.K. Stokes. 1994. Berhavioural and physiology responses of broilers to red and blue light pattern. British Poultry Science, 35 : 826 -827 (Abstr.). Prayitno, Dwi Sunarti, C.J.C. Phillips and H.M. Omed. 1994. The effect of colour and intensity of light on behaviour and performance of broiler. British Poultry Science, 35: 826 -827 (Abstr.). Prayitno, Owi Sunarti, and C.J.C. Phillips. 1994. Equating brightness perception of blue and red lights and length of line discrimination with hens by pE.ychological tests. Proceedings The 28th International Congress of International Society for Applied Ethology, Tjele, Denmark. Prayitno, Dwi Sunarti, and H.M. Omed. 1997. The effect of colour of lighting on the beihaviour and production of meat chickens. Poultry Science, 76 : 452 -457. ,," Prayitno, Dwi Sunarti and C.J.C. Phillips, 1997. Equating the perceived intensity of coloured lights to hens test. British Poultry .Science, 38: 136-141.
94
,S'unarli
Pusat Pembinaan dan PE~ngembangan Bahasa. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. I=disi Kedua. Penerbit Balai Pustaka. Jakarta
RahardjoJ Y.J U. Satriyo dan F.A. Purnomo. 2001. Pintu gerbang masuknya penyakit. Infovet. Edisi 085. Agustus. ASOHI. Jakarta.
Siegel, P.B. 1984. The role behaviour in poultry producton : A review of research. Applied Animal Ethology 11 : 299 -316. Srigandono, B. 1991. Kamus Istilah Peternakan Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Sturkie, Cetakan Kedua
P.O. 1986. Aviarl Physiology. 4th edition. Springer-verlag York, Berlin, Heidelberg, Tokyo. Pp. 37 -48.
New
Sunarti,
Dwi. 2000. -Penampilan burung puyuh (cotumix-cotumix Japonica) pada berbagai pola pencahayaan berselang. Jumal Pengembangan Tropis. ISSN : 0410 -6320. Vol 25 No.25: 4450.
Sunarti,
Dwi. 2001. Respon pola tingkah laku ayam pedaging jantan pacta berbagai suhu dalam system kKalianng tertutup. Sainteks. ISSN: 0854 -736X. Vol. VIII. No.3: 174 -182. Dwi dan Mei ~~ulistyoningsih. 2004. Respon fisiologis dan tingkah laku ayam broiler periode starter akibat cekaman temperatur dan avvat pemberian pakan yang berbeda (inpress).
Sunarti,
Van Tienhoven, A and (~.E. Ostrander. 1973. The effect of interruption -of the dark perio(j at different intervals on egg production and shell breaking strength. Poultry Science 52 ; 998 -1001.
1154.
Widjaja,
Poultry Indonesia,
program
1999b Qptimalisasi potensi genetic broiler dengan pencahay.3an. Poultry Indonesia, November. GAPPI
Jakarta
Wodzicka, M. Tomaszewska, D.C. Thamrin, I Ketut Sutama dan I Gede Putu. 1991. Reproduksi, Tingkah Laku dan Produksi Ternak di Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
96
Pidato
Pengukuhan
Guru
BeSllr
Uniwrsitas
Diponegoro
-Dwi
Slmarti
RIWAYAT HIDUP
I. DATA PRI8AD!
Nama
NIP
Tempat dan tanggallahir Agama Pangkat/Jabatan Akademik Jabatan Struktural Suami Anak Alamat Rumah
Prof. Ir. Dwi Sunarti, MS. PhD 130 938 268 Situbondo, 21 Mei 1956 Islam Pembina tk I Gol. IV/b Pembantu Dekan II Prof. Dr. Jr. S. Budi Prayitno, MSc 1. Arief Prasetyo, ST (23 th) 2. Adhi Laksono (20 th) JI. Tembalang Baru VI/121 Semarang 50275 Telp. (024) 7471220
FORMAL Lulus Lulus Lulus Lulus tahun tahun tahun tahun 1968 1971 1974 1980
1.
2.
3. 4. 5.
6.
SD Negeri III, Wonogori SMP Negeri I, Boyolali SMA Negeri I, Boyolali Sarjana Peternakan Universitas. Diponegoro (Ir) Magister Ilmu Ternak (MS), Universitas. Padjadjaran Doctor of Philosophy (PhD) in Animal. Science, University of Wales, Inggris
-
TAMBAHAN
1982 1982 1982
4. 5.
.6. ,c7. 8. , 9. 10.
Penataran Penataran
Semarang
1983-
Kursus Efldokrinologi -Satyawacana, Salatiga Kursus Penerjemah Buku Ajar, Sanur -Bali Penataran Rekonstruksi Kuliah -UNDIP Kursus Bahasa Inggris EAP 2, ITB -Banduflg
Kursus Bahasa Inggris, University of Wales, Inggris 11 Teaching Improvement -Universitas Indonesia 12.Pefatihan Peningkatan Kualitas tenaga Peneliti, PSW se Jateng dan DIY 13. Pefatihan Metodologi Penelitian Kualitatif Lanjutan -UNDIP 14 Pelatihan Participatory Rural Appraisal (PRA) Solo 15. Training of Trainers dalam Pemberdayaan Wanita -Semarang dan Pembangunan (Lanjutan) -Cisarua .16 .Gender 17.Pelatihan Gender Equality in Asia and The Pacific A Call to Action (Asia Pacific Women in Politics Network (APWIP), Gender and Development Research Institute (GDRI), Convention Watch Group -Jakarta 18. Pelatihan ANSOS (Analisa Sosial), Tlogo Salatiga
1998
3. 4. 5.
1 -10
1 -4 5 -3 1 -4 1 -4
-1983
-1986 -1990 -1997 -2004
q.
.,. .
t
98
2
3
Ketua Laboratorium tlmu Ternak Unggas Fakultas Peternakan UNDIP Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi, Lembaga Penelitian UNDIP Pembantu Dekan II Fakultas Peternakan UNDIP
1997 -2001
2000 -2003
4.
2003 -sekarang
2
3.
4.
5.
6
7
Asisten Ahn Madya Asisten Ahli Lektor Muda Lektor Madya Lektor Kepala Madya (Melompat) Lektor Kepala (Inpassing) Guru Besar dalam mata kuliah/bidang Ilmu Ternak Unggas
1 -3
-1981
1- 10 -1983 1 -4 -1986
1 -1 1 -1 1 -1 1 -4 -1990 -1997 -2001 -2004
1
2 3
99
4. 5.
~6.
7. 8.
9
Forum Peduli Gender, ~;emarang, sebagai ketua Pengembangan Ayam Buras, Gerbang Serba Bisa Kabupaten Purbalingga, sebagai pendamping professional Pendirian Sekolah Tinggi Farming Semarang, sebagai assessor laboratorium Asia Pacific Women in Politics Network (APWIP), sebagai anggota Seleksi Mahasiswa Berprestasi UNDIP, sebagai
10
11
12. .
penguji Special Initiative for Women Unemployment (SIWU) Jateng, sebagai team leader Yayasan Pendidikan Anak Cacat (YPAC) Semarang sebagai anggota Bidang Pendidikan Direktorat P3M, Dikti, sebagai reviewer kajian wanita Pembuatan Rencana Induk Pengembangan Jawa Tengah 2001 -2010, Dinas Peternakan Jateng, sebagai ketua
,.
VIII. KEANGGOT AAN DAN KEPENGURUSAN DALAM ORGANISASI PROFESI
1.
2.
3.
4.
100
5.
7
8 9.
World Pou~ry Scierlce (WPSA), sebagai anggota International Society for Applied Ethology (ISAE), sebagai anggota Perhimpunan Burung Indonesia, Semarang, sebagai anggota Jaringan Pengembangan Iptek Jateng, sebagai
anggota
IX. DAFT AR KARY A ILMIAH HASIL PENELITIAN YANG DIPUBLIKASIKAN SEBAGAI PENULIS UTAMA
2000 sekarang
Nasional
pengaruh penggunaan tingkat protein ransum terhadap performans kalkun pada periode pertumbuhan. Ditulis bersama Ruhyat, Kartasudjana dan Endang Romzali dalam Proceedings Seminar Program Penyediaan Pakan dalam Upaya Mendukung Industri Peternakan Menyongsong Pel ita V. Semarang, 14 April 1988, Fakultas Peternakan UNDIP (Hal. : 136-
141)
2 pengaruh kepadatan dan tingkat protein terhadap performans kalkun pada kKalianng sistem litter. Ditulis bersama Dawan Sugandi dalam Proceedings Seminar Nasional Peternakan dan Forum Peternak Unggas dan Aneka Ternak II. Ciawi, Bogor. 18 -20 Juli 1998. Balitnak-Puslitbang Petemakan. Departemen Pertanian (Hal. : 524 -530)
a Penampilan barung puyuh (Cortunix-cortunix Japonica) . berbagai pola pencahayaan berselang. Diterbitkan dalam Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis. ISSN 0410-6320. Vol 26 No.2. Juni 2000 (Hal. : 73 -77)
Pencaha;\'aall.\'ehugai
Up(tyu Pellcegah(m
Tropis
Bel~'lJWa~m!
/lnimlJl
Ite?fare
10]
Association pad 3.
Efek warna tirai kandang terhadap tingkah laku. Diterbitkan dalam Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis. ISSN 0410-6320. Vol 26 No. 25. Juni 2001 (Hal. : 44 -50)
Respon pola tingkah laku ayam pedaging jantan pada berbagai suhu dalam sistem kandang tertutup. Diterbitkan dalam Sain Teks. ISSN : 0854-736x. Vol VIII No.3. Juni 2001 (Hal. : 174 -182)
5..
Internasional 1
The initial and long term of broilers for red, blue and green after being reared in red, blue and green or white light. Ditulis bersama C.J.C. Phillips dalam Animal Production, 56: 430 (Abstract). 1994
Behavioral and physiology C.J.C. responses Phillips dan of broilers O.K. Stokes to red and dalam blue
British
35:826 -827
(Abstract).1994
The effect of color and intensity of light on behavior and performance of broiler. Ditulis bersama C.J.C. Phillips dan H.M. Omed da!am British Poultry Science, 35: 826 -827 (Abstract). 1994 Equiting brightness perception of blue and red light and length of line discrimination with hens by psychophysical tests. Ditulis bersama C.J.C. Phillips dam Proceedings The 28th Intern. Congress of Intern Society for Appl. Ethology. Denmark_1994 The effect of color of lighting on the behavior and production of meat chickens. Ditulis bersama C.J.C. Phillips dan H.M. Omed dalam Poultry Science, 76: 452 -457. 1997
102
6.
Equating the perceived intensity of colored lights to hens tests. Ditulis bersama C.J.C. Phillips dalam British Poultry Science,
38
136-141.1997 X. DAFTAR KARYA ILMIAH HASIL PENELITIAN YANG DIPUBLIKASIKAN SEBAGAI PENULIS PEMBANTU
1 Performans anak ayam keturunan pertama (F1) hasil persilangan ayam kampung dengan ayam Kedu dan ayam rag petelur pada pemeliharaan intensif. Ditulis bersama Warsono Sarengat, Sugiarsih dan Sriyuningsih dalam Proceeding Seminar Peternakan dan Forum Peternak Unggas dan Aneka Ternak Ciawi, Bogor, 19 -20 Maret 1985 Puslitbang Peternakan. Departemen Pertanian (Hal. : 159-163) Prestasi produksi kalkun lokal di Jawa Tengah. Oitulis bersama Sugiarsih dan Sri Kismiati dalam Proceeding Seminar Nasional Tentang Unggas Lokal, 1990. Badan Penerbit UN DIP. ISBN: 979-8056, 35-3 (Hal. : 159 -163) Alas kandang dan pengaruhnya terhadap kualitas penampilan hidup dan kualitas karkas itik Tegal jantan. Ditulis bersama Lusi Indra Hertin dan Bambang Srigandono dalam Proceeding Seminar Nasional Tentang Unggas Lokal, 1990. Badan Penerbit UNDIP. ISBN: 979-8056, 35-3 (Hal. : 208 -212) Pengaruh jumlah pemberian Pakan itik jantan yang diintegrasikan dengan tanaman padi di sawah terhadap persentase karkas. Ditulis bersama Mahfudz, L.D, 8. Srigandono dan Umiyati A.M dalam Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis. ISSN : 04106320. Edisi Khusus, November 1999 (Hal. :2-15 -222)
4.
PencahayaOlI Sehagai [Jpaya Pencei(ah0l1 ('ekwllan palla [rngl.'as Tropi.~ Berwawasan .'1nimal IVe/fare
103
s.
Ampas Tahu Yang Difermentasi Laru Oncom Sebagai Bahan Pakan Ayam Broiler. Ditulis bersama Mahfudz, L.D, W. Sarengat, U. Atmomarsono. 2004. Poster 13 dalam Buku Panduan Seminar Nasiona! Teknologi Peternakan dan Veteriner. Balitnak, Bogor ( Proceeding: Inpress).
XI. DAFTAR KARY A ILMIAH BUKAN HASIL PENELITIAN YANG DIPUBLIKASIKAN SEBAGAI PENULIS UTAMA 1
Kemungkinan Pemanfaatan Kalkun di Indonesia Diterbitkan dalam Bulletin Fakultas Peternakan UNDIP. Th. IV (3) November 1982 (Hal. : 5 -9) Peran Pencahayaan pada Ayam Petelur Diterbitkan dalam Sintesis. ISSN : 0835-9812, September 1996 (Hal. :3 -6)
No.8,
Th
Teknologi Pengawetan Telur Itik Diterbitkan dalam Proceeding Sarasehan Pengembangan Peternakan Itik di Jawa Tengah "Itik Sebagai Usaha Agribisnis" Semarang, 14 November 2000 (Hal. : 99 -104)
XII. DAFT AR KARY A ILMIAH BUKAN HASIL PENELITIAN YANG DIPUBLIKASIKAN SEBAGAI PENULIS PEMBANTU
Sumbangan Pemikiran Pengembangan Itik di Jawa Tengah Ditulis bersama Bambang Srigandono dalam Proceeding Sarasehan Pengembangan Peternakan Itik di Jawa Tengah "Itik Sebagai Usaha Agribisnis" Semarang, 14 November 2000 (Hal. : 33 -37)
-
2.
Pengembangan Anak Itik Menggunakan Teknologi "Inditik" Ditulis bersama Luthfi D.M dalam Proceeding Sarasehan Pengembangan Peternakan Itik di Jawa Tengah "Itik Sebagai Usaha Agribisnis" Semarang, 14 November 2000 (Hal. : 91 -97)
104
Sunurti
BERUPA BUKU
Proceeding Seminar Nasional Tentang Unggas Lokal Ditulis bersama B. Srigandono, Sugiarsih den Warsono Sarengat. ISBN: 979-9156-62-9, diterbitkan oleh Badan Penerbit UNDIP (234 hal., Th. 1989/200 exp) Manajemen Kandang Ayam Ras Pedaging Ditulis bersama L. Wahono E.Y, ISBN: 979-661-017-5, oleh PT. Trubus Agriwidya (75 hal., Th. 1997/2500 exp)
2.
diterbitkan
Pencemaran Pad a Sistem Produksi Ternak (Terjemahan) Oitulis bersama O.K. Haryo Putra, ISBN: 0-85198-8571, diterbitkan oleh CV. IKIP Semarang Press (508 hal., Th. 1999/1000 exp) Pengembangan Peternakan Itik Ditulis bersama Warsono Sarengat, Subiharta dan Lusi MesraVl/ati, ISBN: 979-9176-62-9, diterbitkan oleh Penerbit UNDIP Semarang (130 hal., Th 2001/60 exp)
3.
Pengaruh Gerhana Matahari Total terhadap Produksi dan Daya Tetas Telur Burung Puyuh (1984) Pengaruh Perbandingan Pejantan Burung Puyuh terhadap Fertilitas Telur (1985) Pertumbuhan Relatif Karkas Kalkun Berdasar (ditulis bersama Bambang Srigandono, 1985) Umur Fisiologis
I'encah~.'aan
,\'ehaga; (iPll}'a
I'en,,'ej!ahan
ulimalll:e(flire
105
pengaruh Kepadatan dan Tingkat Protein teerh~,!'jap Kalkun pada Kandang Sistem Litter (Thesis S2, 19~'7)
Pakan Itik dan Pemberiannya pada Peternakan
PerfonTlans
l"':lk di Kabupaten
Boyolali (ditulis bersama Lutfi D.M, 1991) The effect of Color and Intensity of Light on T~.~ Behavior and Performance of Broilers (Disertasi S3, 1994) Gerakan Pembangunan Sentra Baru Pembibif;;'-' Pedesaan di Kabupaten Purbalingga (ditulis bersar'.a 1996)
Penerapan Teknologi Inseminasi Buatan
7.
' ,.(~bagai
Pelestarian Ayam Kedu Hitam/Cemani d;;' Pendapatan Peternak (ditulis bersama Sri Kisrr,t::1ti, Barep S, dan Nuniek S.Y, 1997)
Peningkatan Warsono S,
Budidaya Inseminasi Buatan pad a ayam Ker;, Hitam (ditulis bersama Sri Kismiati, Warsono S, Barep S, dan N!..' ,ek S.Y, 1998) Studi tentang Pembinaan Kelompok Remaj;; Putri Melalui Pengelolaan Ayam Buras di Pedesaan Jawa Tengah (ditulis bersama Warsono S, Sri Kismiati, dan Nuniek S. Y /']00)
12.
Studi tentang Kegiatan Peningkatan Pen';.;: patan Melalui Pengelolaan Ayam Buras pada Kelompok F'.~::maja Putri di Pedesaan Jawa Tengah (ditulis bersama Warsor,'" S. Sri Kismiati, dan Nuniek S.Y, 2001)
Pengembangan Model Inkubator Agribisnis Pet:~rnakan. bersa_ma Edjeng Supriyatna, Warsono S. dkk, 200~: J (ditulis
106
Percontohan Pembuatan Kompos sebagai Pemanfaatan Sampah Pasar untuk Pemupukan Lahan Tepian Pantai (ditulis bersama FX. Subiyanto, 1984) Pendayagunaan Sampah Kota untuk Kompos dalam Rangka Mengembangkan Per1anian di Oaerah Pantai Utara Jawa Tengah (ditulis bersama FX. Subiyanto, 1985) Profil Peranan dan Kedudukan Wan ita Jawa Tengah (ditulis bersama Nuniek S.Y, Kartini Sekartaji dan Diah Mardiningsih, 1995/1996 )
Profil Anak Jalanan di Kotamadya Dati II Semarang (Post Doctor -UNICEF. ditulis bersama Ari Subowo dan Kartini Sekartaji. 1996/1997)
Profil Kedudukan dan Peranan Wanita di Kabupaten Jepara. Kodya Magelang, Kodya Semarang dan Kabupaten Semarang (ditulis bersama Nuniek S.Y, Kartini Sekartaji dan Diah Mardiningsih, 1997/1998)
pada Pembekalan
Penanganan Produk Unggas Segar (disampaikan Kantor Dipenda Propinsi Jateng, Semaraang, 1987) 3
Pala Perkandangan pada Ternak Unggas (disampaikan pada Pelatihan Tenaga Penyuluh Transmigrasi, Balatrans, Semarang, 1988)
.~bagai (Tpaya Pencegahan ('ekamall pada (Tngga~Tropi.~ Benl'awa.~an.mirna' U'e!fare
107
2. 3.
2. PencahUJ'aan
Cara Beternak Ayam Buras (disampaikan pada ceramah pembinaan karangtaruna di desa Tembalang, 1990) Pendidikan Kesehatan Reproduksi Keluarga (disampaikan kelompok Remaja Putri di Kabupaten Magelang, 1995) Cara Belajar Efektif di Perguruan Orientasi Studi dan Pengenalan Peternakan UNDIP, 1996) pad a
6.
Pol a Makan Tidak Sehat (disampaikan pad a siswa-siswi SO Sompok dan SO Tengger Kodya Semarang sekaligus pembinaan Kantin Sehat, 1996) 8
Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif (disampaikan pacta Latihan KepemimpinanPramuka Penegak Pandega se Ajwa Tengah di Karanggeneng, Semarang, 1996)
9.
reran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir (disampaikan pada Pelatihan PRA di Lembaga Penelitian UNDIP. 1997) Kesenjangan Gender di Bidang Pendidikan (disampaikan Sosialisasi Wawasan Kemitra-sejajaran, Tim Penggerak Propinsi Jawa Tengati dan Kabupaten Banyumas, 1997) pada PKK
10,
11
Norma dan Etika Kehidupan Kampus (disampaikan pad a Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus/OSPEK Fakultas Petemakan UNDIP, 1998) Manajemen Ternak Burung Puyuh (disampaikan karyawan Purna Tugas BRI, 2000) pada pelatihan
12
13
Rencana Induk Pengembangan Peternakan Jawa Tengah 2001 2010 (sebagai ketua tim bekerjasama dengan Dinas Peternakan Propinsi Jateng, 2001)
108
A. Tingkat Nasional 1 2
3 Seminar Penelitian Peternakan, Cisarua Bogar Seminar Peternakan dan Forum Ptemak Unggas Peserta dan Aneka
Ternak, Ciawi Bogor (1985), Peserta Seminar Nasional Peran Unggas Lokal di Indonesia, Semarang
Keluarga, UNDIP (1990), Peserta Seminar Sehari NKKBS, UNDIP (1990), Peserta
5 6
Lomba Design Kandang dalam Rangka Dies Fakultas Peternakan UNDIP (1991), Panitia
8.
Seminar Peserta
Pembinaan Administrasi
Organisasi
UNDIP
1994)
Tempe
dalam Industri
10
Sekretaris Seminar Prospek dan Tantangan Bisnis Pangan. Semarang (1996) Peserta
11
12
Era Globalisasi
109
1982), : 199&),
25.
Lokakarya Pengembangar) Akademik, Fakultas Peternakan UNDIP (2000), Panitia Seminar Pembahasan Us ulan Pengkajian dan Oiseminasi 2002 di BPTP I Ungaran (2001), Pembahas Utama
27
Seminar Nasional Pengen1bangan Agribisnis Peternakan Berbasis Sumber Daya Lokal, UNSOED (2001), Peserta Seminar tentang Sertifikasi Halal Produk Peternakan UNDIP (2001). Pembahas Unggas, Fakultas
28
29
Diskusi Panel "Membangun Sinergi Pendidikan Tinggi dengan Mitra Kerja", UNDtP beke~asama dengan The Asean Foundation (2003), Peserta Seminar dan Ekspose Nasional Sistem Integrasi Tanaman- Ternak, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali dan Crop-Animal Systems Research Network/CASREN (2004), Peserta
31
Ilmu Perunggasan
Indonesia
Baliknak,
32
Peternakan
B. Tingkat Internasional
1
The Winter Meeting of British Society of Animal Production and World Poultry Science Association at Scarborough, UK (1992), Paper Presenter Nor1hern Poultry Par1icipant Conference at Leyland, UK (1992), Poster
3.
Round Field Trip and Comparative Study in Animal Production and Behavior Cheko, Slovak, Germany, Netherland and Hungary (1992), Participant The Winter Meeting of British Society of Animal Production and World Poultry Science .t\ssociation at Scarborough, UK (1993), Paper Presenter International Conference on Pollution in Livestock Production
Systems in Bangor, UK (1993), Participant 6. The 9th European Poultry Conference, Presenter Glasgow, UK (1994), Paper
The Winter Meeting of British Society of Animal Production and World Poultry Science Association at Scarborough. UK (1994), Paper Presenter
The 28th International Congress of The International Society for Applied Ethology, Research Center, Foulum, Denmark (1994), Poster Presenter
The Second Poultry Science Symposium of The World's Poultry Science Association (WPSA) , Semarang Indonesia (1995), Organizing Committee
10
Comparative
11.
Gender Equality in Asia and The Pacific: A Call to Action (Asia Pacific Women in Politics Network (A-PWIP) , Gender and Development Research Institute (DGRI), Convention Watch Group, Jakarta (1998), Participant
12.
13.
World Jambore 2000. Satahib Camp Site. Thailand sebagai International Technical ~3ervices in the Global Development Village. Studi Perbandingan Bidang Produksi Ternak di Kinabalu University Malaya. Malaysia. 2000
112
5.